Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN

MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KINERJA GURU

Dapid Candra (SMPN 2 Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan),


Rambat Nur Sasongko (Prodi MAP FKIP Unib), dan Zakaria (Prodi MAP FKIP Unib)

e-mail: dapidcandra0284@gmail.com

Abstract: The purpose of this research was to describe the correlation between work stress and
achieved motivation with teacher’s perfomance at the junior high school teachers at Manna East of
Bengkulu. The method of research was correlational. The data was collected by using
questionnaire, the data analysis was correlation, linear regression, and double regression to
examine the hypotesis. The results of this research were (1) There was significant relation between
work stress and teachers perfomance; (2) There was significant relation between achieved
motivation and teachers perfomance; (3) There was together relation between work stress and
achieved motivation to the teachers perfomance. According to the first and the second hyphothesis,
it was conversed to the third hyphotesis, it was estimated that work stress followed by achieved
motivation will increase the teachers perfomance.

Keywords: The work stress, The achieved motivation, the teacher’s perfomance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hubungan antara stres kerja dan motivasi
berprestasi dengan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Kota Manna. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif. Teknik analisis data menggunakan korelasi, regresi linier, dan regresi
ganda untuk menguji hipotesis. Penelitian ini membuktikan bahwa: (1) Terdapat hubungan yang
signifikan antara stres kerja dengan kinerja guru; (2) Terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi berprestasi dengan kinerja guru; dan (3) Terdapat hubungan secara bersama-sama antara
stres kerja dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Stres kerja yang dibarengi dengan
motivasi berprestasi tentunya akan semakin meningkatkan kinerja guru.

Kata kunci: stres kerja, motivasi berprestasi, kinerja guru

PENDAHULUAN potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan


Akselerasi peningkatan mutu pendidikan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau
pada tingkat sekolah ditentukan oleh seluruh dorongan motivasi individu dan situasi serta
komponen SDM yang ada di sekolah terutama peluang yang tersedia. Lebih lanjut orang yang
guru. Guru merupakan faktor penentu bagi giat dalam bekerja menurut David McClelland
keberhasilan pendidikan di sekolah, oleh karena dalam Tizzi Maharani (1986), diantaranya
itu peran guru harus ditingkatkan dengan dipengaruhi oleh motif berprestasi, yaitu
memperhatikan peningkatan kinerjanya. keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa
Bernardin dan Russel dalam Ahmad S banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh
Ruky (2001:15) bahwa kinerja (prestasi kerja) sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya.
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas Namun untuk mewujudkan keinginan atau
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam tujuannnya seseorang tidak lepas dari stressor
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung baik dari dalam dirinya maupun dari ling-
jawab yang diberikan kepadanya. Selanjutnya kungannya. Robbin (1996) mendefinisikan stres
Prawiro Sentono (1999) mengemukakan bahwa sebagai suatu kondisi yang dinamik dalam mana
kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang,
mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan kendala (constrain) atau tuntutan (demands)
untuk bekerja (motivasi Kerja), adanya imbalan/ yang dikaitkan dengan apa yang sangat
upah yang layak dan mempunyai harapan masa diinginkannya dan yang dihasilkan dipersepsi-
depan. kan sebagai tidak pasti dan penting.
Berkaitan dengan motivasi kerja David Hans Selye (1976), membagi stres
McClelland (Robbins, 2001:173), mengemuka- menjadi dua macam yaitu stres negative, biasa
kan bahwa individu mempunyai cadangan energi disebut distres dan seringkali menghasilkan

