Anda di halaman 1dari 35

STUDI PREDIKSI LAJU OKSIDASI MINERAL SULFIDA

DALAM PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG PADA


KONDISI COMPLETELY OXIDE (COX) DAN UN-
OXIDIZED (UOX) PADA ENDAPAN HIGH SULPHIDATION
EPITHERMAL SITE BAKAN SULAWESI UTARA

PROPOSAL
PENELITIAN
R A H A Y A N T I P R I H A R T I N I
2 2 1 1 9 0 2 7
Kerangka Proposal
Pendahuluan
01 Latar Belakang, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah,
Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan

Landasan Teori
02 Teori tentang Endapan Epithermal High Sulfidation dan
Air Asam Tambang

Metodologi Penelitian
03 Deskripsi Sampel, Pengujian yang akan dilakukan,
Jadwal dan Biaya Penelitian

1
PENDAHULUAN

2
Latar Belakang
• Salah satu permasalahan yang disebabkan oleh kegiatan
pertambangan adalah pencemaran oleh air asam tambang.
Penambangan bijih emas (Au) pada endapan epithermal high
sulphidation berpotensi dapat menghasilkan air asam
tambang.

• Upaya pencegahan dan penanganan sebelum terbentuknya air


asam tambang dapat diprediksi karakteristiknya
menggunakan berbagai pengujian (geokimia, mineralogi,
karakterisasi geokimia)

• Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui hubungan


antara zona alterasi pada endapan epithermal high sulphidation
terkait potensi pembentukan air asam tambang serta dapat
mensimulasikan (PHREEQC) proses pembentukan air asam
tambang yang akan terjadi pada Site Bakan Sulawesi Utara.

3
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik geokimia sampel hasil pada
endapan epithermal high sulphidation site Bakan Gold
Project.

2. Mengetahui laju oksidasi pembentukan air asam tambang


melalui perhitungan mol besi total, mol sulfat, dan
pemodelan PHREEQC .

4
Batasan Masalah
1. Penelitian ini dibatasi pada sampel batuan endapan
epithermal high sulfidation site Bakan Gold Project.
2. Sampel yang digunakan pada penelitian berasal dari
Endapan High Sulphidation Epithermal Site Bakan
Sulawesi Utara berupa 6 sampel batuan, sampel 1 hingga 3
merupakan sampel Completely Oxidized dan sampel 4
hingga 6 merupakan sampel Un Oxidized.
3. Pengujian dibatasi dalam skala laboratorium dan hanya
memperhatikan aspek geokimia
4. Simulasi pembentukan air asam tambang dilakukan
menggunakan software PHREEQC berdasarkan data uji
kinetik, uji mineralogi dan uji kualitas air lindian

5
Metodologi Penelitian

6
LANDASAN TEORI

7
Endapan Epithermal High Sulfidation
Pada lingkungan epitermal terdapat dua kondisi sistem hidrotermal yang dapat dibedakan
berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan mineral bijihnya yaitu
epithermal low sulfidation dan epithermal high sulfidation (Hedenquist dkk.,1995)

Tipe endapan epithermal low sulfidation dan epithermal high


sulfidation (White and Hedenquist, 1995)

8
Endapan Epithermal High Sulfidation
Pada sistem high sulfidation akan terbagi menjadi beberapa zona alterasi yaitu zona alterasi silicic,
advance argilic, argilic, dan propylitic. Pembentukan zona alterasi di kontrol oleh derajat interaksi
dan netralisasi larutan hidrotermal dengan batuan samping. Proses interaksi dan netralisasi larutan
hidrotermal yang bereaksi antara larutan dengan batuan samping menghasilkan zona alterasi, menuju
ke arah luar dari rekahan/ pipa saluran larutan hidrotermal, yang dari zona paling dalam keluar
mengindikasikan penurunan tingkat keasaman dan diasosiasikan dengan kehadiran mineral alunit,
kaolinit, illit, dan monmorilonit-klorit (Steven & Ratte, 1960 dalam Aribas Jr, 1995). Dari setiap
zona alterasi akan dicirikan oleh mineral alterasi.

