Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME

Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020
Tentang Keselamatan Radiasi Pada Penggunaan Pesawat SinarX Dalam Radiologi
Diagnostik Dan Intervensional

Peraturan Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Keselamatan Radiasi Pada Penggunaan Pesawat Sinar-X Dalam Radiologi Diagnostik Dan
Intervensional

BAB I

KETENTUAN UMUM
Bab I merupakan ketentuan umum yang terdiri dari 3 pasal. Pasa 1 menjelaskan
tentang pengertian dari badan dalam peraturan ini yaitu badan pengawas tenaga nuklir,
keselamatan radiasi pengion di bidang medik yang disebut keselamatan radiasi, proteksi
radiasi, budaya keselamatan, radiologi, radiologi diagnostik, radiologi intervensional,
pesawat sinar-x radiografi umum, pesawat sinar-x terpasang tetap, pesawat sinar-x mobile,
pesawat sinar-x fluoroskopi, pesawat sinar-x mamografi, pesawat sinar-x ct-scan, pesawat
sinar-x gigi, pesawat sinar-x gigi intraoral, pesawat sinar-x gigi ekstraoral 2d (dua dimensi),
pesawat sinar-x gigi ekstraoral 3d (tiga dimensi), pesawat sinar-x portabel, pesawat sinar-x
pada fasilitas pelayanan kesehatan bergerak (mobile station), pemegang izin , pekerja radiasi
di bidang medik yang disebut pekerja radiasi, petugas proteksi radiasi, paparan kerja, paparan
medik, paparan potensial, daerah pengendalian, daerah supervisi, nilai batas dosis, pembatas
dosis, uji kesesuaian pesawat sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional yang disebut uji
kesesuaian, dan rekaman.

Pasal 2, mengatur r tentang persyaratan keselamatan radiasi yang harus dipenuhi oleh
Pemegang Izin pada penggunaan pesawat sinar-X dalam Radiologi Diagnostik dan Radiologi
Intervensional, yang meliputi persyaratan manajemen, persyaratan proteksi radiasi,
persyaratan Teknik, dan verifikasi keselamatan.

Pasal 3, menjelaskan mengenai pesawat sinar-x yang digunakan sesuai dalam pasal 2
meliputi : pesawat sinar-x radiografi umum, pesawat sinar-x fluoroskopi, pesawat sinar-x
mamografi, pesawat sinar-x ct-scan, dan pesawat sinar-x gigi. Selain itu membahas mengenai
pesawat sinar-X yang digunakan dalam prosedur yaitu radiologi diagnostic dan/atau radiologi
intervensional, pesawat sinar-X sebagaimana dimaksud tidak termasuk pesawat sinar-X yang
digunakan sebagai penunjang radioterapi dan penunjang kedokteran nuklir, jenis pesawat
sinar-X, dan ketentuan mengenai pesawat sinar-X yang digunakan sebagai penunjang
radioterapi dan penunjang kedokteran nuklir.

BAB II

PERSYARATAN MANAJEMEN
Persyaratan manajemen dijelaskan dalam bab 2 yang terbagi menjadi 7 bagian, diantaranya :
Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4, berisi persyaratan yang wajib dipenuhi oleh pemegang izin meliputi: penanggung
jawab keselamatan radiasi, budaya keselamatan; pemantauan kesehatan; personel; pendidikan
dan pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi; dan rekaman dan laporan.

Bagian Kedua

Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi

Pasal 5, menguraikan penanggung jawab keselamatan radiasi.

Pasal 6, menjelaskan penyelenggara proteksi dan keselamatan radiasi terintegrasi dengan


sistem manajemen yang dimiliki oleh pemegang izin.

Bagian Ketiga

Budaya Keselamatan

Pasal 7, berisi mengenai penanggung jawab keselamatan radiasi yang wajib mewujudkan
budaya keselamatan.

Bagian Keempat

Pemantauan Kesehatan

Pasal 8, menjelaskan bahwa pemegang izin wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan


untuk seluruh pekerja radiasi dan ketentuan mengenai pemantauan kesehatan diatur dalam
peraturan badan mengenai pemantauan kesehatan untuk pekerja radiasi.

Bagian Kelima

Personel

Pasal 9, membahas tentang tenaga medis dalam bidang radiologi; tenaga kesehatan; dan
petugas proteksi radiasi. tenaga medis dalam bidang radiologi.

Pasal 10, menjelaskan mengenai dokter spesialis lain yang menggunakan sumber radiasi
harus memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) dari pemegang izin, meliputi : dokter
gigi spesialis radiologi kedokteran gigi yang harus tersedia pada penggunaan Pesawat Sinar-
X Gigi Ekstraoral 2D (dua dimensi) dan Pesawat Sinar-X Gigi Ekstraoral 3D (tiga dimensi).

Pasal 11, menjelaskan bahwa pesawat sinar-x digunakan untuk pemeriksaan hewan

Pasal 12, menguraikan tugas dan tanggung jawab tenaga medis di radiologi yang menjamin
pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi pasien.

Pasal 13, menguraikan tugas dan tanggung jawab yang dimiliki petugas proteksi radiasi yaitu
membantu pemegang izin dalam menyusun, mengembangkan, dan melaksanakan program
proteksi dan Keselamatan Radiasi; memantau pelaksanaan program proteksi dan
Keselamatan Radiasi; memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi
dan memantau pemakaiannya; memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan
Keselamatan Radiasi; berpartisipasi dalam mendesain ruangan Radiologi; mengidentifikasi
kebutuhan dan mengoordinasikan pelatihan proteksi dan Keselamatan Radiasi; melaporkan
kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan radiasi; memantau pelaksanaan verifikasi Keselamatan Radiasi; dan menyiapkan
laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Bagian Keenam

Pendidikan dan Pelatihan

Pasal 14, menjelaskan pemegang izin wajib memfasilitasi pendidikan dan pelatihan setiap
personel, yang terdiri dari pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi; dan pelatihan mengenai
pesawat sinar-X yang digunakan. Pelatihan ini ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman
tentang tanggung jawab dalam proteksi dan keselamatan radiasi; dan pentingnya menerapkan
proteksi dan keselamatan radiasi selama melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan radiasi.
Serta diselenggarakan secara in house training oleh pemegang izin. Selain itu terdiri dari
materi : peraturan perundang-undangan ketenaganukliran; sumber radiasi dalam pemanfaatan
tenaga nuklir; efek biologi radiasi; dosimetri radiasi; prinsip proteksi dan keselamatan radiasi;
alat ukur radiasi; dan tindakan dalam mencegah paparan yang tidak diinginkan (unintended
exposure) dan terkait paparan yang tidak diperlukan (unnecessary exposure). Pemegang izin
harus memelihara kompetensi pekerja radiasi dengan melakukan pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) secara rutin dan berkala atau paling lama 5 (lima) tahun sekali.
Ketentuan mengenai pelatihan petugas proteksi radiasi diatur dalam Peraturan Badan
mengenai izin bekerja petugas tertentu yang bekerja di instalasi yang memanfaatkan sumber
radiasi pengion.

Bagian Ketujuh

Rekaman dan Laporan

Pasal 15, menjelaskan bahwa pemegang izin wajib membuat, memelihara, dan menyimpan
rekaman dan laporan terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi.

Pasal 16, membahas mengenai data inventarisasi pesawat sinar-X meliputi: spesifikasi teknik
pesawat sinar-X; dan/atau data penggantian tabung sinar-X.

Pasal 17, pemegang izin wajib membuat laporan mengenai pelaksanaan: program proteksi
dan keselamatan radiasi; verifikasi keselamatan; pencegahan kejadian paparan yang tidak
diinginkan dan paparan yang tidak diperlukan; dan rekaman dosis pasien. Selain itu, wajib
disampaikan secara daring kepada kepala badan melalui aplikasi B@LIS inspeksi
keselamatan radiasi paling lama 1 (satu) tahun sekali.
Pasal 18, menjelaskan bahawa rekaman dosis pasien disampaikan secara daring kepada
kepala badan melalui sistem informasi data dosis pasien nasional yang telah ditetapkan oleh
kepala badan dan harus dilakukan dan/atau disupervisi oleh fisikawan medik.

BAB III

PERSYARATAN PROTEKSI RADIASI


Dalam Bab III menjelaskan persyaratan proteksi radiasi yang terbagi menjadi 4 bagian:

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 19, membahas pemegang izin wajib memenuhi persyaratan proteksi radiasi meliputi:
prinsip proteksi radiasi; proteksi radiasi terhadap paparan kerja; dan proteksi radiasi terhadap
paparan medik.

Bagian Kedua

Prinsip Proteksi Radiasi

Pasal 20, menjelaskan mengenai prinsip proteksi radiasi meliputi: justifikasi, limitasi dosis,
dan penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi.

Justifikasi dibahas dalm pasal 21 yang menjelaskan tentang pemahaman dari justifikasi,
pemegang izin wajib melakukan justifikasi mengenai pertimbangan penggunaan pesawat
sinar-X. Selain itu, justifikasi harus tercantum dalam program proteksi dan keselamatan
radiasi. Dan pasal 22 menjelaskan bahwa dalam hal pesawat sinar-X dilakukan modifikasi,
pemegang izin harus mengajukan justifikasi kepada kepala badan.

Limitasi dosis dijelaskan dalam pasal 23, berisi pemegang izin wajib memberlakukan
limitasi dosis melalui penerapan nilai batas dosis. Nilai batas dosis tidak boleh dilampaui
dalam kondisi operasi normal dan ketentuan mengenai nilai batas dosis diatur dalam
peraturan badan mengenai proteksi radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir.

Pasal 24, tentang nilai batas dosis tidak berlaku terhadap paparan medik.

Penerapan optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi di jelaskan pada pasal 25 berisi
tentang optimisasi harus didasarkan pada upaya agar paparan radiasi yang diterima pekerja
radiasi, pasien, dan anggota masyarakat serendah mungkin yang dapat dicapai.

Bagian Ketiga

Proteksi Radiasi Terhadap Paparan Kerja

Pasal 26, menguraikan untuk memastikan nilai batas dosis bagi pekerja dan masyarakat
tidak terlampaui, pemegang izin wajib melakukan proteksi radiasi terhadap paparan kerja
meliputi pembagian daerah kerja; penyusunan prosedur keselamatan pengoperasian
pesawat sinar-X; penetapan dan peninjauan ulang pembatas dosis; pemantauan paparan
radiasi di daerah kerja; pemantauan dosis perorangan; dan pertimbangan khusus pekerja
radiasi wanita hamil atau diperkirakan hamil.

Paragraf 1

Pembagian Daerah Kerja

Pasal 27, membahas tentang pemegang izin dalam melaksanakan pembagian daerah kerja
wajib mendapatkan daerah pengendalian dan daerah supervesi.

Pasal 28, menjelaskan mengenai daerah pengendalian, pemegang izin wajib melakukan
tindakan proteksi dan keselamatan radiasi di daerah pengendalian, perlengkapan proteksi
radiasi, peralatan protektif radiasi, dan peralatan protektif radiasi harus memenuhi
spesifikasi teknik sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari peraturan badan ini.

Pasal 29, menguraikan daerah supervisi merupakan daerah di sekitar ruangan pesawat
sinar-X.

Paragraf 2

Prosedur Keselamatan Pengoprasian Pesawat Sinar X

Pasal 30, menjelaskan prosedur keselamatan pengoperasian pesawat sinar-X ditujukan untuk:
menjamin keselamatan radiasi bagi pekerja radiasi; dan meminimalkan
paparan kerja saat pengoperasian pesawat sinar-X. Selain itu, ketentuan yang harus
diperhatikan dalam penyusunan prosedur keselamatan pengoperasian pesawat sinar-X
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
badan ini.

Paragraf 3

Pembatas dosis

Pasal 31, berisi bahwa pemegang izin harus menetapkan dan meninjau ulang pembatas
dosis dan dalam hal personel bekerja di lebih dari satu fasilitas, pembatas dosis harus
ditetapkan dengan mempertimbangkan kontribusi dosis dari masing-masing fasilitas. Selain
itu, perhitungan penetapan dan peninjauan pembatas dosis mengacu pada pedoman
mengenai pembatas dosis yang ditetapkan oleh kepala badan.

Paragraf 4

Pemantauan Paparan Radiasi di Daerah Kerja

Pasal 32, berisi tentang Pemantauan dosis perorangan menggunakan peralatan


pemantauan dosis perorangan yang meliputi: Dosimeter aktif (Dosimeter perorangan
bacaan langsung), dan/atau dosimeter pasif (dosimeter film (film badge), dosimeter
thermoluminescence (TLD badge), dosimeter optically stimulated luminescence (OSL
badge); dan/atau dosimeter radio-photoluminescence (RPL badge)).

Pasal 34, berisi tentang pelaksanaan prosedur Radiologi Intervensional, Pemegang Izin
wajib menyediakan: Dosimeter aktif, dosimeter pasif (dosimeter pasif untuk seluruh
tubuh; dan dosimeter pasif untuk lensa mata). Kemudian hasil bacaan dosis pada
dosimeter aktif wajib dicatat untuk setiap kali prosedur Radiologi Intervensional.

Pasal 35, berisi tentang Dosimeter pasif yang wajib dievaluasi oleh laboratorium
dosimetri eksterna yang terakreditasi atau yang telah ditunjuk oleh Kepala Badan serta
harus dilakukan berdasarkan potensi bahaya radiasi (beban kerja, daerah kerja; dan jenis
tindakan Radiologi yang dilakukan).

Pasal 36, berisi tentang Pemegang Izin wajib memberitahukan hasil evaluasi pemantauan
dosis perorangan kepada Pekerja Radiasi secara berkala (wajib disimpan dan dipelihara
oleh Pemegang Izin paling singkat 30 tahun terhitung sejak Pekerja Radiasi berhenti
bekerja atau Pekerja Radiasi telah mencapai usia 75 tahun). Serta dalam hal Pekerja
Radiasi bekerja di lebih dari satu fasilitas kesehatan, wajib melaporkan hasil evaluasi
pemantauan dosis perorangan yang diterima di fasilitas lain kepada setiap Pemegang Izin
secara berkala

Pasal 37 menjelaskan dalam hal hasil evaluasi pemantauan dosis perorangan melampaui
Nilai Batas Dosis, Pemegang Izin wajib melakukan rekonstruksi dosis dan
penatalaksanaan kesehatan bagi Pekerja Radiasi.

Bagian Keempat
Proteksi Radiasi terhadap Paparan Medik

Pasal 39 berisi tentang Penerapan persyaratan Proteksi Radiasi terhadap Paparan Medik
meliputi: Justifikasi Paparan Medik, dan optimisasi proteksi dan Keselamatan Radiasi
terhadap Paparan Medik.

Paragraf 1
Justifikasi Paparan Medik

Pasal 40 berisi mengenai semua Paparan Medik harus melalui proses justifikasi Paparan
Medik dan dengan mempertimbangkan: Indikasi klinis pasien, pemberian Paparan Medik
sebelumnya, termasuk yang diterima dari fasilitas lain, manfaat modalitas radiasi pengion
lebih besar dan risiko yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan modalitas selain radiasi
pengion, besarnya dosis radiasi kondisi pasien dengan radiosensitivitas yang tinggi,
kondisi kesehatan pasien sebelum dan setelah pemberian Paparan Medik. Dan
menjelaskan pasien dengan radiosensitivitas yang tinggi (bayi, anak-anak, dan wanita
hamil atau diperkirakan hamil).

Pasal 41, berisi tentang justifikasi Paparan Medik yang harus diberikan dalam bentuk
surat rujukan dari tenaga medis dalam bidang Radiologi sebelum pasien menjalani
prosedur Radiologi Diagnostik dan Radiologi Intervensional.

Anda mungkin juga menyukai