Disusun oleh:
Benedicta Ariella XII IPS-3/04
Charissa Engrasia XII IPS-3/09
Kezia Aurelia XII IPS-3/17
Margareth Dionna XII IPS-3/20
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
berkat-Nya, kelompok kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul "Politik Apartheid
di Afrika Selatan" ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Bernarda Tanti selaku guru mata pelajaran Sejarah Peminatan yang telah
memberi tugas ini sehingga wawasan dan pengetahuan kelompok kami terhadap mata pelajaran
yang kami tekuni semakin meluas, dan ucapan terima kasih juga atas bimbingannya atas
kelompok kami selama pengerjaan makalah “Politik Apartheid di Afrika Selatan” ini.
Makalah ini berisi informasi dan kejadian secara kronologis mengenai politik
Apartheid di Afrika Selatan seperti latar belakang, penerapan kebijakan dan dampak dari
politik Apartheid. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
bidang studi Sejarah Peminatan dan untuk menambah wawasan mengenai materi politik
Apartheid di Afrika Selatan bagi penulis dan pembaca.
Kami mempunyai harapan yang sangat besar informasi dalam makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan para pembaca dan penulis sendiri. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari sempurna dikarenakan adanya
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik
dari pembaca dan guru pembimbing akan sangat diterima dan dihargai demi perbaikan
penulisan makalah kelompok kami.
Penulis rnrrrrrrrrr
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Diskriminasi rasial merupakan fenomena sosial yang sudah ada sejak lama di dunia.
Meskipun banyak dari masyarakat zaman sekarang sudah mulai sadar akan eksistensi
diskriminasi dan sudah mulai memperjuangkan persamaan hak, tidak dapat dipungkiri
bahwa diskriminasi rasial merupakan salah satu fenomena sosial yang memainkan peran
besar dalam masalah-masalah besar yang terjadi di dalam sejarah dunia. Menurut UU RI
no 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, diskriminasi rasial dan
etnis adalah segala bentuk pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan
berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan
pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam
suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Salah satu contoh
diskriminasi rasial yang terjadi di dunia yaitu politik Apartheid yang terjadi di Afrika
Selatan.
3
1.3 Tujuan
1) Mendeskripsikan latar belakang munculnya politik Apartheid di Afrika Selatan.
2) Mendeskripsikan perjalanan sistem politik apartheid di Afrika Selatan dan dampak
penerapannya bagi masyarakat Afrika Selatan.
3) Mendeskripsikan akhir dari penerapan sistem politik apartheid.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Politik Apartheid merupakan sebuah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh
pemerintah kulit putih di Afrika Selatan sekitar awal abad ke-20. Kata apartheid sendiri
diambil dari bahasa Afrika, “apart” yang berarti memisah dan “heid” yang berarti sistem
atau hukum. Politik Apartheid ini mengacu pada penerapan politik yang membedakan
warna kulit. Menurut politik apartheid, orang kulit putih memiliki status tertinggi, diikuti
oleh orang India dan kulit berwarna, kemudian orang kulit hitam Afrika.
Praktik Politik Apartheid berawal dari datangnya penjelajah Belanda yang dikenal
sebagai Afrikaner atau Boer ke Afrika selatan pada 1652 untuk menguasai sumber daya
alam Afrika Selatan. Afrika Selatan merupakan negara yang kaya akan berlian, emas dan
platinum. Dalam Penjajahan Belanda, praktik perbudakan sudah mulai bermunculan. Pada
awal abad ke-19, dipicu dengan adanya penemuan cadangan berlian yang melimpah di
daerah Afrika Selatan, Inggris pun mendatangi Afrika Selatan dengan tujuan yang sama
dengan Belanda. Dengan adanya persamaan ambisi dari kedua negara tersebut, perebutan
pun terjadi dengan meletusnya perang Boer I dan perang Boer II antara Belanda dan Inggris
pada tahun 1880-1902. Kedua perang ini berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian The
Peace of Vereeniging yang berisi pengakuan administrasi militer Inggris atas Transvaal dan
Orange Free State.
Pada tahun 1910, Inggris mendirikan Uni Afrika Selatan dengan cakupan wilayah
Transvaal, Orange Free State, Natal dan Tanjung Harapan. Sementara itu, sisa orang-orang
Boer bersatu mendirikan kekuasaannya di Praetoria dan Johannesburg. Sejak pendirian
kekuasaan ini, orang-orang Boer mendirikan pemerintahan minoritas kulit putih. Mereka
mendiskriminasi orang kulit hitam, orang Asia, dan orang kulit berwarna lainnya. Pada
tahun 1940, partai pro-Afrikaner yaitu National Party (NP) memperoleh suara mayoritas
di parlemen. Strategi-strategi partai tersebut menciptakan dasar Apartheid. Penyebutan
Apartheid lalu muncul pada tahun 1948, Ketika National Party (NP) melegalkan segregasi
dan membentuk supremasi kulit putih. Mereka kemudian juga mendeklarasikan Afrika
selatan sebagai negara kulit putih. Kebijakan rasialis ini ditujukan agar orang-orang Boer
5
tetap bisa menguasai wilayah dan kekayaan Afrika Selatan. Penindasan kulit hitam pun
terus dilakukan hingga akhir abad ke-20.
6
kebijakan ini diperluas menjadi larangan hubungan seksual pra-nikah antara
orang Eropa dengan orang non-Eropa.
