DINAS KESEHATAN
DAFTAR ISI
PUSKESMAS KARANG PULE
Jl. Gajah Mada No. 14 Telpon (0370) 620736 Jempong Baru Mataram
DAFTAR ISI
Farida, SKM.
NIP. 19681024 199103 2 011.
GAMBAR 1
PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE
A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan data hasil penghitungan dan pencatatan kelurahan, jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas pada tahun 2021 adalah 60.238 jiwa
yang terdiri atas 29.847 jiwa penduduk laki-laki dan 30.391 jiwa penduduk
perempuan. Gambar 1.1 memperlihatkan pertumbuhan penduduk dan jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas dari tahun 2019 sampai dengan tahun
2021 berdasarkan jenis kelamin. Penurunan jumlah pertumbuhan penduduk
terbesar terjadi pada tahun 2020 dari 60.512 jiwa per tahun menjadi 60.238 jiwa
tahun 2021 (Lihat Gambar 1.1).
GAMBAR 1.1
JUMLAH PENDUDUK TIGA TAHUN TERAKHIR
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TAHUN 2019 S.D. TAHUN 2021
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
Pertumbuhan
Laki Perempuan Jumlah
(%)
Tahun 2019 29499 30270 59769 0
Tahun 2020 29905 30607 60512 1.23
Tahun 2021 29847 30391 60238 0.45
Sumber : Kelurahan Wilker Puskesmas Karang Pule, 2021
GAMBAR 1.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELURAHAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
Jempong Pagutan Pagutan
Karang Pule Pagutan PUSKESMAS
Baru Timur Barat
Laki 7035 8467 5084 3602 5659 29847
Perempuan 7189 8698 5419 3570 5515 30391
Jumlah 14224 17165 10503 7172 11174 60238
Sumber: Kelurahan Wilayah kerja Puskesmas Karang Pule, 2021, Hasil Penghitungan Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2021 (Diolah dari Laporan Penduduk Kelurahan
2021)
GAMBAR 1.3
PERSENTASE SEBARAN PENDUDUK KELURAHAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
19% 24%
LEGENDA
12%
Karang Pule
Sumber: Kelurahan Wilayah kerja Puskesmas Karang Pule, 2021, Hasil Penghitungan Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2021 (Diolah dari Laporan Penduduk Kelurahan
2021)
GAMBAR 1.4
PIRAMIDA PENDUDUK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
GAMBAR 1.5
PETA PERSEBARAN KEPADATAN PENDUDUK (Jiwa/Km²) DI WILKER
PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
PUSKESMAS
6.519 Jiwa/Km²
Pagutan
8.862 Jiwa/Km²
Pagutan Timur
5.003 Jiwa/Km²
Pagutan Barat
1211 Jiwa/Km²
Sumber: Kelurahan Wilayah kerja Puskesmas Karang Pule, 2021, Hasil Penghitungan Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2021 (Diolah dari Laporan Penduduk Kelurahan
2021)
TABEL 1.1
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI WILKER PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
Jenis Kelamin
Kelompok
No. Sasaran Program Jumlah
Umur/Formula Laki-Laki Perempuan
1 Lahir Hidup 577 576 1153
2 Bayi 0 Tahun 593 592 1185
3 Batita (di Bawah Tiga Tahun) 0 – 2 Tahun 1747 1742 3489
4 Anak Balita 1 – 4 Tahun 2881 2875 5756
5 Balita (di Bawah Lima Tahun) 0 – 4 Tahun 2288 2285 4573
6 Pra Sekolah 5 – 6 Tahun 1122 1121 2243
7 Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat 7 Tahun 555 552 1107
8 Anak Usia SD/Setingkat 7 – 12 Tahun 3202 3195 6397
9 Penduduk Usia Muda < 15 Tahun 4865 4855 9720
10 Penduduk Usia Produktif 15 – 64 Tahun 23.721 23.667 47.388
11 Penduduk Usia Non Produktif ≥ 65 Tahun 1738 1733 3471
12 Penduduk Usia Lanjut ≥ 60 Tahun 2813 2809 5622
13 Penduduk Usia Lanjut Risiko Tinggi ≥ 70 Tahun 973 971 1944
14 Wanita Usia Subur (WUS) 15 – 49 Tahun 19836
15 Wanita Usia Subur Imunisasi 15 – 39 Tahun 15064
16 Ibu Hamil 1,1 X lahir hidup 1268
17 Ibu Bersalin/Nifas 1,05 X lahir hidup 1211
Sumber: Pusat Kesehatan Masyarakat Karang Pule, 2021, Hasil SUPAS-BPS Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan Tahun 2021 (Diolah dari Kunjungan Pasien 2021).
TABEL 1.2
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI WILKER PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2020- 2021
Laki-Laki Perempuan
Kelompok Umur
2020 2021 2020 2021
0-4 2860 2868 2777 2744
5-9 2704 2710 2626 2595
10 – 14 2560 2567 2469 2440
15 – 19 3057 3065 3105 3069
20 – 24 4042 4053 3601 3559
25 – 29 2512 2519 2632 2601
30 – 34 2276 2283 2652 2623
35 – 39 2079 2083 2352 2325
40 – 44 1995 2000 2175 2152
45 – 49 1628 1633 1731 1711
50 – 54 1281 1283 1344 1328
55 – 59 1060 1063 1116 1103
60 – 64 684 686 758 751
65 – 69 480 481 562 556
70 – 74 291 293 386 383
75+ 268 269 453 447
Jumlah 29.772 29.847 30.740 30.391
Sumber: Kelurahan Wilker Puskesmas Karang Pule, 2021
B. KEADAAN EKONOMI
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
wilayah (kelurahan/kecamatan) dalam suatu periode tertentu adalah data
Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Kota Mataram awal Maret 2021 merosot hingga
minus 5,5 persen. Artinya, secara agregat nilai tambah ekonomi secara ril
mengalami penurunan sebesar -5,50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Artinya, secara agregat nilai tambah ekonomi secara ril mengalami penurunan
sebesar -5,50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor eksternal
menjadi penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi di Kota Mataram,” kata
Kepala BPS Kota Mataram.
