Anda di halaman 1dari 4

NOTULEN CSSD 2018

Oleh Kodri Perdaus

Konsep dan peranan Central Sterile Supply Department (CSSD) telah berkembang dari
hanya suatu departemen di rumah sakit menjadi koordinator dari suatu sistem kerja
supply dan alat alat steril, hal ini dapat dianalogikan seperti satu unit autoclave untuk
sterilisasi menjadi sistem infection control di rumah sakit. Secara ideal, CSSD adalah satu
departemen yang independen dengan fasilitas untuk menerima,men desinfect,
membersihkan, mengemas, men-steril, menyimpan dan mendistribusikan alat alat (baik
yang dapat dipakai berulang kali dan alat sekali pakai), sesuai dengan standar prosedur.
Beban kerja untuk CSSD berbeda antara rumah sakit satu dibandingkan dengan rumah
sakit lainnya.

Dengan CSSD independent yang terpisah, kita dapat menghemat pengeluaran pembelian
alat sterilisasi dengan memusatan alat-alat di satu departemen. Hal ini juga memastikan
bahwa proses steril akan diawasi oleh staff khusus dan berjalan sesuai dengan standar
prosedur operasi (SOP).

CSSD memerlukan kemampuan teknis khusus, hal ini dapat diartikan bahwa departemen
ini mengontrol semua kegiatan dan manajemen aset yang secara tidak langsung juga
memengaruhi pembelian alat-alat operasi umum dan khusus serta inventaris lainnya.
CSSD di satu rumah sakit mencerminkan satu layanan berkualitas yang langka.
Bertambahnya jumlah penderita yang mengalami infeksi di rumah sakit (nosocomial
infection), telah membuka mata akan pentingnya CSSD. Jika CSSD tidak ada, maka ada
kemungkinan peningkatan terjadinya infeksi nosocomial. Kemungkinan terjadinya
infeksi nosocomial yang menyebabkan peningkatan angka kematian, peningkatan jangka
waktu rawat inap dan pengeluaran dapat diturunkan dengan membangun CSSD yang
baik.

Secara umum CSSD dilihat sebagai bagian penting dari sebuah Operating Theatre (OT)
karena pengguna terbanyak dari alat-alat steril adalah OT. Tetap hal ini telah berubah,
CSSD adalah bagian tak terpisahkan dari berbagai departemen seperti Out Patient
Departemen, Dental, dan lain lain.

Salah satu faktor penting dalam menjalankan CSSD adalah sistem kerja yang baik. Untuk
memiliki sistem kerja yang baik, proses sterilisasi membutuhkan fungsional dan kordinasi
yang baik dari 3 area: area kotor (soiled zone), yang juga dikenal sebagai area pencucian,
area bersih (clean zone) yang juga dikenal sebagai area assembly atau area packing, dan
area steril (sterile zone) yang juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat alat steril.
Rumah sakit yang dibangun tanpa CSSD pada awalnya, akan mengalami kesulitan untuk
design dan perencanaan di tahap selanjutnya untuk mengintegrasikan CSSD departemen.

Walaupun teknologi ini telah tersedia tetap konsep CSSD belum terlalu popular di
Indonesia.

Salah satu penyebab mengapa CSSD tidak popular di rumah sakit adalah absennya sistem
akreditasi standar. Jurang yang memisahkan konsep CSSD dan implementasinya di
rumah sakit juga dikarenakan langkanya dana dan kurangnya know-how di bidang ini.

Lagipula, manajemen rumah sakit sering kali tidak menganggap penting CSSD karena
CSSD dianggap sebagai cost center yang tidak menghasilkan laba.

Perkembangan CSSD di Indonesia telah di implementasikan oleh Rumah Sakit


Berakreditasi B sampai A, contohnya Rumah Sakit Tarakan Jakarta

Saat ini, alat sterilisasi telah dikontrol secara otamatis dengan computer dengan sistem
backup yang tidak meninggalkan celah untuk kesalahan. Secara teori, kita dapat
mencapai 100 persen sterilisasi, tapi dalam kenyataan di lapangan untuk mencapai hal
tersebut sangatlah sulit. Menurut guideline dari BGA (German Ministry of Health):

Faktor-faktor lainnya yang memengaruhi hasil sterilisasi adalah: - Proses Vacuum Proses
vacuum sangat penting dalam pre-treatment proses sterilisasi, dikarenakan udara yang
tersisa dapat membentuk kantong udara pada saat sterilisasi dan menghalangi penetrasi
uap panas/zat kimia sehingga tinggi kemungkinan permukaan alat yang terhalang tersebut
tidak steril. - Positive Pulse Positive pulse merupakan kelanjutan dari proses vaccum dan
merupakah bagian yang penting karena proses ini meng-optimisasikan penetrasi uap
panas pada saat proses steril juga memungkinkan pencapaian temperature steril yang
lebih cepat (energy effecient).

Trend yang popular pada saat ini adalah dengan menggunakan alat sekali pakai dan alat
CSSD yang telah di automasi. Namun tingginya dana yang dibutuhkan untuk alat sekali
pakai dan CSSD automation adalah salah satu keterbatasan di negara berkembang seperti
Indonesia.

Adakalanya rumah sakit membersihkan, men-disinfeksi dan men-sterilkan alat sekali


pakai. Hal ini hanya bisa dilakukan untuk mengurangi pengeluaran tanpa mengurangi
kualitas yang dapat membahayakan pasien.

Ada rumah sakit yang memilih untuk menggunakan alat sterilisasi dengan kualitas terbaik
untuk penghematan dana. Perawatan alat adalah hal penting yang menentukan kesuksesan
dari CSSD. Oleh karena itu rumah sakit sebaiknya memilih alat sterilisasi dengan kualitas
terbaik yang dapat mengoptimalkan kualitas, dengan biaya operasi dan biaya perawatan
minimum.

Trend yang popular untuk rumah sakit kecil adalah menggunakan alat sterilisasi yang
tidak dapat dimonitor atau divalidasi. Hal ini tidak disarankan, hendaknya alat sterilisasi
juga dilengkapi dengan quality control check, dan memberikan digital output dalam
bentuk print-out dan grafik. Dengan ini kita dapat meminimalkan kemungkinan alat tidak
steril, yang kemudian dapat membahayakan pasien.

Jakarta, 20 Februari 2018

Kodri Perdaus

Anda mungkin juga menyukai