5) Prohibition of Mixed Marriages Act (1949)
Kebijakan ini melarang pernikahan campuran antar kelompok ras yang sudah
ditentukan. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah munculnya kelompok
campuran yang lebih besar. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan
pemerintah kesulitan untuk melanjurkan praktik segregatifnya.
6) Native Land Act (1913)
Kebijakan ini merupakan kebijakan yang melarang orang kulit hitam memiliki
tanah di luar wilayah tempat tinggal yang ditentukan.
2.3 Dampak Penerapan Sistem Politik Apartheid di Afrika Selatan bagi Masyarakat
Afrika Selatan
Adanya politik Apartheid membawa dampak ketidakadilan bagi warga kulit hitam
di Afrika Selatan. Mereka tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan
sebagai warga negara. Politik Apartheid mempersempit gerak orang-orang berkulit hitam
dengan mencabut hak pilih mereka untuk memilih pemimpin. Mereka juga mendapat
perlakuan tidak adil, yaitu diharuskan untuk tinggal dalam suatu wilayah dan pemerintah
yang berisi orang kulit putih memberlakukan undang-undang khusus bagi orang berkulit
hitam dan berwarna.
Orang-orang kulit hitam tidak mendapat kesetaraan dalam pekerjaan. Mereka tidak
bisa menduduki posisi-posisi penting karena didominasi oleh orang-orang kulit putih.
Dengan adanya hal ini, mereka juga diberi upah yang tidak layak dan diperlakukan dengan
7
berbeda. Dalam bidang pendidikan, orang-orang kulit hitam tidak bisa mendapatkan
pelayanan pendidikan yang baik sebagaimana yang diterima oleh orang-orang kulit putih.
Selain itu, pemisahan fasilitas umum bagi masyarakat Afrika Selatan menurut warna kulit
juga dilaksanakan di Afrika Selatan dan disahkan oleh pemerintah Afrika Selatan pada
tahun 1953 yang sangat mendiskriminasi masyarakat kulit hitam dan berwarna Afrika.
2.4 Reaksi Rakyat Afrika dan Penghapusan Sistem Politik Apartheid (Akhir dari Sistem
Politik Aparteid)
Pada 1961, Nelson Mandela sebagai pimpinan ANC dan banyak pemimpin
organisasi perlawanan lainnya ditahan. Hal ini menarik perhatian internasional sehingga
tekanan terhadap pemerintah Afrika Selatan pun meningkat. Di dalam penjara, Nelson terus
menuliskan surat-surat mengenai keadaan anggota ANC untuk membuat gerakan
perlawanan dari kulit hitam di Afrika Selatan. Sebanyak 600 organisasi di Afrika Selatan
bersatu untuk membentuk Front Demokratis Bersatu. Mereka menuntut agar politik
apartheid dihapuskan. Sementara itu, di bawah kepemimpinan perdana menteri Federik
Willem de Klerk, Afrika Selatan mendapatkan tekanan besar dari dunia internasional yang
mengakibatkan Nelson Mandela dan banyak tahanan politik akhirnya dibebaskan dari
penjara
8
politik apartheid atau ingin mengakhirinya. Dua pertiga pemilih memilih setuju untuk
mengakhiri sistem politik apartheid.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
3.2 Saran
Seperti yang telah kita lihat dan pelajari, politik Apartheid merupakan politik rasial
yang mendiskriminasi ras kulit berwarna terutama hitam di Afrika Selatan. Politik
Diskriminasi ini tentu sangat merugikan bagi pihak-pihak yang didiskriminasi. Sikap
diskriminasi ini biasanya berakar dari adanya etnosentrisme dan fanatisme masing-masing
kelompok. Sikap ini tentu perlu disingkirkan dari masing-masing individu karena pada
hakikatnya kita semua sederajat. Oleh karena itu, sebagai masyarakat Indonesia, hendaknya
kita menghilangkan sikap-sikap etnosentrisme, fanatisme, dan diskriminatif, mengingat kita
hidup di negara yang kaya akan keberagaman.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hersyansyah, Tedy Rizkha. (2019). “Sejarah Kelas 12: Perjalanan Politik Apartheid di Afrika
Selatan. https://www.ruangguru.com/blog/perjalanan-politik-apartheid-di-afrika-selatan.
Diakses 26/02/2022. Pk 10.20 WIB.
Safitri, Intan Nadhira. (2022). “Perang Boer, Saat Belanda Menyerahkan Afrika Selatan pada
Inggris”. https://www.minews.id/kisah/perang-boer-saat-belanda-menyerahkan-afrika-
selatan-pada-inggris. Diakses 26/02/2022. Pk.11.51 WIB.
Kurniawati, Putu. (2019). “Dampak Politik Apartheid, Masa Kelam Afrika Selatan.
https://hukamnas.com/dampak-politik-apartheid. Diakses 27/02/2022. Pk 16.03 WIB.
Yanuarti, Eva. Tanpa tahun. “Politik Apartheid: Pengertian – Tujuan dan Dampaknya”.
https://haloedukasi.com/politik-apartheid. Diakses 27/02/2022. Pk 16.55 WIB.
Fathoni, Rifai Shodiq. (2017). “Politik Apartheid di Afrika Selatan 1948-1994 M”.
https://wawasansejarah.com/politik-apartheid-di-afrika-selatan/. Diakses 27/02/2022. Pk
17.15 WIB.
12