Anda di halaman 1dari 94

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil TPA Sampah Buntok

4.1.1 Lokasi TPA Sampah Buntok

Lokasi TPA Buntok yang berada di wilayah ibukota Kabupaten Barito

Selatan terletak di desa Sababilah memiliki luas area sebesar 4.424 Ha dengan

jarak jangkau/ tempuh dari pusat kota Buntok kurang lebih 12 km ke arah utara

kota).

Gambar 4.1
Lokasi TPA Buntok
Sumber : Survey, 2016

86
87

Gambar 4.2
Jalan Masuk TPA Buntok
Sumber : Survey, 2016

Gambar 4.3
Lahan TPA Buntok Eksisting Luas = 4.424 Ha
Sumber : Survey, 2016
Gambar 4.4
Peta Lokasi TPA Buntok Kabupaten Barito Selatan
Sumber : Laporan RTRW Wilayah Kabupaten Barito Selatan

88
89

4.1.2 Komposisi Sampah

Sampah yang memiliki komponen-komponen penyusun yang sama

walaupun pada kenyataannya akan sangat jarang ditemui kondisi tersebut,

sehingga berdasarkan komposisinya sampah dapat dibedakan menjadi sampah

yang seragam dan sampah campuran. Berikut komposisi sampah berdasarkan

sumbernya :

Tabel 4.1
Komposisi Sampah Permukiman
PEMUKIMAN
NO JENIS SAMPAH ( Kg) (%)
1 Plastik 8.86 30.63%
2 Logam 2.00 6.91%
3 Tekstil 1.43 4.94%
4 Gelas 0.64 2.21%
5 Kayu 2.71 9.37%
6 Kertas 3.93 13.58%
7 Sampah B3 0.36 1.24%
8 Lain-Lain 2.29 7.92%
9 Sisa Makanan 0.00 0.00%
10 Sampah Sayur 6.71 23.19%
28.93 100.00%
Gambar 4.5
Persentase Komposisi Sampah Permukiman
Sumber : Survey, 2016
Tabel 4.2
Komposisi Sampah Hotel
HOTEL
NO JENIS SAMPAH ( Kg) (%)
1 Plastik 6.43 43.65%
2 Logam 0.36 2.44%
3 Tekstil 0.00 0.00%
4 Gelas 0.43 2.92%
5 Kayu 0.00 0.00%
6 Kertas 2.29 15.55%
7 Sampah B3 0.00 0.00%
8 Lain-Lain 3.93 26.68%
9 Sisa Makanan 0.00 0.00%
10 Sampah Sayur 1.29 8.76% Gambar 4.6
14.73 100.00% Persentase Komposisi Sampah Hotel
Sumber : Survey, 2016
90

Tabel 4.3
Komposisi Sampah RSUD Buntok
RSUD BUNTOK
NO JENIS SAMPAH ( Kg) (%)
1 Plastik 29.14 43.04%
2 Logam 3.63 5.36%
3 Tekstil 1.69 2.50%
4 Gelas 1.71 2.53%
5 Kayu 4.14 6.11%
6 Kertas 4.54 6.71%
7 Sampah B3 4.29 6.34%
8 Lain-Lain 3.71 5.48%
9 Sisa Makanan 0.00 0.00%
10 Sampah Sayur 14.86 21.95% Gambar 4.7
67.71 100.00% Persentase Komposisi Sampah RSUD Buntok
Sumber : Survey, 2016

Tabel 4.4
Komposisi Sampah Pasar Beringin
PASAR BERINGIN
NO JENIS SAMPAH ( Kg) (%)
1 Plastik 4.00 7.96%
2 Logam 0.43 0.86%
3 Tekstil 1.86 3.70%
4 Gelas 0.86 1.71%
5 Kayu 4.14 8.23%
6 Kertas 3.14 6.25%
7 Sampah B3 0.14 0.28%
8 Lain-Lain 2.14 4.26%
Gambar 4.8
9 Sampah Sayur 33.57 66.77%
Persentase Komposisi Sampah Pasar Beringin
50.28 100.00% Sumber : Survey, 2016

Tabel 4.5
Komposisi Sampah Kantor Bupati
KANTOR BUPATI
NO JENIS SAMPAH ( Kg) (%)
1 Plastik 8.57 41.10%
2 Logam 0.00 0.00%
3 Tekstil 0.00 0.00%
4 Gelas 0.00 0.00%
5 Kayu 0.00 0.00%
6 Kertas 12.28 58.90%
7 Sampah B3 0.00 0.00%
8 Lain-Lain 0.00 0.00%
9 Sisa Makanan 0.00 0.00%
Gambar 4.9
10 Sampah Sayur 0.00 0.00%
20.85 100.00%
Persentase Komposisi Sampah Kantor Bupati
Sumber : Survey, 2016
91

Tabel 4.6
Komposisi Sampah SMP 2 Buntok
SMP 2 BUNTOK
NO JENIS SAMPAH ( Kg) (%)
1 Plastik 14.60 43.98%
2 Logam 0.00 0.00%
3 Tekstil 0.00 0.00%
4 Gelas 0.30 0.90%
5 Kayu 1.90 5.72%
6 Kertas 13.00 39.16%
7 Sampah B3 0.00 0.00%
8 Lain-Lain 0.00 0.00%
9 Sisa Makanan 0.00 0.00%
10 Sampah Sayur 3.40 10.24% Gambar 4.10
33.20 100.00% Persentase Komposisi Sampah SMP 2 Buntok
Sumber : Survey, 2016

Tabel 4.7
Komposisi Sampah TPA Buntok
LOKASI TPA BUNTOK
NO JENIS SAMPAH ( Kg) (%)
1 Plastik 35.33 21.57%
2 Logam 17.33 10.58%
3 Tekstil 6.33 3.86%
4 Gelas 14.83 9.05%
5 Kayu 3.00 1.83%
6 Kertas 30.00 18.31%
7 Sampah B3 7.00 4.27%
8 Lain-Lain 11.33 6.92%
9 Sisa Makanan 0.00 0.00%
10 Sampah Sayur 38.67 23.61% Gambar 4.11
163.82 100.00% Persentase Komposisi Sampah TPA Buntok
Sumber : Survey, 2016

4.1.3 Route Pengangkutan Sampah

Saat ini pengangkutan sampah eksisting yang dikelola oleh Dinas Tata Kota

Kebersihan Pertamanan Dan Pemakaman kabupaten Barito Selatan dilakukan


92

pada pagi hari dimulai jam 5.00. , Jam 11.00 WIB dan Sore hari dimulai jam

15.00 WIB dengan jumlah 6 (enam) group yang bertugas secara bergiliran

dengan route sebagai berikut :

 Group 1. (Pukul 5.00 WIB) : Jln Pelita – TPS Penerangan – TPS Kantor Bupati

– TPS/ Gerobak Diknas – Gerobak/ Bak Pilah sampah – Perum 10/Kiri kanan –

TPS Teratai/ RSU – Gerobak Gg Rumbia Jl Asam – TPS Sanggu – TPS

Sababilah.

 Group 2 ( Pukul 5.00 WIB) : TPS Permai – TPS Pemancar – TPS Cahaya

Agung – TPS/ Geribak Muka Linda – TPS PBB/ Pajak – Gerobak P. Batur – Jl

Pahlawan Kiri/Kanan – Jl P Batur Kiri/ kanan – Jln Merdeka Raya Kiri Kanan.

 Group 3 ( Pukul 15.00 WIB) : Jln Pelita Raya – TPS Penerangan – TPS

kantor Bupati – TPS/ Gerobak Diknas – Gerobak/ Bak Pilah Sampah – Perum

10 – TPS Teratai/ RSU – Gerobag Gg Rumbia Jln Asam – TPS Sanggu – TPS

Sababilah.

 Group 4 (Pukul 11.00 WIB) : TPS Raut – TPS Perumahan Permai – TPS PS

Batuah – TPS Gerobak Soetoemoe – TPS Muka SMPK – Jelapat RT V – TPS

Iring Witu/ Gd Garam – Gerobak Diknas – Gerobak RT 41 Gg Rumbia.

 Group 5 (Pukul 15.00 WIB) : TPS Permai – TPS Pemancar – TPS Cahaya

Agung – TPS/ Gerobak Muka Linda – TPS PBB/Pajak – Gerobak P. batur –

Jalan Pahlawan – Jln P Batur – Jln Merdeka.

 Group 6 ( Pukul 5.00 WIB dan pukul 15.00 WIB) :

1. Soetomo – Jelapat – Rutan – Pemancar – Jln Pahlawan

2. Polsek/ Asam – Tugu Polres – Komplek Pelajar – Depan Hotel Lnda


93

3. Perum PU – batuah – H indar – Kaladan – Terminal/ Pos

4. Diknas – Penerangan – Perum 10 – Kont Rujab

Gambar 4.12
Tempat Penampung Sampah / TPS
Sumber : Survey, 2016

Gambar 4.13
Kendaraan Dump Truck Pengangkut Sampah
Sumber : Survey, 2016
94

TPA

Kel. Buntok Kota

Kel. Hilir Sper


RITO
S. B A

LOKASI TPS DAN


JALUR ANGKUT SAMPAH EKSISTING

KETERANGAN

Batas Kelurahan

Jalan
Sungai

Jembatan

Kantor Lurah/Kepala Desa


ini

Industri/Pabrik
a rt
Jl. K

Kantor Lainnya

Pasar

Studion Olahraga
pa t
Jl . J e l a

Sekolah

KEL. J E L A P A T Masjid

Gereja

Kuburan
Puskesmas

Rute Angkutan sampah

TPS

TPA TPA

Desa Danau Sadar

USketsa Kelurahan Jelapat


Skala : 1 : 3000
U

Gambar 4.14
Lokasi TPS & Jalur Angkut Sampah Eksisting
Sumber : Survey, 2016
95

4.1.4 Kuantitas Sampah yang Terangakut ke TPA

Berdasarkan inventarisir data yang diperoleh dari Dinas Tata Kota

Kebersihan Pertamanan Dan Pemakaman kabupaten Barito Selatan, jumlah

sampah yang terangkut dari TPS oleh petugas lapangan dari tahun 2013 sampai

dengan 2015.

Tabel 4.8
Data Kuantitas Sampah Terangkut Ke TPA Dari Tahun 2013– 2015

VOLUME SAMPAH TERANGKUT


NO TAHUN
RIT/ TAHUN M3/ TAHUN M3/HARI

1 2013 972 4067 11.30


2 2014 985 8974 24.93
3 2015 3655 13651 37.92

Sumber : Dinas Tata Kota Kebersihan Pertamanan & Pemakaman Kab. Barito Selatan n

Grafik Volume Sampah Terangkut Ke TPA


(M3/Hari)

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
2013 2014 2015

Gambar 4.15
Grafik Volume Sampah Terangkut ke TPA (M3/Hari)
Sumber : Analisis, 2016
96

Tabel 4.9
TabelRekapitulasi
3.2 Volume Sampah Yang Masuk ke TPA Likut Jauh Buntok
Rekapitulasi Volume Sampah Yang Masuk ke TPA Rikut–Jawu
Februari Buntok
April 2016Bulan Februari - Maret 2011
Februari Maret April
Volume Volume Volume
No. Tanggal Frekwensi Sampah Yang Frekwensi Sampah Yang Frekwensi Sampah Yang Ket.
(Rit) Masuk ke TPA (Rit) Masuk ke TPA (Rit) Masuk ke TPA
(m3) (m3) (m3)
1 1 12 41 11 40 7 29
2 2 8 29 7 28 12 43
3 3 8 29 8 30 7 23
4 4 10 34 11 39 10 38
5 5 8 29 7 31 5 25
6 6 3 9 7 15 5 23
7 7 11 38 10 37 11 38
8 8 10 34 11 37 9 35
9 9 8 29 11 38 7 28
10 10 5 21 9 34 10 32
11 11 11 40 12 44 5 26
12 12 8 29 11 40 5 20
13 13 2 6 7 25 8 29
14 14 10 34 11 44 9 31
15 15 11 37 8 29 8 27
16 16 8 32 11 40 5 21
17 17 7 29 11 41 5 17
18 18 12 43 7 29 4 17
19 19 8 32 9 32 7 27
20 20 0 0 5 19 10 35
21 21 8 33 11 43 11 38
22 22 12 45 11 40 5 24
23 23 11 45 10 35 5 23
24 24 11 44 5 20 6 21
25 25 13 48 11 41 8 32
26 26 5 21 5 23 7 29
27 27 0 0 5 17 9 36
28 28 5 22 5 25 8 35
29 29 0 0 8 32 0 0
30 30 0 0 5 23 7 29
31 31 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 225 833 260 971 215 831
Sumber
Sumber : Dinas Tata : Dinas Pertamanan
Kota, Kebersihan, Tata Kota& Kebersihan
Pemakaman Kab.Pertamanan
Barito Selatan & Pemakaman Kab. Barito Selatan
97

Gambar 4.16
Grafik Frekuensi Pembuangan Sampah ke TPA Likut Jauh Buntok
Bulan Februari – April 2016
Sumber : Analisis, 2016

Gambar 4.17
Grafik Volume Sampah Yang Dibuang ke TPA Likut Jauh Buntok
Bulan Februari – April 2016
Sumber : Analisis, 2016
Berdasarkan data eksisting pada tahun 2016 dari jumlah sampah (rumah

tangga, hotel, kantor, industri, pasar dan sekolah) yang dihasilkan kota Buntok

dengan wllayah pelayanan meliputi Buntok kota, Kel Hilir Sper, Jelapat, Pamait
98

dan Sababilah sebesar 65 M3/ hari, yang dapat terangkut ke TPA sebesar 37.92

M3/ hari (58%). Sehingga masih terlihat tumpukan sampah di daerah pelayanan /

TPS. Hal ini juga diakibatkan kondisi dan jumlah kendaraan truck yang dimiliki.

4.1.5 Manajemen Persampahan Eksisting

Manajemen Persampahan yang digunakan saat ini adalah sebagai berikut :

 Sampah-sampah yang berasal dari Sumbernya dikumpulkan kedalam

Tempat Penampungan Sementara (TPS) oleh masyarakat

menggunakan kantongan dan gerobak, masih secara tradisional tanpa

adanya dilakukan pemilahan sampah.

 Sampah yang berasal dari sumber ditampung pula pada Container

Armrol.

 Kemudian sampah yang tertampung tersebut diangkut petugas dari

Dinas Tata Kota Kebersihan Pertamanan Dan Pemakaman ketempat

Pembuangan Akhir (TPA).

 Pembuangan di TPA masih sistem Open Dumping dan dilakukan

penggusuran dan penutupan sampah dengan penimbunan tanah setelah 3

atau 4 bulan karena tidak mempunyai peralatan sendiri dan diatasi

secara Sewa.
99

Gambar 4.18
Container
Sumber : Survey, 2016

Gambar 4.19
Garasi Sementara Alat Buldozer
Sumber : Survey, 2016
100

4.1.6 Sarana & Prasarana Persampahan Eksisting

Prasarana& sarana yang dimiliki saat ini adalah :

 Pos Jaga (kondisi rusak)

 Bangunan composting ( tidak memiliki palfon)

 Ada 17 buah Container Armroll (CA) type 3m3 dengan 2 buah truk CA

 4 buah truk terbuka ( 3 buah truk diperoleh dari Pemda dan 1 buah

diperoleh dari bantuan hibah proyek PLP Provinsi Kal Teng pada 4

tahun yang lalu dengan kondisi saat ini sudah mengalami kerusakan.

 Terdapat 17 buah TPS dengan volume 1,5 - 2 m3 ditempatkan pada 17

lokasi di kota Buntok dipinggir jalan.

 Personil yang menangani sampah ada 30 orang pegawai harian tidak

tetap dan 7 orang PNS.

 TPA yang tersedia 4,242 ha, dengan jarak 15 km dari kota, milik

Pemda.ST

Berikut ini terlampir dokumentasi lapangan hasil survey lapangan :

Gambar 4.20
Bangunan Pos Jasa
Sumber : Survey, 2016
101

Gambar 4.21
Bangunan Komposting
Sumber : Survey, 2016

Gambar 4.22
Garasi Alat Berat Sementara
Sumber : Survey, 2016

Gambar 4.23
Genangan Leachate & Pembuangan Sampah Open Dumping
Sumber : Survey, 2016
102

Gambar 4.24
Pembuangan Sampah ke Sungai
Sumber : Survey, 2016

Gambar 4.25
Rencana Penambahan Lahan TPA 6 Ha
Sumber : Survey, 2016
103

Gambar 4.26
Proses Pemisahan Sampah Oleh Pemulung DI TPA
Sumber : Survey, 2016

Gambar 4.27
Peralatan Mesin Sampah Hibah Dari Dinas LH
Sumber : Survey, 2016
104

4.1.7 Retribusi Pelayanan Kebersihan & Persampahan

Pada awal Tahun 2010, Dinas Tata Kota Kebersihan Pertamanan Dan

Pemakaman mulai melakukan penarikan Retribusi Kebersihan dan Persampahan

sebagai penerapan Perda No.4 Tahun 2008 dan Peraturan Bupati nomor 25 Tahun

2009. Retribusi ini dimaksudkan untuk membantu operasional dan pengangkutan

sampah dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA (Tempat Pembuangan

Akhir) dan Pemusnahan sampah di TPA. Sedangkan pengelolaan dari sumbernya

(rumah tangga dan lainnya) ke TPS ditangani masyarakat sendiri. Pembiayaan

pengelolaan sampah di Kabupaten Barito Selatan baru dilaksanakan 1 Januari

2010 dan masih sangat bertumpu pada subsidi APBD serta retribusi kebersihan.

Mengacu pada pengumuman resmi yang dikeluarkan Oleh Pemerintah

Kabupaten Barito Selatan No : 974/274/V/DTK KPP-20101, dengan dasar

hukum sebagai berikut :

- Perda Kabupaten Barito Selatan Nomor : 04 Tahun 2008 Tentang Retribusi

Pelayanan Persampahan Dan Kebersihan.

- Peraturan Bupati Barito Selatan Nomor : 25 Tahun 2009 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Persampahan & Kebersihan.

- Surat Edaran Bupati barito Selatan Nomor : 963/07/IV/DPPKAD/B.I/2010

Tanggal 26 April 2010 Perihal Setoran Hasil Daerah.


105

Tabel 4.10
Retribusi Kebersihan

BIAYA RETRIBUSI
NO KATEGORI
(Rupiah)

I. KANTOR/ BANK/ SEKOLAH/RUMAH SAKIT


1 Kantor Pemerintah 15,000 /Bulan
2 Kantor Swasta 20,000 /Bulan
3 Bank Pemerintah 20,000 /Bulan
4 Bank Swasta 25,000 /Bulan
5 Kampus 15,000 /Bulan
6 SMP/SMA 15,000 /Bulan
7 SD 7,500 /Bulan
8 TK 5,000 /Bulan
9 Rumah Sakit Type B 60,000 /Bulan
10 Rumah Sakit Type C 50,000 /Bulan
11 Rumah Sakit Type D 40,000 /Bulan
12 Rumah Sakit Bersalin Besar 30,000 /Bulan
13 Rumah Sakit Bersalin Kecil 25,000 /Bulan
14 Poliklinik Swasta 25,000 /Bulan
15 Puskesmas 20,000 /Bulan
II. PABRIK/INDUSTRI/BENGKEL/PERTUKANGAN
16 Pabrik/ Industri Besar 15,000 /Bulan
17 Pabrik/ Industri Sedang 12,500 /Bulan
18 Pabrik/ Industri Kecil 10,000 /Bulan
19 Bengkel Besar/Mobil 20,000 /Bulan
20 Bengkel Kecil/Motor 15,000 /Bulan
21 Bengkel Bubut/Las 15,000 /Bulan
22 Usaha Pertukangan Besar 30,000 /Bulan
23 Usaha Pertukangan Kecil 15,000 /Bulan
III. HOTEL/WISMA/PENGINAPAN
24 Hotel/Wisma/Pengunapan sd 15 Kamar 50,000 /Bulan
25 Hotel/Wisma/Pengunapan sd 15 Kmr lebih 75,000 /Bulan
IV. RESTORAN/RUMAH MAKAN/WARUNG
26 Restoran/ Rumah makan 1-5 Meja 10,000 /Bulan
27 Restoran/ Rumah makan 6-10 Meja 20,000 /Bulan
28 Restoran/ Rumah makan 11 Meja Lebih 40,000 /Bulan
29 Warung Besar 5 Meja Keatas 10,000 /Bulan
30 Warung Kecil s/d 4 meja 5,000 /Bulan
V. RESTORAN/RUMAH MAKAN/WARUNG
31 Tukang Jahit (s/d 5 org Penjahit) 5,000 /Bulan
32 Tukang Jahit (lebih 5 org Penjahit) 10,000 /Bulan
33 Pemangkas Rambut (s/d 5 Pekerja) 7,500 /Bulan
34 Pemangkas Rambut (lebih 5 Pekerja) 10,000 /Bulan
106

Lanjutan…..

VI. USAHA/PERNIAGAAN/TOKO/PKL
35 Pengelolaan Gedung Pusat Perbelanjaan 100,000 /Bulan
36 Grosir 50,000 /Bulan
37 Ruko (Toko merangkap Tempat Tinggal) 15,000 /Bulan
38 Toko 10,000 /Bulan
39 Kios Besar 5,000 /Bulan
40 Kios Kecil 3,000 /Bulan
41 PKL mempunyai tempat/ pakai peneduh 1,000 /Hari
42 PKL tidak mempunyai tempat 500 /Hari
VII. BIOSKOP
43 Bioskop Kelas I (4 Studio lebih) 30,000 /Bulan
44 Bioskop Kelas II (2-3 Studio) 25,000 /Bulan
45 Bioskop Kelas III (1 Studio) 15,000 /Bulan
VIII. KOMPLEK PERUMAHAN TERATUR
46 Komplek Perumahan Mewah/ Real Estate 10,000 /Bulan
47 Komplek KPR/BTN (Besar) 6,000 /kk/Bulan
48 Komplek KPR/BTN (Sedang) 4,500 /kk/Bulan
49 Rumah Susun (Sederhana) 3,500 /kk/Bulan
50 Rumah Sederhana 2,500 /kk/Bulan
IX. ASRAMA
51 Asrama TNI dan POLRI 2,500 /kk/Bulan
52 Asrama Pelajar/ Mahasiswa 5,000 /Bulan
X. RUMAH TANGGA DI JALAN KELAS II
53 Rumah Besar Type 100 ke atas 7,500 /Bulan
54 Rumah Besar Type 70-99 6,000 /Bulan
55 Rumah Sedang Type 45-69 4,500 /Bulan
56 Rumah Kecil/ Sederhana type 45 ke bawah 3,000 /Bulan
XI. RUMAH TANGGA DI JALAN KELAS III,IV & V
57 Rumah Besar Type 70 ke atas 5,000 /Bulan
58 Rumah Besar Type 45-70 3,500 /Bulan
59 Rumah Kecil/ Sederhana Type 45 kebawah 3,000 /Bulan
XII. RUMAH TANGGA KELAS DI GANG & JALAN BETON
60 Rumah Besar Type 70 ke atas 3,500 /Bulan
61 Rumah Besar Type 45-70 2,500 /Bulan
62 Rumah Kecil/ Sederhana Type 45 kebawah 1,500 /Bulan
XIII. TEBANGAN POHON/ BONGKARAN/TANAMAN HIAS
2
63 Tebangan Pohon/ Bongkaran Rumah 5,000 /1M
64 Tanaman Hias 3,000 /Bulan
65 Pesta Hajatan/ Keramaian/Obyek Wisata 5,000 /Bulan
XIV. SAMPAH YANG DIBUANG SENDIRI KE TPA
3
66 Sampah Industri/Bengkel/Sejenis 5,000 /3 M
3
67 Sampah Asrama /Yayasan/Lembaga Pendidikan 15,000 /3 M
3
68 Sampah Padat (Puing) & Terbangun Pohon 20,000 /3 M

Sumber : Perda No : 4 Tahun 2008, Pemkab Barito Selatan


107

Berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat daerah

Kabupaten Barito Selatan dibawah organisasi Dinas Tata Kota Kebersihan

Pertamanan & Pemakaman untuk kegiatan penanganan Persampahan dan Limbah

Lingkungan Tahun anggaran 2010 dan 2011, biaya yang harus dikeluarkan dalam

rangka operasional TPA meliputi biaya untuk

1. Honorer petugas lapangan. Petugas lapangan yang dimaksud diantaranya

sopir, pengangkut sampah, pembantu sopir serta untuk petugas yang bertugas

untuk kebersihan jalan. Honorer petugas terdiri dari honor untuk sopir,

pengangkut sampah, pembantu sopir, dan untuk kebersihan jalan (penyapu

jalan, pembersih selokan, dan pemotong rumput bahu jalan).

2. Administrasi kantor. Biaya untuk administrasi kantor adalah biaya ATK yang

meliputi biaya untuk pembelian kertas, ballpoint, cartridge, dan tinta printer.

3. Untuk BBM dan pelumas. Pengeluaran BBM ini meliputi solar untuk dump

truck dan arm roll, bensin untuk tossa dan mesin pemotong rumput, oli,

minyak rem, gemuk dan air accu.

4. Spare part kendaraan. Yang termasuk biaya untuk spare part yaitu biaya

penggantian ban luar dan ban dalam dump truck, serta solir/lapis ban dalam.

5. Biaya servis kendaraan. Yang termasuk ke dalam biaya pemeliharaan/servis

ini diantaranya adalah untuk servis dump truck, tossa, dan mesin potong

rumput, untuk perpanjangan STNK dan KIR kelayakan dump truck,

perpanjangan STNK tossa, pemeliharaan container, pemeliharaan TPS dalam

kota dan pemeliharaan TPA/sewa alat penggusuran TPA Likut Jauh.


108

Jelasnya alokasi dana yang dianggarakan oleh Pemerintah Kabupaten dapat dilihat

pada Tabel dan Gambar dibawah ini (Grafik Operasional & Pemeliharaan Sampah

Kota Buntok)

Tabel 4.11
Anggaran Pelaksanaan Pengelolaan Persampahan Eksisting
2014 2015
No. Jenis UraianBelanja Volume Satuan Jumlah Volume Satuan Jumlah
1 Gaji 283,200,000 279,000,000
HonorSopir 8 orang 67,200,000 9 orang 78,084,000
HonorPengangkutSampah 30 orang 216,000,000 25 orang 186,000,000
HonorPembantuSopir - - - 2 - 14,916,000

2 Administrasi 1 tahun 13,000,000 1 tahun 4,000,000


3 BBM&Pelumas 1 tahun 345,830,000 1 tahun 351,425,000
4 Sparepart 1 tahun 63,000,000 1 tahun 67,680,000
5 Biayapemeliharaan/servis 1 tahun 52,000,000 1 tahun 53,000,000

Jumlah 757,030,000 755,105,000


Sumber:SKPD Pemerintah KabupatenBaritoSelatan

400,000,000
400,000,000
350,000,000
350,000,000
300,000,000
300,000,000
JumlahBiaya(Rp)

250,000,000
250,000,000
200,000,000
200,000,000
150,000,000
150,000,000
100,000,000
100,000,000
50,000,000
50,000,000
-

Gambar 4.28
Grafik Operasional Dan Pemeliharaan Sampah Eksiting
Sumber : Survey, 2016
109

4.1.8 Kendala Pengelolaan

Kendala dalam pengelolaan sampah :

1. TPA masih system open dumping.

2. Belum adanya Master Plan TPA.

3. Belum adanya DED untuk TPA

4. Peralatan berat untuk penunjang di tpa belum ada, masih menyewa.

5. Karena belum ada pemilahan sampah sehingga untuk pembuatan

composting menyita waktu dan biaya tinggi.

6. Partsifasi dan kesadaran masyarakat perlu lebih ditingkatkan dalam

membuang sampah pada tempatnya.

7. Dana untuk mengelola kebersihan / persampahan MASIH TERBATAS.

Untuk memenuhi UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan,

maka sistem Pengelolaan persampahan di TPA menjadi Sanitary Landfill namun

harus ditunjang dengan peralatan seperti Dozer atau Excavator dan/atau pemadat.

4.2 Rencana Desain TPA Buntok

4.2.1 Lapis Dasar Lahan TPA

1) Material

SLT HDPE Geomembrane adalah lembaran HDPE (High Density

Polyethylene) yang bersifat kedap air dengan fungsi utamanya adalah

sebagai pelapis suatu struktur yang membutuhkan pencegahan

rembesan air atau gas keluar/masuk struktur tersebut. High Density

Polyethylene merupakan bahan utuma dari SLT, dimana bahan ini telah

dikembangkan secara khusus sehingga bahan tersebut tahap terhadap


110

zat kimia, basa dan asam pada umumnya yang terdapat di air limbah,

penampungan air minum (water reservoir), penampungan urugan

sampah padat (sanitary landfill), saluran air, penampungan kotoran

minyak dan lain-lain.

2) Sifat Fisik

a. Densitas

Derajat kristalisasi sangat mempengaruhi densitas bahan.

Bertambah besar drajat densitas bahan tersebut, semakin kuat daya

tarik material ini. Densitas yang besar akan mengurangi

fleksibelitas dari material tersebut sehingga mengurangi

kemampuan untuk mengalami deformasi. Lembaran SLT dibuat

dengan derajat densitas yang seoptimal mungkin sehingga terjadi

keseimbangan antara kekuatan tarik yang tinggi dengan

kemampuan fleksibelitas yang baik.

b. Melt Flow Index

Index cair dari polyethylene dikontrol secara ketat dengan tujuan

memperlancar proses pembuatan lembaran SLT dan juga untuk

mempermudah instalasi penyambungan.

c. Avarage Molecular Weight

Berat molekul rata-rata menunjukan derajat dan keseragaman dari

lembaran SLT. SLT mempunyai berat molekul rata yang besar

dengan distribusi yang kecil sehingga lembaran menjadi seragam

dalam mutu.
111

d. Coeficient Of Expansion

Koefisien pemuaian dari SLT sangat kecil dan mempunyai nilai

1,2x10-4 cm/cm per celcius. Sehingga perubahan lembaran SLT

akibat temperature juga sangat kecil.

e. Water Absortion

Perembesan SLT terhadap air hamper tidak ada. Nilai kelulusan

bahan ini adalah 10-12 cm/det.

f. Ball Indentation

Permukaan yang keras dari lembaran SLT mempunyai daya tahan

terhadap tekanan lokal dan daya tembus. Ini ditest melalui Ball

Indetation Hardness.

g. Impact Resistance

Lembaran SLT yang flexible mempunyai daya bentur yang kuat

pada temperature yang rendah ataupun terhadap deformasi yang

cepat.

h. Pengaruh Temperatur

Daya fleksibelits dari lembaran SLT semakin bertambah dengan

kenaikan temperature. Daya flexible yang tinggi mengurangi

tegangan yang terjadi daya tarik. Pada temperature yang tinggi,

kekuatan lembaran akan berkurang. Pada temperature 80° Celcius,

lembaran SLT masih mempunyai tensile strength sebesar 6.0

N/mm². Lembaran SLT dapat digunakan pada temperature 40° C -

80° C.
112

i. Long Term Behavior

Perilaku SLT pada jangka waktu yang panjang diperoleh dari test

tensile strength dengan konstan stress pada lembaran SLT dimana

ini akibat proses relaxion.

j. Chemical Resistance

Molekul HDPE (High Density Polyethylene) telah dikenal tahan

terhadap zat-zat kimia. Test-test telah dilakukan dengan beberapa

macam zat kimia yang biasanya di jumpai pada cairan limbah

dengan bebrbagai temperature. Test juga dilakukan pada

sambungan-sambungan (joint). Lembaran SLT dibuat dengan

bahan utama HDPE yang diproses secara khusus sehingga tahan

terhadap zat-zat kimia umumnya.

k. Stess – Crack Resistance

Beban mekanis dan bahan kimia padat (limbah padat) dapat

menyebabkan terjadinya keretakan ada lembaran polimer. Hasil test

yang dilakukan dilakukan di laboratorium menunjukan lembaran

SLT tidak mengalami keretakan karena beban mekanis maupun

beban limbah padat.

l. Weather Resistance

Hasil test yang dilakukan selama 5 tahun pada suatu konstruksi

dengan lembaran SLT tidak menunjukan terjadinya perubahan pada

sifat mekanis.
113

3) Keunggulan Utama SLT

a) Enviromental Stress Crack Resistance.

Daya tahan retak pada SLT lebih besar 3 – 5 kali dari lembaran

HDPE yang lain.

b) Stabilitas dimensi.

Pada temperature yang tinggi seperti 300° F, lembaran SLT tidak

banyak perubahan dalam property maupun bentuk. Hal ini sangat

menguntungkan karena dapat mengurangi terjadinya stress

tambahan pada lembaran maupun sambungan.

c) Daya tahan terhadap temperature rendah.

Pada temperature rendah seperti dibawah 0°, kerapuhan lembaran

SLT terjadi pada suhu yang jauh lebih rendah dari pada lembaran

HDPE lainnya.

d) Daya pecah/hancur yang lebih besar.

Lembaran SLT membutuhkan energi yang lebih besar untuk

pengujian kehancuran/peacah dibandingkan lembaran HDPE yang

lain.

4) Sistem Penyambungan

Sistem penyambungan untuk lembaran HDPE adalah titik yang paling

berisiko tinggi.Dijanjikan bahwa lembaran HDPE dan sambungannya

akan mencipta lapisan yang kedap (impermeable). Sehingga sambungan

lembaran HDPE dilakukan dengan 2 tipe yang berbeda yaitu :

a Overlap Welding
114

Sistem penyambungan ini dilaksanakan dengan overlap 10 cm dan

dimasukan pada alat otomatis (hot shoe). Alat ini akan

memanaskan bahan dan kemudian di-press sehingga menyatu

menjadi satu kesatuan lembaran. Overlap 10 cm ini telah terbukti

efektif dan sudah termasuk faktor keamanan untuk kondisi tanah

keamanan untuk kondisi tanah yang tidak sama. Penyambungan ini

dilakukan untuk penyambungan yang menerus.

b Surface Welding

Sistem penyambungan ini dengan cara melekatkan mulut mesin

penyambung (extruder) kemudian dari mulut mesin tersebut keluar

material yang sama dengan lembaran yang akan disambung

(HDPE) dalam bentuk pasta yang beremperatur tinggi. Temperatur

yang tinggi akan melunakan material dan kemudiansaling menyatu.

5) Quality Control

Pengujian hasil sambungan dapat dilakukan dengan cara :

a. Destructive Test

b. Vacuum Test

c. Pumping Test

Pengujian sambungan ini dilakukan sebelum pekerjaan dimulai dengan

cara menyambung lembaran contoh untuk menentukan parameter alat

yang akan digunakan untuk penyambungan menyeluruh pada hari itu.

Hal ini selalu dilakukan pada awal perkerjaan setiap hari. Atau

pengujian dapat dilakukan pada titik yang dikehendaki oleh klien.


115

6) Disain Penempatan SLT HDPE Geomembrane

Dasar sel yang paling .bawah merupakan dasar landfill, sehingga harus

dapat berfungsi sebagai lapisan kedap.

Jika lapisan dasar tidak memiliki sifat kedap, cairan sampah/lindi akan

meresap kedalam tanah dan akan mencemari tanah dan lingkungan.

Sehingga perencanaan lapisan dasar ini juga memiliki peranan yang

penting. Lembaran SLT HDPE geomembrane pada perkerjaan sanitary

landfill akan berfungsi sebagai lapisan yang kedap. Pengertian kedap

adalah lapisan yang tidak dapat tidak tembus zat cair (lindi) dan gas.

Tetapi perlu diingat bahwa produk ini adalah non structural.

7) Lapisan Pendukung

Lapisan pendukung harus mempunyai daya dukung yang cukup untuk

menerima lembaran geomembrane dan beban diatasnya. Lapisan ini

dapat dibagi menjadi :

a. Lapisan pendukung Tanah asli

Lembaran SLT HDPE Geomembrane langsung diletakan diatasnya

dengan syarat :

- Daya dukung cukup

- Bebas dari benda tajam (batu)

- Permukaannya rata

- Cukup padat

(Proctor Density ≥ 95%)

- Relatif kering.
116

Gambar 1
Support Layer - Existing Ground Suitable

Lembar Geomembran

Suitable Sub-Grade

Gambar 4.29
Support Layer – Existing Ground Suitable
Sumber : Analisis 2016

Jika tanah dasar tidak sesuai untuk dapat digelar langsung, maka

diperlukan lapisan pendukung yaitu pasir.

Gambar 2
Support Layer - Existing Ground Not Suitable
Lembar Geomembran
Support/ Sand Layer

Sub-Grade

Gambar 4.30
Support Layer – Existing GroundNot Suitable
Sumber : Analisis 2016

b. Geotextile sebagai Lapisan Pendukung.

Hal ini dilakukan bila tanah dasar mempunyai daya dukung rendah,

sehingga fungsi geotextile adalah menambah daya dukung tanah.

Geotextile akan berfungsi sebagai media pelindung SLT HDPE

Geomembrane terhadap benda-benda tajam yang terdapat dalam

tanah dasar.
117

Gambar 3
Support Layer - Existing Ground Not Suitable

Lembar Geomembran
Protection Layer
(e.g. PP, Polyester, PE)

Improved Sub-Grade,
e.g. milled

Gambar 4.31
Support Layer – Existing GroundNot Suitable
Sumber : Analisis 2016

Lapisan pelindung umumnya dibutuhkan jika lembaran SLT HDPE

Geomembrane akan ter-expose dan mendapatkan beban mekanis langsung

yang bersentuhan dengannya.

Jika akan ada beban mekanis diatas permukaan SLT HDPE

Geomembrane, maka dibutuhkan lapisan pelindung seperti :

a. Tanah urug dengan ukuran gravel 0 – 8 mm dan berbentuk bulat

(kerikil non batu pecah)

b. Lembaran Non Women Geotextile yang terbuat dari polyester,

polyeproylene, PES

8) Filter Dan Lapisan Drainase

Lapisan drainase pada satuan sistem pelapis (lining system) diletakan

diatas atau dibawah lembaran HDPE Geomembrane tergantung

aplikasinya (mis. Penampungan sampah padat).

a. Lapisan Drainase Alami :

Gravel 8/16 – 16/32


118

b. Lapisan Drainase dengan menggunakan produk Geotextile dan Geonet

Untuk kasus TPA Buntok akan diusulkan dengan struktur sebagai

berikut :

o Alternatif I

- Tanah dasar yang sudah dipadatkan

- Lapisan pasir setebal 25 cm

- Lembaran HDPE GEomembrane

- Lapisan pelindung pasir 25 cm

- Lapisan pelindung tanah urug 50 cm


Gambar 4
Alternatif I

Lapisan Pelindung
50 (Tanah Urug)

25 Pasir
Lembar Geomembran
25 Pasir

Tanah Dasar/ Urug


50
(yang dipadatkan)

Gambar 4.32
Alternatif I
Sumber : Analisis 2016

o Alternatif II

- Tanah dasar yang sudah dipadatkan

- Lembaran Non Women Geotextile

- Lembaran HDPE Geomembrane

- Lembaran Non Women Geotextile

- Lapisan pelindung tanah urug 50 cm


119

Gambar 5 Non Woven Geotextile


Alternatif II

Lapisan Pelindung
50 (Tanah Urug)

Lembar Geomembran

Tanah Dasar/ Urug


50
(yang dipadatkan)

Gambar 4.33
Alternatif II
Sumber : Analisis 2016

9) Perbandingan Sistem

Perbandingan antara sistem penggunaan SLT HDPE Geomembrane

dengan penggunaan tanah liat (clay) sebagai berikut :

Tabel 4.12
Perbandingan System Penggunaan Tanah Liat dan SLT HDPE

NO TANAH LIAT SLT HDPE GEOMEMBRANE


1. Memiliki nilai kelulusan Memiliki nilai kelulusan 10-12 cm/det.
1.39 x 10-5 cm/det s.d. 1.75
x 10-7 cm/det.
2. Quality control pada saat Tingkat kerapan dijamin sama untuk
pemadatan arus ketat. setiap meter persegi (buatan pabrik).
Karena kita tidak bisa
menjamin tingkat kerapatan
tanah akan sama untuk
setiap meter persegi tanah.
3. Dibutuhkan waktu yang Pemasangan dapat dilakukan dengan
lama untuk melakukan cepat. Kapasitas pemasangan adalah
perkerjaan pemadatan. 3.000 m² perhari.
4. Untuk mendapatkan tanah Produk ini masih import.
liat Dibutuhkan jarak yang
cukup jauh dari lokasi.
5. Sulit untuk menguji (test) Setiap sambungan dapat diuji
kebocoran. kebocorannya.
120

4.2.2 Sel TPA dan Penimbunan

Pola penimbunan sampah dimulai dari bagian yang rendah titik elevasinya,

setelah sampah diratakan kemudian dipadatkan dengan alat berat. Bila bagian

yang paling bawah telah dipenuhi sampah sampai ketinggian 1 meter, kemudian

ditutup dengan tanah penutup. Rencana penimbunan dibutuhkan untuk

mengarahkan operasi penimbunan ke suatu bentuk akhir yang diinginkan. Bentuk

akhir didasarkan kepada kemungkinan penggunaan lahan dikemudian hari, selain

itu bentuk penimbunan akan mempertimbangkan estetika, kemudahan operasi dan

kondisi topografi setempat. Tinggi timbunan sampah yang direncanakan adalah 5

- 15 meter, yang terdiri dari 9 lapis sel dengan tebal setiap lapis sel direncanakan

adalah 1 meter.

1) Dimensi Sel Sanitary Landfill

Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) terdiri dari sel-sel sampah. Timbunan

sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel harian. Setiap

timbunan sampah yang telah dipadatkan mencapai luas tertentu dan

ketinggian ± 1 meter, maka akan dilapisi tanah penutup setebal 20-30 cm.

Dalam penimbunan sampah, kriteria-kriteria pembentukan akan dijadikan

panduan operasi penimbunan sampah sebagai berikut :

- Pembentukan sel dimulai dari lapisan paling bawah, arah pembentukan

dari bawah ke atas.

- Sel harus memiliki satu bidang tumpu, dimana bidang tumpu ini dapat

merupakan lereng dari sel yang lain atau lereng dari lahan kerja, sehingga

tidak ada satu sel pun yang terpisah dari sel lainnya.
121

- Lereng kemiringan sel direncanakan 450

- Tebal sel harian sebesar 0,8 – 5,0 m dengan lebar minimal 5 meter dan

panjang minimal 5 meter.

Dalam perencanaan ini, direncanakan pembentukan sel untuk TPA sebagai

berikut:

a. Lebar sel (w) = 5 meter

b. Tebal tanah penutup antar sel (hi) = 0.2 meter

c. Sudut trapesium () = 450

d. Tinggi timbunan sampah (Hul) = 1,5 meter

e. Jumlah lapisan sel (n) = 5 buah

Ketebalan Sel

Susunan sel yang akan direncanakan untuk TPA adalah :

a. Jumlah lapisan sel (n) = 4 buah

b. Tebal tanah penutup antar sel (hi) = 0.2 meter

c. Tebal tanah penutup akhir = hf (meter)

Maka jumlah tanah penutup total (hs) dapat ditentukan : (D.J


 hs = hi1 + hi2 + hi3 + ...........hin-1 + hf
 hs = (n – 1) hi + hf
Ketebalan sel sanitary landfill (hw) dapat dirumuskan :
hw = Hul -  hs
n
hw = Hul - (n – 1)hi + hf
n
Maka tebal tanah penutup akhir (hf) = 4 x tebal tanah penutup antar sel (hi),
maka persamaan di atas dapat diganti dengan persamaan :
hw = Hul - (n – 1)hi + 4 hi
n
hw = Hul - (n + 3)hi 
n
122

Dimana :
a. Ketebalan sel (meter) = hw
b. Ketinggian tumpukan sampah (meter) = Hul
c. Banyaknya lapisan sel (buah) = n
d. Ketebalan tanah penutup harian (m) = hi
Ketebalan sel yang direncanakan dalam lahan efektif TPA Buntok
Kabupaten Barito Selatan dapat dihitung, sebagai berikut :
hw = 10 - (9 + 3) x 0.2 
4
hw = 0.89 = 1 meter

Ketinggian akhir sampah di TPA Buntok Kabupaten Barito Selatan


direncanakan :
H = n x hw + (n + 3) x hi
H = 9 x 1 + (9 + 3) x o.2
H = 11,4 meter
Panjang Sel

Adapun panjang sel (ps) berubah-ubah sesuai dengan jumlah sampah yang

dihasilkan dan terangkut ke TPA, sehingga dimensi panjang dapat dicari

dengan cara sebagai berikut :

s = volume sampah harian


(lebar sel x tebal sel)

s = V/fcw
(Lwxhw)

Dimana fcw = faktor kompaksi sampah (2 – 3)

Panjang sel sampah yang direncanakan di TPA Buntok dapat dilihat pada

tabeldibawah ini :
123

Tabel 4.13
Panjang Sel TPA Buntok Kabupaten Barito Selatan

Sumber : Analisis, 2016

2) Manajemen Sel

Manajemen sel dalam perencanaan TPA Buntok Kabupaten Barito Selatan ini

direncanakan untuk mengatur skenario penempatan dalam setiap blok, yaitu

sebagai berikut :

a. Kendaraan-kendaraan pengangkut akan diarahkan ke jalur penurunan

sampah (tipping area), dimana lokasi penurunan sampah (tipping place)

direncanakan sesuai dengan arah kemajuan penimbunan sampah (sesuai

arah operasi).

b. Sampah yang diangkut, dibongkar di titik jalur penurunan sampah,

dipindahkan ke lokasi penimbunan dan disebarkan. Pemadatan sampah

merupakan suatu hal yang penting selain untuk memperpanjang umur

penggunaan lahan juga untuk stabilitas lahan, kemudian sampah tersebut

ditutup dengan lapisan tanah penutup (soil cover) setiap 2 (dua) meter.
124

c. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

- Tebal penyebaran 1 (satu) lapisan sampah adalah 60 cm (20 – 30 cm

setelah pemadatan)

- Pemadatan adalah 4 – 5 gilasan alat berat

- Tebal lapisan sampah saat ditutup dengan tanah penutup setiap 2 meter.

d. Dimensi sel direncanakan dibentuk dalam zona yang telah direncanakan

dengan pengaturan sebagai berikut :

- Zona untuk pembentukan sel, terbagi menjadi 4 (empat) zona.

- Operasi I Pembentukan Sel, dilaksanakan pada Zona 1 dengan luas 1,8

Ha. Pembentukan lahan dasar TPA pada zona 1 adalah dengan

melaksanakan pemasangan lapisan dasar dan jalan operasi

- Operasi II Pembentukan Sel, dilaksanakan pada zona 2 dengan luas

0,035 Ha. Pembentukan lahan dasar TPA pada zona 2 adalah dengan

melaksanakan pemasangan lapisan dasar dan jalan operasi

- Operasi III Pembentukan Sel, dilaksanakan pada zona 3 dan 4 dengan

luas 0,08 Ha. Pembentukan lahan dasar TPA pada zona 3 dan 4 adalah

dengan melaksanakan pemasangan lapisan dasar dan jalan operasi.


125

Gambar 4.34
Siteplan
Sumber : Analisis 2016

3) Kebutuhan Tanah Penutup

Untuk memenuhi kebutuhan akan tanah penutup, akan diupayakan dari tanah

setempat. Tanah penutup diperlukan pada waktu selesainya kegiatan

pemadatan sampah harian yang disebut tanah penutup harian, dapat pula

penutupan saat penyelesaian 1 lapisan sel, serta pada saat lahan selesai

dipergunakan yaitu disebut tanah penutup akhir.

Perhitungan kebutuhan tanah penutup dengan potensi tanah eksisting,

direncanakan dengan proses sebagai berikut :

- Perhitungan dimensi sel Sanitary Landfill

- Perhitungan ketebalan sel

- Perhitungan panjang sel


126

- Perhitungan kebutuhan tanah penutup harian

- Rekapitulasi kebutuhan tanah dengan potensi tanah eksisting

Tanah penutup merupakan faktor penting dalam pengelolaan sampah dengan

Sanitary Landfill, dimana kontinyuitas tanah penutup secara efektif dapat

mengurangi bau dan gangguan hewan/binatang dari timbunan sampah.

Disamping itu dapat meningkatkan stabilitas dan meningkatkan estetika, yang

diatur dengan proses pengaturan sebagai berikut:

- Tebal tanah penutup : 30 – 50 cm

- Penyebaran : 20 – 30 cm setelah pemadatan

- Pemadatan : 4 – 5 gilasan alat berat

- Tebal tanah penutup akhir : 1 meter

Kebutuhan Tanah Penutup Harian

Tanah penutup direncanakan dari bahan lempung (clay), mengingat lempung

mempunyai sifat kedap air. Jumlah tanah penutup harian tidak sama setiap

tahunnya tergantung dari panjang sel. Perhitungan lahan untuk tanah penutup

diperhitungkan atas dimensi sel, yaitu :

- Ketebalan tanah penutu antar sel (hi) = 0,2 meter

- Tebal sel sampah (hw) = 1.0 meter

- Lebar sel sampah (lw) = 5 meter

Volume tanah penutup terkompaksi menurut D.J Hosgerty adalah :

=  (hw ) + lw x hi x ps
sin 
=  (1 ) + 5 x 0.2 x 4
sin 45
S1 = 4,537 m³/ hari
127

Tanah penutup yang dibutuhkan sebelum terkompaksi dengan faktor

kompaksi Fcs = (1,1 – 1,3), dimana dalam perencanaan ini diambil Fcs = 1,2,

adalah :

S0 = 4,537 x 1,2

= 5,445 m³/ hari

Tabel 4.14
Kebutuhan Tanah Penutup Harian

Sumber : Analisis, 2016

Tanah penutup ini akan disimpan di areal yang mempunyai daya tampung

sesuai dengan kebutuhan. Total tanah penutup sebesar 53,324 m3, dengan

tebal tanah penutup antara 5 meter, sehingga luas lahan yang dibutuhkan

untuk menampung tanah penutup dengan ketinggian tanah sebesar 1 – 5

meter adalah 1,06 Ha.


128

Gambar 4.35
Potongan
Sumber : Analisis 2016

4.2.3 Pengolahan Leachate

Perbaikan kualitas leachate melalui instalasi Pengolahan Leachate, ditujukan

menurunkan konsentrasi konstituen leachate agar memenuhi baku mutu yang

berlaku

a. Untuk mencegah terjadinya polusi badan air penerima, sehingga tidak

mengganggu kehidupan air dan peruntukkan badan air penerima.

b. Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh

zat-zat atau pathogen dalam leachate badan air penerima.


129

1) Analisis Karakteristik Leachate

Dalam merencanakan bangunan pengolahan leachate, dilakukan pendekatan

terhadap karakteristik leachate. Secara teoritikal berdasarkan hasil penelitian

(DR. Enri Damanhuri), Leachate mempunyai karakter yang khas, yaitu :

a. Leachate dari TPA yang muda (umur < 2 tahun) bersifat asam,

berkandungan organik yang tinggi, mempunyai ion-ion terlarut yang tinggi

serta rasio BOD/COD relatif tinggi.

b. Leachate dari TPA yang sudah tua (umur > 10 tahun) sudah mendekati

netral, mempunyai kandungan karbon organik dan mineral meurun serta

rasio BOD/COD relatif menurun.

Secara teori, beberapa karakteristik utama leachate diuraikan pada tabel

Tabel 4.15
Karakteristik Utama Leachate

Landfill
No Parameter
Umur < 2 tahun Umur > 10 tahun
1 BOD5 (ppm) 2.000 – 30.000 100 - 200
2 TOC (ppm) 1.500 – 20.000 80 - 160
3 COD (ppm) 3.000 – 45.000 100 - 500
4 Total Suspended solids (ppm) 200 – 2.000 100 - 400
5 Organic Nitrogen (ppm) 10 - 600 80 - 120
6 Ammonia Nitrogen (ppm) 10 - 800 20 - 40
7 Nitrite (ppm) 5 - 40 5 - 10
8 Total Phosporus (ppm) 1 - 70 5 - 10
9 Alkalinity as CaCO3 (ppm) 1.000 – 10.000 200 - 1000
10 PH 4.5 – 7.5 6.6 – 7.5
11 Total Kesadahan (ppm CaCO3) 300 – 10.000 200 - 500
12 Kalsium (ppm) 200 - 3000 100 - 400
13 Magnesium (ppm) 50 - 150 50 - 200
14 Potasium (ppm) 200 – 2.000 50 - 500
15 Sodium (ppm) 200 – 2.000 100 – 200
130

Landfill
No Parameter
Umur < 2 tahun Umur > 10 tahun
16 Chlorida (ppm) 100 - 3000 100 – 4000
17 Sulfat (ppm) 100 - 1500 200 – 550
18 Total Besi (ppm) 50 – 600 20 - 200
Sumber : Solid Waste Landfill Design Manual

Dari uraian dan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

leachate pada kondisi landfill usia muda (< 2 tahun) mempunyai rentang kualitas

yang labil dibandingkan dengan karaktersitik pada usia tua (> 10 tahun), sehingga

berdasarkan hal tersebut maka untuk kebutuhan perencanaan ini diambil asumsi

berdasarkan pada kualitas leachate dengan umur landfill < 2 (dua) tahun.

2) Pertimbangan Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Leachate

Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan di dalam usaha memilih dan

menentukan lokasi penempatan bangunan pengolahan leachate didasarkan

pada kriteria-kriteria seperti diuraikan dibawah ini.

a. Kondisi Topografi

Bangunan pengolahan leachate, direncakan ditempatkan pada lokasi

elevasi terendah, sehingga pengaliran leachate melalui pipa pengumpul

dapat dilakukan secara gravitasi.

b. Rencana Badan air Penerima

Direncanakan lokasi bangunan pengolahan leachate dekat dengan badan

air penerima yang direncanakan akan menerima buangan air.

c. Kedekatan dengan sumber leachate


131

Lokasi bangunan pengolahan leachate diupayakan dekat dengan sumber

leachate (lahan TPA), sehingga dapat meminimalkan masalah-masalah

yang akan timbul.

3) Sistem Pengolahan Leachate

Dalam menentukan sistem pengolahan yang akan direncanakan, diperlukan

kriteria-kriteria yang dibuat sebagai arahan didalam penentuan sistem, dimana

kriteria-kriteria tersebut antara lain :

a. Energi dan sumber daya yang diperlukan

b. Kemudahan operasional

c. Analisa dan perkiraan biaya

Sedangkan dalam pengembangan dan pemilihan alternatif, perlu diperhatikan

kelayakan dari segi teknis dan ekonomis yang menyangkut :

- Efektifitas pengolahan

- Penggunaan energi

- Kemudahan konstruksi

- Fleksibilitas sistem dan kemungkinan pengembangan

Pertimbangan untuk penentuan instalasi pengolahan leachate dari

perbandingan COD/TOC (3000 mg/L /1500 mg/L = 2), BOD (2000 mg/l),

COD (3000 mg/l) dan umur landfill, serta perbandingan unit proses

pengolahan leachate dari perbandingan biaya


132

Tabel 4.16
Perbandingan Biaya Proses Pengolahan Air Lindi

Proses
Perkiraan Operasional Penggunaan
No Jenis Pengolahan Leachate
Biaya dan Energi
Pemeliharaan
1 Lumpur aktif dengan Clarifier Tinggi Rendah Sedang
2 Step Aeration Rendah Sedang - Tinggi
Tinggi
3 Kolam An-aerobic dan Tinggi Rendah Rendah
fakultatif
4 Proses pengolahan biologi Tinggi Rendah - Sedang -
dengan metode konvensional sedang tinggi
atau oksigen murni
5 Absorpsi Karbon tanpa Tinggi Sedang - Rendah
regenerasi Tinggi
6 Reverse Osmosis Tinggi Tinggi Sedang
7 Extended Aeration Rendah Rendah rendah
8 Continuos activated sludge Umumnya Sedang - Rendah
tinggi tinggi
9 Amonia Stripping Umumnya Sedang - Rendah
tinggi tinggi
10 Presipitasi/flokulasi/sedimentasi Sedang Sedang Rendah
11 Lumpur aktif dengan oksigen Sedang/tinggi Sedang Sedang
murni termasuk clarifier
12 Rotating Biological Disc Sedang/tinggi Sedang Sedang
termasuk clarifier
13 Trickling Filter Sedang/tinggi Rendah Rendah
14 Aerated Lagoon Sedang Rendah Rendah
Sumber : EPA (1978)
Tabel 4.17
Perbandingan Unit Proses Pengolahan Leachate

No Karakteristik Leachate Efektifitas berbagai variasi pengolahan leachate

COD/TO BOD/COD Umur COD Pengolahan Absorpsi Oksidasi Presipitasi Oksidasi Ion Reverse Stripping
C Landfill (mg/l) Biologi Karbon Kimiawi Kimiawi Basah exchange Osmosis
Resins

1 > 28 > 0.55 < 5 tahun > 10.000 Baik Baik Jelek Jelek Jelek Jelek Cukup Baik

2 2.0 – 2.8 0.4 – 0.54 5 – 10 500 – Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup
tahun 10.000

3 < 2.0 < 0.4 > 10 < 500 Jelek Baik Cukup Jelek Cukup Cukup Baik Jelek

Sumber : Solid Waste Landfill Design Manual

133
134

Berdasarkan hasil analisis Pengolahan Leachate yang akan diterapkan dalam TPA

Likut Jauh Kota Buntok Kabupaten Barito Selatan adalah sebagai berkut :

BAK
PENAMPUNG
S

N
ANAEROBIK FAKULTATIF MATURASI WETLAND
G

Gambar 4.36
Proses Pengolahan Lindi
Sumber : Analisis, 2016

Pengolahan lindi ini menggunakan kolam anaerobik serta variasi kolam

stabilisasi, yaitu kolam stabilisasi maturasi dan fakultatif merupakan tipe

pengolahan yang umumnya diterapkan untuk setiap pengolahan lindi di TPA yang

ada di seluruh Indonesia. Pengolahan akhir menggunakan Wetland yang

merupakan suatu lahan yang jenuh air dengan kedalaman air tipikal yang kurang

dari 0,6 m yang mendukung pertumbuhan tanaman air emergent misalnya Cattail,

bulrush, umbrella plant dan canna (Metcalf and Eddy, 1991), pengertian lainnya,

constructed wetland merupakan suatu rawa buatan yang dibuat untuk mengolah

air limbah domestik, untuk aliran air hujan dan mengolah lindi (leachate) atau

sebagai tempat hidup habitat liar lainnya, selain itu constructed wetland dapat juga

digunakan untuk reklamasi lahan penambangan atau gangguan lingkungan


135

lainnya. Wetland dapat berupa biofilter yang dapat meremoval sediment dan

polutan seperti logam berat. (wikipedia, 2007)

Media yang digunakan dalam wetland ini berupa kerikil, pasir dan tanah serta

digunakan tanaman untuk mengabsorb polutan yang terdapat dalam air limbah

saat air limbah melewati akar tanaman tersebut. Secara ekonomi pengolahan

dengan cara ini membutuhkan biaya yang lebih rendah dibandingkan biofilter.

Karena yang berperan dalam menyisihkan polutan dalam air limbah adalah

tanaman dan media pertumbuhan tanaman (dapat berupa tanah dan pasir)

sedangkan pada biofilter yang berperan dalam menyisihkan polutan adalah

bakteri.

4) Desain Bangunan Pengolahan Leachate

1. Bak Pengumpul

Ql = 223.72 M3/hari
Td = 1 hari

Volume Bak Penampung = 223.72 M3/hari x 1 hari


= 223.72 M3

Tinggi Bak = 3 meter


Luas Bak = 223.72 / 3 = 74.57 M2

Ratio p : l = 1 : 1

A = p x l ---------- 74.57 = l 2

Panjang Bak = 9 meter


Lebar Bak = 9 meter
136

2. Kolam Anaerobik

Ql = 223.72 M3/hari
Td = 15 hari
A= Li x Q
Hx v

Dimana: Li = Konsentrasi BOD influent, mg/lt


= 5000 mg/l
v = Pembebanan volumetrik BOD, gr/m3hari
= 5000 gr/m3 = 333 gr/m3
15 hari
H = kedalaman efekltif = 4 m
A = LUAS PERMUKAAN KOLAM
55000 gr/m3 x 223.72 m3/hr
=
4 m x 333 gr/m3/hari
= 839 M2
Dimensi Kolam Anaerobik
adalah :

Panjang =37 meter

Lebar =23 meter


Tinggi = 4 meter

Efisiensi penurunan BOD direncanakan sampai 80%


Sehingga kadar BOD dalam efluen adalah 1000 mg/l

3. Kolam Fakultatif

A = Li x Q
Dimana:
Li = Konsentrasi BOD influent, mg/lt
= 1000 kg/m3
Q = Aliran rata-rata influent, m3/hari
= 223.72 M3/hari
T= Temperatur rata-rata bulan terdingin = 26 °C
A= 1000 kg/m3 x 223.72 m3/hr
20 (26 - 6) kg/m2/hr
137

= 559 m2
Dimensi Kolam Fakultatif adalah :
Panjang = 37 meter
Lebar = 15 meter
Tinggi = 2 meter
Efisiensi penurunan BOD direncanakan sampai 80 %
Sehingga kadar BOD dalam efluen adalah 200 mg/l

4. Kolam Maturasi

Direncanakan :
Td = 10 hari
Q = 223.72 M3/hari

Vol kolam maturasi = 10 hari x 223.72 M3/hari


= 2,237.235 m3
H. kolam = 2 meter
luas perm ( A) = 1,119 M2

Dimensi Kolam Maturasi adalah :


Panjang = 37 meter
Lebar = 30 meter

5. Wet Land

Q = 223.72 M3/ Hari


Td = 1 Hari

Vol. kolam wet land = 1 hari x 223.72 M3/hari


= 223.72 M3

H. kolam = 2 meter
Luas perm ( A)= 112 M2
Dimensi Kolam Wet Land Adalah :
Panjang = 15 meter
Lebar = 7 meter
138

Gambar 4.37
Denah Kolam Lindi
Sumber : Analisis, 2016

4.2.4 Rancangan Pipa Gas

Secara teoritis, pengolahan lindi akan merupakan penguraian materi organik

dalam keadaan an-aerobik akan menghasilkan gas bio, terutama dalam bentuk

methan, Karbondioksida dan gas-gas lain dalam proporsi yang kecil seperti
139

Hidrogen Sulfida dan Nitrogen. Hal ini terjadi karena sebagian besar dekomposisi

yang terjadi akan berlangsung dalam proses an-aerobik.

Bila gas-gas ini tidak dikendalikan, dapat menimbulkan efek yang

berbahaya seperti :

a. Gangguan terhadap tanaman di lokasi land fill atau sekitarnya, karena

mengurangi oksigen pada zona akar, meningkatkan suhu tanah, efek toxic

pada fisiologi tanaman.

b. Methane pada konsentrasi 5 % - 15 % volume udara dapat terbakar/meledak,

juga merupakan kontributor dalam pemanasan global.

c. Bau, walaupun methane dan karbondioksida tidak berbau tetapi gas-gas yang

lain seperti H2S Mercaptane dan Gas organik menimbulkan bau

d. Karbondioksida dapat meningkatkan kesadahan air.

Gas mengalir akibat perbedaan konsentrasi (diffusive) dan perbedaan

tekanan (conective), sehingga dengan adanya pembebasan gas di suatu titik maka

gas dibagian lain akan mengalir menuju titik pembebasan itu, untuk itu perlu

diadakan celah ventilasi yang terdiri dari ventilasi vertikal pada pipa PVC  4”

yang dilubang-lubangi dan dipasang di atas tanah penutup dengan jarak antara

pipa 50 – 100 meter. Pipa berlubang tersebut diselimuti dengan kerikil 5 – 15 cm

untuk mencegah tersumbatnya lubang tersebut dan dipasang pada box (junction)

pipa induk penyalur leachate. Gambar di bawah menunjukkan pemasangan

pertemuan antara pipa lindi dengan pipa gas.


140

Konstruksi sistem pengendalian gas akan menggunakan sistem perpipaan

atau media kerikil. Disamping itu terdapat sistem pengumpul gas bio yang

horizontal atau miring, yaitu :

a. Vertikal, yang naik sesuai dengan kenaikan timbunan artinya bila lahan

mencapai bukit akhir, maka ventilasi dibuat dengan menyambung ventilasi

yang sudah ada sebelumnya, akhirnya pada bukit akhir dibuat pipa ventilasi

tegak dan berada 1 (satu) meter di atas muka bukit.

b. Horizontal, yang menyatu dengan penutup harian

c. Miring, yang direncanakan mengikuiti kemiringan dinding lahan.

Sistem pengendalian gas vertikal akan dihubungkan dengan sistem

pengumpulan leachate agar leachate yang terkumpul dapat disalurkan. Satu pipa

pengendalian gas dapat melayani sampai daerah pada radius 20 meter

disekitarnya, yang dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :

 Media kerikil 5 – 10 cm dengan ketebalan sekitar 40 cm yang dapat dicetak

dengan bantuan bronjong/anyaman bambu

  pipa berlubang = 100 cm ( 4”)

 Radius pengaruh sumuran = 25 – 40 cm.

Jelasnya Rencana pipa vent yang akan diterapkan di TPA Buntok

Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat pada gambar dibawah ini


141

Gambar 4.38
Pertemuan Pipa Lindi Dan Pipa Gas
Sumber : Analisis, 2016

4.2.5 Pipa Pengumpul Leachate

Pipa pengumpul direncanakan unuk mengumpulkan dan mengalirkan

leachate yang terjadi ke bangunan pengolahan leachate. Pipa yang digunakan

direncanakan jenis PVC baik yang berlubang dan tidak berlubang. Pipa berlubang

(perforated pipe) dipasang didalam lahan pembuangan sampah, sementara pipa

tidak berlubang (non perforated pipe) dipasang di luar lahan pembuangan sampah

yang digunakan untuk mengalirkan leachate ke bangunan pengolahan leachate.


142

Pemasangan pipa leachate disesuaikan dengan kemiringan dasar lahan,

yaitu:

a. Kemiringan sebesar 1.0 % yang digunakan untuk cabang pipa pengumpul

b. Kemiringan sebesar 0.5 % yang digunakan untuk pipa pengumpul utama.

Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan kerusakan yang dapat

terjadi terutama adanya operasi alat-alat berat, pipa leachate akan dipasang di

dalam saluran dengan dimensi yang cukup sesuai dengan diameternya.

1) Timbulan Leachate

Menurut SK SNI Tahun 1992, harga koefisien permeabilitas tanah yang

terkompaksi (K) untuk lokasi TPA adalah 10-6 cm/detik, artinya setiap m2

lahan TPA paling besar hanya boleh dimasuki air sebesar 0.864 l/m2, dimana

debit air ini dipakai untuk menentukan debit air lindi, dengan persamaannya

yaitu :

QI = t – tj/24 x R x K x A

Dimana :

QI : Debit leachate (L/hari)


R : Banyaknya hujan dalam 1 (satu) bulan, dihitung sebesar = 35.51
mm
K :Koefisien permeabilitas tanah yang terkompaksi (L/m2 hari),
dihitungsebesar
T : Durasi hujan rerata (menurut van Breen = 4 jam)
Tj : Waktu kejenuhan (Ir. Masduki = 0.5)

Sehingga timbulan leachate yang dihasilkan dari lahan TPA Buntok adalah

QI = t – tj x R x K x A

24
143

= 4 – 0.5 x 35.51 x 0.864 x 50,000

24

= 223.72 m3/hari= 2.589 l/dt

2) Dimensi Pipa Leachate

Perencanaan saluran leachate ini terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :

a. Pipa Lateral, yang berfungsi untuk mengumpulkan air lindi dari dasar

timbunan sampah dan mengalirkannya menuju saluran manifold. Pipa

lateral merupakan pipa berlubang.

b. Pipa Manifold, yang berfungsi untuk menampung leachate dari pipa-pipa

lateral menuju instalasi pengolahan leachate.

Perhitungan saluran under drain leacate didasarkan atas hukum pengaliran

Darcy, yaitu kecepatan aliran fluida yang sebanding dengan perubahan

gradien hidrolisnya. Persamaan tersebut ditulis sebagai berikut :

V=Lxk

Dimana :

V : Kecepatan aliran fluida

L : Kemiringan Hidrolis (m/m)

K : Koefisien konduktivitas (cm/det)

N : Faktor porositas

Persamaan debit aliran fluida :

Q=Axv

Q=AxLxk

N
144

A=nxQ

LxK

Dimana A = Luas penampang fluida (cm2)

Adapun luas penampang media total (Am) harus dibagi dengan faktor

porositas, yaitu :

Am = A/n
Am = n x Q / n x L x K
Am = Q / L x K

Dari rumus diatas luas penampang hanya bergantung kepada debit,

kemiringan dan konduktivitas.

Hal-hal yang akan diperhatikan dalam membuat rencana jaringan pipa

leachate adalah sebagai berikut :

1. Saluran pengumpul sekunder (lateral), adalah sebagai berikut :

 Dipasang memanjang ditengah blok/zona timbunan sampah

 Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari dasar lahan dengan

kemiringan minimal 2%

 Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC.

2. Saluran pengumpul primer (manifold), menggunakan pipa PVC berlubang

(untuk pipa ke bak pengumpul leachate tidak berlubang saluran primer

dapat dihubungkan dengan hilir saluran sekunder oleh bak kontrol, yang

berfungsi sebagai ventilasi yang dikombinasikan dengan pengumpul gas

vertikal.
145

3. Syarat pengaliran leachate adalah kecepatan pengaliran (0.6 – 3) m/detik,

kedalaman air dalam saluran / pipa (d/D) maksimal 80% ( d = tinggi air

dan D = diameter pipa)

Untuk jelasnya Rancangan Desain Pipa Leachate TPA Buntok Kabupaten

Barito Selatan dapat dilihat gambar dibawah ini, sedang hasil perhitungan

desain pipa manifold dan pipa lateral leachate dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.
SU NG
AI

Gambar 4.39
Rencana Jaringan Pipa Leachate TPA Buntok Kabupaten Barito Selatan

146
Sumber : Analisis, 2016
Tabel 4.18
Perhitungan Dimensi Pipa Manifold dan Pipa Lateral

Koefisien Luas Pipa A PERHITUNGAN Diameter


t tj A Q Leachate
Dari Ke R K Slope (L) Kondultivitas (surface) 1/4 π Diameter Pipa Rencana

jam jam m2 m3/det (K) m2 m Inches Inches

Pipa Lateral
1 A 4 0.5 35.51 0.864 3,702.29 0.000288 0.015 1 0.0192 0.25 3.14 0.16 6 8
2 B 4 0.5 35.51 0.864 3,491.43 0.000271 0.015 1 0.0181 0.25 3.14 0.15 6 8
3 C 4 0.5 35.51 0.864 4,083.43 0.000317 0.015 1 0.0211 0.25 3.14 0.16 6 8
4 D 4 0.5 35.51 0.864 4,610.37 0.000358 0.015 1 0.0239 0.25 3.14 0.17 7 8
5 E 4 0.5 35.51 0.864 4,452.29 0.000346 0.015 1 0.0231 0.25 3.14 0.17 7 8
6 F 4 0.5 35.51 0.864 4,616.97 0.000359 0.015 1 0.0239 0.25 3.14 0.17 7 8
7 G 4 0.5 35.51 0.864 5,043.23 0.000392 0.015 1 0.0261 0.25 3.14 0.18 7 8
8 H 4 0.5 35.51 0.864 5,744.88 0.000446 0.015 1 0.0298 0.25 3.14 0.19 8 8
9 I 4 0.5 35.51 0.864 4,869.73 0.000378 0.015 1 0.0252 0.25 3.14 0.18 7 8
10 J 4 0.5 35.51 0.864 4,022.35 0.000312 0.015 1 0.0208 0.25 3.14 0.16 6 8
11 K 4 0.5 35.51 0.864 3,119.16 0.000242 0.015 1 0.0162 0.25 3.14 0.14 6 8
12 M 4 0.5 35.51 0.864 2,243.88 0.000174 0.015 1 0.0116 0.25 3.14 0.12 5 8
13 N 4 0.5 35.51 0.864 763.41 0.000059 0.015 1 0.0040 0.25 3.14 0.07 3 8
50,763.41
50,763.41
Pipa Manifold
A B 4 0.5 35.51 0.86 1,851.15 0.000144 0.015 1 0.0096 0.25 3.14 0.11 4 12
B C 4 0.5 35.51 0.864 3,596.86 0.000279 0.015 1 0.0186 0.25 3.14 0.15 6 12

147
C D 4 0.5 35.51 0.864 5,638.57 0.000438 0.015 1 0.0292 0.25 3.14 0.19 8 12
D E 4 0.5 35.51 0.864 7,943.76 0.000617 0.015 1 0.0411 0.25 3.14 0.23 9 12
E F 4 0.5 35.51 0.864 10,169.90 0.000790 0.015 1 0.0527 0.25 3.14 0.26 10 12
F G 4 0.5 35.51 0.864 12,478.39 0.000969 0.015 1 0.0646 0.25 3.14 0.29 11 12
G H 4 0.5 35.51 0.864 15,000.00 0.001165 0.015 1 0.0777 0.25 3.14 0.31 12 12
N M 4 0.5 35.51 0.86 2,872.44 0.000223 0.015 1 0.0149 0.25 3.14 0.14 5 12
M L 4 0.5 35.51 0.86 5,307.31 0.000412 0.015 1 0.0275 0.25 3.14 0.19 7 12
8 H 4 0.5 35.51 0.864 5,744.88 0.000446 0.015 1 0.0298 0.25 3.14 0.19 8 8
9 I 4 0.5 35.51 0.864 4,869.73 0.000378 0.015 1 0.0252 0.25 3.14 0.18 7 8
10 J 4 0.5 35.51 0.864 4,022.35 0.000312 0.015 1 0.0208 0.25 3.14 0.16 6 8
11 K 4 0.5 35.51 0.864 3,119.16 0.000242 0.015 1 0.0162 0.25 3.14 0.14 6 8
12 M 4 0.5 35.51 0.864 2,243.88 0.000174 0.015 1 0.0116 0.25 3.14 0.12 5 8
13 N 4 0.5 35.51 0.864 763.41 0.000059 0.015 1 0.0040 0.25 3.14 0.07 3 8
50,763.41
50,763.41
Pipa Manifold
A B 4 0.5 35.51 0.86 1,851.15 0.000144 0.015 1 0.0096 0.25 3.14 0.11 4 12
B C 4 0.5 35.51 0.864 3,596.86 0.000279 0.015 1 0.0186 0.25 3.14 0.15 6 12
C D 4 0.5 35.51 0.864 5,638.57 0.000438 0.015 1 0.0292 0.25 3.14 0.19 8 12
D E 4 0.5 35.51 0.864 7,943.76 0.000617 0.015 1 0.0411 0.25 3.14 0.23 9 12
E F 4 0.5 35.51 0.864 10,169.90 0.000790 0.015 1 0.0527 0.25 3.14 0.26 10 12
F G 4 0.5 35.51 0.864 12,478.39 0.000969 0.015 1 0.0646 0.25 3.14 0.29 11 12
G H 4 0.5 35.51 0.864 15,000.00 0.001165 0.015 1 0.0777 0.25 3.14 0.31 12 12
N M 4 0.5 35.51 0.86 2,872.44 0.000223 0.015 1 0.0149 0.25 3.14 0.14 5 12
M L 4 0.5 35.51 0.86 5,307.31 0.000412 0.015 1 0.0275 0.25 3.14 0.19 7 12
L K 4 0.5 35.51 0.86 7,318.48 0.000569 0.015 1 0.0379 0.25 3.14 0.22 9 12
K J 4 0.5 35.51 0.86 8,878.06 0.000690 0.015 1 0.0460 0.25 3.14 0.24 10 12
J I 4 0.5 35.51 0.86 10,000.00 0.000777 0.015 1 0.0518 0.25 3.14 0.26 10 12
I H 4 0.5 35.51 0.86 10,381.71 0.000806 0.015 1 0.0538 0.25 3.14 0.26 10 12
H 0 4 0.5 35.51 0.86 15,000.00 0.001165 0.015 1 0.0777 0.25 3.14 0.31 12 12

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2011 Sumber : Analisis, 2016

148
149

4.3 Analisis Umur TPA

4.3.1 Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk

Kecamatan Dusun Selatan dengan luas wilayah 182.900 Ha, memiliki

jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 47.210 jiwa. Berikut perincian

penduduk berdasarkan data ”Kecamatan Dusun Selatan Dalam Dalam Angka

2015” :

- Muara Talang= 314Jiwa

- Teluk Telaga = 279 Jiwa

- Baru = 4.083 Jiwa

- Danau Sadar = 1.031 Jiwa

- Jelapat = 2.460 Jiwa

- Hilir Sper = 10.888 Jiwa

- Danau Ganting = 320 Jiwa

- Mangaris = 213 Jiwa

- Dangka = 183 Jiwa

- Tetei Lanan = 294 Jiwa

- Pamangka = 204 Jiwa

- Sababilah = 1.369.Jiwa

- Pamait = 627 Jiwa

- Buntok = 14.099 Jiwa

- Muata Ripung= 704 Jiwa

- Mabuan = 502 Jiwa

- Murung Paken = 222 Jiwa


150

- Madara = 408 Jiwa

- Kalahien = 2.353 Jiwa

- Lembang = 428 JIwa

- Sanggu = 749 Jiwa

- Talang Andrau = 195 Jiwa

- Penda Asam = 1.805 Jiwa

- Parapak = 699 Jiwa

- Teluk Mampun = 509 Jiwa

- Tanjung Jawa= 1.753 Jiwa

- Danau Masura= 548 Jiwa

Sebagai hasil dari laju pembangunan yang cepat, populasi cenderung ikut

meningkat.Perkiraan jumlah penduduk di wilayah kecamatan Dusun Selatan

dilakukan dengan menggunakan metode proyeksi Geometrik

Metode Geometrik

Dengan menggunakan metode geometrik, pertambahan penduduk wilayah

perencanaan dapat dihitung dengan rumus berikut :

Pn = Po (1 + r)t

dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun proyeksi (jiwa)

Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun proyeksi (jiwa)

r = Persentase pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun (%)

t = Jumlah tahun proyeksi

Dengan Laju pertumbuhan penduduk yang besarnya 2.7 % pertahun dapat

diperkirakan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun. Untuk Keperluan


151

perencanaan kapasitas TPA diperlukan proyeksi jumlah penduduk dan tingkat

pelayanan pengelolaan sampah hingga tahun 2026 atau hingga umur TPA Buntok

bisa berlangsung cukup lama. Hasil Proyeksi Penduduk Kecamatan Dusun Selatan

hingga tahun 2026.

Gambar 4.40
Proyeksi Penduduk Kota Buntok Tahun 2015-2026
Sumber : Analisis, 2016
Tabel 4.19
Proyeksi Penduduk Kota Buntok dan Sekitarnya dari Tahun 2015 - 2026

152
Sumber : Analisis, 2016
153

4.3.2 Analisis Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data Barito Selatan dalam Angka 2015, dari perbandingan luas

daerah yang dimiliki dengan jumlah penduduk yang menghuni maka tingkat

kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah 14 jiwa per Km2

atau 4 jiwa/KK.

4.3.3 Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan hasil pencacahan sensus Penduduk 2015, Laju pertumbuhan

penduduk Kecamatan Dusun Selatan per tahun selama sepuluh tahun terakhir

yakni dari Tahun 2010-2015 sebesar 2.76 persen. Kecamatan Dusun Selatan

merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak sekaligus mempunyai laju

pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan Kecamatan gunung Bintang Awai

yang sebesar 2,26 persen per tahun. Sedangkan di Kecamatan Jenamas mengalami

laju pertumbuhan penduduk negatif yaitu sebesar -1,97 persen, yang berarti

jumlah penduduk di Kecamatan Jenamas mengalami penurunan dalam sepuluh

tahun terakhir.

4.3.4 Analisis Proyeksi Timbulan Sampah

Proyeksi timbulan sampah dihitung berdasarkan data proyeksi penduduk

dan proyeksi aktivitas daerah sumber sampah yang berdampak terhadap

peningkatan timbulan sampah. Dalam memperhitungkan volume sampah yang

akan masuk TPA perlu diperhatikan adanya pemadatan baik di sumber, pada

perjalanan menuju TPA dan di TPA itu sendiri. Pemadatan hasil proses

pengangkutan diperhitungkan dengan membandingkan antara densitas sampah di

sumber dan densitas sampah di TPA. Densitas sampah di sumber diperkirakan


154

sebesar 0,2 ton/m3. Pemadatan pada TPA diakibatkan o!eh adanya proses

penimbunan dan pemadatan menggunakan alat berat. Akibat penimbunan dan

pemadatan yang dilakukan diperkirakan densitas sampah sebesar 0,6 ton/m3.

Sehingga volume sampah akhir yang masuk TPA akan mengalami penyusutan

menjadi sepertiga dibandingkan volume sampah yang terangkut dari sumber.

Jumlah sampah yang dihasilkan perkapita berbeda antara satu kota dengan

kota yang lain, dibedakan oleh aktifitas, tingkat kehidupan, tingkat ekonomi kota,

faktor musim dan lain sebagainya. Berdasarkan jumlah penduduk yang ada

ditetapkan status Kabupaten Barito Selatan sebagai kota kecil, gambaran jumlah

sampah rumah tangga yang dihasilkan perkapita adalah 2,29 lt/org/hari

Selanjutnya angka produksi sampah per kapita tersebut di atas menjadi dasar dari

proyeksi jumlah timbulan sampah hingga umur TPA yang direncanakan,

Selengkapnya Proyeksi timbulan sampah sampai dengan tahun 2026 dapat dilihat

pada tabel dan gambar di bawah ini.


Tabel 4.20
Proyeksi Volume Timbulan Sampah & Rencana Pelayanan Kota Buntok Dan Sekitarnya Dari Tahun 2015 s/d 2026

155
156
157
158
159
160
161

Gambar 4.41
Grafik Cakupan Pelayanan Sampah Kota Buntok Tahun 2015-2026
Sumber : Analisis, 2016

Gambar 4.42
Grafik Pelayanan Sampah Kota Buntok Tahun 2015-2026
Sumber : Analisis, 2016
162

4.3.5 Analisis Kebutuhan Lahan TPA

Dasar perhitungan kebutuhan lahan ini adalah volume timbulan sampah

yang diproyeksikan sampai akhir periode. Selanjutnya pada Tabel di bawah ini

disajikan skenario penerapan 3 R di setiap kecamatan dan Kebutuhan lahan untuk

TPA Buntokdiperjelas dengan menyajikan mengenai kebutuhan lahan TPA

Buntok sampai akhir periode.

Gambar 4.43
Kebutuhan Lahan TPA Kota Buntok dan Sekitarnya
Sumber : Analisis, 2016

Gambar 4.44
Skenario Penerapan 3R Kota Buntok 2015-2026
Sumber : Analisis, 2016
Tabel 4.21
Skenario Penerapan Kegiatan 3R di Desa/Kelurahan

163
164
165
166
167
168
Tabel 4.22
Rekapitulasi Skenario Pelayanan Sampah Tahun 2015 s/d 2026

Tabel 4.23
Kebutuhan Lahan TPA Kota Buntok dan Sekitarnya Dari Tahun 2015 s/d 2026

169
170

Dari tabel di atas kebutuhan lahan setiap periode meningkat sejalan dengan

pertambahan penduduk. Kebutuhan lahan yang diperlukan pada periode I (2015-

2018) adalah seluas 1.16 Ha, sedangkan pada periode II (2018-2021) diperlukan

lahan seluas 2.90 Ha dan pada periode akhir (2021-2026) lahan yang diperlukan

untuk penimbunan sampah yang masuk ke TPA adalah seluas 4.68 Ha.

Untuk menentukan usia TPA dihitung berdasarkan kapasitas TPA sehingga

mampu menampung sampah Kota Buntok Kabupaten Barito Selatan sampai akhir

periode. Untuk lebih jelasnya skenario mengenai perhitungan usia TPA dapat

dilihat pada Tabel di bawah ini

Tabel 4.24
Usia Tempat Pemrosesan Akhir

Sumber : Analisis, 2016

Dari tabel di atas terlihat bahwa dengan kapasitas TPA pada periode I

(2015-2018) sebanyak 72,603 m³ dengan volume sampah maksimum yang masuk

ke TPA 82.61m3/hari dapat dihitung usia TPA adalah 2 tahun, sedangkan pada

periode II (2018-2021) kapasitas TPA mencapai 221,136 m³ dengan volume

sampah yang masuk sebanyak 100.42 m3/hari diperkirakan usia TPA mencapai 6

tahun, dan pada akhir periode III (2021-2026) kapasitas TPA mencapai 461,054

m³ dengan volume sampah masuk maksimum masuk ke TPA sebanyak 118.11

m3/hari, usia TPA diperkirakan mencapai 10 tahun.


171

4.3.6 Analisis Minimalisasi Sampah dengan Kegiatan 3R

Untuk memperpanjang usia TPA minimalisasi dengan kegiatan 3R dengan

konsep sampah selesai maksudnya adalah pengolahan di sumber/ TPS kemudian

hanya residu (sisa sampah yang sudah diolah) yang dibuang ke TPA. Pengolahan

ini berupa kegiatan pemilahan sampah dengan sistem 3R (Reduce, reuse, recycle)

dimana salah satu unsurnya melalui kegiatan pengomposan atau composting.

 3R (Reduce, Reuse, recycle)

Kegiatan 3R dimulai dari sumber sampah, dan dilakukan secara sistematis

dalam alur perjalanan sampah dari sumber sampah menuju ke TPA. Reduksi

(R1) sampah merupakan upaya yang dilakukan baik oleh produsen maupun

konsumen, dengan tujuan utama agar terbentuknya sampah semaksimal

mungkin dihindari atau diminimalkan. Kegiatan (R2) dan (R3) dilakukan

pada setiap level dalam perjalanan sampah menuju pemerosesan akhir.

Pelaksanaan penanganan sampah dengan 3R, yang dimulai dengan pemilahan

sampah, sedapat mungkin dilakukan di tingkat sumber, dan akan berjalan

dengan baik bila masyarakat terlibat dan dilibatkan secara aktif dalam

pelaksanaannya. Kegiatan daur ulang dan resource recovery dapat

mengurangi beban pengumpulan dan pembuangan akhir. Diharapkan dengan

adanya perubahan paradigma ini pengolahan persampahan di Kota Buntok

Kab. Barito Selatan menjadi lebih baik. Selain dengan kegiatan 3R, kegiatan

composting juga bisa dilakukan dalam rangka minimasi sampah di sumber

menuju TPA. Mengingat budaya kita masih lemah dalam penerapan 3R,
172

maka untuk antisipasi kendala tersebut dibuat alternatif pengelolaan sampah

dengan penekanan pada pengolahan sampah di TPA.

Upaya reduksi sampah R-1 (Reduce)

a) Terdapat berbagai tingkat fungsi pengemasan, yaitu:

- Produk yang tanpa pengemas sama sekali

- Pengemas level-1: pengemas yang kontak langsung dengan produk

- Pengemas level-2: pengemas suplementar dari primary packaging

- Pengemas level-3 : pengemas yang dibutuhkan untuk pengiriman

- Beberapa pengemas dapat dipakai berulang-ulang, seperti botol

minuman.

b) Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas, logam dan plastik adalah

bahan yang bisa didaur-ulang. Bahan ini bisa saja didaur-pakai secara

langsung atau harus mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi

bahan baku baru. Bahan buangan ini banyak dijumpai, biasanya

merupakan bahan pengemas produk

Upaya daur ulang R2-R3(Reuse-Recycle) dalam penanganan sampah kota

a) Langkah awal agar upaya kegiatan R2 dab R3 berhasil adalah melakukan

pemilahan sampah di sumbernya dilakukan dengan mengelompokkan

sampah menjadi dua kelompok besar, yaitu sampah hayati dikenal

sebagai sampah organik dan sampah non-hayati dikenal sebagai sampah

non-organik.
173

 Composting (Pengomposan)

Merupakan suatu cara pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan

aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses

fermentasi). Proses bio-dekomposisi sampah organik dapat berlangsung

secara aerobik maupun anaerobik, tergantung pada ketersediaanya oksigen

untuk proses tersebut. Berikut ini tahap-tahap dalam proses pengomposan

aerobik adalah:

a. Pemilahan (screening); pada tahap ini dilakukan pemilahan antara

sampah organik yang mempunyai potensi untuk dikomposkan dan

sampah anorganik. Sampah organik yang mempunyai potensi

diantaranya adalah daun-daun kering dan sisa makanan.

b. Pencacahan (Balling); pada tahap ini dilakukan pencacahan terhadap

sampah organik yang berpotensi menjadi kompos. Tahap ini dilakukan

untuk mempermudah penguraian oleh mikroorganisme.

c. Pembibitan (seeding); Pada tahap ini dilakukan dengan cara pemberian

starter bagi mikro organisme pendekomposisian sampah-sampah organik.

Pembibitan ini dapat diambil dari mikro organisme yang cocok, misalnya

jamur Sellulolitik: Trichoderma, Penicillium, Chaetomium,

chladosporium, alternasia dan lain-lain.

d. Penguraian (degradation); pada tahap ini sampah kita biarkan membusuk

selama waktu tertentu dengan menjaga kondisi yang sesuai dengan

proses dekomposisi dan meniadakan faktor-faktor yang menghambatnya.


174

e. Pembentukan Kompos (composting); pada tahapan ini dapat diperoleh

hasil dari proses pengomposan, baik kasar sedang maupun halus

tergantung dari jenis sampah dan kondisi lingkungan selama proses

pembuatan kompos berlangsung.

f. Penyiapan produk dan pemasaran; mencakup penggerusan kompos,

pengepakan, penyimpanan, transportasi dan pemasaran. Sampah yang

tidak dapat dijadikan kompos dibuang ke TPA.

Skenario pengelolaan sampah pada kota Buntok dengan sistem 3R pada

sumber dengan komposisi pengelolaannya adalah 3% sampah dikelola dengan 3R

dari awal periode sampai dengan 18 % di akhir periode dengan komposisi 97%

sampah dibuang ke TPA di awal periode sampai dengan 82 % yang dibuang ke TPA

di akhir periode.

4.4 Rencana Biaya Konstruksi & Biaya Operasioal TPA Sampah Buntok

4.4.1 Rencana Biaya Konstruksi TPA Sampah Buntok

Komponen biaya yang diperhitungkan dalam biaya investasi ini adalah

komponen fisik dan non fisik. Perhitungan perkiraan anggaran biaya untuk

pembangunan TPA Buntok Kabupaten Barito Selatan menggunakan referensi

harga yang dikeluarkan oleh pemerintah atau badan-badan swasta. Harga yang

digunakan adalah berdasarkan harga satuan pekerjaan yaitu harga yang harus

dibayar untuk pembangunan fisik suatu pekerjaan. Harga satuan pekerjaan ini

sudah termasuk harga bahan, upah buruh, transportasi local, pajak, asuransi dan

lain-lain.
175

Rencana Anggaran Biaya ini dihitung untuk semua jenis pekerjaan terdiri

dari :

1. Pekerjaan Persiapan

2. Pekerjaan Jalan Masuk TPA & Pintu Gerbang

3. Pekerjaan Bangunan Penunjang

4. Pekerjaan Saluran Drainase Keliling TPA & Yang Menuju Sungai

5. Pekerjaan Sumur Pantau

6. Pekerjaan Pagar Keliling

7. Pekerjaan Buffer Zone

8. Pekerjaan Jalan Operasi

9. Pekerjaan Clay,Geommembran, Geotextile

10. Pekerjaan Cut And Fill

11. Pekerjaan Bangunan Pengolahan Lindi

12. Pekerjaan Perpipaan Lindi

13. Pekerjaan Jalan Operasional

14. Pekerjaan Bangunan Penunjang

15. Pekerjaan Buffer Zone

16. Pekerjaan Sumur Air Bersih & Fasilitas Pemadam Kebakaran

17. Pekerjaan Pengadan Alat Berat Buldozer

Berdasarkan perhitungan biaya besarnya konstruksi TPA Sampah Kota

Buntok Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2016 sebesar Rp 76.504.000.000,-

(Terbilang : Tujuh Puluh Enam Milyar Lima Ratus Empat Juta Rupiah). Jelasnya

hasil perhitungan biaya terlampir Tabel di bawah ini :


176

Tabel 4.25
Biaya Konstruksi TPA Kota Buntok di Kabupaten Barito Selatan
HARGA SAT.
NO URAIAN VOL. SAT. BIAYA ( Rp) SUMBER DANA
( Rp)

A JASA KONSULTAN
1 Master Plan 1 Paket 350,000,000 350,000,000 APBN
2 Pengawasan/ Supervisi 1 Paket 500,000,000 500,000,000 APBN
3 Monitoring & Managemen Konstruksi 1 Paket 850,000,000 850,000,000 APBN
4 Studi Amdal TPA 1 Paket 400,000,000 400,000,000 APBN

B PEMBEBASAN TANAH
1 TPA & Bangunan Penunjang 70,000 M2 12,000 840,000,000 APBD-KAB & SWASTA

C KONSTRUKSI - PEMASANGAN
1 Tanggul Penahan TPA 1,030 M 14,981,930 15,431,387,400 APBN
2 Cut And Fill 1,030 M 3,024,602 3,115,340,100 APBN
3 Pemadatan Tanah Asli 44,160 M2 14,400 635,904,000 APBN
4 Jalan Masuk TPA 209 M 3,173,188 663,196,200 APBN
5 Jalan Operasi Di Lingkungan TPA 645 M 3,561,140 2,296,935,300 APBN
6 Pemasangan Geomembrane 54,975 M2 64,200 3,529,395,000 APBN
7 Pemasangan Geotekstil 54,975 M2 47,200 2,594,820,000 APBN
8 Kansteen Penjepit Geomembrane 1,030 M 394,994 406,843,500 APBN
9 Pemasangan Lapisan Batu Kerikil 13,248 M3 139,200 1,844,121,600 APBD-KAB
10 Pemasangsan Perpipaan Manifold Lindi 241 M 376,232 90,671,842 APBD-KAB
11 Pemasangsan Perpipaan Lateral Lindi 1,235 M 243,133 300,268,959 APBD-KAB
12 Pemasangan Pipa Gas 44 Unit 10,105,500 444,642,000 APBD-KAB
13 Instalasi Pengolahan Lindi 1 Unit 6,514,526,200 6,514,526,200 APBN
14 Saluran Drainase Keliling TPA 1,450 Meter 2,177,891 3,157,941,700 APBD-PROV
15 Bangunan Hanggar Pemilah & Pencacah 1 Unit 862,380,300 862,380,300 APBD-KAB
16 Pos Jaga 1 Unit 65,802,800 65,802,800 APBD-KAB
17 Bangunan Jembatan Timbang 1 Unit 306,892,200 306,892,200 APBD-KAB
18 Sumur Pantau 2 Unit 21,111,200 42,222,400 APBD-KAB
19 Garasi Truck 1 Unit 951,311,500 951,311,500 APBD-KAB
20 Garasi Alat Berat 1 Unit 467,127,000 467,127,000 APBD-KAB
21 Pencucian Truck 1 Unit 97,707,300 97,707,300 APBD-KAB
22 Sumur Air Bersih 1 Unit 157,328,000 157,328,000 APBD-KAB
23 Instalasi Listrik Ls 75,000,000 75,000,000 APBD-KAB
24 Fasilitas Pemadam Kebakaran 1 Ls 15,000,000 15,000,000 APBD-KAB
25 Mushola 1 Unit 189,009,800 189,009,800 APBD-KAB
26 Tempat Wudhu 1 Unit 59,620,000 59,620,000 APBD-KAB
27 Buffer Zone Ls 50,000,000 50,000,000 APBD-KAB
28 Pagar Keliling 1,750 Meter 333,055 582,846,200 APBD-KAB

D PENGADAAN
1 Persiapan (Papan nama,Direksi keet, pelaporan,dll) Ls 27,665,600 27,665,600 APBN
2 Pengadaan Geomembran 54,975 M2 60,000 3,298,500,000 APBN
3 Pengadaan Geotekstile 54,975 M2 25,000 1,374,375,000 APBN
4 Pengadaan Lapisan Batu Kerikil 1,030 M 4,725,549 4,867,315,200 APBN
5 Pengadaan Perpipaan Manifold Lindi 241 M 936,765 225,760,365 APBN
6 Pengadaan Perpipaan Lateral Lindi 1,235 M 458,748 566,553,780 APBN
7 Jembatan Timbang 1 Unit 250,000,000 250,000,000 APBN
8 Pengadan Buldozer 1 Unit 2,000,000,000 2,000,000,000 APBN
9 Pengadan Excavator 1 Unit 1,700,000,000 1,700,000,000 APBD-PROV

E JUMLAH PEMBIAYAAN
1 APBN 49,898,517,645
2 APBD-PROV 4,857,941,700
3 APBD-KAB 7,441,951,901

F TOTAL 62,198,411,246
1 ppn (10%) 6,219,841,125
2 Price Contigencies 1,865,952,337
3 Phyisical Contigencies 1,865,952,337
GRAND TOTAL 76,504,045,832

Sumber : Analisis, 2016


177

Biaya pengembangan pembangunan TPA sampai dengan tahun 2026 (10

tahun yang akan datang) dengan tingkat inflansi rata-rata 6% dan suku bunga

Bank 12% menggunakan rumus sebagai berikut :

FV = PV ( 1 + i )n

FV = Future Value ( nilai akan datang )

PV = Present Value ( nilai sekarang )

i = Tingkat inflansi dan Suku bunga rata-rata per tahun (%)

n = Tahun

FV = Rp. 76.504.000.000,-( 1 + (- 0.06+0,12) )10

= Rp. 76.504.000.000,-( 1 + 0.06)10

= Rp. 137.007.012.176,32

= Rp. 137.007.000.000,- (dibulatkan)

Perhitungan biaya konstruksi TPA Sampah Kota Buntok Kabupaten Barito

Selatan pada tahun 2026 sebesar Rp. 137.007.000.000,- (Terbilang : Seratus Tiga

Puluh Tujuh Milyar Tujuh Juta Rupiah).

4.4.2 Rencana Biaya Operasioal TPA Sampah

Biaya operasional TPA adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk

mengelola sampah yang masuk ke TPA. Biaya ini merupakan biaya Oprerasional

untuk menutup sampah dengan tanah urug dan Pemadatan Tanah Urug dengan

alat berat. Perhitungan biaya operasional TPA Sampah Kota Buntok Kabupaten

Barito Selatan pada tahun 2016 sebesar Rp 1.200.708.211,-, sampai dengan tahun

2026 (10 tahun yang akan datang) dengan tingkat inflansi rata-rata 6% dan suku

bunga Bank 12% menggunakan rumus sebagai berikut :


178

FV = PV ( 1 + i )n

FV = Future Value ( nilai akan datang )

PV = Present Value ( nilai sekarang )

i = Tingkat inflansi dan Suku bunga rata-rata per tahun (%)

n = Tahun

FV = Rp. 1.200.708.211,-( 1 + (- 0.06+0,12) )10

= Rp. 1.200.708.211-( 1 + 0.06)10

= Rp. 2.150.285.533.-

= Rp. 2.150.285.000.- (dibulatkan)

Biaya operasional TPA Sampah Kota Buntok Kabupaten Barito Selatan

pada tahun 2026 sebesar Rp. 2.150.285.000,-. Jelasnya hasil perhitungan biaya

Operasional TPA terlampir pada Tabel dibawah ini :


179

Tabel 4.26
Biaya Operasional TPA Sampah Kota Buntok di Kabupaten Barito Selatan

no jenis uraian 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
volume harga satuan jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah

1 Gaji 40 orang 2,150,000.00 86,000,000.00 91,160,000.00 96,629,600.00 102,427,376.00 108,573,018.56 115,087,399.67 121,992,643.65 129,312,202.27 137,070,934.41 145,295,190.47 154,012,901.90
BBM/minyak
2 pelumas 1 tahun 367,500,000.00 367,500,000.00 389,550,000.00 412,923,000.00 437,698,380.00 463,960,282.80 491,797,899.77 521,305,773.75 552,584,120.18 585,739,167.39 620,883,517.43 658,136,528.48

3 Sparepart 1 tahun 67,680,000.00 67,680,000.00 71,740,800.00 76,045,248.00 80,607,962.88 85,444,440.65 90,571,107.09 96,005,373.52 101,765,695.93 107,871,637.68 114,343,935.95 121,204,572.10

Pemeliharaan
4 /servis 1 tahun 53,000,000.00 53,000,000.00 56,180,000.00 59,550,800.00 63,123,848.00 66,911,278.88 70,925,955.61 75,181,512.95 79,692,403.73 84,473,947.95 89,542,384.83 94,914,927.92
3021
5 Tanah urug m3/tahun 180,000.00 543,780,000.00 576,406,800.00 610,991,208.00 647,650,680.48 686,509,721.31 727,700,304.59 771,362,322.86 817,644,062.23 866,702,705.97 918,704,868.33 973,827,160.43
Alat berat
(bulldozer/ex 3021
6 cavator) m3/tahun 27,391.00 82,748,211.00 87,713,103.66 92,975,889.88 98,554,443.27 104,467,709.87 110,735,772.46 117,379,918.81 124,422,713.94 131,888,076.77 139,801,361.38 148,189,443.06

179

Anda mungkin juga menyukai