cross section zona alterasi high sulfidation (Stoffregren 1987


dalamAribas Jr 1995)

9
Endapan Epithermal High Sulfidation

Stabilitas temperatur dan pH pembentukan mineral


alterasi pada lingkungan epitermal (Hedenquist dkk,
1996 dalam Syafrizal, 2012) 10
Air Asam Tambang
• Air Asam Tambang (AAT) atau sering juga
disebut dengan air asam batuan (AAB) adalah
air pada kegiatan penambangan atau penggalian
yang bersifat asam atau memiliki keasaman
yang tinggi dan terbentuk sebagai akibat
teroksidasinya mineral sulfida disertai
keberadaan air (Gautama, 2014).

• Dampak yang dapat ditimbulkan akibat air


asam tambang adalah terjadinya pencemaran
lingkungan, dimana komposisi atau kandungan
air di daerah yang terkena dampak tersebut
akan berubah sehingga dapat mengurangi
kesuburan tanah, mengganggu kesehatan
masyarakat sekitarnya, dan dapat
mengakibatkan korosi pada peralatan tambang
Ilustrasi Air yang tercemar air asam tambang
(Baiquni, 2007).
( Environment.co.za)

11
Air Asam Tambang
Reaksi umum pembentukan AAT sebagai berikut :

4 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O → 4 Fe(OH)3 (ferri hidroksida) + 8 H2SO4 (asam sulfat)


Reaksi tersebut dapat dijelaskan menjadi empat tahap reaksi yang lebih rinci (Lottermoser, 2010) :

Reaksi pelapukan pirit disertai proses oksidasi sehingga sulfur teroksidasi menjadi sulfat dan besi
ferro dilepaskan.
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ + 4 SO4 + 4 H+
Reaksi oksidasi besi ferro menjadi besi ferri yang mengkonsumsi satu mol keasaman. Laju reaksi
lambat terjadi pada pH <5 dan kondisi abiotik. Bakteri thiobacillus akan mempercepat proses
oksidasi.
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ → 4 Fe3+ + 2 H2O
Reaksi hidrolisa / memisahkan molekul air dari besi. Pembentukan presipitat ferri hidroksida lebih
banyak terbentuk pada pH <3,5.
Fe3+ + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 H+
Reaksi oksidasi lanjutan dari mineral pirit oleh besi ferri, reaksi yang berlangsung sangat cepat dan
akan berhenti jika pirit atau besi ferri habis.
FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O → 15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+

12
Karakterisasi
• Potensi pembentukan AAT dilakukan dengan cara menyelidiki karakteristik
geokimia batuan untuk perencanaan teknik pengelolaan yang baik. Prediksi
pembentukan AAT dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu uji statik dan
uji kinetik (Lottermoser, 2010).
• Tujuan pengujian statik adalah menentukan kandungan sulfur dari sampel
dan berapa banyak asam yang dinetralkan oleh sampel. Hasil uji ini tidak
memberikan informasi kapan pembentukan asam akan terjadi, laju
pembentukan asam dan penetralan, ataupun kualitas air akibat sampel,
diharapkan dapat diprediksi mengenai karakteristik geokimia yang ada di
lapangan melalui pengelompokan batuan PAF (Potentially Acid Forming)
atau NAF (Non-Acid Forming) yang berguna dalam pengelolaan preventif
AAT yang berkelanjutan.
• Pengujian kinetik dilakukan untuk menegaskan hasil dari uji statik serta
memberikan gambaran mengenai laju reaksi dan kualitas air lindian yang
terjadi jangka panjang, yang dapat berdampak terhadap lingkungan.
• Uji mineralogi bertujuan untuk mengetahui mineral dan unsur-unsur
penyusun mineral sampel. Teknik yang dilakukan dalam uji mineralogi ini
adalah dengan penembakan menggunakan sinar X. Beberapa metode yang
Skema Uji Kinetik Column dapat digunakan antara lain X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction
Leach Test (XRD) dan SEM 13
Laju Oksidasi
Laju oksidasi pirit
✓ Laju oksidasi pirit dinyatakan sebagai jumlah mol pirit yang teroksidasi per luas
permukaan butir (sampel batuan) dalam kolom pengujian FDCLT per satuan waktu
(detik). Laju oksidasi pirit akan dihitung berdasarkan mol besi total dan sulfat dalam
air lindian.

✓ Hasil perhitungan laju oksidasi dengan 2 pendekatan tersebut akan diverifikasi


dengan nilai laju oksidasi pirit berdasarkan pemodelan geokimia dengan PHREEQC.
Hal ini bertujuan untuk menganalisis pendekatan mana yang akan memberikan laju
oksidasi pirit yang paling tepat untuk digunakan.

14
Laju Oksidasi
Pirit Berdasarkan Mol Besi Total dalam Air Laju Oksidasi Pirit Berdasarkan Mol Sulfat
Lindian dalam Air Lindian
✓ Konsentrasi besi total dalam air lindian ✓ konsentrasi sulfat dalam air lindian
seluruhnya berasal dari oksidasi pirit seluruhnya berasal dari oksidasi pirit.

15
Software PHREEQC
• PHREEQC merupakan program komputer yang ditulis menggunakan bahasa
pemprogaman C dan C++ yang dirancang untuk melakukan berbagai variasi
perhitungan geokimia ( Parkhurst, 2013 ).

• Forward modeling ( kalkulasi transport 1 dimensi, termasuk fase aqueous, mineral,


gas, solid-solution, surface complexatiom, keseimbangan pertukaran ion,
percampuran larutan, serta perbahan tekanan dan temperatur.

• Simulasi inverse modeling menghasilkan berupa model-model reaksi yang diprediksi


terjadi antara air aquades dengan mineral-mineral yang ada pada sampel batuan
yang didalanya terjadi transfer mol reaksi sehingga menghasilkan kualitas air lindian
yang terbentuk pada final solution. Model-model reaksi tersebut adalah air lindian uji
kinetik.

16
Software PHREEQC
Dimulai dengan mereaksikan air destilat sebagai initial solution bersama mineral yang terdeteksi
melalui uji XRD dan logam yang terdeteksi pada air lindian yang tidak terdeteksi dalam uji
mineralogi, serta hasil uji kualitas air lindian sebagai final solution.

Initial solution

Air destilat
Final solution

Reaksi kimia Air lindian


Untuk menentukan model
reaksi kimia yang paling
mendekati air lindian uji
Komposisi mineral kinetik, dilakukan verifikasi
model dengan
menggunakan simulasi
Inverse modeling forward modeling

17
PENELITIAN

18
Lokasi Penelitian, Metode
Pengambilan Data
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di laboratorium menggunakan
sampel yang diambil di tambang emas (Au) dengan tipe endapan
epithermal high sulphidation di Bakan Sulawesi Utara.

Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
eksperimental dikarenakan penelitian dilakukan di laboratorium. Pada
penelitian ini pengambilan data berupa data primer, sampel yang diambil
merupakan sampel batuan dari tambang emas (Au)

19
Deskripsi Sampel
Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel batuan dari tambang emas
(Au) dengan tipe endapan epithermal high sulphidation. Rincian sampel
terdapat pada tabel dibawah ini :

No Kode Asal Kode Lab Kode Thesis Kondisi Oksidasi

1 JLD-1396 Sampel 14 RP-AAT-01 COX Completely Oxidized


2 JLD-1396 Sampel 15 RP-AAT-02 COX Completely Oxidized
3 PJAL-01 Sampel 17 RP-AAT-03 COX Completely Oxidized
4 PJAL-01 Sampel 21 RP-AAT-04 UOX Unoxidized
5 JLD-1349 Sampel 23 RP-AAT-05 UOX Unoxidized
6 PJAL-02 Sampel 24 RP-AAT-06 UOX Unoxidized

