Anda di halaman 1dari 5

Marawa adalah bendera triwarna yang terdiri dari tiga bagan vertikal yang menampilkan

warna Alam Minangkabau: hitam, merah, dan emas. Tidak diketahui dengan pasti kapan
pertama kali bendera ini digunakan; secara resmi diadopsi sebagai bendera Kerajaan
Pagaruyung Minangkabau sejak berdirinya kerajaan ini pada tahun 1347.

Dalam penggunaannya, marawa biasa digunakan dalam perayaan-perayaan seperti


pernikahan, pelantikan, pengangkatan penghulu, penyambutan tamu, dan berbagai kegiatan
adat budaya Minangkabau lainnya.

Pelaminan

Pelaminan merupakan suatu panggung yang dihiasi digunakan sebagai singgasana kedua
pengantin di hari resepsi pernikahan (Handayani, 2013). Panggung yang dibuat seindah dan
semenarik mungkin, karena seluruh mata tamu undangan tertuju padanya.
Manfaat

Mulanya pelaminan digunakan sebagai tempat terhormat bagi para raja atau bangsawan
Minangkabau, tetapi sekarang sudah banyak dipakai oleh masyarakat umum sebagai
perangkat upacara perkawinan.

Fungsi

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri.


Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap
perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara
perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja
memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian
dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka
ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang
menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang.
Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari
jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam
suku/kaum tersebut secara turun temurun[2] dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada
perempuan pada kaum tersebut.[3] Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat
dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada
sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang)
sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah
Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Koto-
Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak
memakai tongkat penyangga di bawahnya. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan
ini yang berbeda, golongan pertama menganut prinsip pemerintahan yang hierarki
menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan kedua anjuang
seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya
juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan
dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.

Arsitektur

Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing
yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan
sampai puluhan tahun,[3] namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng.
Rumah Gadang ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian,
muka dan belakang. Bagian depan dari Rumah Gadang biasanya penuh dengan ukiran
ornamen dan umumnya bermotif akar, bunga, daun serta bidang persegi empat dan genjang.
[1]
Sedangkan bagian luar belakang dilapisi dengan belahan bambu. Rumah tradisional ini
dibina dari tiang-tiang panjang, bangunan rumah dibuat besar ke atas, tetapi tidak mudah
rebah oleh goncangan,[1] dan setiap elemen dari Rumah Gadang mempunyai makna tersendiri
yang dilatari oleh tambo yang ada dalam adat dan budaya masyarakat setempat.
Pakaian Penghulu

Pakaian Penghulu adalah pakaian adat Minang yang digunakan oleh laki-laki. Baju ini
disebut juga sebagai Baju Pemangku Adat.
Pakaian Bundo Kanduang

Pakaian adat Bundo Kanduang juga dikenal sebagai Limpapeh Rumah Nan Gadang yang jadi
lambang kebesaran wanita.

Limpapeh dalam bahasa Minang berarti tiang besar yang dipergunakan untuk menopang
bangunan.

Bangunan yang berdiri koko memiliki tiang penyangga dan menopang keseluruhan
bangunan.

Jika tiang itu sampai rusak maka keseluruhan bangunan akan hancur karena kehilangan
penyangganya.

Pakaian ini punya makna yang menggambarkan peran perempuan atau istri dalam kehidupan
rumah tangga setelah mereka menikah.

Anda mungkin juga menyukai