Asal-usul Rumah Gadang telah ada sejak zaman dahulu. Menurut cerita yang beredar, rumah
gadang yang memiliki ciri khas atapnya yang runcing ini terinspirasi dari tanduk kerbau, di
mana kerbau sendiri adalah hewan yang sangat dekat dengan orang Minang dimanapun
berada.
Dikisahkan suatu hari di masa lalu, atap runcing yang menyerupai tanduk kerbau ini adalah
ekspresi kemenangan raja Minangkabau ketika adu kerbau dengan salah satu raja di Jawa.
Nah, sejak saat itu, tanduk kerbau dijadikan simbol kemenangan rakyat Minangkabau.
Untuk jumlah Lanjar sendiri tergantung pada luas rumah, biasanya dari 3 sampai 11 Lanjar,
umumnya berjumlah ganjil. Untuk bagian depannya, biasanya ada sebuah ruangan terpisah
yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan padi hasil panen.
Bagian-bagian pada rumah Gadang mulai dari atap, dinding, pintu, lantai, tiang penyangga,
tangga, hingga ukiran dengan berbagai motif memiliki arti dan maksud tersendiri yang
menjadi simbol dari kehidupan masyarakat Minang.
Tiang-tiang dipuncak atap memiliki bentuk yang melengkung ke atas menyerupai tanduk
kerbau, yang jika diamati dari sisi samping akan terlihat seperti segitiga sama kaki.
Rangkiang
Secara umum rumah Gadang dilengkapi dengan rangkiang atau lumbung padi yang memiliki
jenis, bentuk, dan fungsi yang berbeda-beda, antara lain:
Si tinjau lauik, yang terletak di bagian tengah diantara rangkaian lainya. Memiliki fungsi sebagai
tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk membeli keperluan keluarga yang tidak
dapat dibuat sendiri.
Si bayau-bayau, yang terletak di sebelah kanan dan berdiri di atas enam tiang penyangga.
Memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan padi yang akan digunakan untuk kebutuhan makan
keluarga setiap hari.
Si tanggung lape, yang memiliki empat tiang penopang dengan tipe persegi. Memiliki fungsi
sebagai tempat penyimpanan padi yang digunakan sebagai cadangan makanan ketika saat
paceklik.
Rangkiang kaciak, Memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan padi untuk padi ambuan yang
akan digunakan sebagai benih padi dan biaya untuk menanam padi pada musim yang akan
datang.
Ada beberapa fungsi dari Rumat Adat Sumatera Barat ini. Dahulunya, dijadikan tempat
tinggal dengan tata krama dan aturan adat yang kental. Jumlah kamar menyesuaikan dengan
jumlah wanita (Bundo Kanduang) yang tinggal didalamnya. Setiap pasangan yang sudah sah
memiliki hak 1 kamar.