Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Belanda

53 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bagian dari seri mengenai

Sejarah Negeri Belanda

tampil

Awal

tampil

Abad Pertengahan

tampil

Republik

tampil
Periode Prancis

tampil

Monarki

tampil

Topik

 l
 b
 s

Sejarah Negeri Belanda adalah sejarah bangsa maritim yang tumbuh dan berkembang
di daerah tanah rendah delta sungai yang bermuara ke Laut Utara di kawasan barat
laut benua Eropa. Catatan sejarah Negeri Belanda bermula dengan kurun waktu empat
abad manakala daerah ini menjadi perbatasan wilayah Kekaisaran Romawi yang dijaga
militer. Daerah perbatasan ini kian lama kian terdesak serbuan suku-suku rumpun
Jermanik yang berpindah ke arah barat. Seiring runtuhnya Kekaisaran Romawi dan
bermulanya Abad Pertengahan, tiga suku terbesar dari rumpun bangsa Jermanik tampil
menguasai daerah ini, yakni orang Frisia di sebelah utara serta kawasan pesisir, orang
Saksen Hilir di sebelah timur laut, dan orang Franka di sebelah selatan.
Pada Abad Pertengahan, wangsa Karoling berhasil menguasai daerah ini, dan
memperluas wilayah kekuasaan mereka hingga mencakup hampir seluruh kawasan
barat Eropa. Negeri Belanda kala itu merupakan bagian dari Kadipaten Lotharingia
Hilir di dalam wilayah Kekaisaran Romawi Suci yang didirikan dan diperintah orang
Franka. Selama beberapa abad, Negeri Belanda terbagi-bagi menjadi sejumlah
swapraja feodal, antara lain Brabant, Holland, Zeeland, Friesland, dan Gelre, dengan
garis perbatasan yang terus-menerus berubah. Belum ada wilayah kesatuan yang
setara dengan wilayah negara Belanda sekarang ini.
Pada 1433, Adipati Burgundia berhasil menguasai seluruh daerah tanah rendah di
Kadipaten Lotharingia Hilir, dan mendirikan swapraja Negeri Belanda Burgundia.
Wilayah swapraja ini meliputi kawasan yang sekarang menjadi wilayah Negeri Belanda,
Belgia, Luksemburg, dan sebagian Prancis.
Raja-raja Spanyol yang beragama Katolik menindak keras penyebaran agama Kristen
Protestan, yang menimbulkan perseteruan antarkelompok masyarakat di dua kawasan
yang kini menjadi wilayah negara Belgia dan daerah Holland di Negeri
Belanda. Pemberontakan rakyat Belanda yang berkobar sesudahnya mengakibatkan
swapraja Negeri Belanda Burgundia pecah menjadi Negeri Belanda
Spanyol dan Perserikatan Provinsi-Provinsi. Negeri Belanda Spanyol adalah wilayah di
sebelah selatan yang warganya memeluk agama Kristen Katolik dan menuturkan
bahasa Prancis maupun bahasa Belanda (kurang lebih meliputi wilayah negara Belgia
dan negara Luksemburg sekarang ini), sementara Perserikatan Provinsi-Provinsi
adalah wilayah di sebelah utara yang mayoritas warganya beragama Kristen Protestan
dan hanya sedikit yang beragama Kristen Katolik penutur bahasa Belanda. Wilayah
Perserikatan Provinsi-Provinsi inilah yang menjadi cikal bakal Negeri Belanda modern.
Pada Zaman Keemasan Negeri Belanda yang mencapai puncaknya sekitar tahun 1667,
terjadi perkembangan di bidang usaha dagang, industri, seni rupa, dan ilmu
pengetahuan. Negari Belanda berkembang menjadi sebuah imperium makmur yang
menguasai koloni-koloni di berbagai pelosok dunia, dan Kongsi Hindia Timur atau
Kompeni Belanda muncul sebagai salah satu perusahaan dagang nasional tertua dan
terpenting yang berasaskan kewirausahaan dan usaha dagang.
Pada abad ke-18, kedigdayaan dan kemakmuran Negeri Belanda merosot. Negara ini
melemah akibat berulang kali berperang melawan negara-negara tetangga yang lebih
kuat, yakni Inggris dan Prancis. Kerajaan Inggris merebut Nieuw Amsterdam, koloni
Belanda di Amerika Utara, dan mengganti namanya menjadi New York. Kerusuhan
dan perseteruan sengit timbul di antara kaum pendukung Willem van Oranje dan kaum
Patriot. Revolusi Prancis merembet sampai ke Negeri Belanda selepas tahun 1789, dan
bermuara pada pembentukan negara Republik Batavia pada tahun 1795. Napoleon
menjadikan Republik Batavia sebagai salah satu negara satelit Prancis dengan
nama Kerajaan Holland pada tahun 1806, namun kemudian hari hanya menjadi salah
satu provinsi Kekaisaran Prancis.
Setelah rezim Napoleon tumbang pada kurun waktu 1813–1815, berdiri Kerajaan
Belanda Serikat dengan wilayah yang diperluas, dan diperintah wangsa Oranje selaku
kepala monarki yang juga berdaulat atas Belgia dan Luksemburg. Raja Belanda
menerapkan pembaharuan-pembaharuan ala Kristen Protestan secara paksa di Belgia,
sehingga rakyat Belgia bangkit memberontak pada tahun 1830, dan akhirnya merdeka
pada tahun 1839. Setelah beberapa waktu tunduk pada pemerintah yang berhaluan
konservatif, Negeri Belanda menjadi negara demokrasi parlementer yang dikepalai
seorang kepala monarki konstitusional berdasarkan konstitusi tahun 1848. Negara
Luksemburg modern secara resmi merdeka dari Negeri Belanda pada tahun 1839,
namun masih mengakui Raja Belanda sebagai kepala negara sampai dengan tahun
1890. Mulai dari 1890, jabatan kepala negara Luksemburg beralih ke cabang lain dari
wangsa Nassau.
Negeri Belanda bersikap netral pada Perang Dunia I, tetapi tetap saja diserbu dan
diduduki Jerman Nazi pada Perang Dunia II. Jerman Nazi beserta antek-anteknya
menciduk dan membunuh hampir semua warga Yahudi Belanda (yang paling terkenal
adalah Anne Frank). Manakala perlawanan rakyat Belanda semakin sengit, Jerman
Nazi menghambat pasokan pangan ke daerah-daerah, sehingga menimbulkan bencana
kelaparan dahsyat pada kurun waktu 1944–1945. Pada tahun 1942, Hindia Belanda
direbut Jepang, tetapi orang-orang Belanda sudah lebih dahulu menghancurkan sumur-
sumur minyak yang sangat dibutuhkan Jepang. Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tahun 1945. Suriname mendapatkan kemerdekaannya pada
tahun 1975. Pada tahun-tahun pascaperang, Negeri Belanda mengalami pemulihan
ekonomi (berkat penerapan Rencana Marshall yang dicetuskan Amerika Serikat), dan
selanjutnya menerapkan konsep negara berkesejahteraan pada kurun waktu yang
aman dan makmur. Negeri Belanda membentuk persekutuan baru di bidang ekonomi
dengan Belgia dan Luksemburg, yang dinamakan Uni Beneluks. Ketiga negara ini kelak
menjadi anggota pendiri Uni Eropa dan NATO. Pada beberapa dasawarsa terakhir ini,
ekonomi Negeri Belanda telah terjalin rapat dengan ekonomi negara Jerman, dan kini
sangat makmur.

tampilSejarah Negeri-Negeri Rendah

Prasejarah (sebelum 800 SM)[sunting | sunting sumber]


Perubahan-perubahan bersejarah atas bentang alam[sunting | sunting
sumber]
Prasejarah kawasan yang kini menjadi Negeri Belanda lebih banyak dipengaruhi letak
geografinya yang rendah dan terus-menerus berubah.

Negeri Belanda pada 5500 SM Negeri Belanda pada 3850 SM Negeri Belanda pada 2750 SM

  Gisik dan gumuk


  Dataran endapan pasir akibat pasang
surut, dataran endapan lumpur akibat pasang
surut, rawa asin
  Rawa gambut dan daerah lanau dataran banjir
(termasuk alur sungai tua dan celah di tepian
sungai yang sudah terisi lanau atau gambut)
  Lembah-lembah sungai utama (tidak tertutup
gambut)
  Gumuk sungai (gumuk Pleistosen)
  Perairan terbuka (laut, laguna, sungai)
  Bentang alam Pleistosen (> -6 m dibandingkan
Negeri Belanda pada 500 SM Negeri Belanda pada 50 M dengan NAP)
  Bentang alam Pleistosen ( -6 m – 0 m)
  Bentang alam Pleistosen ( 0 m – 10 m)
  Bentang alam Pleistosen ( 10 m – 20 m)
  Bentang alam Pleistosen ( 20 m – 50 m)
  Bentang alam Pleistosen ( 50 m – 100 m)
  Bentang alam Pleistosen ( 100 m – 200 m)

Kelompok masyarakat pemburu-peramu tertua (sebelum 5000 SM)


[sunting | sunting sumber]

Arca kecil dari kayu ek setinggi 125 cm (49,2 inci), ditemukan di Willemstad, Negeri Belanda. Diperkirakan
dibuat sekitar tahun 4500 SM. Terpajang di Rijksmuseum van Oudheden, Leiden.

Kawasan yang kini menjadi Negeri Belanda sudah dihuni manusia purba sekurang-


kurangnya pada 37.000 tahun yang lampau, terbukti dari penemuan alat-alat yang
terbuat dari batu api di Woerden pada 2010.[1] Pada 2009, sisa-sisa sebuah
tengkorak manusia Neanderthal berumur 40.000 tahun ditemukan dalam kegiatan
pengerukan pasir dari dasar Laut Utara di perairan lepas pantai Zeeland. [2]
Pada Zaman Es terakhir, Negeri Belanda merupakan daerah beriklim tundra dengan
vegetasi yang jarang, dan penduduknya bertahan hidup dengan bermata pencaharian
sebagai pemburu-peramu. Selepas Zaman Es, Negeri Belanda didiami pelbagai
kelompok masyarakat berkebudayaan Batu Tua. Diketahui bahwa sekitar tahun 8000
SM, sekelompok masyarakat berkebudayaan Batu Madya bermukim di
dekat Bergumermeer (Friesland). Sekelompok masyarakat yang bermukim di tempat
lain diketahui sudah pandai membuat perahu. Perahu Pesse adalah perahu tertua di
dunia yang ditemukan di Negeri Belanda.[3][4] Berdasarkan analisis penentuan umur C14,
perahu ini dibuat pada kurun waktu 8200–7600 SM. [4] Perahu Pesse kini terpajang
di Museum Drents di Assen.
Masyarakat pribumi pemburu-peramu berkebudayaan Swifterbant terbukti sudah
berdiam di Negeri Belanda sejak sekitar 5600 SM. [5] Kebudayaan ini berkaitan erat
dengan sungai-sungai dan perairan terbuka serta masih berkerabat
dengan kebudayaan Ertebølle (5300–4000 SM) di kawasan selatan Skandinavia. Di
kawasan barat Negeri Belanda, suku-suku pengusung kebudayaan yang sama boleh
jadi sudah mendirikan pondok-pondok perburuan untuk keperluan berburu selama
musim dingin, termasuk berburu anjing laut.
Kedatangan budaya bercocok tanam (sekitar 5000–4000 SM)
[sunting | sunting sumber]
Kepandaian bercocok tanam masuk ke Negeri Belanda sekitar 5000 SM
bersama kebudayaan Tembikar Linear, yang mungkin dibawa masyarakat-masyarakat
tani dari kawasan tengah Eropa. Kegiatan bercocok tanam hanya dilakukan di dataran
tinggi löss (tanah hasil endapan debu yang terbawa angin) di pelosok selatan Negeri
Belanda (kawasan selatan Limburg), namun bahkan di tempat itu pun praktik bercocok
tanam tidak bertahan lama. Lahan-lahan usaha tani tidak berkembang di semua daerah
lain di Negeri Belanda.
Ada pula sejumlah jejak keberadaan permukiman-permukiman kecil yang tersebar di
seluruh Negeri Belanda. Para pemukim di negeri ini mulai beternak antara 4800 SM
dan 4500 SM. Arkeolog Belanda, Leendert Louwe Kooijmans, menulis bahwa "semakin
lama semakin jelas bahwasanya transformasi bercocok tanam dari komunitas-
komunitas prasejarah merupakan suatu proses yang sepenuhnya alamiah dan
berlangsung sangat lamban."[5] Transformasi ini terjadi seawal-awalnya pada 4300 SM–
4000 SM,[6] dan melibatkan pengenalan biji-bijian dalam jumlah kecil ke dalam spektrum
perekonomian tradisional yang luas. [7]
Kebudayaan Bejana Corong dan kebudayaan-kebudayaan lainnya
(sekitar 4000–3000 SM)[sunting | sunting sumber]

Hunebed D27, dolmen terbesar di Negeri Belanda, berlokasi di dekat Desa Borger, Provinsi Drenthe.

Kebudayaan Bejana Corong adalah sebuah kebudayaan tani yang berkembang mulai


dari Denmark melewati Jerman sampai ke kawasan utara Negeri Belanda. Pada kurun
waktu dalam prasejarah Negeri Belanda ini, didirikan peninggalan-peninggalan
menonjol yang pertama, yakni dolmen-dolmen, monumen-monumen makam dari batu
berukuran besar. Dolmen-dolmen ini ditemukan di Provinsi Drenthe, dan mungkin sekali
didirikan antara 4100 SM dan 3200 SM.
Di kawasan barat, kebudayaan Vlaardingen (sekitar 2600 SM), yang tampaknya
merupakan sebuah kebudayaan pemburu-peramu yang lebih primitif, terus bertahan
hidup sampai memasuki Zaman Batu Muda.
Kebudayaan Gerabah Dawai dan kebudayaan Bejana Genta (sekitar
3000–2000 SM)[sunting | sunting sumber]
Sekitar 2950 SM, terjadi peralihan dari kebudayaan tani Bejana Corong ke kebudayaan
gembala Bejana Dawai, sebuah ruang lingkup arkeologi yang luas muncul di kawasan
barat dan tengah Eropa, yang dihubung-hubungkan dengan perkembangan rumpun
bahasa India-Eropa. Peralihan ini mungkin sekali merupakan dampak dari
perkembangan-perkembangan di kawasan timur Jerman, dan berlangsung dalam dua
generasi.[8]
Kebudayaan Bejana Genta juga berkembang di Negeri Belanda. [9][10]
Kebudayaan Bejana Dawai dan kebudayaan Bejana Genta bukanlah kebudayaan asli
Negeri Belanda namun pada hakikatnya merupakan kebudayaan-kebudayaan lintas
Eropa yang berkembang di hampir seluruh kawasan utara dan tengah Eropa.
Bukti pertama penggunaan roda berasal dari kurun waktu ini, yakni sekitar 2400 SM.
Kebudayaan ini juga mulai mencoba-coba mengolah tembaga. Bukti-bukti mengenai
perkembangan ini meliputi paron-paron batu, pisau-pisau tembaga, dan sebilah mata
tombak tembaga yang ditemukan di Veluwe. Temuan-temuan peralatan tembaga
menunjukkan bahwa kala itu sudah ada hubungan dagang dengan kawasan-kawasan
lain di Eropa karena tanah Negeri Belanda tidak mengandung tembaga.
Zaman Perunggu (sekitar 2000–800 SM)[sunting | sunting sumber]

Sarana upacara dari perunggu (bukan pedang, namun disebut "Pedang Jutphaas"), diperkirakan berasal dari
1800–1500 SM dan ditemukan di kawasan selatan Utrecht.

Zaman Perunggu mungkin sekali bermula sekitar 2000 SM dan berakhir sekitar 800
SM. Alat-alat perunggu tertua ditemukan di sebuah makam pribadi dari Zaman
Perunggu yang disebut makam "Pandai Logam Wageningen". Lebih banyak lagi benda
Zaman Perunggu dari masa-masa yang lebih kemudian telah ditemukan
di Epe, Drouwen, dan daerah-daerah lain. Kepingan benda-benda perunggu yang
ditemukan di Voorschoten tampaknya disiapkan untuk didaur ulang. Kegiatan daur
ulang menunjukkan betapa berharganya perunggu bagi masyarakat Zaman Perunggu.
Benda-benda perunggu yang lumrah dari kurun waktu ini meliputi pisau, pedang,
kapak, fibula (peniti), dan gelang tangan.
Lokasi kebudayaan Elp dan kebudayaan Hilversum pada Zaman Perunggu.

Sebagian besar benda peninggalan Zaman Perunggu di Negeri Belanda ditemukan


di Drenthe. Salah satu jenis dari benda-benda peninggalan ini menunjukkan bahwa
jaringan dagang pada kurun waktu ini sudah membentang sampai ke tempat-tempat
yang jauh, yakni sejumlah situlae (ember) perunggu berukuran besar hasil temuan di
Drenthe yang agaknya dibuat di kawasan timur Prancis atau di Swiss. Benda-benda ini
digunakan sebagai wadah untuk mencampur minuman anggur dengan air (adat
Romawi/Yunani). Banyaknya barang temuan di Drenthe yang berupa barang-barang
langka dan bernilai tinggi, misalnya beberapa untai kalung manik-manik timah,
menyiratkan bahwa Drenthe merupakan sebuah pusat dagang di Negeri Belanda pada
Zaman Perunggu.
Masyarakat-masyarakat pribumi berkebudayaan Bejana Genta (2700–2100 SM)
berkembang menjadi masyarakat-masyarakat berkebudayaan Bejana Kawat Duri
(2100–1800 SM). Pada milenium kedua SM, Negeri Belanda merupakan daerah
perbatasan antara kawasan berkebudayaan Zaman Perunggu Atlantik dan kawasan
berkebudayaan Zaman Perunggu Nordik, dan terbagi menjadi wilayah utara dan
wilayah selatan yang dipisahkan aliran Sungai Rhein.
Di wilayah utara, berkembang kebudayaan Elp (sekitar 1800–800 SM),[11] yakni
kebudayaan arkeologi Zaman Perunggu yang ditandai pembuatan
tembikar gerabah bermutu rendah yang disebut "Kümmerkeramik" (atau
"Grobkeramik"). Tahap permulaan dari kurun waktu perkembangan kebudayaan Elp
bercirikan tumuli atau gundukan-gundukan makam (1800–1200 SM) yang berkaitan
erat dengan tumuli semasa di kawasan utara Jerman serta Skandinavia, dan
tampaknya masih berkerabat dengan kebudayaan Tumulus (1600–1200 SM) di
kawasan tengah Eropa. Tahap permulaan ini disusul tahap perkembangan berikutnya
yang bercirikan adat penguburan kebudayaan Padang Tempayan atau
adat kremasi (1200–800 SM). Wilayah selatan didominasi kebudayaan
Hilversum (1800–800 M), yang tampaknya mewarisi keterkaitan budaya dengan
Britania dari kebudayaan Bejana Kawat Duri sebelumnya.

Zaman pra-Romawi (800 SM – 58 SM)[sunting | sunting sumber]


Zaman Besi[sunting | sunting sumber]
Rekonstruksi tempat tinggal Zaman Besi di Reijntjesveld, dekat Desa Orvelte, Provinsi Drenthe.

Pedang besi lengkung asli dari Vorstengraf, Oss, tersimpan di Rijksmuseum van Oudheden.

Zaman Besi mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat yang bermukim di Negeri


Belanda. Bijih besi terdapat di seluruh pelosok Negeri Belanda, termasuk besi rawa
gambut yang diekstrasi dari bijih di daerah rawa gambut (moeras ijzererts) di kawasan
utara Negeri Belanda, bola-bola berkandungan besi alami yang ditemukan di Veluwe,
dan bijih besi merah dekat sungai-sungai di Brabant. Para pandai logam berkelana dari
satu permukiman kecil ke permukiman kecil lainnya dengan membawa
serta perunggu dan besi untuk ditempa menjadi alat-alat berdasarkan pesanan, yakni
kapak, pisau, jar

Anda mungkin juga menyukai