Anda di halaman 1dari 8

BERAKHIRNYA POLITIK APARTHEID DI

AFRIKA SELATAN

Disusun oleh :
MUHAMMAD ROBIANA PAHLEVI
XII IPS 5
A. Pengertian Politik Apartheid
Politik Apartheid adalah sebuah sistem pemisahan antara ras orang berkulit
putih (Eropa) dan ras orang berkulit hitam (Afrika) yang terjadi di wilayah
Afrika Selatan. Politik Apartheid sendiri terjadi sejak tahun 1948 dimana
orang-orang Inggris yang menjajah wilayah Afrika Selatan melihat bahwa
perbedaan penampilan antara mereka sangatlah mencolok. Orang-orang
Inggris menganggap bahwa orang-orang Afrika atau berkulit hitam
merupakan seorang budak yang berkasta sangat rendah dan dapat diperintah
kapanpun yang mereka mau. Orang kulit putih selalu beranggapan bahwa
kasta mereka lebih tinggi dibandingkan orang kulit hitam karena penampilan
dan kondisi mereka yang lebih baik dari orang kulit hitam.

B. Geografis & Demografis Afrika Selatan


Afrika selatan adalah salah satu negara dengan tingkat kesejahteraan paling
tinggi di benua Afrika. Afrika Selatan merupakan negara republik dengan
jumlah populasi sekitar 53 juta penduduk. Negara ini mempunyai demografi
penduduk yang cenderung heterogen karena terdiri dari berbagai macam ras.
Afrika Selatan bersebelahan dengan Samudra Atlantik di pantai barat dan
Samudra Selatan & Samudra Hindia di pantai timur.

C. Alasan Kedatangan Bangsa Lain


Bangsa Eropa pertama kali yang mencapai Afrika Selatan adalah Portugis,
melalui Bartolomeuz Diaz, yang berlayar mengelilingi tanjung harapan
tahun 1488
 Pada 1652, bertanda tiba di afrika selatan dengan tujuan untuk
menjajah sumber daya alam afrika selatan.
 Pada 1795, inggris merebut kembali afrika selatan dengan alasan yang
sama yaitu karena sumber daya alam seperti emas, kapas, kakao,
minyak sawit yang melimpah.
 Negara-negara Eropa berusaha menjajah Afrika untuk menanggapi
tuntutan yang melekat dari sistem ekonomi kapitalis.

D. Latar Belakang
Sejak pertengahan abad ke-17, bangsa Boer (Belanda) mulai menjajah
Afrika Selatan guna menguasai sumber daya alamnya. Mereka juga
menerapkan praktik perbudakan, yang salah satu aturannya para budak harus
mendapatkan izin dari tuannya apabila hendak bepergian jauh. Pada akhir
abad ke-18, peraturan tersebut tidak hanya berlaku bagi budak, tetapi juga
seluruh Khoikhoi (salah satu suku asli Afrika Selatan). Peraturan ini terus
berlaku, ketika bangsa Boer dikalahkan oleh Inggris pada awal abad ke-19.
Bahkan menurut peraturan no. 49 tahun 1828, orang-orang kulit hitam harus
diberi izin terlebih dahulu apabila ingin mencari pekerjaan. Ketika Inggris
menerapkan undang-undang penghapusan perbudakan pada 1833, status
budak diubah menjadi pekerja kontrak. Kendati demikian, aturan yang
berlaku tetap melegalkan rasialisme terhadap orang non-kulit putih.
Sepanjang akhir abad ke-19, hak-hak orang non-kulit putih semakin dilucuti,
seperti pembatasan dalam jumlah kepemilikan tanah dan hak untuk ikut
dalam pemilu. Pada dekade pertama abad ke-20, orang kulit hitam tidak
diizinkan mengikuti pemilu. Selain itu, mereka dan orang-orang keturunan
India dilarang untuk memasuki kawasan tertentu. Pada 1910, Uni Afrika
Selatan didirikan, yaitu negara khusus dengan ketatanegaraan Inggris. Sejak
saat itu, diskriminasi rasial terus menjadi. Berikut ini beberapa contoh
kasusnya. Undang-undang afrika selatan (1910), memberikan hak pilih dan
kontrol politik kepada orang kulit putih atas semua kelompok ras lain, serta
menghapus hak orang kulit hitam untuk duduk di parlemen. Undang-undang
tanah (1913), memangkas hak orang kulit hitam dalam kepemilikan tanah.
Undang-undang penduduk asli di wilayah perkotaan (1918) dirancang untuk
memaksa orang kulit hitam untuk hidup di wilayah tertentu. Undang-undang
wilayah perkotaan (1923) pemisahan tempat tinggal dan menyediakan tenaga
kerja murah untuk industri yang dipimpin oleh orang kulit putih. Undang-
undang administrasi (1927) menjadikan kerajaan Inggris sebagai kepala
tertinggi atas semua urusan Afrika ruu kepemilikan tanah asiatik (1946),
melarang penjualan tanah kepada orang India dan keturunan India Afrika
selatan.

E. Undang-undang Kekuasaan Apartheid


Pada tahun 1948, politik apartheid diterapkan secara resmi oleh Perdana
Menteri Afrika Selatan, Daniel Francois Malan.
3 undang-undang yang memperkuat kekuasaan Apartheid, yaitu:
a. Land act, yaitu undang-undang yang melarang orang kulit hitam
memiliki "homeland" di luar wilayah tempat tinggal yang telah
ditentukan.
b. Group Areas Act, yaitu undang- undang yang mengatur pemisahan
tempat tinggal orang-orang kulit putih dan kulit hitam.
c. Population Registration Act, yaitu undang-undang yang mewajibkan
semua orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri menurut kelompok
suku masing-masing.
F. Kronologis Revolusi
 Orang kulit hitam tidak tinggal diam, mereka memberi perlawanan
dengan membentuk organisasi African National Congress (ANC).
ANC adalah partai politik yang dibentuk untuk mengalahkan dominasi
politik kulit putih pada tahun 1952 dibawah pimpinan Nelson
Mandela.
 Perlawanan dalam negeri terhadap Apartheid di Afrika dimulai dari
sektor-sektor independen yang ada di masyarakat Afrika Selatan.
Gerakan ini bermula dari gerakan sosial contohnya Pan Africanlist
Congress yang bertujuan memerdekakan & mempersatukan Afrika.
 8 april 1960, ANC dan PAC dilarang pemerintah, dan pemimpinnya
dipenjarakan termasuk Nelson Mandela.
 Pada 1983, 600 organisasi Afrika Selatan bersama-sama membentuk
front demokratif bersatu. Mereka mendukung piagam kebebasan serta
menuntut dihapuskannya istilah "Homlande". 500 tentara disebar
untuk melarang menangkap dan menahan orang Afrika Selatan. Akhir
1980-an Afrika Selatan mengalami depresi ekonomi karena negara-
negara asing mulai menarik transaksi bisnis.
 1989, Frederick Willem de Klerk membebaskan banyak tahanan
politik kulit hitam dan menyatakan bahwa apartheid telah gagal dan
semua larangan pendirian partai politik segera dicabut. Dihadapan
sidang parlemen Afrika Selatan Apartheid resmi berakhir pada tahun
1994.

G. Langkah Nelson Mandela dalam Menentang Apartheid di Afrika Selatan


 Membangun Kongres Nasional Afrika (ANC)
Salah satu upaya yang ditempuh Nelson Mandela untuk
menghapuskan Apartheid di Afrika Selatan adalah dengan bergabung
bersama Kongres Nasional Afrika atau African National Congress
(ANC). ANC adalah partai politik yang didirikan pada 1912 untuk
melindungi hak-hak kaum kulit hitam. Nelson Mandela, yang aktif
dalam gerakan anti-Apartheid bergabung dengan Partai ANC pada
1942. Tujuh tahun berselang, bersama ANC, Nelson Mandela ikut
mendorong gerakan akar rumput untuk menggelar boikot dan
pembangkangan terhadap pemerintahan Apartheid. Perjuangan Nelson
Mandela berlanjut pada 1961, dengan ikut mendirikan Umkhonto we
Sizwe, yaitu sebuah cabang bersenjata ANC yang bertugas
menyabotase dan menggunakan taktik perang gerilya untik
mengakhiri Apartheid. Ia bertugas mengatur gerakan mogok nasional
yang berdampak pada penangkapannya pada 1963 dan dituntut
penjara seumur hidup. Nelson Mandela mendekam di penjara Robben
Island hingga dibebaskan oleh Perdana Menteri Afrika Selatan,
Frederick Willem de Klerk, pada 11 Februari 1990. PM Frederick
Willem de Klerk juga secara resmi menghapus undang-undang terkait
dengan praktik Apartheid. Atas jasa-jasanya dalam menghapus politik
Apartheid, PM Frederick Willem de Klerk dan Nelson Mandela
dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian pada 1993.
 Melalui Olahraga
Pada 27 April 1994, Afrika Selatan mengadakan pemilu demokratis
pertama, yang mengantarkan Nelson Mandela menjadi presiden kulit
hitam pertama Afrika Selatan. Selama menjadi presiden, Nelson
Mandela bekerja keras untuk mewujudkan transisi dari aturan
minoritas dan Apartheid menjadi aturan mayoritas kulit hitam. Usaha
itu dibuktikan dengan disahkannya undang-undang konstitusi baru
untuk negara, mendirikan pemerintahan pusat yang kuat, dan
menjamin hak-hak minoritas serta kebebasan berekspresi. Ketika
menjabat sebagai presiden, Nelson Mandela masih diwarisi masalah
antara kelompok kulit hitam dan kulit putih. Ia menilai pemerintahan
tidak akan berjalan dengan baik apabila masalah tersebut belum bisa
diselesaikan. Nelson Mandela kemudian memanfaatkan olahraga rugbi
sebagai alat untuk mempersatukan golongan kulit hitam dan putih di
Afrika Selatan. Olahraga rugbi dipilih karena sangat populer di Afrika
Selatan. Selain itu, Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia
Rugbi pada 1995. Namun, ide Nelson Mandela menggunakan rugbi
sebagai alat pemersatu ditentang banyak pihak, karena olahraga ini
begitu lekat dengan pemain hanya kulit putih. Nelson Mandela
kemudian meminta bantuan kapten timnas rugbi Afrika Selatan,
Francois Pienaar, untuk membantu menyosialisasikan kesetaraan
melalui rugbi. Bersama Pienaar, Nelson Mandela menyusun suatu
rangkaian tur untuk mengenalkan olahraga rugbi sebagai wadah
persatuan warga Afrika Selatan. Perlahan, masyarakat Afrika Selatan
mulai menyukai rugbi. Selain itu, kampanye tersebut juga menguatkan
timnas rugbi Afrika Selatan, yang akhirnya memenangkan Piala Dunia
Rugbi 1995, yang diselenggarakan di negaranya. Dari sinilah,
olahraga rugbi menjadi simbol pemersatu masyarakat Afrika Selatan
yang terbelah akibat Apartheid.

H. Kehidupan Pasca Tumbangnya Politik Apartheid di Afrika Selatan


 Berakhirnya Apartheid
Pemberlakuan politik Apartheid yang terjadi di Afrika Selatan sejak
1948 menimbulkan gejolak dari dalam negeri. Terlebih lagi, politik
Apartheid di Afrika Selatan dilaksanakan secara ketat setelah terjadi
kerusuhan yang dilakukan orang-orang kulit hitam. Golongan kulit
hitam menuntut penghapusan politik Apartheid yang praktiknya
menimbulkan diskriminasi di bidang pendidikan, sosial, dan budaya.
Perlawanan rakyat Afrika Selatan terhadap pelaksanaan politik
Apartheid terus menggema. Bahkan diskriminasi terhadap kulit
berwarna ini juga dikecam oleh dunia internasional. Salah satu
gerakan yang lantang menyuarakan penghapusan politik Apartheid
adalah African National Congress (ANC) yang dipimpin oleh Nelson
Mandela. Meski dalam perjuangannya, pemimpin ANC, Nelson
Mandela, ditangkap dan dipenjara oleh aparat keamanan Afrika
Selatan selama 27 tahun. Selain Nelson Mandela, gerakan menentang
Apartheid juga disuarakan oleh beberapa tokoh di Afrika Selatan,
mereka adalah:

 Desmond Tutu
 Frederick W de Klerk
 Chris Hani
Setelah melalui perjuangan panjang, Presiden Frederik Willem de
Klerk, yang memimpin Afrika Selatan periode 1989-1994, akhirnya
mengumumkan penghapusan semua ketentuan dan eksistensi sistem
politik Apartheid pada 21 Februari 1991.
 Dampak dihapusnya Apartheid
Keberhasilan para pejuang yang menuntut penyelesaian kasus
Apartheid di Afrika Selatan, memiliki dampak yang besar.  Berikut ini
dampak dihapusnya Apartheid bagi Afrika Selatan dan dunia.
Munculnya kesetaraan terhadap kaum kulit hitam di seluruh dunia
Berkembangnya paham anti rasialisme di seluruh dunia Masyarakat
kulit hitam dan kulit putih di Afrika Selatan bisa hidup berdampingan.

Anda mungkin juga menyukai