Anda di halaman 1dari 6

“Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan

kepada negara.”

Sebuah kutipan yang singkat namun bermakna besar jika kita pikirkan dengan seksama.
Saya adalah orang yang lebih banyak menerima dibandingkan memberikan. Saya lahir dan
besar di keluarga yang sederhana. Salah satu hal yang saya terima dari negeri ini adalah
pendidikan, dimana saya dapat menempuh pendidikan hingga Sarjana berkat beasiswa
Bidikmisi, dan hal tersebut telah mengajarkan saya arti dari pemberian yang harus
dipertanggungjawabkan bagi sesama.

Pernah suatu ketika saya melihat sebuah acara sosial di televisi, salah seorang anak petani di
desa terpencil di Indonesia ditanya oleh sang pembawa acara, “Adik kalau sudah besar cita-
citanya ingin menjadi apa?” Lalu sang anak dengan polosnya menjawab, “Ingin jadi petani
seperti bapak”. Mendengar hal tersebut lantas saya berpikir, betapa mirisnya nasib anak
Indonesia, sekejam apa kehidupan mereka, hingga anak sekecil itu bahkan tidak berani untuk
bermimpi? Bukan saya bermaksud merendahkan profesi petani, yang ingin saya soroti adalah
anak kecil yang seharusnya tersenyum riang dan memiliki berbagai impian, ia hanya ingin
mengikuti jejak orang tuanya tanpa berani berpikir memiliki impian lain. Bukan salah
seorang anak anak jika ia tidak berani memiliki impian, kitalah sebagai orang dewasa yang
seharusnya malu.

Hanya ada 4,25% jumlah penduduk Indonesia yang dapat mengenyam pendidikan sarjana.
Saya sungguh merasa bersyukur karena saya termasuk ke dalam persentase tersebut. Namun
diluar sana, masih banyak generasi muda Indonesia yang tidak seberuntung saya.

Saya dapat mengenyam pendidikan dengan baik, berkat bantuan dari berbagai pihak, dan
negara. Banyak menerima bantuan lantas membuat saya berfikir untuk bisa membalas dan
berbagi atas apa yang sudah saya peroleh selama ini. Salah satu langkah konkret yang bisa
saya lakukan ketika saya duduk di bangku SMA, saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
pramuka. Dalam Kegiatan kepramukaan, saya sering mendapat permintaan dari berbagai
sekolah sekolah dasar di kota saya tinggal, untuk ikut serta mengajar dan mengaktifkan
kegiatan kepramukaan di berbagai sekolah. Hal tersebut tentu saja saya lakukan dengan
senang hati, selain memang karena tugas saya di kepramukaan, saya juga menganut prinsip
bahwa, ilmu ketika dibagi tidak akan berkurang atau habis, justru akan semakin bertambah.
Banyak hal yang saya dan teman teman pramuka ajarkan kepada anak anak di sekolah dasar,
ccontohnya adalah kami mengajarkan dan membimbing anak anak untuk menjadi aktif,
melalui games, atau diskusi ringan bersama teman temannya. Selain itu kami juga sedikit
demi sedikit mengajarkan dasa dharma pramuka, dimana dari dasa darma pramuka tersebut
banyak hal yang dapat diambil manfaatnya, terlebih lagi apabila diajarkan kepada anak anak
sejak dini, contohnya dharma kedua yaitu cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Dari
hal tersebut saya mengajarkan untuk mencintai lingkungan sekitar dengan tidak membuang
sampah sembarangan, kemudian juga untuk tolong menolong antar sesama, dan tidak
membeda bedakan teman yang satu dan yang lain.

Menjaga kebersihan lingkungan tidak hanya saya ajarkan kepada anak anak sekolah dasar
saja, tapi tentunya juga selalu saya terapkan kepada diri sendiri. Ketika SMA contohnya,
dikala ada kompetisi kreatifitas antar kelas dari osis, saya mengusulkan agar membuat tempat
sampah sederhana berbahan dasar wadah bekas cat tembok. Wadah tersebut kemudian
diwarnai dan dihias, untuk kemudian nantinya akan dipajang di depan kelas masing masing,
selain indah, tentunya juga akan meningkatkan kesadaran para siswa akan kebersihan
lingkungan, karena mereka sendiri yang membuat tempat sampah, tentunya mereka akan
malu jika masih membuang sampah sembarangan.

Berlanjut ke masa saat saya mengenyam pendidikan sarjana, Universitas Jenderal Soedirman
tempat saya berkuliah memiliki visi untuk diakui dunia sebagai pusat pengembangan
sumberdaya perdesaan dan kearifan lokal. Berawal dari hal tersebut dan juga sebagai
penerapan salah satu tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat, saya
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik berkaitan dengan pengembangan potensi tanaman
Azola sebagai bahan pakan tambahan bagi hewan ternak, khususnya bebek. Berbagai desa di
Purbalingga, tempat saya mengabdi, memiliki banyak peternak bebek. Para peternak
seringkali mengeluh akan persoalan dimana hasil ekonomis dari beternak, masih kurang
memuaskan seiring dengan perkembangan jaman dan semakin tingginya harga bahan pakan
bebek. Berangkat dari persoalan tersebut, saya dan tim melaksanakan pengabdian dimana
saya sebagai salah satu mahasiswa fakultas perikanan, memberikan solusi akan masalah yang
dihadapi oleh para peternak, solusi yang dapat saya berikan adalah dengan mengganti pakan
bebek yang digunakan, dengan bahan pakan alternatif yang murah dan bahkan gratis. Azola
adalah tanaman air yang hampir bisa ditemukan di berbagai sungai. Azola selain memiliki
kadar nutrisi yang tinggi, dapat juga dikembangbiakkan dengan cepat dan mudah, selain itu
bebek juga secara alami memang mengkonsumsi azola di alam. Saya dan tim membangun
kolam khusus di desa tempat saya mengabdi, untuk kemudian kami beri bibit azola.
Hasilnya, setelah mengganti/mencampur pakan bebek dengan azola, telur yang dihasilkan
oleh bebek cenderung bertambah dalam hal ukuran dan jumlah, serta bebek pun menjadi
lebih gemuk dibanding hanya menggukan pakan yang dibeli.

Salah satu pengabdian lain yang pernah saya lakukan semasa perkuliahan adalah
keikutsertaan saya dalam program Ekspedisi Nusantara Jaya yang dilaksanakan oleh
Kementrian Koorndiator Kemaritiman dengan tujuan Pulau Karamaian. Melalui program ini
diharapkan generasi muda agar kembali untuk mencintai laut, para generasi muda diajak
untuk mengunjungi pulau-pulau terluar dan terdepan di nusantara, dengan harapan agar
mereka dapat melihat langsung dan dapat membantu masyarakat disana dengan ilmu yang
mereka miliki. Dari program ini saya dapat melihat langsung, ternyata masih banyak daerah
dan masyarakat di Indonesia yang bisa dikatakan hampir tidak terjamah dan tertinggal
dibanding daerah lainnya. Disana saya berkesempatan untuk memetakan potensi daerah yang
ada baik dari sisi ekonomi, pariwisata, sosial dan sebagainya, untuk kemudian dapat kita
laporkan, dan dalam program periode berikutnya kita kembangkan potensi tersebut agar
menghasilkan hasil yang nyata dan membantu masyarakat disana. Saya yang kebetulan
berlatar program studi Ilmu Kelautan melihat bahwa di Pulau Keramaian memiliki potensi
Laut yang sangat melimpah yang dapat dikembangkan baik secara produk, maupun sebagai
wilayah wisata. Selain itu saya juga berkesempatan untuk ikut serta sedikit membagikan ilmu
yang saya miliki untuk mengajar di sekolah sekolah yang ada dan juga saling sharing dengan
masyarakat terkait berbagai problematika yang ada dan memberikan usulan atau saran yang
sesuai. Saya dan teman teman lain juga mengadakan berbagai perlombaan, dan acara api
unggun, serta membagian sedikit barang donasi yang kami galang dari berbagai pihak untuk
setidaknya sedikit membantu masyarakat pulau Karamaian. Cerita lebih lanjut mengenai
Karamaian dapat ditemui di blog yang saya tulis:
https://primareksatama.wordpress.com/2018/08/11/sebuah-kisah-tentang-perjalanan-
tentangmu-tentang-kita/ (salah satu cara saya berkontribusi untuk mempromosikan
Karamaian, adalah dengan menulis blog yang kemudian dipublikasikan, karena kebetulan
saya gemar untuk membaca dan menulis)

Indonesia sebagai Negara kepulauan, memiliki panjang pantai sekitar 81.000 km, merupakan
sumber daya hayati pesisir dan laut yang potensial. Indonesia merupakan negara maritim
dengan lebih dari 70% permukaan buminya didominasi oleh lautan (bahari). Karamaian
sebagai salah satu pulau Terluar, Terdepan, dan Tertinggal memiliki banyak potensi yang
dapat dikembangkan, contohnya dari segi pariwisata. Saya yang pernah mengunjungi
kepulauan Karimun Jawa, yang terkenal akan wisata baharinya yang indah, berani
mengatakan bahwa Karamaian 10 kali lebih indah dibanding Karimun Jawa, hanya saja yang
menjadi masalah adalah akses untuk menuju ke Karamaian. Untuk menuju ke Karamaian
diperlukan perjalanan dengan kapal yang memakan waktu 24 jam, dan itupun hanya ada 1
minggu sekali. Sejak dahulu hingga saat ini, saya dan beberapa teman saya memiliki rencana
untuk lebih mempromosikan dan memasarkan wisata di Karamaian, agar kemudian banyak
orang yang tahu (termasuk Pemerintah) untuk selanjutkan agar akses untuk menuju ke
Karamaian lebih dibangun lagi dan dipermudah. Hal itu tentunya akan sangat mendongkrak
dan membangun Ekonomi masyarakat di Karamaian. Selain dari sisi pariwisata, dari segi
biota dan sumberdaya alam, banyak hewan dan tumbuhan (rumput laut) di Karamaian yang
masih asri dan melimpah. Contohnya saja Lobster dan Kepiting, terlebih lagi Ikan. Tiada hari
tanpa Ikan di Karamaian. Apabla akses menuju Karamaian dapat dibangun agar lebih mudah,
maka bukan hal yang sulit untuk memasarkan produk produk alam dari Karamaian. Selama
ini para nelayan di Karamaian, cenderung menjual hasil tangkapan mereka yang berlimpah
kepada para pengepul di tengah laut (yang justru biasanya bukan warga negara Indonesia)
dengan harga yang murah. Selain itu, ada pula beragam jenis rumput laut di Karamaian .
Rumput laut merupakan salah satu dari berbagai sumber hayati laut yang dapat dimanfaatkan
secara ekonomis untuk manusia. Rumput laut banyak dimanfaatkan untuk bahan makanan,
bahan dasar obat-obatan maupun bahan dasar kosmetik.

Sebagai salah satu mahasiswa Ilmu Kelautan, saya memiliki keinginan untuk dapat lebih
mengembangkan lagi potensi sumberdaya hayati laut yang sangat melimpah di negara kita
tercinta. Langkah konkret yang ingin saya ambil untuk mewujudkan hal tersebut, pertama
saya ingin melanjutkan studi Magister Ilmu kelautan di Institut Pertanian Bogor, atau
Universitas Diponegoro, karena dua universitas tersebut memiliki record yang baik, dan
sejalan dengan keinginan saya untuk mengembangkan potensi sumber daya hayati laut,
contohnya di IPB dimana disana memiliki pengajaran terkait pemanfaatan sumberdaya hayati
laut, sedangkan di Universitas Diponegoro memiliki dosen dosen Ilmu Kelautan yang masuk
ke dalam World Top 100 Agriculture and Forestry Scientist 2022. Setelah menyelesaikan
studi, saya ingin bergabung kedalam Kementrian Kelautan dan Perikanan, untuk kemudian
saya dapat mengembangkan potensi wilayah tempat saya mengabdi nantinya. Saya ingin
mengabdi ke wilayah yang dekat dengan saya terlebih dahulu, contohnya wilayah Kabupaten
Cilacap, atau wilayah Provinsi Lampung (kota asal orangtua saya) karena saya sudah lebih
mengenal wilayah tersebut dan sedikit tahu tentang potensi sumberdaya perikanan dan laut di
wilayah tersebut. Contohnya pada wilayah Provinsi Lampung, tepatnya di Pantai Tulung,
Kota Agung, nelayan disana menurut saya masih belum memiliki wadah yang baik dalam
memasarkan hasil tangkapannya, dan terkadang hasil tangkapan tersebut dijual dengan harga
yang masih dibawah standar, saya ingin membangun sebuah wadah untuk mereka contohnya
nantinya berupa market atau jalur distribusi hasil perikananan yang mudah dan menjamin
kemakmuran para nelayan. Saya memang ingin mengabdi ke wilayah yang terdekat dengan
saya, namun bukan berarti saya akan menolak ketika diberi kesempatan untuk mengabdi ke
wilayah terluar, dan tertinggal di Indonesia seperti Pulau Karamaian. Dimanapun saya
berada, saya siap dan mau untuk berkontribusi aktif untuk Indonesia, karena Indonesialah
saya bisa menjadi diri saya yang sekarang, dan oleh karena itu untuk Indonesialah saya
mengabdi.
Insan A.I dan Dwi Sunu W. 2008. Jenis-jenis Rumput Laut Yang Berpotensi Sebagai Obat
Yang Tumbuh Pada Berbagai Substrat di Pantai Rancababakan, Nusakambangan.UNSUD,
Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai