Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T , karena dengan rahmat ,
taufiq , serta hidayahnya kami masih diberi kesehatan untuk menyelesaikan makalah
atau tugas MAKALAH TETANG NABI ISA AS ini,

Harapan kami dengan tugas ini kami dapat menambah nilai dengan baik, serta
dapat menambah pengalaman bagi kami.

Tugas ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harap ini dapat membantu nilai kami
nanti.

Wassalamualaikum Wr.Wb

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………........ ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….………….………...iii
1. LATAR BELAKANG………………………………………………….……….iv
2. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………….….v
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….………….vi
A. BIOGRAFI NABI ISA AS……………………………………………………..vii
B. MUKJIZAT NABI ISA AS…………………………………………...………..viii
C. KISAH NABI ISA AS DALAM AL-QUR’AN……………………..………….ix
D. KISAH NABI ISA DALAM ISRAILIYAT……………….……………………x
BAB III PENUTUP…………………………………………..…………………….xi
A. KESIMPULAN………………………………………………………………….xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Israiliyat merupakaan cerita yang berkaitan erat dengan Tafsir bil-Ma’tsur
(Tafsir yang berdasarkan Hadits dan Riwayat). Keberadannya disela-sela penafsiran
al-Qur’an bisa menimbulkan perusakan ajaran Islam tanpa disadari oleh umat islam
itu sendiri, khususnya Israiliyat yang merusak aqidah.

Israiliyat sebenarnya merupakan kisah yang bersumber dari literatur Ahli


Kitab, yang kebanyakan bersumber dari orang Yahudi, atau orang Islam yang
dahulunya pernah memeluk agama Yahudi.Sebenarnya para shahabat yang masuk
Islam itu tidak menyampaikan cerita bohong. Sebab selama mereka memeluk agama
Yahudi, kisah-kisah itulah yang mereka punya. Ketika ada ayat al-Qur’an
menyinggung kisah yang sama, mereka pun memberikan komentar berdasarkan apa
yang mereka baca dari kitab-kitab mereka sebelumnya.

Meskipun ada kebohongan, tidak serta-merta bersumber dari para shahabat,


melainkan kebohongan tersebut sudah ada sebelum agama mereka. Dalam kitab-kitab
tafsir tidak terlepas dari Israiliyat. Bahakan Muhammad Rasyid Ridha, yang
menyusunTafsir al-Manar, yang dikenal sabagai mufassir yang sangat menentang
keberadaan Israiliyat. Namaun menurut al-Dazahabi, ternyata dalam tafsir al-Manar
terdapat sebagian riwayat yang bersumber dari Israiliyat.

Sebagian mufassir ada yang jujur dalam membicarakan masalah Israiliyat.Di


antaranya adalah Ibnu Katsir.Bilau menyebutkan Israiliyat untuk dapat diketahui
masyarakat, hal tersebut bertujuan agar masyarakat tahu keberadaan Israiliyat yang
tidak harus dipercayai. Sehingga masyarakat tidak terpengaruh dengan tafsiran yang
berkenaan Israiliyat.

Adapun kitab-kitab yang banyak memuat riwayat-riwayat Israiliyat adalah


Tafsir al-Thabari oleh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari; Tafsir Ibnu
Katsir oleh Ibnu Katsir al-Dimasyqi; Tafsir al-Khazin oleh Alaudin Abu al-Hasan Ali
bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar bin Khalil al-Syaihi.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan penjelaasan diatas, maka penulis dapat mengambil suatu rumusan


yang menjadi pokok permasalahan dalam makalah ini, yakni tentang kisah Nabi Isa
As. Dari rumusan masalah diatas kemudian dapat dituangkan lagi kedalam beberapa
batasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi Nabi Isa As?
2. Bagaimana Kisah Nabi Isa As dalam AlQur’an?
3. Bagaimana Kisah Nabi Isa As dalam Israiliyat?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi dari Nabi Isa As
Nabi Isa as merupakan salah satu dari Ulul Azmi. Dalam Al-Qur’an, ia disebut Isa
bin Maryamatau Isa al-Masih. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 29 M dan
ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Kemudian, ia diyakini
mendapatkan gelar dari Allah dengan sebutan Ruhullah dan Kalimatullah. Karena Isa
dicipta dengan kalimat Allah “Jadilah!”, maka terciptalah Isa, sedangkan gelar
Ruhullah artinya ruh dari Allah karena Isa langsung diciptakan Allah dengan
meniupkan ruh kedalam rahim Maryam binti Imran.
Nama Isa as dalam al-Quran disebut dengan ‘Isa as putera Maryam, al-Masih, Isa
as dan putera Maryam. Disebut Isa as putera Maryam karena dia adalah anak yang
dilahirkan oleh seorang wanita yang bernama Maryam. Ia tidak dinisbahkaan kepada
nama seorang bapak, karena kelahirannya merupakan mukjizat dari langit. Isa as
merupakan nama kecilnya, dalam bahasa Arab ‘Isa as dan Esau (dalam bahasa
Yahudi) serta dalam bahasa Ibrani disebut Yeshua.
Kata al-Masih ditemukan di dalam al-Quran sebanyak sebelas kali, semua
menunjuk kepada Isa as. Para ahli tafsir mengemukakan dua kemungkinan arti dari
kata tersebut, yaitu pertama, bila ia terambil dari kata Masaha, maka artinya adalah
yang diusapi, disebut al-Masih karena ia sering mengusap kepala orang-orang dengan
air untuk mensucikan mereka Kedua, kata al-Masih terambil dari kata Saha
Yasihuyang berarti berwisata, karena Isa as dikenal banyak berpindahpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain untuk menyampaikan kabar baik melalui dakwahnya.
Atas kekuasaan Allah swt dia dilahirkan hanya perantara ibu saja, tidak seperti
kelahiran manusia biasa yang ada ibu dan bapaknya. Kejadian yang luar biasa ini
untuk menunjukkan kepada seluruh umat manusia, sesungguhnya Allah swt dapat
menciptakan manusia tanpa perantara ibu maupun ayah seperti Nabi Adam, ini semua
menjadi ujian bagi manusia apakah bertambah imannya pada Allah, ataukah
bertambah ingkar (kufur) kepada Allah swt.
Menurut al-Quran surat Ali Imran ayat 45-46, Jibril membawa kabar gembira
kepada Maryam akan kelahiran seorang anak darinya yang akan dipanggil Isa as
putera Maryam. al-Quran sekali lagi menekankan bahwa Isa as adalah putera
Maryam, bukan putera yang lain. Jibril memberitahukan kepada Maryam bahwa Isa
as akan dihormati dan dia bisa berbicara pada saat dia masih kecil sebagai bukti
bahwa Maryam tidak bersalah dari tuduhan perzinaan yang sudah dilontarkan oleh
orang-orang Yahudi kepadanya.Jibril mengatakan kepada Maryam bahwa dia akan
melahirkan anak, dia sangat terkejut sekali mendengarnya, seperti yang terdapat
dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 47. Ayat tersebut menjelaskan bahwa sangat
terkejutlah Maryam karena selama ini dia belum pernah disentuh oleh seorang laki-
lakipun.
Maryam melahirkan Isa as, setelah itu Maryam pergi dari tempat yang jauh
karena ejekan-ejekan dari masyarakat, merasa kesakitan dalam perjalanannya
Maryam istirahat dibawah pohon kurma, lalu Jibril datang dan menyerunya dari
tempat yang rendah, “Janganlah bersedih kamu, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai dibawahmu dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
kearahmu, niscaya pohon itu akan berguguran jatuh kebawah”lalu makan dan
minumlah Maryam dibawah pohon Kurma itu.
Isa as yang lahir tanpa perantara ayah tidak menjadikannya anak Tuhan atau
bukan manusia, karena sebagaimana dijelaskan al-Quran, Allah bisa menciptakan
Adam tanpa ayah atau ibu, dan dia dapat saja dengan mudah menciptakan Isa as
tanpa ayah, kalau penciptaan Adam tidak menjadikannya anak Allah, maka demikian
pula dengan penciptaan Isa as.
Al-Quran tidak menyebutkan kapan dimulainya tugas kenabian Isa as dan
dimana tempat diturunkannya wahyu beserta kitab sucinya, tetapi perintah kenabian
Isa as pada umumnya dikenal sejak diterimanya kabar gembira oleh ibunya (Maryam)
atas kelahirannya, dan sejak ia dapat berbicara kepada Bani Israil, ketika masih dalam
buaian. Injil Barnabas menceritakan bahwa Nabi Isa as menerima wahyu kitab suci
umur 30 tahun melalui malaikat jibril. Isa as adalah hamba Allah yang dijadikan oleh
Allah sebagai nabi dan diberikannya kitab suci sebagai pedoman dia menyebarkan
ajaran Allah yaitu Injil. Al-Quran telah menegaskan bahwa risalah Isa as adalah
untuk Bani Israel saja. Isa as membenarkan empat fakta penting bahwa dia adalah
seorang nabi saja, dia diutus untuk Bani Israel saja, dia datang untuk membenarkan
hukum Taurat Musa, dan bahwa seorang Nabi akan datang setelah dirinya.

B.   Mu’Jizat Nabi Isa As


Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya,
yaitu Yahya. Jika Yahya khusuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan
dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa
hidup justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa
tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat
yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan dengan ruh, tetapi yang lebih
dari itu adalah, bahwa beliau didukung oleh ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya.
Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi sebelumnya diberi.
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum materialis yang mengingkari ruh dan
hari kebangkitan. Mereka menduga bahwa manusia hanya sekadar tubuh tanpa ruh.
Mereka adalah kaum yang meyakini bahwa darah makhluk adalah ruhnya atau
jiwanya “
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah
yang dasarnya mengatakan bahwa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti
sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Ditengah-tengah
masa yang niaterialis ini, di mana ruh diingkari, maka secara logis mukjizat Nabi Isa
terkait dengan usaha menunjukkan alam ruhani.Demikianlah Isa dilahirkan tanpa
seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan
bahwa alam memiliki sumber pertama. Jelas bahwa alam tidak memiliki wujud yang
mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi
segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses
kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri
menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia tidak
tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak-Nya yang bebas, Dia mampu
memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir.
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan dua hal:
pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab karena Dia
adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya ruh dan menjelaskan kedudukannya
serta nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan fisik sehingga mereka
mengingkari ruh. Seandainya kita mengamati sebagian besar mukjizat Nabi Isa, maka
kita akan melihatnya dan mendukung pandangan tersebut.
Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung
lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun
menguatkan adanya ruh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fisik yang tidak dapat
disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah
itu menjadi burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fisik
masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah ruh. Ruh itu masuk ke dalam tanah sehingga
ia menjadi burung. Jadi, ruh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fisik.Di
samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini
juga menunjukkan adanya ruh dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang
yang mati telah ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur berantakan
sehingga ia hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih
memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fisik sebagaimana dikatakan orang-
orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya karena fisiknya
telah hancur tetapi mayit itu mampu bangkit dari kematian. Jasadnya kembali hidup
dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, ruh adalah nilai yang
hakild.bukan fisik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari
kiamat. Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi,
karena setelah kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara.Itu bukan
mustahil tetapi mungkin-mungkin saja.Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-
orang yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar kaumya yakin bahwa kiamat fisik akan terjadi dari
kematian dan itu adalah benar dan bahwa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya
tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu
beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini
menetapkan bahwa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat
apa yang ada di rumah mereka tetapi ruhnya mampu untuk melihat dan berbicara atau
memberitahu mereka. Jadi, ruhani adalah nilai yang hakiki, bukan fisik.Demikianlah
mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya ruh dan kebebasan
kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih
memberikan celah kepada para pengingkar akhirat untuk terus mengingkarinya atau
memberikan ruangan kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan
penentangannya? Kami telah mengatakan bahwa orang-orang Yahudi telah diracuni
dengan pikiran ketidak percayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak
beriman kepada hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa
atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat
mereka beriman, tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.

C.  Kisah Nabi Isa As dalam Alqur’an


Isa bin Maryam, Nabi terakhir bani Israil yang lahir di Betlehem (Baitulahmi)
pada masa kekuasaan raja Herodes Romawi di Palestina. Kelahirannya merupakan
sebuah mukjizat.Sebab, dia dilahirkan oleh perawan suci yang terjaga
kehormatannya.

Setelah lahir beberapa hari, Nabi Isa dapat berbicara untuk membebaskan
ibunya dari fitnah.Peristiwa tersebut merupakan mukjizat pertamanya. Setelah
berusia 30 tahun, dia menemui Nabi Yahya bin Zakaria untuk dibaptis. Baptis
merupakan suatu istilah dalam agama Nasrani yang berarti memandikan seseorang
dengan mandi taubat.Setelah itu, Malaikat Jibril turun dan inilah tanda awal
kenabiannya. Nabi Isa kemudian pergi ke padang pasir dan berpuasa selama 40 hari
di sana tanpa makan dan minum. Allah lalu menurunkan kitab Injil kepadanya .Sejak
saat itu, risalah Nabi Isa berlaku kepada kaum Yahudi yang telah menyeleweng dari
syariat Nabi Musa
Ketika Nabi Isa masih merasakan kekufuran dan keingkaran bani Israil, dia
lalu berangkat menuju Baitul Maqdis pada hari raya umat Yahudi.Orang-orang yang
di sekitarnya kemudian berkumpul.Kejadian itu membuat marah para pendeta Yahudi
hingga mereka membuat berita dusta tentang Isa kepada penguasa Romawi, Raja
Pilathus, pengganti Raja Herodes di Palestina.Sang raja pun meminta mereka
mengadili dan menghukum Isa. Seseorang dari Hawariyin, pengikut Nabi Isa,
Yahudza al-Askharyuthi (Yudas Iskariot) berkhianat dengan menunjukkan
persembunyian Isa kepada mereka. Namun, Allah berkehendak lain dan
menyelamatkan Nabi Isa dari kelicikan kaum Yahudi. Allah kemudian menyerupakan
seseorang persis dengan Nabi Isa. Dengan demikian, para prajurit menangkap dan
menyerahkan orang tersebut yang mirip dengan Isa kepada Raja Pilathus. Mereka
pun kemudian menyalib dan membunuhnya, seperti yang dikisahkan al-Qur’an
berikut ini.
“(Kami hukum juga) karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh
al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah. ‘Padahal mereka tidak membunuhnya,
tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan
dengan Isa.Sesungguhnya mereka yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
selalu berada dalam keraguan tentang yang dibunuh itu.Mereka benar-benar tidak
tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), kecuali mengikuti perkiraan belaka.Jadi,
mereka tidak yakin telah membunuh Isa.Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah
mengangkat Isa ke hadirat-Nya.Allah Mahaperkasa dan Mahabijaksana.” (QS. An-
Nisa [4]: 157-158).

D.     Kisah Nabi Isa dalam Israiliyat


1. surah an-Nisa 158 tentang kenaikkan Isa al-Masih, “Tetapi (yang
sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNya dan adalah Maha Pengasih lagi
Maha Bijaksana”.
Al-Qur’an memang tidak membahas secara rinci bagaimana proses penyerupaan dan
kenalkan Isa as sehingga persoalan ini kerap kali menjadi bahan kontraversi di
kalangan umat Islam. Umpamanya masih diperselisihkan apakah yang diserupakan
dengannya itu dan kemudian dibunuh oleh orang-orang Yahudi hanya satu orang atau
semua sahabatnaya yang ketika kejadian itu berlangsung berada di rumah
dengannya.Bila ada uraian tentang hal itu sudah bisa dipastikan bersumber pada
israiliyyat. Dalam hal ini ath-Thabari mengutip israiliyyat itu.Ia mengemukakan dua
macam riwayat yang masing-masing didukung oleh banyak sanad. Riwayat pertama
berasal dan Wahbah bin Munabbih mengatakan yang diserupakan dengan Nabi Isa as
adalah seluruh sahabatnya. Ketika memasuki rumah tersebut dan hendak
membunuhnya, orang-orang Yahudi kebingungan karena seisi rumah itu wajahnya
sama, akhirnya mereka membunuh salah seorang sahabatnya, sedang Nabi Isa
diangkat ke langit.
Riwayat kedua yang berasal dari Qatadah mengatakan bahwa yang
diserupakan dengannya adalah salah seorang sahabatnya saja, ketika masuk orang-
orang Yahudi membunuh orang yang diserupakan itu, sedangkan Nabi Isa as
diangkat ke langit. Sementara Ath-Thabari lebih cenderung kepada pendapat Wahab
bin Munabbih dengan pertimbangan rasionya lebih mendekati kebenaran, jika salah
satu saja yang diserupakan, tentu para sahabatnya yakin yang dibunuh adalah orang
yang diserupakan. Padahal sebenarnya mereka merasa kebingungan siapa sebenarnya
yang mereka bunuh tersebut.
Dari israiliyyat-israiliyyat yang mengwarnai kitab tafsir, menurut pendapat
saya, sebelum menjadi dasar menafsiran ayat al-Qur’an seorang mufasir harus
bersikap extra hati-hati.Metodenya adalah melakukan studi kritis sanad, dengan
meyebutkan nama-nama rawi yang terlibat dalam transmisian sebuah riwayat
sehingga didapati riwayat yang didasarkan pada sanad yang sahih. Pencantuman
israiliyyat dalam tafsir harus diberi komentar tidak sekedar “taken for granted” saja
sehingga membingungkan para pembaca tafsir apa pendapat pengarang sebenarnya,
apakah mendukung atau tidak terhadap israiliyyat yang dicantumkan dalam tafsirnya.
Yang kedua harus diperhatikan kesesuaiannya dengan syari’at Islam, persesualan ini
dengan pada al-Qur’an dan Hadits Nabi.Yang ketiga apakah sesuai dengan rasio atau
tidak.
Dalam tafsirnya, al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan bahwa di
antara kisah mengenai orang-orang Yahudi semoga laknat Allah subhanahu wata’ala,
kemurkaan, kemarahan, dan adzab-Nya selalu menimpa mereka- adalah tatkala
Allah subhanahu wata’ala mengutus Isa bin Maryam ‘alaihissalamdengan membawa
bukti-bukti (kebenaran risalah-Nya) yang nyata dan petunjuk, mereka (orang-orang
Yahudi) dengki kepadanya karena beliau telah dikaruniai oleh Allah subhanahu
wata’ala berupa risalah kenabian dan berbagai mukjizat yang nyata. Di antara
mukjizatnya adalah dapat menyembuhkan orang yang buta dan orang yang terkena
penyakit sopak (penyakit belang pada kulit), menghidupkan kembali orang yang telah
mati dengan izin Allah subhanahu wata’ala, mampu membuat patung seekor burung
dari tanah liat lalu ia meniupnya dan jadilah patung itu burung sungguhan dan dapat
terbang dengan disaksikan oleh banyak orang dengan seizin Allah subhanahu
wata’ala, serta berbagai mukjizat lainnya sebagai bentuk pemuliaan Allah subhanahu
wata’ala terhadap beliau ‘alaihissalam.
Berbagai mukjizat tersebut atas kehendak Allah subhanahu wata’ala melalui
kedua tangan Nabi Isa ‘alaihissalam. Walaupun demikian, orang-orang Yahudi
mendustakan beliau dan menyelisihinya, serta berupaya untuk mengganggunya
dengan segenap kemampuan yang mereka miliki.Sehingga hal ini menyebabkan
Nabiyullah Isa ‘alaihissalam tidak bisa tinggal dalam satu negeri bersama mereka,
namun beliau banyak mengembara, dan ibunya (Maryam) pun ikut mengembara
bersama beliau ‘alaihissalam.

Orang-orang Yahudi masih belum puas dengan keadaan ini.Akhirnya mereka


pun berusaha menemui Raja Dimasyq (Damaskus) di masa itu.Raja Dimasyq adalah
seorang musyrik penyembah bintang, para pemeluk agamanya dikenal dengan
sebutan pemeluk agama Yunani.Ketika orang-orang Yahudi itu sampai kepada raja
tersebut, mereka menyampaikan (berita dusta) kepadanya bahwa di Baitul Maqdis
terdapat seorang lelaki yang menebarkan fitnah di tengah-tengah manusia,
menyesatkan mereka, dan mengajak mereka agar memberontak kepada raja. Si raja
pun murka demi mendengar laporan tersebut. Kemudian ia menulis surat kepada
wakilnya (kepala daerah) yang ada di Baitul Maqdis, memerintahkan agar
menangkap lelaki yang dimaksud, lalu menyalibnya, dan meletakkan duri-duri di
kepalanya agar tidak mengganggu orang-orang lagi.
Ketika surat raja itu sampai kepadanya, ia segera melaksanakan perintah
rajanya itu. Lalu ia berangkat bersama sekelompok orang Yahudi menuju sebuah
rumah yang di dalamnya terdapat Nabi Isa‘alaihissalam. Ketika itu, beliau bersama
sejumlah sahabatnya, jumlah mereka ada dua belas atau tiga belas orang. Menurut
pendapat yang lain adalah tujuh belas orang. Peristiwa tersebut terjadi pada hari
Jum’at, sesudah waktu Ashar, yaitu malam Sabtu.Mereka pun mengepung rumah
tersebut.
Ketika Nabi Isa ‘alaihissalam merasa bahwa mereka pasti dapat memasuki
rumah itu atau ia (terpaksa) keluar rumah dan akhirnya pasti berjumpa dengan
mereka, maka ia pun berkata kepada para sahabatnya, “Siapakah di antara kalian
yang bersedia untuk diserupakan dengan diriku? Kelak ia akan menjadi temanku di
surga.”Maka ada seorang pemuda yang bersedia untuk itu. Namun Nabi
Isa ‘alaihissalam memandang pemuda itu masih terlalu kecil untuk melakukannya.
Sehingga ia pun mengulangi permintaannya sebanyak dua atau tiga kali. Tetapi setiap
kali ia mengulangi perkataannya, tidak ada seorang pun yang bersedia kecuali
pemuda itu. Akhirnya Nabi Isa ‘alaihissalam pun berkata, “(Kalau memang
demikian), kamulah orangnya.”Maka Allah subhanahu wata’ala menjadikannya mirip
seperti Nabi Isa ‘alaihissalam, hingga seolah-olah ia memang Nabi
Isa ‘alaihissalam sendiri.Lalu terbukalah salah satu bagian dari atap rumah itu, dan
Nabi Isa ‘alaihissalam tertimpa rasa kantuk yang sangat hingga ia pun tertidur.
Dalam keadaan demikian, Allah  SWT mengangkat
beliau ‘alaihissalam menuju langit sebagaimana firman-Nya dalam surah Ali Imran
ayat 55 Setelah Nabi Isa ’alaihissalam diangkat ke langit, para sahabatnya keluar.
Ketika mereka (orang-orang yang hendak menangkap Nabi Isa ‘alaihissalam) melihat
pemuda (yang mirip Nabi Isa ‘alaihissalam) itu, mereka menyangka ia adalah Nabi
Isa ‘alaihissalam. Pada malam itu juga mereka menangkap dan menyalibnya, serta
meletakkan duri-duri di kepalanya.
Orang-orang Yahudi menampakkan bahwa merekalah yang telah berhasil
menyalib Nabi Isa ‘alaihissalamdan mereka merasa bangga dengan hal ini.Ternyata
beberapa kalangan dari orang-orang Nasrani juga mempercayai hal tersebut (bahwa
Nabi Isa ‘alaihissalam disalib) karena kebodohan dan pendeknya akalnya
mereka.Kecuali mereka yang ada di rumah tersebut bersama Nabi Isa Al-
Masih ‘alaihissalam, mereka tidak mempercayainya karena menyaksikan sendiri
bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam diangkat ke langit.Adapun selain dari mereka,
semuanya menyangka sebagaimana yang disangka oleh orang-orang Yahudi, bahwa
orang yang disalib itu adalah Isa Al-Masih putra Maryam ‘alaihissalam.

Hingga akhirnya mereka pun menyebutkan (sebuah mitos) bahwa Ibunda


Maryam duduk di bawah orang yang disalib itu dan menangisinya.Disebutkan pula
bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam (yang mereka sangka disalib itu) bisa berbicara dengan
ibundanya itu. Wallahu a’lam.(Tafsir Ibnu Katsir). Mereka Sendiri
MeragukannyaWalaupun mereka mengaku telah membunuh dan menyalib Isa Al-
Masih ‘alaihissalam, namun sebenarnya mereka sendiri ragu, apakah yang dibunuh
dan disalib itu benar-benar Nabi Isa ‘alaihissalamatau bukan. Allah Dzat yang Maha
Mengetahui isi hati hamba-Nya menyatakan (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa,
benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.Mereka tidak mempunyai
keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka,
mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (An-Nisa’:
157).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut teks Islam, Isa diutus kepada Bani Israil, untuk mengajarkan tentang
ke-esaan Tuhan dan menyelamatkan mereka dari kesesatan.Muslim percaya Isa telah
dinubuatkan dalam Taurat, membenarkan ajaran-ajaran nabi sebelumnya. Isa
digambarkan juga dalam ajaran Islam, memiliki mukjizat sebagai bukti kenabiannya,
seperti berbicara sewaktu masih bayi dalam peraduan, memberikan nyawa/kehidupan
pada burung yang terbuat dari tanah liat, menyembuhkan orang yang terkena lepra,
menyembuhkan orang tuna netra, membangkitkan orang mati dan meminta makanan
dari surga atas permintaan murid-muridnya. Beberapa kisah menyebutkan bahwa
Yahya bin Zakariyya pernah bertemu dengan Isa di sungai Yordan, sewaktu Yahya
pergi ke Palestina.
Betapa menyenangkan seandainya kita termasuk yang mendapatkan karunia untuk
tinggal semasa dengan nabi Isa as.Karena di masa beliau kehidupan manusia benar
benar aman dan damai, bahkan kedamaian itu bukan hanya milik manusia, tetapi juga
merata hingga kepada binatang.Zaman Isa ‘alaihissalam (setelah turun kembali ke
bumi) ini merupakan zaman yang penuh keamanan, kesejahteraan, dan kemakmuran
serta kelapangan.Allah menurunkan hujan yang lebat, bumi menumbuhkan tumbuh-
tumbuhan dan buah-buahan serta banyak barakahnya, harta melimpah ruah; dendam,
dengki, dan kebencian hilang sirna

Anda mungkin juga menyukai