DI KABUPATEN MANGGARAI
I. VOLUME SAMPAH
Sampai dengan saat ini sampah yang dapat ditangani sebesar 144 m3/hari (36 ton) atau
hanya sebanyak 16,50 % dari total produksi sampah Kabuptaen Manggarai. Berdasarkan
perhitungan tersebut terdapat sejumlah besar sampah yang belum dapat ditangani.
Dampaknya terhadap lingkungan ialah terjadinya penumpukan sampah, bau tak sedap,
pemandangan tidak elok, penyumbatan drainase yang berakibat banjir, dan berpotensi
menjadi sumber penyakit.
Jika fokus penanganan sampah di Kota Ruteng Kecamatan Langke Rembong sebagai Ibu
Kota Kabupaten, mari kita lihat data sampahnya. Volume timbulan sam pah di Kota Ruteng
sebanyak 173,45 m3/hari atau sebanyak 43,36 ton/hari (Jumlah penduduk Kecamatan
Langke Rembong pada tahun 2020 sebanyak 69.379 jiwa). Jumlah sampah yang baru dapat
ditangani sebanyak 126 m3/hari (setara 31,50 ton/hari), atau sebesar 72,64 % dari volume
produksi sampah Kota Ruteng.
1
Tabel 1. Persentase Penanagan Sampah Kabupaten Manggarai
TAHUN
NO URAIAN
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah sampah yang
1 ditangani (m3) 72 108 108 108 144
Jumlah volume
2 produksi sampah (m3) 810,04 823,00 897,68 824,31 872,73
Sampah yang belum ditangani tampak berserakan di kiri-kanan jalan, halaman rumah,
halaman sekolah, lapangan sepak bola, kebun, lahan tidur, saluran air, kali dan berbagai
tempat lainnya yang sangat mengganggu pemandangan serta berpotensi mencemari tanah,
air dan air laut. Sampah yang tidak mudah terurai utamanya sampah plastik dapat berubah
menjadi micro plastik yang berpotensi masuk dalam rantai makanan yang selanjutnya
dapat membahayakan kesehatan warga Kabupaten Manggarai sebagai kelompok orang
terdampak paling dekat dengan sumber sampah. Micro plastik yang mencemari air dan laut
juga dapat mengancam biota sungai dan laut sebagai sumber pangan hewani yang sangat
penting bagi kehidupan manusia.
2
2. Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak
berlakunya Undang-Undang ini.
Dalam Ketentuan Peralihan Peralihan PP 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga menyatakan :
1. Penyediaan fasilitas pemilahan sampah yang terdiri atas sampah yang mudah terurai,
sampah yang dapat didaur ulang, dan sampah lainnya oleh pemerintah
kabupaten/kota dilakukan paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini
mulai berlaku.
2. Penyediaan fasilitas pemilahan sampah yang terdiri atas sampah yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah
yang mudah terurai, sampah yang dapat digunakan kembali, sampah yang dapat
didaur ulang, dan sampah lainnya oleh pemerintah kabupaten/kota dilakukan paling
lama 5 (lima) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku.
Padahal Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga menyatakan bahwa arah kebijakan pengurangan dan penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga meliputi :
a. Pengurangan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga; dan
b. Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Menurut Peraturan Presiden tersebut, pengurangan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga dilakukan melalui:
a. Pembatasan timbulan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga;
b. Pendauran ulang Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
dan/atau
c. Pemanfaatan kembali Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga.
Penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan
melalui:
a. Pemilahan
b. Pengumpulan;
3
c. Pengangkutan;
d. Pengolahan; dan
e. Pemrosesan akhir
Target nasional pengurangan sampah sampai dengan tahun 2025 adalah sebesar 30 % dan
penanganan sampah sebesar 70 % dari seluruh sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga.
Jenis-jenis sampah yang yang umumnya dibuang di tempat sampah berupa sampah plastik,
kertas, rumput-rumputan sisa pemberihan pekarangan, sisa makanan dan rongsokan
logam. Sampah berupa kayu/ranting/daun, berbagai jenis plastik, kertas dan sisa makanan
lebih dominan dibadaningkan dengan jenis sampah lainnya. Keempat jenis sampah ini
meliputi 65,49 % dari keseluruhan sampah yang dibuang ke TPA. Data selengkapnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Jenis dan Berat Sampah yang Diangkut ke TPA
Berat Persentase
No Jenis Sampah
Kg (%)
1 Sisa makanan 220,19 9,80
2 Kayu/ranting/daun 590,56 26,30
3 Kertas 308,81 13,75
4 Plastik 351,31 15,64
5 Logam 14,5 0,65
6 Kain dan tekstil 29,31 1,31
7 Karet dan Kulit 23,94 1,07
8 Kaca 37,13 1,65
4
9 Styrofoam 3,63 0,16
10 Limba B3 2,88 0,13
11 Pampers 78,38 3,49
12 Lain-lain 585,25 26,06
Jumlah 2.245,89 100
Sumber : DLH Manggarai Timur.
Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam penanganan sampah sebanyak 72 orang.
VI. ANGGARAN
5
VII. PERMASALAHAN PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN MANGGARAI
1. Belum tersedianya tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang sesuai dengan
peraturan perundang-undagan yang berlaku;
2. Tidak tersedianya tempat pembuangan sementara sampah (TPS);
3. Penerapan konsep 3R (reuse, reduse and recycle) dalam pengelolaan sampah belum
dapat dilaksanakan, terkait dengan minimnya fasilitas pengelolaan sampah;
4. Jumlah prasarana dan sarana yang tersedia belum sebanding dengan besarnya jumlah
timbulan sampah dan luasnya daerah pelayanan kebersihan yang harus dilakukan;
5. Masyarakat masih membuang sampah sembarang tidak pada tempatnya.
VIII. SOLUSI
1. Sediakan TPA yang layak;
2. Pembangunan TPS;
3. Penerapan prinsip pengelolaan sampah dengan prinsip 3R;
4. Menyediakan sarana dan prsarana selain TPA dan TPS;
5. Penyeselsaian masalah dengan menggerakan semua kekuatan baik pemerintah,
masyarakat/komunitas, dunia usaha, akademisi maupun media massa (pentahelix).
6. Jika melihat komposisi sampah sebagaimana disajikan di atas maka perlu dilakukan
pengurangan sampah dengan mengolah sampah berupa kayu/ranting/daun dan sisa
makanan menjadi kompos serta mendaur ulang sampah plastik dan kertas. Dengan
melakukan dua hal tersebut laju penimbunan sampah dapat ditekan hingga lebih dari
50 %.