Selanjutnya dilakukan karakterisasi geokimia batuan, untuk mengetahui


apakah sampel merupakan material yang berpotensi menimbulkan asam
(potentially acid forming/PAF) atau batuan yang tidak berpotensi
menimbulkan asam (non-acid forming/NAF) lewat uji statik dan kinetik.

20
Uji Mineralogi
Uji mineralogi dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral yang terdapat dalam
sampel batuan. Pada penelitian ini, uji mineralogi dilakukan dengan X-Ray
Diffracion/XRD dan X-Ray Fluorescence (XRF) yang digunakan untuk melihat
mineral dan unsur-unsur penyusun mineral pada sampel. Hasil Uji sampel batuan
dapat dilihat di bawah ini :
Kode
No Kode Asal Kode Lab
Thesis
xrd

1 JLD-1396 Sampel 14 RP-AAT-1


2 JLD-1396 Sampel 15 RP-AAT-2
3 PJAL-01 Sampel 17 RP-AAT-3
4 PJAL-01 Sampel 21 RP-AAT-4 Quartz, Pyrite, M uscovite, Feldspar, Alunite, Kaolinite
5 JLD-1349 Sampel 23 RP-AAT-5 Quartz, pyrite, muscovite, rutile, kaolinite
6 PJAL-02 Sampel 24 RP-AAT-6 Quartz, pyrite, albite, muscovite, chlorite

Sampel yang sedang Uji


• Berdasarkan hasil Uji XRD kuarsa dan kaolinite adalah mineral yang
terdapat pada hampir semua sampel yang diuji, hal tersebut disebabkan
kuarsa dan kaolinit adalah mineral utama pembentuk kerak bumi.
• Selain itu, juga terdapat pirit, muscovite, feldsfar alunite dan lainnya.
• Pirit merupakan sumber utama pembentuk air asam tambang terdapat pada
seua sampel. 21
Uji Mineralogi
Hasil Uji X-Ray Fluorescence (XRF) sampel batuan dapat dilihat di bawah ini :
xrf

No. Komponen Oksida RP-AAT-1 RP-AAT-2 RP-AAT-3 RP-AAT-4 RP-AAT-5 RP-AAT-6

18,300 25,500 23,400


Komposisi unsur yang diperoleh dari 1 Al2 O3
2 SiO2 53,400 61,400 56,500
hasil uji XRF antara lain adalah : 1,030 0,084 1,010
3 P2 O5
Kuarsa, Alumina, Belerang trioksida, 4 SO3 18,900 6,440 2,030
besi dan lainnya. 5 K2 O 3,250 1,430 3,750
6 CaO 0,443 0,069 0,874
7 TiO2 0,753 0,451 1,120
8 Fe2 O3 3,820 3,520
9 As 2 O3 8,550
10 SrO 0,114 0,005
11 ZrO2 0,018 0,010 0,051
12 MnO 0,024 0,220
13 ZnO 0,027
14 Rh 2 O3
15 ReO2
16 Cl 0,242 0,015
17 MgO 0,750 2,520
18 Na2 O 0,067
19 Rb 2 O
20 CuO 0,01
22
Sampel yang sedang Uji
Uji Statik
Pengujian statik terdiri dari beberapa pengukuran terpisah yang meliputi uji pH pasta (paste pH) 1:2, Uji
Pembentukan Asam Neto (Net Acid Generation/NAG) dan Neraca Asam Basa (Acid Base
Accounting/ABA). Hasil uji statik sampel batuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Sampel 1 hingga 6 memiliki nilai NAG pH berkisar


antara 2,23-4,06 yang menunjukkan bahwa semua
sampel bersifat asam dan dikategorikan dalam PAF
(potentially acid forming) dikaenakan nilai NAG pH <
4,5 dan NAPP positif.

24
Parameter air lindian yang diukur meliputi pH, Oxidation Reduction
Uji Kinetik (pH) Potential (ORP) dalam mV dan Total Dissolved Solid (TDS) dalam
ppm.

Sampel Completely Oxide (COX)


pH
No Kode Lab Kode Thesis Siklus
Min Max rata-rata
Harian 4,3 4,4 4,37
1 Sampel 14 RP-AAT-01 3 Harian 3,04 4,18 3,51
Mingguan 3 3,13 3,05
Harian 4,72 5,64 3,87
2 Sampel 15 RP-AAT-02 3 Harian 3,68 4,6 4,14
Mingguan 3,66 3,88 3,79
Harian 4,12 4,2 4,16
3 Sampel 17 RP-AAT-03 3 Harian 3,83 4,19 3,99
Mingguan 3,62 3,83 3,69

25
Parameter air lindian yang diukur meliputi pH, Oxidation Reduction
Uji Kinetik (pH) Potential (ORP) dalam mV dan Total Dissolved Solid (TDS) dalam
ppm.

Sampel Un-Oxidized (UOX)

pH
No Kode Lab Kode Thesis Siklus
Min Max rata-rata
Harian 3,12 3,54 3,29
4 Sampel 21 RP-AAT-04 3 Harian 2,19 2,93 2,45
Mingguan 1,98 2,27 2,15
Harian 2,27 2,67 2,48
5 Sampel 23 RP-AAT-05 3 Harian 1,89 2,56 2,15
Mingguan 1,72 2,1 1,91
Harian 3,73 3,73 4,46
6 Sampel 24 RP-AAT-06 3 Harian 2,55 4,81 3,43
Mingguan 2,3 2,56 2,44

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 20 minggu, pada siklus harian nilai pH sampel 1 hingga 5
cenderung stabil hanya pada sampel sampel 6 terdapat naik turun pH yang cukup variatif, hal ini bisa
disebabkan oleh proses pencucian hasil oksidasi sebelumnya bersamaan dengan rekasi oksidasi yang baru
(initial flushing condition).
Pada siklus 3 harian ke siklus mingguan sampel 1 hingga 6 mengalami perubahan yang cukup jauh dari nilai
rata-rata seperti pada sampel 6 siklus 3 harian memiliki pH rata-rata 183,27 berubah menjadi 212,16 ketika
pindah ke siklus mingguan, kemungkinan terjadi karena pada setiap siklus memiliki waktu yang berbeda-beda
untuk setiap sampel teroksidasi, dimana sampel 1 mingguan memiliki waktu untuk teroksidasi lebih lama 25
dibanding siklus lain 3 harian.
Uji Kinetik
Parameter air lindian yang diukur meliputi pH, Oxidation Reduction
Potential (ORP) dalam mV dan Total Dissolved Solid (TDS) dalam
ppm.

270

220

170
ORP

120

70

20
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140
Hari ke-

NAG RP-AAT-01 NAG RP-AAT-02 NAG RP-AAT-03 NAG RP-AAT-04 NAG RP-AAT-05 NAG RP-AAT-06

• Secara umum, nilai ORP berbanding terbalik dengan nilai pH

• Sampel 21 dan 23 yang memiliki nilai pH rendah, nilai ORP nya paling besar dibanding sampel lainnya. 26
Uji Kinetik
Parameter air lindian yang diukur meliputi pH, Oxidation Reduction
Potential (ORP) dalam mV dan Total Dissolved Solid (TDS) dalam
ppm.

6000

5000

4000
TDS

3000

2000

1000

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140
Hari ke-

NAG RP-AAT-01 NAG RP-AAT-02 NAG RP-AAT-03 NAG RP-AAT-04 NAG RP-AAT-05 NAG RP-AAT-06

• Nilai TDS keenam sampel cenderung tidak stabil, terutama pada siklus harian. Hal ini disebabkan oleh proses pencucian
hasil oksidasi sebelumnya atau initial flushing condition.
• Nilai TDS untuk 15,17,24 sampel cenderung stabil saat mulai memasuki siklus 3 harian - mingguan 27
Uji ICP-MS
Pengukuran anion dan kation dilakukan dengan uji ion
chromatography (IC) sedangkan kandungan unsur dalam air
lindian diukur dengan uji Inductively Coupled Plasma Mass
Spectrometer (ICPMS).

Siklus ppm pH
No Kode Asal Kode Lab Kode Thesis
(hari) Fe Li Na Mg K Ca So4 Uji Kinetik
8 4,09
1 JLD-1396 Sampel 14 NAG RP-AAT-01
68 3,04
8 4,42
2 JLD-1396 Sampel 15 NAG RP-AAT-02
68 3,83
128 3,62
3 PJAL-01 Sampel 17 NAG RP-AAT-03
188
8 0,8529 0,0000001 0,375646 2,475434 1,060113 3,768705 27,477 2,93
4 PJAL-01 Sampel 21 NAG RP-AAT-04
68 203,61 0,0000001 0,339216 1,716958 0,68505 3,232505 1731,878 2,32
8 64,316 0,0010568 0,166666 4,864602 0,205081 4,498792 349,923 2,43
5 JLD-1349 Sampel 23 NAG RP-AAT-05
68 452,38 0,000001 0,011012 0,000001 0,016205 0,086376 5518,548 2,06
8 0,0037 0,0000001 2,607088 5,40352 1,104223 6,921487 54,727 4,44
6 PJAL-02 Sampel 24 NAG RP-AAT-06
68 11,131 0,0046395 1,181803 35,96959 1,188922 38,0133 18,724 2,73

• Sampel 21 pH mengalami penurunan dari hari ke 8-68 di ikuti dengan kenaikan sulfat dan besi, penurunan Mg dan Ca
sementara itu Li dan Na tidak mengalami pergerakan yang siknifikan
30
Laju Oksidasi Pirit Berdasarkan Mol Besi Total dalam Air
Lindian
Konsentrasi besi total dalam air lindian seluruhnya berasal dari oksidasi pirit

Fe Volume Mol Fe LO
No Kode Asal Kode Lab Kode Thesis Siklus Hari ke-
ppm ml n n L-1 S-1
1 JLD-1396 Sampel 14 NAG RP-AAT-01
2 JLD-1396 Sampel 15 NAG RP-AAT-02
3 PJAL-01 Sampel 17 NAG RP-AAT-03
4 PJAL-01 Sampel 21 NAG RP-AAT-04 3 8 0,85285 435 6,62482E-06 2,12989E-11
5 JLD-1349 Sampel 23 NAG RP-AAT-05
6 PJAL-02 Sampel 24 NAG RP-AAT-06 3 8 0,00375 452 3,02679E-08 9,73118E-14
Fe Volume Mol Fe LO
No Kode Asal Kode Lab Kode Thesis Siklus Hari ke-
ppm ml n n L-1 S-1
1 JLD-1396 Sampel 14 NAG RP-AAT-01
2 JLD-1396 Sampel 15 NAG RP-AAT-02
3 PJAL-01 Sampel 17 NAG RP-AAT-03
4 PJAL-01 Sampel 21 NAG RP-AAT-04 3 68 0,10318 350 6,44875E-07 2,07329E-12
5 JLD-1349 Sampel 23 NAG RP-AAT-05
6 PJAL-02 Sampel 24 NAG RP-AAT-06 3 68 11,13084 485 9,6401E-05 3,09931E-10
• Penurunan nilai pH pada air lindian sampel 21 dari siklus harian hingga siklus 1 mingguan diikuti dengan nilai laju
oksidasi pirit, dari tabel diatas terlihat bahwa laju oksidasi pirit terus mengalami penurunan dari siklus harian hingga
siklus 1 mingguan
31
Laju Oksidasi Laju Oksidasi Pirit Berdasarkan Mol Sulfat
dalam Air Lindian
✓ konsentrasi sulfat dalam air lindian seluruhnya berasal dari oksidasi pirit.

SO4 Volume Mol SO4 LO


NoKode AsalKode Lab Kode Thesis Siklus Hari ke-
ppm ml n n L-1 S-1
1 JLD-1396 Sampel 14 NAG RP-AAT-01
2 JLD-1396 Sampel 15 NAG RP-AAT-02
3 PJAL-01 Sampel 17 NAG RP-AAT-03
4 PJAL-01 Sampel 21 NAG RP-AAT-04 3 8 27,47700 435 0,000124505 4,00287E-10
5 JLD-1349 Sampel 23 NAG RP-AAT-05
6 PJAL-02 Sampel 24 NAG RP-AAT-06 3 8 54,72700 452 0,000257673 8,28424E-10

SO4 Volume Mol SO4 LO


NoKode AsalKode Lab Kode Thesis Siklus Hari ke-
ppm ml n n L-1 S-1
1 JLD-1396 Sampel 14 NAG RP-AAT-01
2 JLD-1396 Sampel 15 NAG RP-AAT-02
3 PJAL-01 Sampel 17 NAG RP-AAT-03
4 PJAL-01 Sampel 21 NAG RP-AAT-04 3 68 1731,87800 350 0,006314139 2,03001E-08
5 JLD-1349 Sampel 23 NAG RP-AAT-05
6 PJAL-02 Sampel 24 NAG RP-AAT-06 3 68 18,72400 485 9,45952E-05 3,04126E-10
• Penurunan nilai pH pada air lindian sampel 21 dari siklus harian hingga siklus 1 mingguan tidak diikuti dengan nilai
laju oksidasi pirit, dari tabel diatas terlihat bahwa laju oksidasi pirit terus mengalami kenaikan dari siklus harian
hingga siklus 1 mingguan 32
Simulasi

33
Simulasi

33
AMIRA INTERNATIONAL. 2002. ARD Test Handbook. Ian Wark Research
Institute. New Zealand.

DAFTAR
Andini, Delita E. 2017. Prediksi Kualitas Air Tambang Cebakan Emas Epithermal
High Sulfidation. Tesis Magister Rekayasa Pertambangan. ITB. Bandung.
Arribas Jr, Antonio. (1995): Characteristics of high sulfidation epithermal

PUSTAKA
deposits, and their relation to magmatic fluid, Mineralogical Association of
Canada Short Course
Gautama, Rudy Sayoga. 2014. Pembentukan, Pengendalian, dan Pengelolaan Air
Asam Tambang. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Hardjana, Iip. 2013. The Discovery, Geology, and Exploration of the High
Sulphidation Au-Mineralization System in the Bakan District, North
Sulawesi. Majalah Geologi Indonesia
Jamaludin Widodo, Irsyad. 2019. Characteristics And Environment Of
Formation Of Au-Ag High-Sulphidation Epithermal Deposit In Bakan
Arean, North Sulawesi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Lottermoser, B.G. 2010. Mine Waste (Characterization, Treatment, and
Environmental Impact) 3rd edition.Springer: New York.
Pirajno, Franco. (1992): Hydrothermal mineral deposits, Springer-Verlag Berlin,
Germany.
Syafrizal. 2013. Tinjauan Umum Tentang Endapan Epithermal. Materi Kuliah
Genesa Bahan Galian. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
White, Noel C and Hedenquist, Jeffrey W. 1995. Epithermal Gold Deposits :
Styles, Characteristics and Exploration.

35
TERIMAKASIH
감사 합니다
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai