DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS CIKAJANG
Jalan Raya Cikajang No. 01 Kecamatan Cikajang - Garut
(0262) 577126 Email: pkmdtpcikajang@gmail.com
Pengkajian (P)
1. Antropometri:
Hasil pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan dan Lingkar
Lengan Atas merujuk pada Standar Antropometri yang
berlaku.
2. Laboratorium:
Melihat data hasil pemeriksaan Hb, darah lengkap,
feses, urin untuk mengetahui apakah balita mengalami
anemia serta kemungkinan adanya penyakit penyerta
lainnya yang memungkinkan terjadinya kekurangan gizi
(lihat data rujukan dan keterangan dari dokter yang
memeriksa).
3. Fisik/Klinis:
Wajah pucat, badan kurus, terlihat letih dan lesu,
hilang nafsu makan, edema, iga gambang, batuk
kronik, demam, diare, dll
4. Riwayat Gizi:
- Asupan Balita
- Pola makan balita
- Kebiasaan makan sehari-hari
- Pemberian kapsul vitamin A
- Pola asuh
- Budaya (pantang makanan tertentu)
- Akses ketersediaan dan keamanan pangan
5. Riwayat Klien:
Usia, jenis kelamin, etnis, cacat/kelainan bawaan,
riwayat imunisasi, riwayat penyakit pada
pasien/keluarga, riwayat kelahiran, PHBS, sosial
ekonomi, budaya, geografis, akses ke
Posyandu/fasyankes
Problem (P):
Balita Gizi Buruk (BB/TB)
Etiologi (E):
- Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian makan
anak (jumlah, porsi, frekuensi, tekstur, variasi)
- Kurang optimalnya pola asuh yang berpengaruh
terhadap kesehatan, misalnya orangtua tunggal (single
parent), ibu bekerja jauh dari balita, tidak dilakukan
pemberian makan secara aktif
- Kurangnya penerapan PHBS di keluarga
- Kurangnya akses terhadap fasyankes dan dukungan
tenaga kesehatan
- Keterkaitan dengan riwayat kehamilan dan persalinan
ibu ataupun riwayat penyakit pada balita. Petugas
dapat mengacu pada buku KIA.
- Keterbatasan akses terhadap pemenuhan makanan
termasuk kapsul vitamin A
- Kondisi sosial ekonomi dan budaya yang tidak
mendukung
- Kurang dukungan keluarga pada ibu balita
Sign/Symptom (S):
Sesuai data dari pengkajian yang menjadi tanda dan
gejala.
Contoh:
- BB/TB <-3 SD, LiLA < 11,5 cm
- Asupan energi pada balita berdasarkan recall dibawah
60% dari kebutuhan.
- Praktek pemberian makan balita tidak sesuai dengan
kebutuhan (jumlah, porsi, frekuensi, tekstur, variasi)
- Riwayat penyakit pada balita yang berulang dalam
jangka waktu pendek.
Intervensi (I)
Tujuan intervensi:
Memberikan asupan makanan yang adekuat
secara bertahap untuk mencapai Berat Badan
Ideal.
Pemberian makan:
- Kasus balita gizi buruk tanpa komplikasi (rawat
jalan)
Mendapat formula 100, Ready to Use Therapeutic
Food (RUTF) (jika tersedia) atau berbasis pangan
lokal hingga status gizinya menjadi gizi kurang
(BB/TB antara -3 SD s.d. <
-2 SD).
Pemberian formula 100 diberikan pada:
- Anak gizi buruk diberikan secara bertahap:
o Fase rehabilitasi awal 150 kkal/kg BB per hari,
yang diberikan 5-7 kali pemberian/hari.
Diberikan selama satu minggu dalam bentuk
makanan cair (Formula 100).
o Fase rehabilitasi lanjutan 200-220 kkal/kg BB
per hari, yang diberikan 5-7 kali pemberian/hari
(Formula 100).
- Anak gizi buruk tanpa tanda klinis langsung
diberikan fase rehabilitasi lanjutan 200-220
kkal/kg BB per hari, yang diberikan 5-7 kali
pemberian/hari (Formula 100).
Makanan Lokal
Makanan lokal dengan kalori 200 kkal/Kg BB per hari,
yang diperoleh dari lemak 30-60% dari total energi,
protein 4-6 g/Kg BB per hari. Apabila akan menggunakan
makanan lokal tidak dilakukan secara tunggal (makanan
lokal saja) tetapi harus dikombinasikan dengan makanan
formula.
Formula 100 atau RUTF:
• diberikan setelah pemberian ASI bagi
bayi yang masih mendapat ASI
• diberikan sebelum pemberian makanan
Edukasi gizi:
Bertujuan memberikan pengetahuan dan melatih
ketrampilan orang tua tentang:
- Cara membuat formula 100, pemberian makan
bayi dan anak yang sesuai usia, cara pembuatan
makanan tambahan (PMT penyuluhan), memantau
berat badan secara rutin di Posyandu/Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, manfaat vitamin A, dll.
- Kasus balita gizi buruk disarankan untuk makan
makanan yang tinggi protein dan energi (sesuai dengan
sumber pangan lokal).
- Jika anak tersebut telah masuk kategori kurus:
Balita: dianjurkan makan makanan keluarga, bergizi
seimbang dan perlu mendapat makanan tambahan.
Baduta: perlu mendapat makanan sesuai prinsip
pemberian makan bayi dan anak yang optimal dan
makanan tambahan.
Konseling gizi:
Meningkatkan motivasi kepada
orangtua/pengasuh untuk pemberian makanan
(formula 75, 100, dan gizi seimbang).