Pertumbuhan
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Mataram, 2021
70000 60238
60000
50000
40000
30000
14224 17165
20000 10503 11174
7172 5211
10000 1230 1485 909 620 967
0
Karang Pule Jempong Pagutan Pagutan Pagutan PUSKESMAS
Baru Timur Barat
Dari gambar 1.8, dapat disimpulkan bahwa pada pada tahun 2021
jumlah penduduk miskin di Kota Mataram mencapai, 8,65% (BPS Kota
Mataram 31 Desember 2021), artinya jumlah masyarakat miskin yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Karang Pule sebanyak 5.211 orang. Dengan angka
persentase kemiskinan terendah ada di di Kelurahan Pagutan Timur 620
jiwa, sementara yang tertinggi ada di Kelurahan Jempong Baru yang
mencapai angka sebesar 1.485 jiwa. Angka ini lebih baik bila dibandingkan
dengan tahun 2014 penduduk Kota mataram yang miskin 11% (46.673 Jiwa),
TABEL 1.2
PERSEBARAN JUMLAH DAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN
MENURUT KELOMPOK BESAR TAHUN 2019 – 2021
2019 2020 2021
No Kelurahan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Karang Pule 1269 1197 1230 8,65
2 Jempong Baru 1532 1452 1485 8,65
3 Pagutan 926 883 909 8,65
4 Pagutan Timur 597 611 620 8,65
5 Pagutan Barat 1008 982 960 8,65
Jumlah 5332 8,92 5125 8,47 5.211 8,65
Sumber Data lima Kelurahan 2019-2021
Berdasarkan tabel 1.2, dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir (2019-2021) jumlah dan proporsi penduduk miskin mengalami
penurunan dari 8,92% menjadi 8,65% tahun 2021, hampir setengah dari total
penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas berada di Kelurahan Jempong
Baru (28,50%). Walaupun Kelurahan Jempong Baru sebagai ibu kota
kecamatan Sekarbela perkembanagan pembangunan pisik (sarparas)
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi yang menentukan
masa depan bangsa di masa mendatang. Pendidikan bermutu sebagai hasil
upaya tersebut akan menjadi modal menuju Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan masyarakat dapat diukur
dengan berbagai indikator, salah satu indikator yang secara sensitif dapat
mengukur tingkat pendidikan masyarakat yaitu Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
Rata-rata lama sekolah (tahun) 2019 selama 9,45 tahun 2020 selama
9,46, tahun 2021 turun 9,54 tahun provinsi NTB 7,27 tahun 2019, naik menjadi
7,31, dan 7,38 tahun di tahun 2021. Angka ALS Kota Mataram berada di urutan
kedua setelah Kota Bima 10,39 tahun 2019, naik 10,49 tahun 2020 dan 10,65 di
tahun 2021.
GAMBAR 1.11
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS
TAHUN 2019 – 2021 (dalam tahun)
GAMBAR 1.12
ANGKA MELEK HURUF MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI PROVINSI NTB TAHUN 2017 (dalam persen)
Persentase Buta Huruf Penduduk Usia 15 tahun ke atas Menurut
KABUPATEN/KOTA Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Kabupaten Lombok Barat 10,78 18,95 15,04
Kabupaten Lombok Tengah 13,08 22,64 18,26
Kabupaten Lombok Timur 10,77 17,23 14,34
Kabupaten Sumbawa 4,16 9,85 6,95
Kabupaten Dompu 6,91 9,93 8,42
Kabupaten Bima 7,17 13,82 10,59
Kabupaten Sumbawa Barat 4,03 6,72 5,37
Kabupaten Lombok Utara 12,01 20,82 16,54
Kota Mataram 3,41 12,97 8,29
Kota Bima 5,67 7,82 6,78
Nusa Tenggara Barat 8,93 16,41 12,86
Sumber: BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2017
GAMBAR 1.14
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA NASIONAL, PROVINSINTB, DAN KOTA
MATARAM TAHUN 2018-2021
200
150
100
50
0
Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Pertumbuhan
Nasional 71.39 71.92 71.94 72.29 0.49
Provinsi NTB 67.3 68.14 68.25 68.65 0.59
Mataram 78.43 79.1 78.91 79.14 0.53
Sumber: BPS Nasional, BPS Provinsi NTB,BPS Kota Mataram.
E. PROGRAM
Program kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Karang Pule
terdiri dari empat jenis kegiatan pokok Puskesmas yaitu :
1. Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM )
a. UKM Esensial
b. UKM Pengembangan
2. Upaya Kesehataan Perorangan dan Penunjang ( UKP-P )
3. Mutu
4. Manajemen Puskesmas
3. Mutu
a. Indeks Kepuasan Masyarakat
b. Indeks Kepuasan Pasien
c. Sasaran Keselamatan Pasien
d. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI )
4. Manajemen Puskesmas
a. Manajemen Umum
b. Manajemen Peralatan dan Sarana Prasarana
c. Manajemen Keuangan
d. Manajemen Sumber Daya Manusia
e. Manajemen Pelayanan Kefarmasian
Dari tabel I.4 diatas dapat diketahui pencapaian 12 indikator kinerja SPM
di Puskesmas Karang Pule tahun 2021, berada dalam kisaran 70% (terendah)
pelayanan kesehatan Balta sampai dengan 171,31% (tertinggi) pelayanan
kesehatan pada usia lanjut; capaian melampaui 100% disebabkan karena ada
diantara sasaran yang mendapatkan pelayanan lebih dari 1 kali. Sedangkan 10
indikator lainnya tidak mencapai target (100%) karena pandemi COVID-19 yang
menyebabkan kunjungan masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) kurang optimal bila dibandingkan dengan
sebelum terjadinya pandemi.
Jumlah penduduk kota Mataram tahun 2021 sebanyak 441.561 jiwa, dengan kepadatan
penduduk sebanyak 7.203 jiwa/km2.
1. Akreditasi Puskesmas
Akreditasi merupakan suatu pengakuan yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
setelah memenuhi standar akreditasi. Akreditasi merupakan salah satu bentuk
upaya peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan termasuk untuk
pelayanan FKTP. Sesuai Permenkes Nomor 46 Tahun 2015, akreditasi FKTP
bertujuan untuk 1) meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, 2)
meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat
dan lingkungannya, serta Puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri
dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai institusi, dan 3)
meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri
dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan kesehatan
perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat.
Dengan akreditasi puskesmas diharapkan dapat membangun sistem tata
kelola yang lebih baik secara bertahap dan berkesinambungan melalui
perbaikan tata kelola:
1) manajemen secara institusi,
2) manajemen program,
3) manajemen risiko, dan
4) manajemen mutu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Pasal 39 menyatakan
bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Puskesmas wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali. Dan sebagai tindak lanjut,
maka diterbitkan dasar hukum yang mengatur teknis pelaksanaan akreditasi
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) melalui Permenkes Nomor 46
Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
Puskesmas Karang Pule sebagai Puskesmas Rawat Jalan sejak
pertama kali pelaksanaan akreditasi Puskesmas tahun 2016, Puskesmas
Karang Pule telah 2 kali terakreditasi terakhir tahun 2019. tingkat kelulusan
akreditasi dengan Status Kelulusan Dasar di tahun 2016, dan terakreditasi
Status Kelulusan Utama di tahun 2019.
C. LABORATORIUM PUSKESMAS
Laboratorium kesehatan Puskesmas merupakan salah satu sarana
penunjang dalam pelaksanaan upaya pelayanan kesahatan. Laboratorium
kesehatan diperlukan untuk memeriksa, menganalisa, menguraikan, dan
mengidentifikasi bahan dalam penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit,
dan kondisi kesehatan tertentu. Data jumlah kunjungan laboratorium terlampir.
GAMBAR 2.1
PERSENTASE POSYANDU AKTIF PER KELURAHAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
77.78
39
17.95
9 7 11 8
0 0.00 0 0.00 4 0 0.00 7 0 0.00
7
11
8
3 4
2 2 2 1 2 2 2 1 1
GAMBAR 3.12
JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI STR AKTIF
DI PUSKESMAS KARANG PULE
PER 31 DESEMBER 2021
11
8
2 2 3
2
1 2 2 2
1
Jumlah tenaga medis yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) aktif
sampai dengan 31 Desember 2021 sebanyak 36 orang. Tenaga Perawat
merupakan tenaga paramedis yang paling banyak memiliki STR, yaitu sejumlah
11 orang. Sementara itu, tenaga keteknisan medik dan rekam medik yang
memiliki STR masing-masing sebanyak 1 orang.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan mengatur kewenangan lembaga Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia (KTKI) untuk mengelola registrasi tenaga kesehatan selain tenaga
dokter/dokter spesialis/dokter gigi/dokter gigi spesialis. Dalam pasal 2 peraturan
tersebut mengatur agar setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan
@®@
GAMBAR 4.1
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN PUKESMAS KARANG PULE
TAHUN 2016-2021
TAHUN
Gaji APBD (Operasional) BOK JKN
ANGGA Per Per
Persen Persen
RAN Anggaran Realisasi sen Anggaran Realisasi Sen Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
tase tase
tase tase
2016 2.118.069.073 2.108.925.475 99,6 93.286.000 69.426.913 74 212113000 140.680.000 66 1.598.280.000 1.072.957.145 67
2021 2.647.319.640 2.647.319.640 99 140.804.208 130.330.475 92,56 547.182.500 207.600.000 37,94 2.548.418.366 1.833.247.582 71
GAMBAR 4.1
CAKUPAN KEPESERTAAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) - PBI KARTU INDONESIA SEHAT (KIS)
DI PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
25011 25155
24916
A. KESEHATAN IBU
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk
menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat
kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode 2017- 2021
dari 2 kasus menjadi 4 kasus di tahun 2021. Gambaran AKI di wilayah kerja
Puskesmas Karang Pule 5 tahun terakhir dari tahun 2017 hingga tahun 2021
dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini.
GAMBAR 5.1
ANGKA KEMATIAN IBU DI PUSKESMAS KARANG PULE
PER KELAHIRAN HIDUP TAHUN 2017 – 2021
Target penurunan AKI Jumlah Kasus Kematian Ibu
Kementerian Kesehatan rata-
4
rata penurunan 5,5% pertahun
4
sebagai target kinerja.
Berdasarkan model tersebut 3
diperkirakan pada tahun 2024 2 2
AKI di Indonesia turun menjadi 2
183/100.000 kelahiran hidup 1
dan di tahun 2030 turun 0 0
menjadi 131 per 100.000 0
kelahiran hidup. Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2017 2018 2019 2020 2021
Sumber : Poli KIA-KB Puskesmas Karang Pule 2021
95 2017
95.14
94 2018
94.16
93 2019
93
92 2020
92.21
91 2021
90
89
Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Sumber: Pusat Kesehatan Masyarakat, Karang Pule, 2021
Selama tahun 2016 sampai tahun 2021 cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K4 cenderung meningkat. Jika dibandingkan dengan target Rencana
Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Mataram tahun 2016 -2021 yang
sebesar 98%, capaian tahun 2016 -2017 telah mencapai target yaitu sebesar
98%., tahun 2018 – 2021 tidak mencapai target. Dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir (2019-2021) karena terjadi Pandemi COVID-19 menyebabkan capaian
cenderung rendah.
Gambaran capaian kunjungan ibu hamil K4 pada tahun 2021 menurut
kelurahan disajikan pada gambar berikut ini.
GAMBAR 5.3
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K4
MENURUT KELURAHAN TAHUN 2021
Selain akses ke fasilitas
1400 pelayanan kesehatan, kendala
1200 yang dihadapi dalam pelaksanaan
1000 pelayanan kesehatan ibu hamil
800 adalah kualitas pelayanan yang
600 harus ditingkatkan, di antaranya
400 pemenuhan semua komponen
200 pelayanan kesehatan ibu hamil
0 harus diberikan saat kunjungan.
Karan Jemp Pagut Pagut Pagut PUSK Dalam hal ketersediaan sarana
g ong an an an ESM
Pule Baru Timu Barat AS
kesehatan,hingga bulan Desember
r 2021, terdapat 3 puskesmas
Target 329 331 220 142 246 1268 pembantu, 3 polindes di 3
Pencapaian 295 349 251 141 158 1194 kelurahan terjauh (Pagutan Timir,
(%) 89.67 105.44 114.09 99.3 64.23 94.16 Pagutan, Karang Pule) dari
Puskesmas.
2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri bagi Wanita Usia Subur dan Ibu
Hamil
101 98
88
55 56
45 48
4136
32 28 32 33
2021 22 21 19 21
10 13 9 6
5 5 4 6 8
Pada gambar di atas diketahui cakupan imunisasi Td pada status Td1 sampai
Td5 pada wanita usia subur tahun 2021 masih sangat rendah yaitu kurang dari
10% jumlah seluruh WUS. Cakupan Td5 sebesar 8,02% dengan cakupan
tertinggi di Jempong Baru sebesar 56% dan terendah di Pagutan Barat
sebesar 46%.
GAMBAR 5.5
CAKUPAN IMUNISASI Td2+ PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
Cakupan Imunisasi Td2 Ibu Hamil Tahun 2021
1500
1268
1000
Karang Pule
Jempong
Pagutan
Baru Pagutan
Timur Pagutan
Barat PUSKESMAS
GAMBAR 5.6
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH (TTD) Fe1 dan Fe3
PADA IBU HAMIL TAHUN 2019 - 2021
93.48
PUSKESMAS 1132
1211
62.13
Pagutan Barat 146
235
92.65
Pagutan Timur 126
136 Target Linakes 90%
119.52
Pagutan 251
210
108.54
Jempong Baru 343
310
84.71
Karang Pule 266
314
GAMBAR 5.8
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI PUSKESMAS
MENURUT KELURAHAN TAHUN 2021
1400 1211
1200 1069
Target KF3 (Kunjungan Nifas 95%)
1000
800
600
400
314 310 316
236 210 251 123 235
75.16 102.53 119.52 136 90.44 135 88.27
200 57.48
0
Karang Pule Jempong Pagutan Pagutan Pagutan PUSKESMAS
Baru Timur Barat
7. Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian
KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontarsepsi,
pemasangan atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi
dalam upaya mencegah kehamilan. Pelayanan kontrasepsi yang diberikan
meliputi kondom, pil, suntik, pemasangan atau pencabutan implan,
pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim, pelayanan
tubektomi, dan pelayanan vasektomi. KB Pascapersalinan (KBPP) adalah
pelayanan KB yang diberikan kepada PUS setelah persalinan sampai kurun
waktu 42 hari, dengan tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri
kesuburan. Beberapa studi menunjukkan pelayanan KB (termasuk KBPP) yang
efektif dapat mengurangi kematian ibu dengan cara mengurangi kehamilan dan
mengurangi kelahiran risiko tinggi.
Salah satu faktor memberikan dampak pada peningkatan Angka
Kematian Ibu adalah risiko 4 Terlalu (Terlalu muda, melahirkan dibawah usia
21 tahun, Terlalu tua melahirkan diatas 35 tahun, Terlalu dekat jarak kelahiran
kurang dari 3 tahun dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2). Persentase
ibu meninggal yang melahirkan berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
adalah 33% dari seluruh kematian ibu, sehingga apabila program KB dapat
dilaksanakan dengan baik lagi, kemungkinan 33% kematian ibu dapat dicegah
melalui pemakaian kontrasepsi.
10000 8996
8000 9090
6000 150475.77
2356116.2
4000 1985 94.43
1678 87.22
2028 1215 86.16
1643 92.37
2000 1777
1393 1907 (%)
0
Pencapaian
Target
Berdasarkan pola dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi seperti yang disajikan
pada Gambar 5.16, sebagian besar peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil
sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat dominan (lebih dari 80%) dibanding
metode lainnya; suntikan (63,7%) dan pil (17,0%). Padahal suntikan dan pil
termasuk dalam metode kontrasepsi jangka pendek sehingga tingkat efektifitas
suntikan dan pil dalam pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis
kontrasepsi lainnya.
MOP 117 Or
Cakupan KB
(2%)
Pil 256 Or AKDR 1289 Or
(3%) (16%)
MOW 2 Or
(0%)
Inplan
759 Or
(9%)
Suntik
5581 Or (69%)
Kondom 86 Or
(1%)
b. Hepatitis B
Penularan Hepatitis dari ibu ke anak atau secara vertikal memiliki
kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Hal tersebut yang mendasari
Kemenkes memprioritaskan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil. Deteksi
dini hepatitis B pada ibu hamil mulai dilakukan di Indonesia pada 2013,
dimulai dari DKI Jakarta dan terus berkembang ke provinsi lain di tahun-
tahun berikutnya. Sejak 2016, pemeriksaan hepatitis dilakukan dengan Rapid
Diagnostic Test (RDT) Hepatitis B surface Antigen (HBsAg).
Program Nasional dalam Pencegahan dan Pengendalian Virus
Hepatitis B saat ini fokus pada pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA)
karena 95% penularan Hepatitis B adalah secara vertikal yaitu dari Ibu yang
Positif Hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya. Sejak tahun 2015 telah
dilakukan Kegiatan Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) pada ibu hamil
dilayanan Kesehatan dasar (Puskesmas) dan Jaringannya. Pemeriksaan
Hepatitis B pada ibu hamil dilakukan melalui pemeriksaan darah dengan
menggunakan tes cepat/Rapid Diagnostic Test (RDT) HBsAg. HBsAg
(Hepatitis B Surface Antigen) merupakan antigen permukaan yang
ditemukan pada virus hepatitis B yang memberikan arti adanya infeksi
hepatitis B. Bayi yang lahir dari ibu yang terdeteksi Hepatitis B (HBsAg
Reaktif) diberi vaksin pasif yaitu HBIg (Hepatitis B Imunoglobulin) sebelum
24 jam kelahiran disamping imunisasi aktif sesuai program Nasional (HB0,
HB1, HB2 dan HB3). HBIg merupakan serum antibodi spesifik Hepatitis B
yang memberikan perlindungan langsung kepada bayi.
Pada tahun 2021 hasil pelaksanaan Deteksi dini Hepatitis B pada
kelompok berisiko/ibu hamil telah menemukan 25 ibu hamil positif Hepatitis B
dari 1322 ibu hamil yang diperiksa.
B. KESEHATAN ANAK
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi sehingga perlu dilakukan upaya kesehatan anak secara
terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Upaya kesehatan anak
dilakukan sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 18 (delapan belas)
tahun.
Salah satu tujuan upaya kesehatan anak adalah menjamin
kelangsungan hidup anak melalui upaya menurunkan angka kematian bayi baru
lahir, bayi dan balita. Tren angka kematian anak dari tahun ke tahun sudah
menunjukkan penurunan.
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Jempong Pagutan Pagutan
Karang Pule Pagutan PUSKESMAS
Baru Timur Barat
Usia 0-7 hari 3 5 1 1 2 12
Usia 8-28 Hari 0 0 0 1 0 1
Usia 29 Hr-11 Bulan 1 2 0 1 0 4
Total 4 7 1 3 2 17
Lahir Mati 5 6 2 1 3 17
Sumber : Poli KIA-KB, Puskesmas Karang Pule, 2021
GAMBAR 5.6
PROPORSI PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL (0-28 HARI)
DI PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2021
BBLR
Ikterus, 17%
kelainan
Kelainan
bawaan bawaan, dll
41%
17%
BBLR,
Asfiksia
25%
Gambar 5.7 Jumlah Bayi BBLR Bayi BBLR tanpa komplikasi dapat
di Puskesmas Karang Pule Tahun 2021 mengejar ketertinggalan berat
badan seiring dengan pertambahan
65 usian. Namun, bayi BBLR memiliki
risiko lebih besar untuk stunting
25 dan mengidap penyakit tidak
8 2 6 6 menular seperti diabetes,
hipertensi, dan penyakit jantung
saat dewasa.
