Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

CSSD merupakan singkatan dari Central Sterile Supply Department. Bagian di institusi

pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang mengurus suplai dan peralatan bersih atau steril. CSSD

melayani suplai barang bersih dan steril yang digunakan di rumah sakit secara terpusat, tidak ada

bagian lainyang mengurusi barang bersih dan steril. Kegiatan utama di CSSD adalah

pembersihan, penyiapan, pemprosesan, sterilisasi, penyimpanan dan distribusi ke pasien.

Hingga tahun 1940-an kegiatan sterilisasi dilakukan di unit pemakai yang membutuhkan

barang steril. Sehingga terdapat duplikasi peralatan maupun personel yang menyebabkan

ketidakefisienan proses kerja di rumah sakit. Selain itu proses yang dilakukan tidak dapat

seragam, menyebabkan sulitnya mencapai hasil sterilisasi dengan kualitas tinggi secara terus

menurus.Sistem yang terpusat dibutuhkan dengan meningkatkan tindakan operatif, bermacamnya

instrument operasi dan kbutuhan barang steril di ruangan. Kemajuan teknologi yang meningkat

juga memungkinkan adanya sistem pemprosesan yang tersental akan meningkatkan kualitas

pelayanan sehingga berorientasi pada patient safety.

Istilah CSSD dapat berbeda di setiap rumah sakit. Dapat disebut Central Service, Central

Supply ataupun Theatre Sterilization Unit. Di Indonesia selain CSSD dikenal sebagai Pusat

Sterilissi atau Sterilisasi Sentral. Apapun nama yang melakat, semuanya memiliki unit

dekontaminasi, penyiapan, sterilisasi, penyimpanan dan distribusi ke pasien.

CSSD membutuhkan dukungan dari bagian lain di rumah sakit untuk melakukan

pelayanan yang baik. Dukungn logistic untuk persuratan, linen dan transfer pasien dibutukan

1
oeleh CSSD. Sehingga hubungan yang baik antar bagian yang didukung oleh pemimpin rumah

sakit merupakan syarat mutlak pelayanan yang prima.

CSSD perlu melakukan koordinasi dengan banyak bagian lain, seperti bidang

keperawatan, instalasi bedah, komite pengendalian infeksi, farmasi dan tata usaha. Koordinasi

yang dilakukan berupa laporan kegiatan untuk kemajuan rumah sakit.

Struktur organisasi CSSD akan bervariasi sesuai dengan beban pekerjaan yang dipunyai.

Struktur organisasi CSSD di rumah sakit besar akan berbeda denagan di rumah sakit kecil.

Struktur organisasi dapat dikembangkan bila memang dibutuhkan. Misalnya membuat unit

penelitian yang dapat mengevaluasi proses dan meningkatkan kualitas layanan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

CSSD merupakan unit di rumah sakit yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan

proses mulai dari pencucian (dekontaminasi), pengepakan, sterilisasi peralatan bedah dan

peralatan lainnya dari unit yang melakukan tindakan pembedahan/ tindakan lain yang

memerlukan sterilitas dari unit lainnya. CSSD sebagai pusat sterilisasi memegang kunci penting

dalam menekan terjadinya infeksi.

B. PERAN CSSD

- Pendukung utama pelayanan paripurna, bermutu, biaya terjangkau di RS

- CSSD sangat diperlukan di RS

- Pemutusan mata rantai infeksi

C. Tugas CSSD

- Mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi di RS baik kepada pasien maupun

karyawan

- Melaksanakan sterilisasi dan desinfeksi dengan standar yang benar

- Melaksanankan kegiatan lain yang meliputi perencanaan, pengadaan, produksi,

pendistribusian, pengawasaan, pendidikan, pencatatan dan pelaporan.

D. PENGEMBANGAN CSSD

- Perlu standarisasi dalam tahap prosedur agar berkualitas.

- Sentralisasi : dapat memiliki satelit sesuai perkembangan RS

- Bagan organisasi yang jelas, menggambarkan alur tanggung jawab dan komunikasi

dengan unit yang memerlukan pelayanan sterilisasi

3
- Tenaga CSSD harus terlatih dan memehami dekontaminas, pembersihan, disinfeksi,

sterilisasi dan menguasai kompleksnya cara kerja alat dan mesin

- Perlu professionalisme : membutuhkan tenaga dengan sertifikasi dan registrasi

“modul pelatihan”.

CSSD juga membutuhkan :

- Lokasi strategis

- Ruangan tersendiri

- Pendingin / AC

- Penerangan yang cukup

- Sarana yang memadai APD (Alat Perlindungan Diri)

- Team Work dengan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

- Kompetensi petugas

E. KEDUDUKAN ORGANISASI CSSD

Berdiri sendiri atau bergabung dengan unit lain,

- CSSD

 Ditetapkan oleh pemimpian RS sesuai kebutuhan

 Ka. CSSD :

- Diangkat dan diberhentikan oleh pemimpin RS

- Tugas :

Dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau non medic

4
Contoh Struktur Organisasi CSSD Berdiri Sendiri

Direktur
Ka. Inst. Sterilisasi Sentral

Wakil Kepala

Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Contoh Struktur Organisasi CSSD Bergabung dengan unit lain

Direktur

Ka. Inst. Sterilisasi Sentral & Binatu

Wa. Ka. Binatu &


Wa. Ka. Sterilisasi
Penjahitan

PJ. Produksi & PJ. Tata PJ. Pencucian PJ. Administrasi &
PJ. Sterilisasi
Distribusi Usaha & Distribusi Pemeliharaan

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

5
F. SARANA DAN PRASARANA

- Instalasi CSSD :

1. Bangunan / gedung

Luas bangunan CSSD:

 200 TT → 130 m2

 400 TT → 200 m2

 600 TT → 350 m2

 800 TT → 400 m2

 1000 TT → 450 m2

2. Lokasi

  Rumah sakit harus mempunyai sarana dan fasilitas yang sesuai dengan spesifikasi

dan kapasitas untuk melakukan proses sterilisasi barang single-use, sudah

tersentralisasi, proses sterilisasi dibawah pengawasan Instalasi Sarana Sandang dan

Sterilisasi Sentral (CSSD) dan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang

telah ditetapkan.

6
Contoh LAY OUT CSSD RS Kelas A

7
Contoh LAY OUT CSSD RS Kelas B

8
3. Kalibrasi Alat

        Berdasarkan Permenkes No. 365 tahun 2000:

 Semua mesin sterilisator harus dilakukan kalibrasi terhadap fungsi : timer/waktu,

tekanan, temperature secara periodic

 Kalibrasi dilakukan oleh BPFK (Balai Pemeriksaan Fasilitas Kesehatan)

4. Pendokumentasian

                     Setiap mesin sterilisasi yang ada harus mempunyai dokumen riwayat pemeliharaan/

perawatan mesin. Dokementasi ini harus tersedia pada supervisor mesin sterilisasi,

teknisi rumah sakit, pihak yang telah melakukan perawatan mesin dan CSSD.

5. Alat Pelindung Diri (APD)

       CSSD harus digunakan dengan APD:

 Apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan kimia

 Penutup kepala

 Masker

 Google

 Sepatu tahan air

 Sarung tangan

6. Alur Pelayanan CSSD

         Tata Ruang CSSD Terdiri dari 3 Zona Area :

 Unclean area : daerah untuk menerima barang kotor.

a. Ventilasi udara dihisap ke dalam

9
b. Tekanan udara harus negatif, sehingga tidak mengkontaminasi ruangan

lainnya

c. Tidak diajurkan menggunakan kipas Angin

d. Setidaknya sehari sekali dipel atau divakum basah

e. Setidaknya sehari sekali membersihkan dan mendisinfeksi tempat cuci, meja

kerja dan peralatan

f. Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding langit-langit,

ventilasi AC, dll

g. Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dll)

h. Terletak di luar lalu lintas utama Rumah Sakit

i. Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area di

sebelahnya, dengan ijin masuk terbatas.

j. Pakaian/Alat Perlindungan Diri bekas pakai pada hari itu juga harus segera

dikirim ke Laundry u/dicuci & didisinfeksi, kemudian dikirim kembali ke              CSSD

untuk disterilisasi sebelum dipakai lagi .

10
 Clean area : untuk mempersiapkan barang yang akan disetting, packing dan

disterilkan. Ruang logistik, pelipatan & packing linen, pembuatan / packing kassa,

packing sarung tanga. Tekanan udara seimbang.

11
 Sterile Area :

 Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang

terlatih, bebas dari penyakit menular, dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan

persyaratan

 Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalu lintas utama dan jendela serta

pintu sesedikit mungkin dan terisolasi

 Tekanan udara positif

12
Alur Proses Kerja CSSD

PENGUMPULA PEMBERSIHAN
N

PEMILAHAN PENGERINGAN

PENGEMASAN/ STERILISASI
PENYUSUNAN

PENYIMPANAN PENYIMPANAN

Alur Pemrosesan Alat Medis Bekas Pakai

Pre Cleaning

Pembersihan
(cuci bersih, tiriskan, keringkan)

Sterilisasi Disinfeksi Tingkat Tinggi Disinfeksi Tingkat Rendah


(Peralatan Kritis) (DTT) (DTR)
Masuk dalam pembuluh darah  (Peralatan Semi Kritikal) (Peralatan non Kritikal)
/  jaringan tubuh pasien Masuk dalam mucosa tubuh Hanya pada permukaan tubuh
Contoh : Instrumen bedah Contoh : Endotracheal tube, NGT yang utuh
Contoh :Tensi meter, termometer
13
Proses Dekontaminasi

Pencucian alat adalah langkah awal dari proses dekontaminasi, pencucian sangat penting

sebelum proses disinfeksi atau sterilisasi. Pencucian alat medis / instrumet adalah prosedur yang

penting dalam proses dekontaminasi. Darah , cairan tubuh pasien dan kotoran lain yang

tertinggal karena proses pencucian yang tidak benar akan menimbulkan dampak yang serius .

Partikel asing yang tertinggal pada alat dapat menimbulkan infeksi bila masuk kedalam luka .

Langkah – langkah dekontaminasi :

 Penggunaan APD ,gogle, masker , celemek ,sepatu tertutup

 Dimulai dengan pre cleaning / perendaman dengan enzymatik

 Air

 Pencucian alat / cleaning

 Mesin cuci otomatis

 Diikuti dengan inaktif / pembunuhan mikroba dengan prosedur :

- Disinfeksi

- Sterilisasi

Siklus Pencucian :

 Pre wash : Melepaskan kotoran dari alat

 Wash : Mencuci dengan zat/agent pencuci untuk melepaskan kotoran

 Rinse / membilas : Melepaskan zat kimia / agent pencuci .

 Rinse / membilas : Hanya pada prosedur disinfeksi dengan cairan kimia

 Drying / pengeringan : Melepaskan air dari alat

 Disinfect / disinfeksi : Inaktif mikroba dari alat dengan menggunakan panas dan bahan

kimia

14
Membersihkan dan Mencuci secara otomatis / mekanis :

A. Membersihkan secara mekanis dengan mesin ultrasonik,

- Bekerja dengan prinsip cavitasi

- Gelembung – gelembung menciptakan vacuum

- Digunakan untuk peralatan delicate / fine

- Pertama melepaskan kotoran

● Sedikit busa

● Pisahkan peralatan metal dengan logam

● Bila dibersihkan bersama dapat terjadi korosif

● Sebelum digunakan harus dilakukan degassed

● Cairan diganti apabila dibutuhkan

B. Mencuci secara mekanis

● Menggunakan mesin washer disinfector

Prinsip Pencucian secara mekanis:

● Instrumen dalam keadaan terbuka

● Peralatan yang bersambungan harus dilepaskan

● Peletakan instrumen jangan terlalu padat, kondisi tersebut mengakibatkan proses

pencucian tidak sempurna

● Instrument tidak disusun berlapis , karena akan menghambat kontak alat dengan air dan

diterjen

● Setelah pencucian ,lakukan inspeksi pada peralatan yang memiliki layer , pada tempat

sambungan ( gunting , needle holder ,dll )

15
Contoh deterjen perendaman :

16
Membersihkan dan Mencuci secara manual:

- Pre cleaning / perendaman : Mencegah kotoran dan protein menjadi kering

- Pencucian secara manual :

- Pencucian dibawah air mengalir

- Peralatan medis yang halus / mahal dicuci secara manual menggunakan 3 sink:

● Sink pertama untuk merendam

● Sink kedua untuk proses pencucian

● Sink ketiga untuk membilas

17
● Bilasan terakhir menggunakan air suling / distiled water ( deionized ,

softened water, reverse osmosis )

Proses Pengemasaan

Pengemasan adalah semua material yang tersedia untuk fasilitas kesehatan yang didisain

untuk membungkus, mengemas, menampung alat-alat yang dipakai ulang untuk sterilisasi.

Penyimpanan sterilisasi. Labeling : Proses identifikasi alat sebelum dan sesudah dilakukan

proses sterilisasi.

18
Tujuan dan fungsi pengemasan :

Pengemas : Mempertahankan sterilisasi alat memberikan keamanan serta

memudahkan perpindahan alat dari satu tempat ke tempat lain tanpa

menyebabkan kontaminasi. Bahan (Linen, kertas, plastik, pouches) untuk

membungkus peralatan medik yang akan disterisasikan dan menjaga

sterilitas barang tersebut.

 Labeling :

- Mengidentifikasi jumlah instrumen

- Mengidentifikasi waktu penyimpanan

- Mengidentifikasi proses pendistribusian

Syrat bahan pengemasaan :

 Sesuai dengan metode sterilisasi yang dipakai.

 Dapat menahan mikro-organisme dan bakteri.

 Kuat & tahan lama

 Mudah digunakan

 Tidak mengandung racun

 Segel yang baik

 Aman & mudah dibuka

 Masa kadaluarsa

Pemilihan bahan kemasan :

19
1. Sterilisasi Uap : Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu selama waktu

yang diperlukan untuk siklus panas-kering tanpa meleleh, terbakar

atau rusak.

2. Sterilisasi Ethylene Oxide (EO) : Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan

gas  dan uap sterilan dengan baik, dan juga siap

melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan                                                       dan

isinya selama waktu aerasi.

3. Sterilisasi Panas Kering : Bahan kemasan dan isinya harus tahan terhadap suhu

selama waktu yang diperlukan untuk siklus panas-kering                                

tanpa meleleh, terbakar atau rusak.

Posedur dan langkah pengemasan :

 Nama alat yang akan dikemas

 Persiapan & inspeksi alat sesuai dengan spesifikasi & instruksi dari pabrik

 Sesuaikan dgn metode steriliasi yang dipakai

 Jenis &Ukuran alat yang akan dikemas

 Tempatkan indikator kimia (eksternal/ internal)

 Metode & Teknik pengemasan

 Metode pemberian segel pada setiap kemasan

 Metode dan penempatan label untuk identifikasi isi kemasan.

 Aplikasi informasi untuk mengendalikan mutu, nomor, lot, tanggal & identifikasi

petugas.

 Petunjuk untuk penempatan kemasan dalam STERILISATOR

 Peringatan waktu pengeringan, pendinginan, penanganan setelah proses sterlilisasi

20
 Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu, uap.

 Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan atau untuk distribusi ke tempat

pemakaian

 Informasi untuk pemakai guna mencegah kemungkinan kontaminasi

    Misal : Prosedur untuk penyimpanan kemasan steril, inspeksi segel, tanggal kadaluarsa

Pertimbangan umum kemasan :

Kemasan linen sebaiknya tidak terlalu padat dan tidak melebihi ukuran 30cm x 30cm x

50 cm dengan berat tidak lebih dari 6 kg, dengan demikian densitas maksimum tidak

lebih dari 133,3 kg/m3. Pengemasan linen sebaiknya hanya dilakukan oleh departemen

yang bertanggung jawab pada proses sterilisasi. Cara perhitungan Densitas maksimum

suatu kemasan linen adalah sebagai berikut :

Densitas Maksimum = Berat Kemasan (kg)

Volume Kemasan (m3)

21
Alat untuk pouches

22
Proses Pensterilisasi

Adalah Suatu proses menghilangkan/memusnahkan semua bentuk mikroorganisme pada

peralatan medis / objek termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan

kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator. SAL: Sterility Assurance Level of 10 log 6

(one in one million exposures). Pengukuran efektifitas / persentasi pembunuhan mikroorganisme

dalam proses sterilisasi.

Proses sterilisasi :

Proses sterilisasi terjadi dengan memaparkan energi thermal dalam bentuk panas

kering/basah , zat kimia dalam wujud cair / gas maupun bentuk radiasi terhadap suatu benda

dalam waktu tertentu.

 Daya penetrasi yang baik

 Aman / tidak toksik

 Daya bunuh yang kuat

23
 Bisa digunakan untuk semua alat

 Proses cepat

 Indikator tersedia

 Biaya rendah dan murah

Metode sterilisasi :

a. Sterilisasi dengan suhu tinggi :

-Sterilisasi uap (Steam Heat)

-Sterilisasi panas kering (Dry Heat)

b. Sterilisasi dengan suhu rendah

-Ethylene Oxide

-Hydrogen Peroxide Plasma Sterilization

-Formaldehyde / formalin

c. Berbeda dengan plasma yang yang diketahui bidang / petugas kesehatan

“Plasma” tidak berkaitan dengan darah .Ahli Fisika mendefinisikan plasma adalah

99 % materi yang membentuk alam semesta.

H2O2 Gas Plasma Sterilization

24
Proses Penyimpanan

Serangkaian kegiatan dalam pengaturan dan penyusunan alat kesehatan steril di dalam

ruangan atau tempat penyimpanan yang sesuai dengan keamanan yang dapat menjamin mutu alat

kesehatan yang steril

25
Tujuan penyimpanan :

 Mencegah dari kontaminasi

 Mencegah dari kerusakan

 Mencegah dari kehilangan

 Memudahkan pelayanan à tepat & cepat

Lokasi penyimpanan alat steril :

 Dekat mesin sterilisator à mesin punya 2 pintu

 Jauh dari lalu lintas utama à area paling ujung

 Akses terbatas à langsung berhubungan dengan ruang pendistribusian

Lantai, dinding & plafon

 Licin (Vinil)

 Tanpa alur

 Sudut melengkung

Kondisi kebersihan, bebas dari debudan bebas dari serangga .

Perlengkapan ruang penyimpanan alat kesehatan steril :

 Ada alat pengukur :

– Suhu

– Kelembapan

– Tekanan

 Rak simpan

– Berlubang ada keranjang

– Letak rak à 25 cm dari lantai, 44 cm dari plafon, 5 cm dari dinding.

 Pintu & jendela berlapis

26
Ruang Penyimpanan Barang Steril

Proses Pendistribusian

Serangkaian kegiatan dalam pengaturan dan penyusunan alat kesehatan steril dari

ruang penyimpanan / ruang distribusi yang dilengkapi dengan loket yang berhubungan dengan

ruang tunggu .

Tujuan Pendistribusian :

 Memenuhi kebutuhan unit pemakai


27
 Pelayanan dengan jaminan mutu

 Pencegahan kehilangan

Lokasi Pendistribusian :

 Ruang distribusi lokasinya harus berdekatan atau menyatu dengan penyimpanan

steril

 Ruang distribusi yang dilengkapi dengan loket ke ruang tunggu, lokasinya harus

terpisah dengan loket penerimaan alat kesehatan bersih & kotor

 Persyaratan ruang distribusi = ruang penyimpanan

Perlengkapan Pendistribusian :

 Kontainer à alat transportasi

– Harus bersih & kering

– Ada penutup dari plastik (bersih dan kuat) à melindungi dari kontaminasi

– Penyusunan alat kesehatan steril

 Lift khusus alat kesehatan steril

 Kereta elektronik otomatis

Metode Pendistribusian :

 Jumlah yang didistribusikan ke unit pemakai :

– Alat kesehatan habis pakai berdasarkan permintaan unit pemakai (disesuaikan

dengan rencana kebutuhan)

– Alat kesehatan pakai ulang steril dan tidak habis pakai disesuaikan dengan hasil

seleksi jumlah kotor yang dikirim

 Penyerahan alat kesehatan steril melalui distribusi double pintu

 Pendokumentasian à cepat dan tepat

28
29
G. Monitoring dan Evaluasi

Memantau proses sterilisasi secara rutin dengan mempergunakan indikator mekanik,

kontrol kualitas secara visual, indikator kimia dan indikator biologi dan uji laboratorium

dijadikan sebagai parameter.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :

1. Data Mesin Steril

– Pemberian nomor load pada setiap kemasan, nomor mesin sterilisasi dan tanggal

proses sterilisasi.

30
– Nama operator.

– Informasi kemasan (kemasan linen atau kemasan instrumen)

– Data hasil pengujian attest biologi.

2. Waktu Kadaluarsa

– Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang

mengindikasikan waktu kadaluwarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stock.

– Disamping melihat waktu harus memperhatikan kejadian yg dialami instrumen

tersebut.

– Perhatikan batas tgl pemakaian (tgl kadaluwarsa pd tiap kemasan steril, masa

berlaku barang steril (kemasan kain tenun berdasarkan waktu adalah 7 hari, kertas

krep 3 bulan dan kemasan pouches 1 thn).

Jenis-jenis indikator sterilisasi untuk monitoring sterilisasi :

1. Indikator Mekanik adalah bagian dari instrumen sterilisasi seperti gauge, tabel dan

indikator suhu, waktu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja

dengan baik.

2. Kontor Kualitas Secara Visual dengan cara melihat bentuk dan keadaan fisik barang, bila

terdapat kerusakan pada pembungkus atau adanya perubahan fisik barang maka barang

tersebut tidak dapat digunakan lagi atau harus dikemas dan disteril ulang.

3. Indikator Kimia Indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi baik uap panas

atau gas Ethylene Oxide pada objek yang dihasilkan dengan adanya perubahan warna.

4. Indikator Biologi adalah berisi populasi mikroorgainisme spesifik dalam bentuk spora

yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol dan terukur dalam

suatu proses sterilisasi tertentu.

31
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Undang - undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjadi

tantangan yang harus diantisipasi para praktis pelayanan kesehatan. Selain itu kita juga dituntutut

memberikkan pelayanaan professional dengan diberlakukannya undang-undang tentang Praktek

Kedokteran yang ditujukan bagi kepastian hokum baiak bagi penerima layanan kesehatan

maupun pemberian pelayanan kesehatan.

Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan

melaksanakan pelayanan CSSD. Tanggung jawab untukmelaksanakan semua kegiatan secara

aman di lingkungan pusat sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas pusat sterilisasi setelah

dilakukan pembekalan terhadap petugas terhadap bahaya mungkin terjadi di lingkungan pusat

sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang

dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatiakan secara seksama dan melatih teknik-teknik

bekerja secara aman makan resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara

signifikan.

CSSD merupakan unit di rumah sakit yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan

proses mulai dari pencucian (dekontaminasi), pengepakan, sterilisasi peralatan bedah dan

peralatan lainnya dari unit yang melakukan tindakan pembedahan/ tindakan lain yang

memerlukan sterilitas dari unit lainnya. CSSD sebagai pusat sterilisasi memegang kunci penting

dalam menekan terjadinya infeksi.

Fungsi CSSD :

32
- Mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi di RS baik kepada pasien maupun

karyawan

- Melaksanakan sterilisasi dan desinfeksi dengan standar yang benar

- Melaksanankan kegiatan lain yang meliputi perencanaan, pengadaan, produksi,

pendistribusian, pengawasaan, pendidikan, pencatatan dan pelaporan.

33

Anda mungkin juga menyukai