Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia kepada kita semua, dan telah memberikan kekuatan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘’ Politik Apartheid’’.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik
dalam isi dan sistematikanya. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap semoga isi makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
tentunya pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................Error! Bookmark not defined.
A. Asal Mula Konflik..............................................................................................2
B. Alasan Penerapan Politik Apartheid menyengsarakan rakyat kulit hita di
Afrika Selatan...................................................................................................3
C. Tokoh yang Berjuang untuk menghapuskan Apartheid (Nelson Mandela).......6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
A. Kesimpulan.......................................................................................................8
B. Saran.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apartheid muncul pertama kali di Afrika Selatan dimulai pada masa


pendudukan kolonial Eropa di kawasan Afrika Selatan. Pada tahun 1652, Bangsa Boer
yang merupakan koloni Belanda datang ke Afrika Selatan di bawah pimpinan Jan
Anthony Van Riebeeck. Kedatangan koloni Inggris ini menyebabkan konflik hingga
terpecahlah Perang Boer antara Inggris dan Belanda. Akhirnya, Inggris berhasil
mengalahkan Belanda dan Afrika Selatan menjadi daerah kekuasaan dari Inggris.
Puncak imperialisme dari Inggris itu pada tanggal 30 Mei 1910, Inggris membentuk
negara dominion di Afrika Selatan yang disebut Uni Afrika Selatan. Pada masa 1910-
1948, ras kulit putih di Afrika Selatan mulai membuat kebijakan pemisahan ras dan
warna kulit. Masa ini dikenal sebagai segregation era yang merupakan cikal bakal dari
Apartheid.
Di era ini, ras kulit putih banyak menunjukkan kemampuan lebih dalam
memajukan Afrika Selatan sehingga membuat politik pemerintahan Afrika Selatan
dipegang dan diatur oleh ras kulit putih walaupun mereka kaum minoritas. Ras kulit
putih pun merasa bahwa ras lainnya termasuk ras kulit hitam beradadi bawah mereka
dan malah lebih cocok sebagai buruh atau pekerja mereka. Pemikiran ini pula yang
membuat rasialisme di Afrika Selatan semakin kental.
Hingga pada tahun 1948, Partai Nasional yang memperoleh jabatan pada tahun
itu mulai menerapkan segregasi rasial. Bahkan, Perdana Menteri Daniel Francois Malan
melegalkan Apartheid dalam Undang-Undangnya. Hal ini mngakibatkan adanya
batasan-batasan hak bagi kaum ras kulit hitam yang didiskriminasi oleh ras kulit putih.

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik Apartheid.


2. Untuk mengetahui proses terjadinya konflik Apartheid.
3. Untuk mengetahui biografi Nelson Mandela
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Mula Konflik

Setelah Perdana Menteri Daniel melegalkan politik Apartheid dalam Undang-


Undang, Suku Bantu adalah pihak yang banyak mendapat perlakuan buruk dari
minoritas kulit putih. Hal ini membuat ras kulit hitam sangat dibatasi hak dan
pergerakannya oleh ras kulit putih. Segregasi rasial terjadi di banyak bidang, seperti
bidang pendidikan, tempat wisata dan rekreasi, perawatan medis, dan bidang pelayanan
lainnya. Undang-Undang Apartheid yang memicu makin maraknya segregasi rasial
terhadap ras kulit hitam, antara lain Land Act, Group Areas Act, dan Population
Registration Act.
Segregasi rasial ini tidak membuat para ras kulit hitam diam begitu saja.
Mereka melakukan beberapa perlawan demi melawan politik Apartheid yang biasa
disebut dengan Anti-Apartheid. Salah satu bentuk perlawanannya adalah dengan
pembentukan African National Congress(ANC) yang dipimpin oleh Nelson Mandela
pada tahun 1952. Organisasi ini memiliki tujuan untuk mengalahkan dominasi politik
ras kulit putih. Sayangnya, pada tahun 1962, Nelson Mandela ditangkap dan dipenajra
di Pretoria selama 28 tahun.
Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Pieter Willem Botha, pihak
internasional mulai mengecam atau mengkritik politik Apartheid di Afrika Selatan.
Namun, tidak sampai membuat penghapusan politik Apartheid terhapus penuh.
Sehingga keadaan menjadi makin kacau setelahnya. Hingga pada tahun 1989, Perdana
Menteri Ferdinand Willem De Klerk dipilih sebagai kepala pemerintahan di Afrika
Selatan. Pada masanya inilah mulai ditemukan titik terang dari Anti-Apartheid. Pada
tahun 1990, Nelson Mandela dibebaskan dari penjara. Lalu, pada tahun 1991, tiga
hukum mengenai politik Apartheid dalam Undang-Undang dihapuskan. Pada tahun
1994, dilakukan pemilu antirasial pertama di Afrika. Pemilu ini menghasilkan Nelson
Mandela sebagai pihak yang menang atau dipilih oleh mayoritas masyarakat Afrika
Selatan. Akhirnya, Nelson Mandela diangkat menjadi Presiden Afrika Selatan dan
merupakan Presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan
B. Alasan Penerapan Politik Apartheid menyengsarakan rakyat kulit hita di Afrika
Selatan

Pemilu pada tahun 1948 menandai awal diskriminasi rasial atau politik Apertheid
secara legal diicanangkan. Beberapa pasal dalam Undang-Undang yang dikeluarkan
pada tahun 1950 yang berhubungan dengan politik Apertheid, antara lain.
1. Group Areas Act, yaitu undang-undang yang mengatur pemisahan tempat tinggal,
perumahan, daerah bisnis diperkotaan yang sesuai ras.
2. Land Acts, yaitu undang-undang yang melarang suatu ras(lebih menekankan pada
ras kulit hitam) untuk tinggal atau memiliki tanah di laur wilayah rasnya yan gtelah
ditentukan.
3. Population Registration Act, yaitu undang-undang yang mengatur bahwa
identifikasi dan registrasi penduduk itu harus mencatumkan dan berdasarkan ras
dan sukunya masing-masing.

Undang-undang ini kemudian membawa pada munculnya batasan atau diskriminasi


pada ras kulit hita oleh ras kulit putih. Salah satunya yaitu 80 persen wilayah Afrika
menjadi wilayah dari ras kulit putih. Sedangkan, sisanya yang merupakan daerah
termiskin merupakan wilayah dari ras kulit hitam yang biasa disebut dengan homelands.
Pada tahun 1970, dikeluarkan undang-undang yang membuat mayoritas kulit hitam
harus membawa paspornya atau biasa disebut ‘buku referensi’ setiap kali mereka ingin
meninggalkan wilayahnya. Hukum ini biasa disebut dengan hukum lalim.
Semakin marak diskriminasi yang terjadi, bukan berarti para ras kulit hitam diam
begitu saja. Mereka tentu saja berusaha memberontak dan melakukan perlawanan demi
memprotes dan berusaha mengalahkan dan menghapuskan Apartheid ini. Mereka ini
biasa disebut sebgai Anti-Apartheid. Salah satu bentuk perlawanannya adalah
dibentuknya African National Congress(ANC) pada tahun 1952 yang diprakarsai oleh
Nelson Mandela. Organisasi ini bertujuan untuk mengalahkan dominasi kulit putih.
Selain itu, dibentuk pula PAN African Congress(PAC) yang mana merupakan bagian
dari ANC tapi kemudian memisahkan diri. ANC lebih bertujuna kepada menolak segala
bentuk kerja sama kulit hitam dengan kulit putih. Tokoh dalam PAC adalah Walter
Sisulu. Namun, sayangnya kedua pihak ditangkap dan dipenjara seumur hidup pada
tahun 1962. Walter Sisulu dipenjara di Pulau Robben. Sedangkan, Nelson Mandela
dipenjara di Pretoria.

Selain itu, masyarakat juga melakukan perlawanan secara fisik. Demonstrasi


pertama dan yang paling kejam terjadi di Sharpeville. Demonstrasi ini terjadi pada
tanggal 21 Maret 1960. Demonstrasi ini dilakukan oleh sekelompok demosntrasn kulit
hitam tidak bersenjata yang mana terdiri dari mayoritas perempuan dan anak-anak.
Perlawanan yang awalnya dimaksudkan sebagai demosntrasi damai kemudian berubah
menjadi pembantaian sadis dan mematikan ketika polisi mulai menembakkan peluru ke
kerumunan demosntran. Sebagai akibatnya, sekitar 69 orang terbunuh dan ratusan luka-
luka. Pemantaian nikemudain menandai dan memulai munculnya demonstrasi-
demosntrasi susulan dari kaum Anti-Apartheid terhadap ras kulit putih.
Pembantaian di Sharpeville juga menarik perhatian dunia internasional. Hal ini
membuat Apartheid menerima kecaman dari dunia internasional yang pada saat itu
Afrika Selatan berada di bawah pimpinan Perdana Menteri Pieter William Botha. Pada
tahun 1961, Afrika Selatan dipaksa menarik diri dari Persemakmuran dikarenakan
banyak anggota dari Persemakmuran yang tidak setuju dengan rasialisme yang terjadi
di Afrika Selatan yakni mengenai Apartheid. Masyarakat internasional mulai
mengurangi dukungannya kepada rezim Apartheid. Bahkan, selama beberapa tahun,
Amerika Serikat memblokir Afrika Selatan di setiap resolusi di Dewan Keamanan PBB.

Menanggapi tekanan-tekanan tersebut, Perdana Menteri Pieter mulai


menghapuskan sebagian undang-undang yang berkaitan dengan Apartheid. Namun,
Pieter tidak menghapus penuh politik Apartheid di Afrika Selatan. Akhirnya Afrka
Selatan tetap saja menerima dan mendapat ekanan politis dari dalam maupun luar
terutama kecaman dari dunia internasionnal. Hingga pada rezim Perdana Menteri
Ferdinand Willem De Klerk, tiga undang-undang utama yang menyangkut mengenai
politik Apartheid dihapuskan melalui Sidang Parlemen pada tanggal 21 Februari 1991.
Selain itu, Ferdinand juga mebebaskan Nelson Mandela yang dipenjara di Pretoria pada
tanggal 11 Februari 1990.
C. Tokoh yang Berjuang untuk menghapuskan Apartheid (Nelson Mandela)

Integrasi pada konflik Apartheid ini mulai terjadi dipicu oleh faktor terbesar
yaitu tekanan-tekanan serta kecaman-kecaman dari pihak luar yaitu dunia internasional
terhadap politik Apartheid di Afrika Selatan. Selain itu, integrasi konflik ini juga
didukung dari usaha dan semangat para kaum Anti-Apartheid dalam memperjuangkan
hak-hak ras kulit hitam dan melawan sistem politik Apartheid.
Integrasi mulai terjadi pada rezim Perdana Menteri Pieter Willem Botha. Ia
mulai berpikir mengenai reformasi Afrika Selatan. Ia berhasil menghapus sebagian
undang-undang yang mengatur mengenai politik Apartheid. Namun, perubahan besar
belum tampak dan dirasakan. Hingga pada tahun 1989, Pieter digantikan oleh Perdana
Menteri Ferdinand Willem De Klerk. Pada rezim Ferdinand, integrasi konflik mulai
menemui titik terang.
Pada Sidang Parlemen tanggal 21 Februari 1991, Ferdinand Willem De Klerk
berhasil mencabut 3 undang-undang utama mengenai politik Apartheid, yaitu Land Act,
Group Areas Act, dan Population Regulation Act. Selain itu, ia juga membebaskan
banyak tahanan tokoh kulit hitam, salah satunya yaitu Nelson Mandela
Dalam konflik politik Apartheid ini terdapat banyak aktor yang berperan di
dalamnya, baik dari pihak yang pro dengan Apartheid maupun yang kontra denga
Apartheid atau Anti-Apartheid. Namun, secara garis besar, tokoh yang sangat
berpengaruh adalah Nelson Mandela.
Nelson Mandela merupakan salah satu anggota kaum ras kulit hitam. Ia
merupakan salah satu aktivis yang sangat berkontribusi besar dan penting dalam
perjuangan dan perlawan kaum Anti-Apartheid. Ia merupakan salah satu pemimpin dari
ANC dan banyak bekerja sama dengan Walter Sisulu dalam memperjuangkan hak-hak
dari kaum ras kulit hitam di Afrika Selatan. Ia sempat dipenajra selama 27 tahun setlah
ditangkap dalam salah satu aksi perlawannannya dengan ANC. Tapi, hal tersebut tidak
menggerus semangat dan ambisi Nelson Mandela untuk memperjuangkan hak-hak ras
kulit hitam dan untuk melawan sistem politik Apartheid. Setelah bebas dari tahanan
pada tahun 1990, Nelson Mandela tetap berupaya untuk memperjuangkan agar politik
Apartheid dihapus dan ia tetap aktif kembali dalam partai ANC. Hingga pada tahun
1994, sebagia hasil dari pemilu presiden Afrika Selatan pada saat itu, Nelson Mandela
keluar sebagai pemenang dengan vote terbanyak. Akhirnya, pada saat itu, Nelson
Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan sekaligus ia menyandang gelar Presiden Kulit
Hitam Pertama di Afrika Selatan. Dan atas usahanya, Nelson Mandela meraih Nobel
Perdamaian tahun 1994.
Setelah bebas dari tahanan, Nelson Mandela kembali aktif di ANC. Ia juga
melakukan kampanye mengani hak-hak sipil par akaum ras kulit hitam. Ia bersama
denga Ferdinand berupaya untuk melakukan perubahan pada politik Apartheid. Hingga
pada tahun 1992, Ferdinand melakukan referendum di kaum ras kulit putih untuk
membahas kelanjutan dari pelaksaan politik Apartheid. Hasil dari referendum tersebut
kemudian memberi para ras kulit hitam kembali hak mereka dalam hal memilih pada
pemilu. Sehingga pada tahun 1994, pertam akali dilakukan pemilu antirasil di Afrika
Selatan. Dan sebagai hasil dari pemilu tersbut, ANC yang dalam hal ini diwakili oleh
Nelson Mandela memenangkan pemilu dengan jumlah vote terbanyak, lebih dari 50
persen. Akhirnya, pada bulan Mei 1994, Ferdinand Willem De Klerk melakukan
penyerahan kekuasaan kepada Nelson Mandela. Pada saat itu, resmilah Nelson Mandela
sebagai presiden Afrika Selatan yang merupakan presiden kulit hitam pertama di Afrika
Selatan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mayoritas penduduk Afrika Selatan merupakan warga kulit hitam yang masih
memiliki trauma terhadap rezim Apartheid di masa lampau. Masyarakat kulit hitam di
Afrika Selatan selama ini memberikan dukungan yang besar kepada ANC (African
National Congress) sebagai partai politik yang pernah dipimpin oleh Nelson Mandela
dengan warisan yang membawa Afrika Selatan terlepas dari rezim Apartheid. Namun
demikian, dengan perkembangan yang terjadi saat ini, masyarakat kulit hitam di Afrika
Selatan mulai kehilangan sosok pemimpin ANC yang menjadi panutan dan dikagumi
oleh seluruh bangsa, seperti Nelson Mandela.

Salah satu upaya mereka para kaum Anti-Apartheid yaitu membentuk Africa
National Congress(ANC) yang dipimpin oleh Nelson Mandela. Dalam perlawanan ini,
para ras kulit putih juga ikut melawan dan bahkan menimbulkan pembantaian said dan
mematikan seperti yang terjaddi Sharpeville. Konflik ras di Afrika Selatan ini kemudian
juga menarik perhatian dunia internasional. Bahkan PBB ikut memberikan kecaman
dan intervensi sertia kritik kepada pimpinan Afrika Selatan mengenai politik Apartheid
ini agar segera ditiadakan. Hingga akhirnya politik Apartheid ini mulai sedikit demi
sedikit diahpuskan yang terdapat di undang-undang

B. Saran

Kita harus meningkat toleransi antar sesama tanpa memandang latar belakang dan
ras seseorang atau suatu kelompok. Kita harus seperti Nelson yang berani melawan
integrasi ras
DAFTAR PUSTAKA

2024. Apartheid. https://www.britannica.com/topic/apartheid,

2021. Nelson Mandela at 100: how did South Africa’s apartheid start and end?.
http://www.theweek.co.uk/94089/how-did-south-africa-s-apartheid-start-and-
end# ,

Anda mungkin juga menyukai