GAMBAR 5.8
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1) TAHUN 2021
1500
1000
500
(%)
0
Pencapaian
Karang Pule
Jempong
Baru Pagutan Target
Pagutan
Timur Pagutan
Barat PUSKESMAS
Karang Pule Jempong Baru Pagutan Pagutan Timur Pagutan Barat PUSKESMAS
Target 307 309 206 133 230 1177
Pencapaian 214 282 211 126 116 949
(%) 69.71 91.26 102.43 94.74 50.43 80.08
Capaian KN1 Puskesmas pada tahun 2021 sebesar 80,08%, lebih kecil dari
target sasaran tahun 2021 yaitu sebesar 96% (Gambar 5.29). Dari lima
kelurahan terdapat satu kelurahan (kelurahan Pagutan) mendapatkan cakupan
lebih dari 100% dikarenakan data sasaran yang ditetapkan lebih rendah
dibandingkan dengan data sasaran riil yang didapatkan.
Sedangkan cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap), yaitu cakupan
pelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali sesuai standar, pada tahun
2021 sebesar 91,65% (belum mencapai target sasaran 96%).
2. Imunisasi
Undang - Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar
sesuai dengan ketentuan. Imunisasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pemerintah wajib memberikan
imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi ini
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 yang
diundangkan tanggal 11 April 2017.
Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, difteri, tetanus,
hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput otak, dan radang
paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai
penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau
kematian. Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti
paling cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi
kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2
hingga 3 juta kematian tiap tahunnya.
Imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi program dan imunisasi
pilihan. Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Sedangkan imunisasi pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit tertentu.
Imunisasi program terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun,
sedangkan imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia bawah dua tahun
(baduta), anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur (WUS).
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan
pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai
dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Pada tahun 2021 imunisasi dasar lengkap di Wilayah kerja puskesmas sebesar
74% (Gambar 5.10). Angka ini belum memenuhi target program tahun 2021
yaitu sebesar 95%.
C. PELAYANAN GIZI
Pada sub bab gizi ini akan dibahas terkait status gizi balita dan upaya
pencegahan serta penanganan masalah gizi yaitu pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia sampai dengan 6 bulan, pemberian kapsul vitamin A pada balita
6-59 bulan, pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri, serta
pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK dan balita kurus.
GAMBAR 5.22
CAKUPAN BAYI MENDAPAT ASI EKSLUSIF
PUSKESMAS KARANG PULE TAHUN 2019 S/D 2021
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
TAHUN 2019 36.5 56.1 36.5 44.4 78.2 35.2 39.7 37.1 52.2 55.2 53.4 47.5 47.7
TAHUN 2020 69.9 64.8 58.6 62.7 58.5 52.6 56 32.8 67 60.4 62.7 71.7 59.8
TAHUN 2021 71.1 98.8 76.5 65 79 71.6 72.2 76.1 70.2 71 72.3 71.2 74.6
b. Penimbangan Balita
Penimbangan balita merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
dalam pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
bertujuan sebagai deteksi dini untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh
kembang pada balita. Dengan rutin menimbang balita, maka pertumbuhan
balita dapat dipantau secara intensif. Jika diketahui berat badan anak tidak naik
atau jika ditemukan anak menderita suatu penyakit, dapat segera dilakukan
upaya pemulihan dan pencegahan, agar tidak menjadi gizi kurang atau gizi
buruk. Semakin cepat ditemukan, kasus gizi kurang atau gizi buruk akan
semakin cepat ditangani. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata
laksana kasus anak gizi kurang atau gizi buruk akan mengurangi risiko
kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat ditekan.
Persentase rata-rata balita umur 6-59 bulan yang ditimbang di Indonesia
pada tahun 2019 adalah 73,86% anak per bulan. Persentase rata-rata balita
umur 6-59 bulan yang ditimbang di Puskesmas Karang Pule pada tahun 2019
adalah 87,% anak per bulan, 35,2% per bulan tahun 2020 dan 56,4% tahun
2021 ini disebabkan karena masa pandemi COVID-19 hingga tahun 2022.
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
TAHUN 2019 76 88. 81 87 87 88 86 93 92 90 91 87 87.
TAHUN 2020 77 79. 29 1.1 9.1 1.9 12 56 45 10 36 66 35.
TAHUN 2021 29 62. 40 55 54 55 34 73 73 72 80 50 56.
100 100
90 90
80 80
70 70
60 60
50 50
40 40
30 30
20 20
10 10
0 0
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2019 2020 2021 2019 2020 2021
FEBRUARI 92.4 88.7 55.2 FEBRUARI 87.5 84.9 71.2
AGUSTUS 89.9 90.6 62 AGUSTUS 92.7 87.7 80.9
GAMBAR 5.35
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH (TTD) PADA REMAJA PUTRI
MENURUT KELURAHAN TAHUN 2021
8%
92%
e. Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil KEK dan Balita Kurus
Masa kehamilan memerlukan perhatian khusus karena merupakan
periode penting pada 1.000 hari kehidupan. Ibu hamil termasuk salah satu
kelompok yang rawan gizi. Asupan gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan janin. Status gizi yang baik pada ibu hamil dapat mencegah
terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting (pendek).
Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada ibu hamil dapat
menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK). Berdasarkan PSG tahun 2016,
53,9% ibu hamil mengalami defisit energi (<70% AKE) dan 13,1% mengalami
defisit ringan (70-90% AKE). Untuk kecukupan protein, 51,9% ibu hamil
mengalami defisit protein (<80% AKP) dan 18,8% mengalami defisit ringan (80-
99% AKP). Salah satu identifikasi ibu hamil KEK adalah memiliki ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki gizi pada ibu hamil
KEK adalah dengan pemberian makanan tambahan. Bentuk makanan
tambahan untuk ibu hamil KEK menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
51 Tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi adalah biskuit yang
mengandung protein, asam linoleat, karbohidrat, dan diperkaya dengan 11
vitamin dan 7 mineral.
Secara nasional, cakupan ibu hamil KEK mendapat PMT tahun 2019
adalah 90,52%. Namun angka tersebut belum memenuhi target Renstra tahun
2019 sebesar 95%.
Sepanjang Tahun 2019 tidak ditemukan penderita gizi buruk klinis
maupun non klinis di Puskesmas Karang Pule. Penanganan dilakukan kepada
Luar
Persalinan Wilayah
1132 (2%) 2.333 (4%)
Dari gambar diatas didapatkan angka kunjungan pasien ke Puskesmas Karang Pule
tahun 2021 sebanyak 30.150 orang ± 92% termasuk kunjungan sakit, sisanya
kunjungan sehat ± 8%; dan 2% persalinan.
Bila dilihat dari status pasien yang membayar maka pasien yang memiliki kartu
kepesertaan BPJS yang paling banyak yaitu 14.749 (50,81%) orang dan yang
membayar tunai ada 4,77% atau 1384 orang, 44,42% tidak membayar (gratis) bagi
penduduk kota Mataram; lihat gambar dibawah ini.
12.893 (44,42%)
Total Bayar
29.026 14.749
(50,81%)
1.384 (4,77%)
Pasien yang dilayani adalah pasien dari dalam wilayah kerja meliputi 5 kelurahan dan
pasien dari luar wilayah kerja puskesmas (pasien dari perbatasan di selatan kota
Mataram dengan lombok barat dan luar kota Mataram lainnya).
Pengendalian penyakit yang akan dibahas pada bab ini yaitu pengendalian
penyakit menular dan tidak menular. Pengendalian penyakit sebagai upaya penurunan
insiden, prevalensi, morbiditas atau mortalitas dari suatu penyakit mempunyai peranan
penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat.
Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung, penyakit yang dapat
dikendalikan dengan imunisasi dan penyakit yang ditularkan melalui binatang.
Sedangkan penyakit tidak menular meliputi upaya pencegahan dan deteksi dini
penyakit tidak menular tertentu.
d. Angka Notifikasi Semua Kasus Tuberkulosis atau Case Notification Rate (CNR)
CNR adalah jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan di
antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan (tren) meningkat atau
menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah.
GAMBAR 6.1
JUMLAH KASUS HIV POSITIF DAN AIDS YANG DILAPORKAN
DI PUSKESMAS KARANG PULE SAMPAI TAHUN 2016-2020
Penemuan Kasus HIV-AIDS Tahun 2016 2020
HIV AIDS
14
3
1 1 1
0 0 0 0
Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: Programer TB Puskesmas Karang Pule 2020
3. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri.
Sampai saat ini program dalam pengendalian pneumonia lebih diprioritaskan pada
pengendalian pneumonia balita. Pneumonia pada balita ditandai dengan batuk dan
atau tanda kesulitan bernapas yaitu adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan
dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK), dengan frekuensi nafas berdasarkan
usia penderita:
• < 2 bulan : ≤ 60/menit,
• 2 - < 12 bulan : ≤ 50/menit,
• 1 - < 5 tahun : ≤ 40/menit.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu
dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Berikut cakupan penemuan
kasus pneumonia pada balita di puskesmas pada tahun 2010-2014, angka cakupan
penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar
antara 20%-30%. Namun sejak tahun 2015 hingga saat ini terjadi peningkatan cakupan
dikarenakan adanya perubahan angka perkiraan kasus dari 3,55% menjadi 10%.
Selain itu terdapat peningkatan kelengkapan pelaporan dari 94,12% pada tahun 2016
menjadi 100% pada tahun 2019.
GAMBAR 6.2
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA TAHUN 2021
GRAFIK PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PER BULAN
PUSKESMAS KARANG PULE
TAHUN 2021
KEMBALI KE MENU
18
16 16
14
13
12
10
8 8
6 6 6
4 4 4 4
2
1
0 0 0 0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
0, 0%
62, 100%
4. Hepatitis
Hepatitis yang merupakan peradangan hati yang dapat berkembang menjadi
fibrosis, sirosis atau kanker hati, disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus,
zat beracun, dan penyakit autoimun. Penyebab paling umum Hepatitis adalah yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis A, B, C, D dan E. Untuk Hepatitis A dan Hepatitis E,
besaran masalah tidak diketahui dengan pasti. Namun mengingat kondisi sanitasi
lingkungan, higiene dan sanitasi pangan, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang
belum optimal, maka masyarakat Indonesia merupakan kelompok berisiko untuk
tertular Hepatitis A dan Hepatitis E. Laporan yang diterima oleh Kementerian
Kesehatan menunjukkan bahwa setiap tahun selalu terjadi KLB Hepatitis A, sedangkan
untuk Hepatitis E jarang dilaporkan di Indonesia.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi hepatitis berdasarkan Riwayat
diagnosis dokter sebesar dengan disparitas antar provinsi sebesar 0,18% (Kep.
4.1 Hepatitis B
Program Nasional dalam Pencegahan dan Pengendalian Virus Hepatitis B saat
ini fokus pada pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA) karena 95% penularan
Hepatitis B adalah secara vertikal yaitu dari Ibu yang Positif Hepatitis B ke bayi yang
dilahirkannya.
Pelaksanaan Deteksi dini Hepatitis B pada kelompok berisiko/ibu hamil telah
dilakukan sejak tahun 2015. Pada tahun 2019 capaian indikator sebesar 90,27% yang
berarti telah mencapai target renstra tahun 2019 yang sebesar 80%. Selama lima
tahun berturut-turut indikator renstra ini dilaksanakan selalu mencapai target.
Kasus Hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule tidak ditemukan.
5. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang sering disertai dengan kematian di Indonesia.
a. Prevalensi Diare
Prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian
jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi
tertentu pada suatu tempoh waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana
kasus itu berasal. Prevalensi sepadan dengan insidensi dan tanpa insidensi penyakit
maka tidak akan ada prevalensi penyakit. Insidensi merupakan jumlah kasus baru
suatu penyakit yang muncul dalam satu periode waktu dibandingkan dengan unit
populasi tertentu dalam periode tertentu. Insidensi memberitahukan tentang kejadian
kasus baru. Prevalensi memberitahukan tentang derajat penyakit yang berlangsung
dalam populasi pada satu titik waktu (Timmereck, 2001). Dalam hal ini prevalensi
setara dengan insidensi dikalikan dengan rata -rata durasi kasus (Lilienfeld dan
Lilienfeld, 2001 dalam Timmereck, 2001).
Menurut Riskesdas 2018, prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga
Kesehatan sebesar 6,8% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala
yang pernah dialami sebesar 8%.
Kelompok umur dengan prevalensi diare (berdasarkan diagnosis tenaga
Kesehatan) tertinggi yaitu pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 11,5% dan pada
bayi sebesar 9%. Kelompok umur 75 tahun ke atas juga merupakan kelompok umur
dengan prevalensi tinggi (7,2%). Prevalensi pada perempuan, daerah perdesaan,
pendidikan rendah, dan nelayan relatif lebih tinggi dibandingkan pada kelompok
lainnya.
Secara nasional Prevalensi diare pada balita (berdasarkan diagnosis tenaga
Kesehatan) sebesar 11% dengan disparitas antar provinsi antara 5,1% (Kepulauan
Riau) dan 14,2% (Sumatera Utara).
Pada tahun 2021 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur
sebesar 26,41% dan pada balita sebesar 40% dari sasaran yang ditetapkan. Penderita
diare terbanyak terjadi di kelurahan Jempong Baru 154 kasus atau 33,85% dari target,
terendah Karang Pule 28 kasus dari target 452 kasus atau 6,19%.
6. Kusta
Mycobacterium leprae merupakan bakteri penyebab penyakit kusta. Penyakit
infeksi kronis ini menyerang kulit, saraf tepi, mukosa saluran pernafasan atas dan
mata. Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi
progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan
mata.
a. Angka Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru
Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta (prevalensi
kusta <1 per 10.000 penduduk). Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2019
sebesar 0,74 kasus/10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,51
kasus per 100.000 penduduk. Tren Angka kejadian dapat dilihat pada Gambar 6.17.
Selama sembilan tahun terakhir terlihat tren penurunan baik pada angka prevalensi
maupun angka penemuan kasus baru kusta.
c. Proporsi kusta Multibasiler (MB) dan proporsi penderita kusta pada anak
Proporsi kusta MB dan proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun) di
antara penderita baru memperlihatkan adanya sumber penularan tersembunyi serta
tingginya tingkat penularan di masyarakat.
Tidak banyak terjadi perubahan proporsi kusta MB selama periode 2012-2019.
Kasus kusta tipe MB masih mendominasi di Indonesia menunjukkan banyaknya
sumber penularan di masyarakat. Provinsi dengan proporsi kusta MB tertinggi pada
tahun 2019 yaitu Gorontalo, Sumatera Utara, dan Lampung.
Begitu juga dengan proporsi kusta anak pada periode yang sama tidak banyak
mengalami perubahan. Provinsi dengan proporsi kusta pada anak tertinggi yaitu Papua
Barat (29,21%), Papua (27,66%), dan Kepulauan Riau (20,83%).
2. Campak
Penyakit campak merupakan penyakit yang sangat menular. Campak menjadi
penyebab penting kematian anak-anak di seluruh dunia. Kelompok anak usia pra
sekolah dan usia SD merupakan kelompok rentan tertular penyakit campak. Penyakit
campak disebabkan oleh virus dari genus Morbillivirus dan termasuk golongan
Paramyxovirus. Campak disebut juga morbili atau measles. Campak ditularkan melalui
udara yang terkontaminasi droplet dari hidung, mulut, atau tenggorokan orang yang
terinfeksi. Gejala awal biasanya muncul 10-12 hari setelah infeksi, termasuk demam
tinggi, pilek, mata merah, dan bintik-bintik putih kecil di bagian dalam mulut. Beberapa
hari kemudian, ruam berkembang, mulai pada wajah dan leher bagian atas dan secara
bertahap menyebar ke bawah. Campak berat mungkin terjadi pada anak-anak yang
menderita kurang gizi, terutama pada mereka yang kekurangan vitamin A, atau yang
sistem kekebalan tubuhnya telah dilemahkan oleh penyakit lain. Komplikasi yang
paling serius termasuk kebutaan, ensefalitis (infeksi yang menyebabkan
pembengkakan otak), diare berat dan dehidrasi, serta infeksi pernafasan berat seperti
pneumonia. Seseorang yang pernah menderita campak akan mendapatkan kekebalan
terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.
3. Difteri
Penyakit difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae yang terutama menginfeksi tenggorokan dan saluran
udara bagian atas, dan menghasilkan racun yang mempengaruhi organ lain. Penyakit
ini menyebar melalui kontak fisik langsung, atau melalui pernafasan di udara yang
mengandung sekresi dari penderita yang batuk atau bersin. Penyakit difteri dapat
menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan, terutama pada anak-anak (1-10
tahun).
Kasus difteri pada tahun 2021 di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule tidak
ditemukan kasus difteri.
4. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Polio merupakan penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh virus.
Penyakit ini menyerang sistem syaraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total
hanya dalam hitungan jam. Virus ini terutama ditularkan dari orang ke orang melalui
fekal-oral. Gejala awal yang terjadi adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,
kekakuan pada leher, dan nyeri pada tungkai. 1 dari 200 infeksi menyebabkan
kelumpuhan permanen (biasanya di bagian tungkai). Diantara mereka yang lumpuh,
5% hingga 10% akan berakhhir pada kematian karena kelumpuhan terjadi pada otot-
otot pernapasan mereka.
Pada pertemuan tahunan bulan Mei 1988, the World Health Assembly (WHA),
suatu forum sidang tertinggi yang diselenggarakan oleh organisasi kesehatan dunia
(World Health Organization/WHO), telah mengeluarkan resolusi untuk membasmi
penyakit polio dari dunia ini. Pada 27 Maret 2014, Indonesia telah berhasil
mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama negaranegara South East Asia Region
(SEARO) lainnya. Namun, masih ada 2 negara, yaitu Afghanistan dan Pakistan yang
masih endemik polio.
GAMBAR 6.5
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE TAHUN 2016-2021
100 96
89
67
59
29
Jumlah kasus DBD pada tahun 2021 sebesar 67 orang. Angka ini menunjukkan
penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019 dan 2020
ketika jumlah kasus DBD sebesar 100 dan 96 kasus. Pada gambar tren IR DBD
tahun 2010-2019 juga diketahui adanya tiga puncak IR DBD, yaitu pada tahun
2017, 2019, dan 2020.
Selain angka kesakitan, besaran masalah DDB juga dapat diketahui dari angka
kematian atau CFR yang diperoleh dari proporsi kematian terhadap seluruh
kasus yang dilaporkan. Secara lokal (wilayah kerja puskesmas), CFR
menunjukkan angka 0% pada tahun 2020 dan tahun 2021. Kelurahan dikatakan
memiliki CFR tinggi jika telah melebihi 1%.
% ABJ
98.80%
95.40% 95%
94.00%
91.40% 93%
89.90%
Karang Pule Jempong Baru Pagutan Pagutan Timur Pagutan Barat PUSKESMAS Standar Kemenkes
ABJ Puskesmas tahun 2021 sebesar 93,6%, meningkat dibandingkan tahun 2020
sebesar 87,5% tetapi belum/tidak mencapai standar ABJ Kemenkes sebesar >95%,
tetapi ada 2 kelurahan (Karang Pule, Pagutan Barat) ABJ nya diatas 95%. Indikator ini
merupakan output yang diharapkan dari kegiatan ‘’Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
(G1R1J)’’. Dengan demikian diperlukan optimalisasi kegiatan tersebut dari seluruh
kelurahan/kecamatan, optimalisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pemenuhan
kebutuhan logistik yang mendukung pengendalian DBD, serta monitoring dan
pembinaan dari dinas Kesehatan kota dan provinsi dalam manajemen sistem
pelaporan.
2. Chikungunya
Gejala utama demam Chikungunya (demam chik) adalah demam mendadak,
nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki, tangan,
tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam chik ini ditularkan oleh nyamuk Aedes
albopictus dan Aedes aegypti yang juga merupakan nyamuk penular penyakit DBD.
Demam chik ini terutama dijumpai di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan
epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu
rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk
penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada
musim penghujan. Pada tahun 2021 tidak ada ditemukan kasus demam Chikungunya
di puskesmas Karang Pule.
3. Malaria
Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan Plasmodium yang terdiri
dari banyak spesies, namun yang pada umumnya menyebabkan malaria adalah
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
ovale. Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang di dalam tubuhnya
mengandung Plasmodium. Penyebaran dan endemisitas Malaria sangat dipengaruhi
oleh keberadaan tempat perindukan nyamuk Anopheles sebagai vektor penular.
Malaria menjadi salah satu penyakit menular selain HIV AIDS dan Tuberkolusis
yang pengendaliannya menjadi bagian dari tujuan Sustainable Development Goals
(SDGs) sebagai komitmen global yang harus dicapai pada akhir tahun 2030. Pada
tingkat nasional program eliminasi malaria ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009 tentang “Eliminasi
Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan untuk mengendalikan faktor
risiko PTM, melalui perilaku CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan
asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola
stres. Cek kesehatan secara berkala yaitu pemeriksaan faktor risiko PTM dapat
dilakukan melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM yang ada di desa/
kelurahan, dan di Puskesmas.
Upaya pengendalian PTM juga dilakukan melalui implementasi Kawasan Tanpa
Rokok di sekolah-sekolah, hal ini sebagai upaya penurunan prevalensi perokok ≤ 18
tahun. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah,
swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan
masyarakat.
GAMBAR 6.8
PERSENTASE JAMAAH HAJI MENURUT STATUS RISTI
Pola Morbiditas Calon Jemaah Haji Tahun 2021
112
120
100
80
45
60
27
40
20 24.46% 27.17% 48.37%
0
>60 Th dengan <60 Th dengan <60 Th dengan
Penyakit Penyakit Penyakit
Secara umum Jamaah haji dengan kategori sehat (tidak risti) 112 jamaah (48,37%)
(lebih banyak) dibandingkan dengan jamaah risti.
A. AIR MINUM
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang dikonsumsi
masyarakat perlu ditetapkan persyaratan kualitas air minum sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan.
Air minum yang aman (layak) bagi kesehatan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 adalah air minum yang memenuhi
persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif. Secara fisik, air
412 412
306
111
76 76 90 90 80 80 83 83 83 83 69
55 62 59 61
21 28 21 22 19
Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Sumber Air Minum Layak
Tahun 2021
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Karang Jempong Pagutan Pagutan Pagutan PUSKES
Pule Baru Timur Barat MAS
Jml RT 76 90 80 83 88 417
Jml RT yg Mengakses SAM Layak 64 79 68 72 78 361
% (persen) 84.21 87.78 85.00 86.75 88.64 86.57
Secara nasional persentase rumah tangga dengan akses air minum layak
sebesar 73,65% (Gambar 7.2). Kelurahan dengan persentase tertinggi rumah tangga
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 5
1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1
Karang Pule Jempong Pagutan Pagutan Pagutan PUSKESMAS
Baru Timur Barat
1. Sarana pendidikan dasar yang dimaksud adalah Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama (SMP/MTs) dan yang sederajat milik pemerintah dan swasta
yang terintegrasi.
2. Pasar rakyat yang dimaksud adalah pasar yang berlokasi permanen, ada pengelola,
adanya proses tawar menawar di pasar, sebagian besar barang yang diperjual
belikan yaitu kebutuhan dasar sehari-hari dengan fasilitas infrastruktur sederhana,
dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah.
128
114
54 47
18 18 18 18 22 19 16 12 14
0 7 0 4 3
Secara nasional persentase TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun
2019 adalah 62,13%. Angka ini telah mencapai target Renstra tahun 2019 yaitu 58%.
Lingkup wilayah kerja Puskesmas dengan persentase tertinggi adalah Pagutan
(100%), Karang Pule (100%), dan Pagutan Timur (86,36%). Kelurahan dengan
capaian terendah diantaranya Jempong Baru (82,46%), dan Pagutan Barat (75,00%).
Data TTU yang dilaporkan meliputi: pasar, institusi kesehatan, institusi pendidikan.
54
37 35 43
23 21 15
8 8 0 9 9 11
2 0 2
TOTAL LIMBAH
536 Kg
LIMBAH
COVID-19 221
Kg (21%)
LIMBAH VAKSIN
91 Kg (8%)
Tata laksana pengelolaan limbah medis sesuai standar tertuang dalam pedoman
pelaksanaan penyehatan lingkungan Puskesmas; yakni Permenkes 43 tahun 2019
dalam lampiran G. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan menjelaskan
Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusus untuk pengelolaan kesehatan
lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3 seperti limbah padat dan cair
yang bersifat infeksius dan non infeksius serta pemantauan limbah gas/udara emisi
incenerator dan genset.
Sistem pembuangan limbah infeksius
Harus dipasang dan direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas
pewadahan, tempat penampungan sementara (TPS) dan pengolahannnya.
Tabel I.1 Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, dan Jumlah Rumah Berdasarkan
Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule tahun 2021
I. JABATAN STRUKTURAL
BEZET
KEBUTU
KELAS HARGA TING
NO NAMA JABATAN STRUKTURAL UNIT ORGANISASI HAN KET.
JABATAN JABATAN PEGA
PEGAWAI
WAI
1 2 3 4 5 6 7 8
BEZE
KEBUTUH
KELAS HARGA TTING
NO NAMA JABATAN FUNGSIONAL UNIT ORGANISASI AN KET.
JABATAN JABATAN PEGA
PEGAWAI
WAI
1 2 3 4 5 6 7 8
JUMLAH 51 38 -13
JUMLAH 21 9 -12
Keterangan: