Anda di halaman 1dari 4

Politik Apartheid di Afrika Selatan.

Apartheid merupakan kebijakan politik yang membedakan penduduk berdasarkan


warna kulit dan ras. Kebijakan ini dimulai oleh orang-orang kulit putih di Afrika
Selatan pada awal abad ke-20. Afrika Selatan (Afsel) merupakan benteng terakhir
imperialis pemerintahan minoritas kulit putih di Afrika.

Pemberlakuan politik apartheid di Afsel membatasi keikutsertaan warga kulit


hitam dalam politik negara tersebut. Meskipun usaha oposisi terus dilakukan, tetapi
pemerintah meresponnya dengan semakin membatasi hak politik masyarakat kulit
hitam.

Jika berbicara mengenai Apartheid di Afrika Selatan, maka akan sulit dilepaskan
dari nama Nelson Mandela. Tokoh kulit hitam Afrika Selatan ini dikenal sangat
aktif dan berjasa dalam melawan sistem politik apartheid. Melalui African
National Congress (ANC), ia menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika
Selatan.

Sejarah Politik Apartheid


Afrika Selatan merupakan negara yang kaya akan berlian dan emas. Kekayaan ini
menyebabkan Afrika Selatan tidak luput dari imperialisme negara-negara Barat.
Pada tahun 1870, Inggris mulai mengeksploitasi kekayaan di wilayah tersebut.
Imperialisme Inggris baru berakhir pada tahun 1910.

Antara 1910-1948, orang-orang kulit putih di Afrika Selatan memulai kebijakan


pemisahan ras dan warna kulit. Masa yang dikenal sebagai segreration era ini
merupakan cikal bakal dari politik apartheid.
Pada masa ini golongan kulit putih mulai melakukan konsolidasi kontrol atas
negara, memperkuat cengkeramannya terhadap populasi kulit hitam, dan
menghilangkan campur tangan pemerintah Inggris di Afrika Selatan.

Tercatat dua partai politik kulit putih pernah menjadi penguasa pada masa ini.
Partai pertama adalah Partai Nasional yang berkuasa pada 1924-1939, dan 4 Mei
1948-9 Mei 1994. Partai kedua adalah Partai Kesatuan, berkuasa pada 1934 sampai
1948. Antara tahun 1934-1939, kedua partai berkuasa bersama-bersama lewat
sistem partai gabungan.

Kebijakan pemisahan berdampak pada kondisi politik, ekonomi, dan sosial


masyarakat kulit hitam dan ras campuran. Diskriminasi yang dilakukan pemerintah
menyebabkan kesenjangan dan kecemburuan sosial tidak dapat dihindarkan lagi.

Sementara itu, salah satu gerakan oposisi yang paling awal dan aktif menentang
hukum represif pemerintah adalah African National Congress (ANC). ANC
dibentuk pada 8 Januari 1912 oleh John Langalibalele Dube. Partai ini mempunyai
tujuan utama mengakhiri apartheid dan memberikan hak pilih kepada kulit hitam
dan ras campuran Afrika.
Istilah apartheid sendiri mulai muncul di Afrika Selatan pada 1930-an. Namun,
baru pada tahun 1948, era apartheid dimulai secara resmi di Afrika Selatan. Pada
waktu itu pemerintah mengeluarkan kebijakan pemisahan ras yang lebih ketat dan
sistematis.

Politik apartheid memisahkan penduduk Afrika Selatan ke dalam golongan kulit


putih, kulit hitam, dan kulit berwarna, yakni orang-rang dari ras campuran. Namun,
pada perkembangannya, orang Asia ditambahkan sebagai kelompok keempat.

Di sisi lain, pemerintah Afsel yang didominasi minoritas kulit putih menetapkan
sejumlah hukum ketat untuk menekan kaum kulit hitam. Pada tahun 1960, seluruh
partai politik kaum kulit  hitam dinyatakan ilegal, setelah pecahnya kerusuhan anti-
apartheid di Sharpeville pada 21 Maret 1960. Tidak hanya itu, banyak tokoh
pergerakan kulit hitam yang ditahan oleh pemerintah.

Peristiwa Sharpeville 21 Maret 1960


Sharpeville massacre diawali oleh unjuk rasa anti-apartheid sekitar 5.000-7.000
pendemo kulit hitam. Akan tetapi ketika mereka mendekati kantor polisi, polisi
Afrika Selatan melepaskan tembakan kepada kerumunan. Tercatat 69 orang
meninggal dunia akibat peristiwa itu.
Pertengahan 1970-an, pemerintah mulai melonggarkan kontrol dan mulai
membiarkan berdirinya beberapa serikat.  Pada pertengahan 1980-an, pemerintah
mengizinkan perwakilan kaum kulit berwarna duduk di parlemen. Sekalipun
demikian, kebijakan ini tidak berlaku bagi kaum kulit hitam.
ANC dan partai politik kulit hitam lainnya tetap menginginkan demokrasi  yang
sesungguhnya di mana setiap orang boleh ikut memilih tanpa melihat warna kulit
dan ras.

Usaha-Usaha Reformasi
Presiden Afrika Selatan, P. W. Botha (1978-1989) adalah pemimpin kulit putih
pertama yang menginginkan reformasi di Afrika Selatan. Meskipun ia telah
membawa sejumlah perubahan untuk membuat hidup lebih adil bagi kaum kulit
hitam, perubahan besar belum tampak dan dirasakan.

Pada tahun 1989, Botha mengundurkan diri karena alasan kesehatan yang
memburuk. F. W. de Klerk (1989-1994) menjadi presiden pengganti Botha.

Selama menjabat, de Klerk banyak mengimplemetasikan usaha-usaha untuk


mengakhiri diskriminasi terhadap warga kulit hitam. Pada tahun 1990, de Klerk
mengakhiri pelarangan partai politik kaum kulit hitam, termasuk ANC.

Ia juga melepaskan banyak tahanan tokoh kulit hitam dari penjara. Salah satu
tahanan yang dilepaskan adalah Nelson Mandela, yang telah dipenjara sejak tahun
1964. De Klerk sendiri aktif mengadakan pertemuan dengan Mandela, saat di
penjara atau pun setelah dibebaskan.

Akhir Politik Apartheid


Neson Rolihlahla Mandela (1918-2013) setelah bebas dari penjara kembali aktif
memimpin partai ANC. Ia berkampanye untuk kemerdekaan hak-hak sipil
penduduk kulit hitam. Usahanya bersama dengan de Klerk, membuat kaum kulit
hitam dan putih dapat mengupayakan perubahan bersama.

F. W de Klerk dan Nelson Mandela


Pada tahun 1992, de Klerk mengadakan referendum yang dikhususkan untuk kaum
kulit putih. Dalam referendum tersebut, ia menanyakan kepada mereka apakah
ingin mempertahankan politik apartheid atau mengakhirinya. Dua pertiga pemilih
setuju untuk mengakhiri sistem politik itu.

Setelah negosiasi bersejarah tersebut, pada tahun 1994 diadakan pemilihan umum
bebas pertama, di mana warga kulit hitam dapat ikut serta.
Pemilihan tersebut dimenangkan oleh ANC, dan Nelon Mandela terpilih menjadi
presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Serah terima jabatan dari de Klerk
dilakukakan pada bulan Mei 1994.

Kemenangan ANC dan terpilihnya Nelson Mandela sebagai presiden menjadi akhir
dari perjalanan politik apartheid di Afrika Selatan. Sebuah era baru pun dimulai di
Afrika Selatan, era yang dikenal dengan nama post-apartheid.

Anda mungkin juga menyukai