433
434 Manajer Pendidikan, Volume 11, Nomor 5, Juli 2017, hlm. 433-437

perilaku karyawan yang disfungsional seperti Teknik pengumpulan data menggunakan


sering melakukan kesalahan, moral yang rendah, teknik angket dalam bentuk kuesioner, Sugiyono
bersikap masa bodoh dan absen tanpa (1997:96). Kuesioner yang digunakan memiliki
keterangan. Di sisi lain, stres positif atau biasa 5 (lima) pilihan jawaban sebagai skala
disebut eustres menciptakan tantangan dan pengukuran pada masing-masing instrumen
perasaan untuk selalu berprestasi dan berperan pernyataan pada setiap variable, yaitu; selalu
sebagai faktor motivator kritis yang akan (dinilai 5), sering (dinilai 4), kadang-kadang
meningkatkan kinerja karyawan. (dinilai 3), Pernah (dinilai 2) dan tidak pernah
Untuk mengoptimalkan peran, dan fungsi (dinilai 1). Sedangkan untuk penyataan negatif
guru dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sebaliknya. Sebelum digunakan instrumen
di sekolah perlu dipastikan adanya hubungan divalidasi dengan uji validitas dan reabilitas.
stress kerja dan motivasi berprestasi terhadap Penelitian ini bertujuan untuk:(1) mendes-
kinerja guru, sehingga dapat dilakukan pening- kripsikan hubungan antara stress kerja dengan
katan unsur yang dianggap diperlukan yang kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Kota
muaranya adalah peningkatan kinerja guru. Manna; (2) mendeskripsikan hubungan antara
Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji motivasi berprestasi dengan kinerja guru SMP
secara ilimiah apakah stress kerja dan motivasi Negeri di Kecamatan Kota Manna; dan
berprestasi memiliki hubungan yang kuat dengan mendeskripsikan secara bersama-sama hubungan
kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Kota antara stress kerja dan motivasi berprestasi
Manna? Rumusan masalah dari uraian di atas dengan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan
adalah; Apakah terdapat hubungan antara stress Kota Manna.
kerja dengan Kinerja guru SMP Negeri di Setelah data dikumpulkan, diolah dengan
Kecamatan Kota Manna?, Apakah terdapat menggunakan statistik dibantu softwere SPSS
hubungan antara motivasi berprestasi dengan 16.0 yang meliputi; (1) deskripsi data; (2)
Kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Kota pengujian persyaratan penggunaan statistik; dan
Manna? Dan Apakah terdapat hubungan secara (3) teknik pengujian hipotesis (Regresi
bersama sama antara stres kerja dan motivasi Sederhana, Korelasi Antara Variaabel, Korelasi
berprestasi dengan Kinerja guru SMP Negeri di Varsial, Regresi Ganda dan Korelasi Ganda).
Kecamatan Kota Manna?

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, Dari hasil perhitungan data statistik


maka metode dan jenis survey korelasional. terhadap tiga variable (stress kerja, motivasi
Menurut Whitney (1960) metode deskriptif berprestasi dan kinerja guru) disjikan dalam
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tabel berikut ini:
tepat. Populasi yang menjadi subjek penelitian
adalah semua guru SMP Negeri di Kabupaten
Bengkulu Selatan, seluruhnya 5 SMP Negeri
sebanyak 158 guru, dengan menggunakan teori
slovin sehingga jumlah sampel 61 orang guru.

Tabel 4.1 Frekuensi Variabel


Stress Kerja, Stres Motivasi Kinerja Motivasi Berprestasi
dan Kinerja Guru Kerja Berprestas Guru
(X1) i (X2) (Y)
N Valid 61 61 61
Missing 0 0 0
Mean 130.25 118.94 114.49
Std. Error of
1.369 1.419 1.329
Mean
Median 132.00 120.50 114.00
Mode 140 122 112
Candra, Hubungan antara Stress Kerja dan Motivasi Berprestasi 435

Std.
12.843 13.308 12.469
Deviation
Variance 164.948 177.112 155.471
Skewness -.793 -.457 -.322
Std. Error of
.257 .257 .257
Skewness
Range 58 69 58
Minimum 94 79 83
Maximum 152 148 141
Sum 11462 10467 10075

Uji persyaratan normalitas yaitu model (0.001<alpha0.05), artinya hipotesis nol (Ho)
regresi (model fit) dan model fit tiap data, yang menyetakan tidak terdapat hubungan yang
penulis menggunakan cara melihat sebaran data nyata antara motivasi berprestasi dengan kinerja
hasil uji Normal Q-Q Plot. Hasilnya ke tiga guru ditolak. Ini berarti juga terdapat hubungan
variable berdistribusi normal, hanya beberapa yang signifikan antara motivasi kerja dengan
saja yang berada jauh dari garis normal. Dengan kinerja guru dan perhitungan dengan menggu-
uji Kolmogorov-Smirnov Z ke tiga variable juga nakan analisis regresi linier sederhana Y atas X 2 ,
menujukan distribusi frekuensi normal dengan Y = 54.870 + 0.501X2, angka significance
nilai; Variabel Stres Kerja .993, motivasi sebesar 0.001, artinya probabilitas jauh di bawah
berprestasi 656 dan kinerja 759. 0.05, maka Ho ditolak atau motivasi berprestasi
benar-benar berhubungan secara signifikan
Pengujian Hipotesis Penelitian terhadap kinerja guru.
UJi Hipotesis pertama. Hasil analisis Hipotesis Ketiga. Hubungan variabel
korelasi antara variable stress kerja (X1) dengan kinerja guru (Y) dengan variabel stress kerja
variable kinerja guru (Y) dengan perhitungan (X1) memiliki koefisien korelasi 0,271 lebih
analisa koefisien korelasi pearson besarnya kecil jika dibandingkan dengan koefisien
adalah 0.271 dengan probabilitas sebesar 0.011, korelasi antara kinerja guru (Y) dengan motivasi
dan tarap signifikannya 0.05. Dengan angka berprestasi (X2) yakni 0,535. Secara teoritis,
taraf signifikan 0.05 maka angka probabilitas karena korelasi antara variable kinerja guru (Y)
0.011 jauh di bawah angka 0.05 (0.011< alpha dengan variable stress kerja (X1) lebih kecil dari
0.05), artinya hipotesis nol (Ho) yang korelasi antara variable kinerja guru (Y) dengan
menyetakan tidak terdapat hubungan yang nyata variable motivasi berprestasi (X2), maka variabel
antara stress kerja dengan kinerja guru ditolak. motivasi berprestasi sangat signifikan
Ini berarti juga terdapat hubungan yang hubungannya dengan variable kinerja guru
signifikan antara stress kerja dengan kinerja dibandingkan dengan hubungan variable stress
guru. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan kerja dengan variebel kinerja guru .
dengan menggunakan analisis regresi linier Disamping korelasi antara variable Y
sederhana Y atas X1, Y = 80,187 + 0.263X1 dan dengan X1 dan korelasi antara variable Y dengan
angka significance sebesar 0.011, artinya X2 terjadi juga korelasi yang signifikan antara
probabilitas jauh dibawah 0.05, maka Ho ditolak variable stress kerja (X1) dengan variable
atau stress kerja berhubungan secara signifikan motivasi berprestasi (X2) yaitu sebesar 0.212,
terhadap kinerja guru. hal ini menunjukan adanya korelasi di antara
UJi Hipotesis Kedua. Hasil analisis variable bebas atau lazim disebut dengan multi-
korelasi antara variable motivasi berprestasi (X2) kolinieritas.
dengan variable kinerja guru (Y) menggunakan Tingkat signifikan koefisien korelasi
perhitungan analisa koefisien korelasi pearson disatu sisi dari hasil analisis softwere program
besarnya adalah 0.535 dengan probabilitas SPSS (diukur dari probabilitas) mengkasilkan
sebesar 0.001, dan tarap signifikannya 0.05. angka signifikan 0,047 antara variable X1
Dengan angka taraf signifikan 0.05 maka angka dengan X2, 0,011 antara X1 dengan Y dan
probabilitas 0.001 jauh di bawah angka 0.05 0,001 antara X2 dengan Y, semua nilai
436 Manajer Pendidikan, Volume 11, Nomor 5, Juli 2017, hlm. 433-437

signifikasi itu berada di bawah 0,05 (0,011, Hasil uji hipotesis ketiga, secara bersama-
0,047, dan 0,001 < alpha 0,05), maka hubungan sama hubungan antara stress kerja dengan
antar variable kinerja guru, variable stress kerja kinerja guru meniliki nilai koefisien korelasi
dan variable motivasi berprestasi dengan nyata 0.011 (korelasi rendah) dan koefisien regresi
terdapat hubungan yang signifikan. Dari 0.076 (tidak ada hubungan) dapat ditarik
perhitungan pesamaan regresi diperoleh Y = kesimpulan tidak ada hubungan antara stress
37,893 + 0,468(X2) + 0,160(X1) , dan angka kerja dengan kinerja guru, akan tetapi terdapat
signifikan korelasi sebesar 0,001 untuk hubungan yang signifikan antara motivasi
hubungan antara motivasi berprestasi dengan berprestasi dengan kinerja guru.
kinerja guru yang atrinya bahwa koefisien Penelitian ini menunjukkan bahwa walau-
regresi Ho ditolak, ini berarti hubungan antara pun secara sendiri ada hubungan antara stres
motivasi berprestasi dengan kinerja guru benar- kerja dengan kinerja guru namun ternyata stres
benar berhubungan sangat signifikan. kerja yang digabung dengan motivasi kerja
Sedangkan angka signifikan sebesar 0,076 yang secara bersama-sama tidak terdapat hubungan
atrinya bahwa koefisien regresi Ho diterima dengan kinerja guru.
(0,076 > alpha 0,05) dan ini berarti hubungan
antara stress kerja dengan motivasi berprestasi SIMPULAN DAN SARAN
tidak berhubungan secara signifikan. Simpulan
Dari hasil uji hubungan antara stress kerja Simpulan penelitian menunjukkan bahwa
dengan kinerga guru dengan menggunakan dua terdapat hubungan yang signifikan antara stres
parameter yaitu uji koefisien korelasi dan uji kerja dan motivasi berprestasi dengan kinerja
koefisien regresi ternyata terdapat perbedaan guru SMP Negeri di Kecamatan Kota Manna.
hasil, menurut uji koefisien korelasi sebesar Hal ini berarti bahwa pengaruh stres kerja itu
0.047 (0,047 < 0.05 Alpha) hal ini menunjukan tertutupi pengaruhnya oleh motivasi berprestasi,
terdapat hubungan antara stress kerja dengan karena stress yang bersifat eustres kadarnya
kinerja guru, berbeda menurut hasik uji koefisien rendah dalam meningkatkan kinerja guru.
regresi sebesar 0.076 (0.076 > 0.05 alpha) yang
atrinya tidak terdapat hubungan antara stress Saran
kerja dengan kinerja guru. Pertama; untuk meningkatkan motivasi
berprestasi guru dapat diupayakan dengan
Pembahasan perbaikan sisrem pengelolaan sekolah,
Hasil uji hipotesisa pertama menyatakan mempasilitasi guru dengan prasarana dan sarana
terdapat hubungan secara signifikan antara yang merangsang guru untuk berkreasi. Kepala
stress kerja dengan kinerja guru menunjukkan sekolah juga diharapkan mengedepankan
bahwa stres kerja pada dapat digunakan untuk kejujuran , trasparansi , dan open manajen untuk
meningkatkan kinerja guru pada kadar yang memberi kepercayaan dan suri tauladan. Karena
sedang (koefisien korelasi 0.271), Suprihanto keadilan, kesejahteraan, kepuasan, merupakan
(2000), menyebutkan bahwa stres yang terlalu kunci sukses dalam meraih sukses.
rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan Kedua; pimpinan harus mampu menggali,
tingkat prestasi (kinerja) yang rendah (tidak menyelami gejolak apa yang terjadi dalam diri
optimum). setiap guru secara general untuk lebih berhati-
Hasil uji hipotesis kedua terdapat hati dalam mengambil keputusan dan kebijakan
hubungan secara signifikan antara motivasi yang akan diterapkan di sekolah.
berprestasi dengan kinerja guru. Dalam Ketiga. Bagi pihak yang terkait dengan
penelitian ini terlihat jelas bahwa guru memiliki pendidikan, hendaknya dapat memberikan
motivasi berprestasi yang tinggi, tentu akan dukungan dan bantuan kepada setiap satuan
memiliki keyakinan diri yang kuat bahwa pendidikan khususnya SMP Negeri di
mereka mampu melaksanakan tugas-tugas Kecamatan Kota Manna dalam pengelolaan
rutinnya sebagai pengajar. Mereka mempunyai sekolah, juga bantuan fisik sehingga dengan
perasaan mampu meneyelesaikan tugas dan sekolah yang representatif akan menimbukan
berusaha mengatasai hambatan-hambatan yang inspirasi-inspirasi baru dan munculnya gairah
ada. Ini sejalan dengan pendapat Ishak & Hendri berprestasi baik langsung terhadap diri guru,
(2003), bahwa manfaat motivasi yang utama maupun prestasi peserta didiknya.
adalah menciptakan gairah kerja, sehingga
produktivitas kerja meningkat.
Candra, Hubungan antara Stress Kerja dan Motivasi Berprestasi 437

DAFTAR RUJUKAN Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi:


Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta:
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Prenhallindo.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Ruky, A. 2001. Performance Management
Cipta. System Panduan Praktis Untuk Meran-
Djaali dan Pudji Muljono. 2004. Pengukuran cang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta:
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPS Gramedia Pustaka Utama.
UNJ. Selye, Hans. 1976. The Stress of Life. New
Ishak, Arep & Hendry. 2003. Manajemen York: McGraw-Hill Book Company, Inc.
Motivasi. Tanjung, Jakarta : Gremedia Sugiyono. 1997. Metodologi Penelitian Adminis-
Widiasarana. trasi. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai