Anda di halaman 1dari 3

Prosedur Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Masukan PT.

Jen Tsong Indonesia


PT. Tujuh Cahaya Samudra mendapatkan PPN masukan dari pemakaian jasa depo
container dan jasa peti kemas untuk kegiatan kepengurusan ekpor dan impornya, serta faktur
masukan dari pelayaran untuk kegiatan domestiknya. Kemudian bagian perpajakan mencocokkan
faktur pajak masukan antara microsoft excel dan e-faktur. Dan jumlah antara keduanya harus
sama. Selanjutnya bagian perpajakan melakukan pengecekan terhadap fatur pajak asli untuk
memperoleh pajak masukan yang dapat dikreditkan dan juga pajak masukan yang tidak dapat
dikreditkan. Berikut adalah rekap data PPN Masukan yang diambil sebagai contoh pada bulan
Januari 2019
Tabel 4.2

Rekap Data PPN Masukan PT. Tujuh Cahaya Samudra Bulan Januari 2019

Kode dan
No Nama Pembeli NPWP/ Paspor Kode dan No. Seri No. Seri
Faktur Pajak Dokumen
Lain-lain
1 PT. Primamas Segara Unggul 01.526.794.1-614.000 010.002-19.11645472 -
2 PT. Formosa Sejati 84.670.782.6-604.000 010.002-19.49264566 -
3 Markos Halim 06.284.218.2-616.001 010.002-19.68765051 -
4 PT. Meratus Line 01.108.202.1-631.000 010.001-19.83236415 -
5 PT. Samudra Sarana Logistik 01.577.508.3-046.000 010.001-19.44604217 -
6 PT. Tungya Collins 01.070.799.0-058.000 010.002-19.41837302 -
7 PT. Dwipa Kharisma 01.746.536.0-073.000 010.001-19.42152226 -
8 PT. Indra Jaya Swastika 01.220.181.0-631.000 010.000-19.56562889 -
9 PT. Global Terminal Marunda 01.635.440.9-058.000 010.001-19.19847436 -
10 PT. TerminaL Peti Kemas 01.813.666.3-093.000 - 5622746
11 PT. Pelabuhan Indonesia III 01.061.000.4-093.000 - 0182799

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 2 jenis faktur pajak yang berbeda. Pada daftar
PPN masukan no. 1 sampai 9 adalah menggunakan faktur pajak standart yang sebagaimana
sering kita temui. Sedangkan untuk no. 10 dan 11 terdapat di kolom dokumen lain-lain yang
berisi PPN Masukan atas penggunaan jasa peti kemas pelabuhan. Dokumen lain-lain tersebut
merupakan dokumen yang dipersamakan dengan faktur pajak. Ketentuan mengenai dokumen
yang dipersamakan dengan Faktur Pajak ini ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak. Mulai 30 Desember 2014, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Peraturan yang mengatur
mengenai dokumen tertentu yang dipersamakan sebagai Faktur Pajak melalui Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2014. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-33/PJ/2014 ini menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-27/PJ/2011 yang telah berlaku sejak 19 September 2011. Di dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2014 ini, Direktur Jenderal Pajak menambahkan satu
jenis dokumen sebagai dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan sebagai Faktur
Pajak yaitu dokumen bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan. Dengan
demikian, saat ini dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan sebagai Faktur Pajak
menjadi 14 jenis dokumen, yaitu:

1. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat
yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut;
2. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG
untuk penyaluran tepung terigu;
3. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk
penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak;
4. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunlkasi;
5. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill atau Delivery Bill) yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
6. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
7. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan Iistrik;
8. Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang dilampiri
dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan
Ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena
Pajak/Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
9. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dilampiri dengan Surat Setoran
Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa
nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor Barang Kena Pajak;
10. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang
Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean;
11. Bukti tagihan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Perusahaan
Air Minum;
12. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perantara efek;
13. Bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan; dan
14. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang
Kena Pajak melalui juru lelang disertai dengan Risalah Lelang.

Kesesuaian Penerapan Dan Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai Terhadap Undang-Undang


Perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai