Pendahuluan
≤ 50.000 /mm3, leukosit ≤ 3.500 /mm3 atau granulosit ≤ 1,5 x 109 /L. Keadaan ini
menginvasi sumsum tulang.1 Angka kejadian anemia aplastik yaitu 2-6 kasus tiap
Anemia aplastik dapat terjadi pada semua kelompok usia, kejadian paling banyak
antara usia 1,5 tahun sampai 22 tahun dengan rata-rata 6-8 tahun. Penelitian yang
Anemia aplastik dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu kongenital dan didapat.
Anemia aplastik yang didapat berhubungan dengan paparan bahan kimia, obat-
obatan yang menekan fungsi sum-sum tulang, dan paparan radiasi. 1 Gejala klinis
1
yang muncul pada penderita anemia aplastik tidak terlalu khas, keluhan yang
konsenterasi, berat badan kurang atau susah naik, lemah, palpitasi, mudah infeksi,
lainnya, tanpa ikterik (kuning) dan organomegali. Hal ini terjadi karena gangguan
muncul dan gambaran darah tepi pansitopenia. Diagnosis pasti penyakit anemia
aplastik adalah dengan pemeriksaan biopsi sum sum tulang. Biasanya didapatkan
gambaran sel yang sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan
yang dapat diberikan pada penderita anemia aplastik adalah terapi suportif berupa
2
Laporan kasus ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
4
kasus per satu juta penduduk di Thailand dan 5 kasus per satu juta penduduk di
Malaysia.7 Peningkatan insiden ini diperkirakan berhubungan dengan faktor
lingkungan, seperti peningkatan paparan dengan bahan kimia toksik dan faktor
genetik. Hal ini terbukti dengan tidak ditemukan peningkatan insiden pada orang
Asia yang tinggal di Amerika.8
5
2.3 Etiologi
6
Tabel 1 Etiologi yang berhubungan dengan Anemia aplastik didapat9
● Virus Epstein-Barr
● Cytomegalovirus
● Parvovirus
● Infeksi Mikobakterium
● Campak
● Adenovirus
● Vitamin B12
7
● Asam folat
● Antibiotik
● Antikonvulsan
● Sulfonamid
● Gold Salts
● Kloramfenikol
● Insektisida
● Pestisida
● Zat pelarut
8
Radiasi
Penyebab lain
yang
berhubungan
● Graft-versus-Host-Disease
9
untuk memberi kesempatan sel induk untuk berproliferasi dan berdiferensiasi
dengan baik. Hal ini berkaitan erat dengan mekanisme yang terjadi seperti
toksisitas langsung atau defisiensi sel-sel stromal. Penyimpangan proses
imunologis yang terjadi pada anemia aplastik berhubungan dengan infeksi virus
atau obat-obatan yang digunakan, atau zat-zat kimia.2
10
seseorang. Ekspresi T-bet (regulator transkripsi dalam polarisasi Th1) serta mutasi
dari gen perforin juga ditemukan pada kebanyakan pasien anemia aplastik.10
11
pteki dan ekimosis. Granulositopenia ditandai dengan seringnya mengalami
Permulaan dari suatu anemia aplastik dimana terjadi penurunan sel darah
merah secara berangsur sehingga menimbulkan kepucatan, rasa lemah dan letih,
atau dapat lebih hebat dengan disertai demam namun pasien merasa kedinginan,
dan faringitis atau infeksi lain yang ditimbulkan dari neutropenia. 12 Selain itu
pasien sering melaporkan terdapat memar (eccymoses), bintik merah (petechiae)
yang biasanya muncul pada daerah superfisial tertentu, pendarahan pada gusi
dengan bengkak pada gigi, dan pendarahan pada hidung (epistaxis). Menstruasi
berat atau menorrhagia sering terjadi pada perempuan usia subur. Pendarahan
organ dalam jarang dijumpai, tetapi pendarahan dapat bersifat fatal.13,14
Pemeriksaan fisik secara umum tidak ada penampakan kecuali tanda infeksi
atau pendarahan. Purpura pada mulut (purpura basah) menandakan jumlah platelet
kurang dari 10.000/l (10 109 /liter) yang menandakan risiko yang lebih besar
untuk pendarahan otak. Pendarahan retina mungkin dapat dilihat pada anemia
berat atau trombositopenia. Limfadenopati atau splenomegali tidak selalu
12
ditemukan pada anemia aplastik, biasanya ditemukan pada infeksi yang baru
terjadi atau diagnosis alternatif seperti leukemia atau limpoma.13
13
kurang dari 30 persen sel hematopoetik, dengan paling sedikit jumlah neutropil
kurang dari 500/l (0.5 109 /liter), jumlah platelet kurang dari 20.000/l (20
109 /liter), dan anemia dengan indeks koreksi retikulosit kurang dari 1 persen.
Pengembangan in vitro menunjukkan, kumpulan granulosit monosit atau Colony
Forming Unit-Granulocyte/Macrophage (CFU-GM) dan eritroid atau Burst
Forming Unit-Erythroid (BFU-E) dengan pengujian kadar logam menyatakan
tanda pengurangan dalam sel primitif.12
2.5.3. Radiologi
2.6 Diagnosis
14
Penegakan diagnosis anemia aplastik berdasarkan klinis dan pemeriksaan
penunjang. Beberapa gambaran klinis yang biasanya muncul pada anak dengan
anemia aplasti seperti demam, pucat, tanda-tanda perdarahan, tanpa disertai
dengan organomegali. Pasien dengan anemia aplastik juga harus disingkirkan
untuk kemungkinan leukemia, kegagalan sumsum tulang kongenital, infeksi, dan
paroksismal nocturnal haemoglonuria (PNH).1 Pemeriksaan penunjang yang
digunakan untuk kecurigaan terhadap anemia aplasti adalah:
15
b. Bone marrow punction dan trephine biopsy
16
Anemia aplastik tidak berat Penurunan selularitas sumsum tulang dan sitopenia
perifer, namun tidak memenuhi kriteria anemia
aplasti berat
17
c. Pemeriksaan lain
18
2.7 Tatalaksana
suportif maupun definitif. Untuk pasien dengan anemia aplastik tidak berat cukup
dengan observasi, terutama bila mereka tidak memerlukan transfusi. Banyak dari
pasien ini memiliki jumlah darah yang stabil selama bertahun-tahun, namun pada
(Gambar 3)16
19
Gambar 3. Algoritma manajemen awal anemia aplastik16
20
Manajemen awal pada anemia aplastik terdiri dari transfusi darah,
profilaksis jika jumlah trombosit adalah <10 × 109 / l. Produk darah yang
untuk infeksi sistemik yang berat namun tidak secara rutin. Prednison tidak boleh
digunakan karena tidak efektif dan mendorong infeksi bakteri dan jamur dan dapat
anemia aplastik. Dalam konteks demam dan neutropenia, evaluasi dan kultur dari
21
< 8 g / dl [2,45]. Konsentrat trombosit harus diberikan <10.000/mmc
atau <20.000 / mmc, jika terjadi demam, sepsis atau perdarahan. Konsentrat
pemulihan.
2.7.1.2 G-CSF 40
pengobatan untuk pasien dengan anemia aplastik sangat berat dan anemia aplastik
dapat dimulai pada pasien dengan neutrofil kurang dari 200 / mmc. Penggunaan
ini Bisa berada dalam jadwal harian atau "on demand" hanya selama demam
neutropenia pada pasien anemia aplastik sangat berat dan anemia aplastik berat.
22
2.7.1.3 Infeksi 40
mikroba dalam pengobatan dan profilaksis pasien anak dengan anemia aplastik.
a) Profilaksis
dari <200 / mmc, antara hari ke 30 dan hari ke 90 setelah IST. Anti jamur
aerosol jika limfosit nilai rendah (CD4 + < 400 / mmc atau total limfosit <
23
b) Terapi empiris terhadap infeksi bakteri dan jamur
c) Vaksinasi
hematopoietik (HSCT). 16
24
2.7.2.1 Immunosuppressive therapy (IST)
histokompatibel, usia pasien, dan biaya transplantasi. Standar IST awal adalah
penyembuhan hematologis pada 60% sampai 70% kasus dan respon jangka
panjang yang sangat baik, seperti yang ditunjukkan pada beberapa penelitian
prospektif yang besar di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. ATG yang
selektif pada fungsi sel T karena penghambatan langsung pada ekspresi protein
neutropenik, dan kelangsungan hidup yang lebih baik. Dengan standar ini, sekitar
60% pasien respon pada 3 atau 6 bulan setelah memulai pengobatan ATG. 16
25
Terdapat perbedaan dalam literatur yang dipusatkan ATG adalah kelinci atau
kuda unggulan. ATG kelinci lebih bersifat limfositotoksik, dan telah berhasil
hematologi terhadap ATG kelinci (37%) sekitar setengah yang diamati dengan
standar ATG kuda (68%), dengan kelangsungan hidup rendah dicatat pada lengan
ATG kelinci. ATG biasanya diberikan dengan dosis 40 mg/ kg selama 4 jam,
setiap hari selama 4 hari. ATG dapat menyebabkan reaksi alergi yang serius
dengan gejala ruam kulit, tekanan darah rendah, dan masalah pernapasan, dan
pada hari ke 1 dan dilanjutkan selama 2 minggu, sebagai profilaksis, yang dapat
muncul 7-14 hari sejak dimulainya pengobatan ATG. CsA ditambahkan pada hari
ke 1 sampai tingkat target antara 200 dan 400 ng / ml, dimulai pada dosis 10 mg /
kg per hari. Banyak pasien mengalami hipertensi selama pengobatan CsA, dan
26
Risiko kambuh yang signifikan dengan siklosporin yang cepat dan
faktor pertumbuhan atau sirolimus terhadap kuda ATG / CsA tidak memperbaiki
banyak limfosit T juga dapat mengobati anemia aplastik dengan menurunkan sel
T.
hematologis dan evolusi klonal biasanya terjadi dalam 2 sampai 4 tahun setelah
IST. Sekitar 50% responden tidak kambuh atau berkembang dalam jangka
panjang, dan mereka memiliki kelangsungan hidup jangka panjang yang sangat
27
Allogeneic bone marrow transplantation (BMT) dari human leucocyte
antigen (HLA) - adalah pengobatan awal pilihan untuk pasien yang baru
didiagnosis jika mereka mengalami anemia aplastik berat atau anemia aplastik
sangat berat, berusia <40 tahun dan memiliki HLA kompatibel. Sumber sel induk
yang tinggi. Matched unrelated donor (MUD) BMT dapat dipertimbangkan pada
pasien anemia aplastik berat, dengan indikasi tidak MSD tetapi cocok MUD,
berumur <50 tahun (atau 50-60 tahun dengan status kinerja yang baik), dan telah
gagal setidaknya satu ATG dan siklosporin. Pasien dengan anemia aplastik harus
2.8 Komplikasi 1
28
1. Infeksi, biasanya bronkopneumonia atau sepsis. Harus waspada terhadap
tuberkulosis akibat pemberian prednison jangka panjang.
2. Perdarahan otak atau abdomen
2.9 Prognosis 1
29
1. Gambaran sumsum tulang hiposeluler atau seluler
2. Kadar HbF yang lebih dari 200mg % memperlihatkan prognosis yang
lebih baik
3. Jumlah granulosit lebih dari 2.000/mm3 menunjukkan prognosis yang
lebih baik
4. Pencegahan infeksi sekunder, terutama di Indonesia karena kejadian
infeksi masih tinggi. Gambaran sumsum tulang merupakan parameter
yang terbaik untuk menentukan prognosis.
30
Sebaiknya pasien dibolehkan pulang dari rumah sakit setelah hitung trombosit
mencapai 50.000-100.000/mm3.
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas
31
No.MR : 01030634
Umur : 7 tahun 7 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Indonesia
Nama ibu : Fitri RahmaYeni
Alamat : Jalan Salak 2, Belimbing, Padang
Tanggal masuk : 28 Maret 2019
Tanggal pemeriksaan : 28 Maret 2019
Keluhan Utama
Perdarahan gusi yang bertambah banyak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
32
minggu sebelum masuk rumah sakit dan semakin bertamah banyak sejak
4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Perdarahan gusi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan semakin
bertambah banyak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Perdarahan pada hidung dan saluran cerna tidak ada.
Demam tidak ada
Kejang tidak ada
Batu tidak ada
Sesak tidak ada
Mual dan muntah tidak ada
BAK normal
BAB normal
Anak telah dikenal menderita anemia aplasia sejak 1 tahun yang lalu dan
rutin control ke RSUP Dr.M.Djamil
33
Riwayat Penyakit Keluarga:
● Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan penderita..
Riwayat Kelahiran :
Anak cukup bulan, lahir secara operasi section cesarea, atas indikasi panggul
sempit, persalinan dibantu oleh dokter . Anak langsung menangis kuat.Berat
badan lahir 3400 gram, panjang lahir 49 cm, saat lahir langsung menangis.
34
Susu formula : 6 bulan-5 tahun
Bubur susu : 10 bulan
Nasi tim : 11 bulan
Riwayat Imunisasi:
35
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Riwayat Riwayat
Pertumbuhan ganguan
dan perkembangann
Perkembanga mental
nn Umur Umur
36
Miring 3 bulan Gigit kuku -
-
Duduk 7 bulan Mengompol
-
37
Gigi pertama 6 bulan Ketakutan
Prestasi -
disekolah
38
Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan 1 1
39
Saudara Kandung
40
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 92 x/ menit
Nafas : 22x/ menit
Suhu : 36,8 OC
Tinggi badan : 120 cm
Berat badan : 30 kg
BB/U : 120%
TB/U : 95,6%
BB/TB : 136,6%
Gizi : Gizi lebih
41
perdarahan.
Kepala : Bentuk bulat, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
diameter 2mm/2mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada, epistaksis tidak ada
Thorax : normochest
Paru-paru
42
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor
Jantung
43
Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia : A1P1M1
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
44
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah
Hb : 9,8 g/dl
Hematokrit : 28%
Retikulosit : 0,94
MCV : 88
MCH : 31
MCHC : 35
Diagnosis:
45
Perdarahan gusi+ptekie ec trombositopenia ec anemia aplastik
Terapi
ML 1500 kkal
Transfusi TC 10 unit
Vitamin B kompleks
IVFD KaEn 1B
46
Follow Up
Selasa, 29 Maret 2019
S/
Gusi berdarah tidak ada
Perdarahan kulit ada di tungkai bawah kiri dan kanan
Demam tidak ada
Batuk tidak ada
Sesak tidak ada
Mual dan muntah tidak ada
Kejang tidak ada
Minum ada
47
Nafsu makan baik
BAK warna dan jumlah normal
BAB normal
O/
Kesadaran : komposmentis
Suhu : 36,50C
HR : 90x/ menit
48
Cor : irama regular, bising jantung tidak terdengar
Pulmo : suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : tidak ada distensi, bising usus ada, normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2 detik
Mulut dan gusi : perdarahan gusi tidak ada
A/ Perdarahan gusi + ptekie ec trombositopenia ec anemia aplastik
P/ Terapi lanjut
Transfusi TC 10 unit
BAB III
DISKUSI
49
didapatkan perarahan gusi dan bintik-bintik perdarahan diseluruh tubuh, hal ini
menunjukkan adanya gejala trombositopenia karena perdarahan gusi terjadi tanpa
adanya trauma. Anak telah dikenal menderita anemia aplastik sejak tahun 2018
dan rutin control ke RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Dari hasil bone marrow punction yang dilakukan pada tahun 2018
didapatkan hasil aktivitas yang menurun dari eritropoietik, granulopoietik dan
limfopoietik serta hiposeluler yang diikuti dnegan ruang yang berisi jaringan
lemak yang banyak. Dari hasil bone marrow punction tersebut dapat ditegakkan
diagnosis anemia aplastik.
50
umum pasien. Terapi standar untuk anemia aplastik meliputi
terapi imunosupresif atau transplantasi sumsum tulang.
DAFTAR PUSTAKA
51
8. Niazzi M, Rafiq F. The Incidence of Underlying Pathology in Pancytopenia.
Available in URL: HYPERLINK http://www.jpmi.org/org_detail.asp
9. Hartung HD, Olson TS, Bessler M. Acquired Aplastic Anemia in Children.
HHS Public Access. 2013 Dec
10. Young N S, Calado R T, Scheinberg P, 2006. Current concepts in the
pathophysiology and treatment of aplastic anemia. Diakses dari
www.bloodjournal.org pada 5 November 2017.
11. Kumar V, Abbas A K, Aster J C, 2013. Robbins basic pathology. Elsevier:
Canada.
12. Shadduck RK. Aplastic Anemia. In: Beuttler E, Coller BS, Lichtman M,
Kipps TJ. Williams Hematology. 6th ed. USA: McGraw-Hill;2001. p. 504-
523.
13. Bakta IM. Anemia Karena Kegagalan Sumsum Tulang. In: Hematologi Klinik
Ringkas. Cetakan I. Jakarta: EGC;2006. p. 97-112.
14. Marsh JCW, Ball SE, Cavenagh J, Darbyshire P, Dokal I, GordonSmith EC, et
al. 2009. Guidelines for Diagnosis and Management of aplastic anemia. British
Journal of Haematology; 147; 43-70.
15. Miano M and Dufour C. 2015. The diagnosis and treatment of aplastic anemia:
a review. International journal of Haematology; 101; 527-35.
16. Dolberg OJ and Levy Y. Idiopathic aplastic anemia: Diagnosis and
classification. 2014. Autoimmunity Reivew; 1-5.
17. Young NS, Barrett AJ. The treatment of severe acquired aplastic anemia.
Blood 1995;85:3367-77.
18. Lanzkowsky P. Bone marrow failure. Manual of pediatric hematology and
oncology. Edisi ke-2. New york: Churchill Livingstone, 1995. h. 89-96.
52
19. Munthe BG. Diagnostik dan penanggulangan anemia aplastik. Dalam:
Pendidikan tambahan berkala Ilmu Kesehatan Anak. FKUI-RSCM Jakarta
1991. h. 33-40.
20. Gatot D. Penatalaksanaan transfusi pada anak. Dalam: Update emergencies
pediatrics. Jakarta : Balai Pustaka FKUI 2002. h. 28-47.
21. Young NS, Maciejewski J. The pathofisiology of acquired aplastic anemia. N
engl J Med 1997;336:1365-72.
22. Young NS. Aplastic anemia. Dalam: Brain MC, Carbone PP. Kelton JG,
Schiler JH, penyunting. Current therapy in hematology-oncology. Edisi ke-5.
St. Lois: Mosby, 1995. h. 129-34.
23. Speck B, Nissen C, Tichelli A, Gratwohl A. aplastic anemia: treatment.
Disampaikan pada kongres Internasional Society of Haematology, Singapore,
25-29 Agustus, 1996.
24. Alter BP, Young NS. The bone marrow failure syndromes. Dalam: Nathan DG,
Oski FA, penyunting. Hematology of infancy and childhood. Edisi ke-4.
Philadelphia: Saunders, 1993. h. 216-37.
25. Bakhshi S. Aplastic anemia. E-medicine journal; 2002. Didapat dari:
www.emedicine.com. Di akses tanggal 12 Pebruari 2003
26. Socie G, Stone JV, Wingard JR. long-term survival and late deaths after
allogeneic bone marrow transplantation. N engl J Med 1991;341:14-21.
27. Shadduck RK. Aplastic anemia. Dalam : Wiliams hematology. Edisi ke-5. New
York:McGraw Hill, 1995. h. 238-51.
28. Paquete RL, Tebyani N, Frane M, dkk. Long-term outcome of aplastic anemia
in adults treated with antithymocyte globulin: Comparison with bone marrow
transplantation. Blood 1995;85:283-90.
53
29. Marsh J, Schrezenmeier H, Marin P. Prospective randomized study comparing
cyclosponine alone versus the combination of antithymocite globulin and
cyclosporine for treatment of patients with nonsevere aplastic anemia: A report
from the European blood and marrow transplantation (EBMT) severe aplastic
anemia working party. Blood 1999;93:2191-5.
30. Brodsky RA, Sensenbrenner LL, smith BD, Dorr D, Seaman DJ, Lee SM.
Durable treatment-free remission after high-dose cyclophosphamid therapy for
previously untreated severe aplastic anemia. Ann intern Med. 2001;87:477-83.
31. Scopes J, Daly S, Atkinson R. Aplastic anemia: evidence for dysfunctional
bone marrow progenitor cells and the corrective effect of Granulocyte colony
stimulating factor in vitro. Blood 1996;87:3179-85.
32. Broadsky RA, Sensenbrenner LL, Jones RI. Complete remission in severe
aplastic anemia high-dose cyclophospamid without bone marrow
transplantation. Blood 1996;87:491-4.
33. Bacigalupo N, kaltwasser JP, Corda G, Arcese W, Carotenuto W, Gallamini
W. Antilymphocyte globulin, cyclosporin and granulocyte colony stimulating
factors in patients with acquired aplastic anemia. Blood 1995;324:1298-303
34. Rosenfeld S, Follmann D, Nunez O. Antythymocyte globulin and cyclosporine
for severe aplastic anemia association between hematologic response and long-
term outcome. JAMA 2003;289:1130-5.
35. Rosenfeld SJ, Kimball J, Vining D. Intensive immunosupression with
antithymocyte globulin and Cyclosporin as treatment for severe acquired
aplastic anemia. Blood 1995;85:3058-65.
36. Passweg JR, Socie G, Hinterberger W. Bone marrow transplantation for severe
aplastic anemia: has outcome improved?. Blood 1997;90:858-64.
54
37. Deeg HJ, Leisenring W, Rainer S, Nimms D, Flower M, Sandrers J. Long-term
outcome after marrow transplantation for severe aplastic anemia. Blood
1998;91:3637-45.
38. Min CK, Kim DW, Lee JW, Han CW, Min WS, Kim CC. Hematopoetic stem
cell transplantation og high risk adult patient with severe anemia aplastic;
reduction of graft failure by enhanching stem cell dose. Haematologica
2001;86:303-10.
39. Socie G, Henry-Amar M, Bacigalupo A, Hows J, Tichelli A, Ljungman P.
malignant tumors occurring after treatment of aplastic anemia. N engl J Med
1993; 329:1152-7.
40. Barone A, Lucarelli A, Onofrillo D, Verzegnassi F, Bonanomi S, Cesaro S, et
al. 2015. Diagnosis and management of acquired aplastic anemia in childhood.
Guidelines from the marrow failure study group of the pediatric haemato-
oncology Italian association (AIEOP). Elsevier.
55