MENURUNKAN KEMISKINAN
(Studi Kasus pada laku pandai di Kota Jayapura)
Abdurohim, Purwoko
Abdurrohim@mn.unjani.ac.id
bambangpuwoko2@gmail.com
ABSTRAK
Layanan laku pandai yang saat ini diselenggarakan oleh Bank baru sebatas
pada layanan pembukaan rekening, menerima setoran, pembayaran dan pembelian
vouvher telkomsel, Indosat, PLN, PDAM serta lainnya. Layanan laku pandai ini
sudah banyak peminat, khususnya bagi masyarakat yang belum berhubungan
langsung dengan dunia perbankan, karena selain waktu layanan yang tidak
mengenal waktu, juga dalam memberikan layanan para agen tidak berbelit-belit,
sehingga model bisnis yang saat ini diterapkan sangat cocok untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat yang belum tergarap oleh Perbankan.
Namun tujuan layanan ini tidak hanya untuk memenuhi layanan kebutuhan
sehari-hari, namun bertujuan untuk meningkatakan pendapatan dengan membantu
permodalan bagi masyarakat yang membutuhkan, dengan demikian bila
kapasitasnya meningkat, maka secara langsung akan berpengaruh terhadap
pendapatan, yang pada akhirnya masyarakat semakin makmur dan sejahtera, namun
layanan untuk menyalurkan kredit belum dilakukan oleh perbankan, selain
regulasinya belum ada, juga bentuk skema penyaluran kreditnya belum jelas.
1,35%
2017 18,96%
66,68%
1,98%
2016 18,31%
68,02%
2,00%
2015 12,00%
76,00%
17.792
2017
722.329
11.192
2016
264.724
1.451
2015
59.354
Untuk penggunan layanan laku pandai perorangan selama 3 (tiga) tahun telah
mengalami peningkatan sebesar 662.975 orang atau 1,116% yaitu dari 59.354 orang
pada tahun 2015 meningkat sebesar 722.329 orang pada 2017. Perkembangan
layanan laku pandai untuk perorangan berkembang dengan pesat, khususnya untuk
melayani masyarakat yang belum mengenal Bank, pada umumnya mereka
menggunakan layanan ini baru sebatas untuk keperluan sehari-hari seperti untuk
pembelian pulsa telekomunikasi dan listrik, pembayaran PDAM, pengiriman uang
untuk keluarganya. Sedangkan untuk layanan yang bersifat produktif seperti
pemberian kredit kepada masyarakat di daerah tempat agen melakukan layanan,
masih banyak Bank yang belum tertarik mengembangkan layanan ini. Dan sebagian
besar masih melihat keuntungan dari investasi yang akan dikembangkan.
Sedangkan layanan laku pandai yang digunakan oleh Badan Hukum
perkembangannya sebagaimana data di bawah ini:
Gambar I.3
Penghimpunan Dana Laku Pandai
Tahun 2015-2017
1.216.952
3.700.215 2015
2016
2017
13.645.396
IV. REGULASI
Untuk meningkatkan layanan laku pandai yang ditambahkan dengan layanan
penyaluran kredit, diperlukan suatu regulasi baru, karena layanan penyaluran kredit
pada laku pandai meskipun sudah diatur, namun hanya sebatas deskripsi saja tidak
diturunkan pengaturannya secara rinci, dan bagi Bank penyelenggara dengan
ketidakjelasan pengaturan ini, tentunya akan merasa senang, karena dalam
penyelenggaraan layanan laku pandai hanya memiliki kewajiban penghimpunan
dana, sehingga harapan besarnya dengan menyelenggarakan layanan laku pandai
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum sepenuhnya memenuhi sebagian besar
masyarakat yang berada dipinggiran kota sering terlupakan, sehingga hasil
pembangunan yang selama ini digiatkan oleh Pemerintahan Presiden Jokowi masih
dirasakan kurang oleh sebagian besar masyarakat informal.
Bila Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga fokus bagaimana membantu
masyarakat pada umumnya lepas dari jerat kemiskinan, serta menyukseskan
program nawa cita yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) bapak
Ir. Joko Widodo juga harus berani mengintensifkan regulasi tentang peningkatan
layanan laku pandai mengatur tentang penyaluran kredit oleh Bank penyelenggara,
dengan melakukan hal sebagai berikut:
a. Penyempurnaan layanan laku pandai yang mengatur tentang pemberian
pinjaman;
b. Agunan dijamin pemerintah dengan batas plafond tertentu.
c. Pengaturan kredit untuk khusus untuk nelayan dan petani dengan tingkat suku
bunga rendah dan bebas dari biaya lainnya.
d. Diberikan kemudahan izin bagi Bank yang akan melakukan investasi fitur
layanan laku pandai yang sudah menambah fitur penyaluran kredit.
V. DAMPAK INOVASI
Dampak dari inovasi dengan menabahkan fitur laku pandai penyaluran kredit
dengan layanan yang saat ini sudah teresdia, adalah:
a) Memberikan kesempatan bagi para peani, nelayan dan peternak untuk
meningkatkan kapasitas usahanya, dengan memperoleh tambahan dana yang
harus mengurus bertele-tele, cukup hanya dengan aplikasi yang disediakan oleh
Bank penyelenggara maksud dan tujuan tersampaikan;
b) Meningkatkan pendapatan yang akan diperoleh dengan meningkatnya kapasitas
usaha, karena bila para nelayan, peternak dan petani ini dibiarkan tanpa ada
campur tangan dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daaerah maka
kebutuhan permodalannya akan mencari kepada para tengkulak, retenir dan
Fintech yang bunganya selangit.
c) Meningktatnya pendapatan para petani, nelayan dan peternak maka secara
langsung akan berdampak pada penurunan kemiskinan yang saat ini masih
membelit kaum pinggiran ini, dan bila secara terus menerus dijalankan oleh
berbagai pihak, maka pada tahun tertentu Indonesia negara yang tingkat
kemiskinanaya paling kecil.
VI. ANGGARAN
Anggaran yang akan dikeluarkan oleh calon penerima kredit hampir tidak ada,
karena peralatan yang digunakan adalah hanya berupa Handphone yang
didalamnya ada fitur suatu bank yang bisa di download di play store. Sedangkan
untuk para agen juga tidak mengeluarkan anggaran untuk peningkatan layanan ini,
karena perangkat yang akan dipergunakan adalah milik Bank penyelenggara.
Bagi Bank penyelenggara perlu mengeluarkan dana untuk pengembangan
tambahan kapasitas baik di mBanking nya bagi bank penyelenggara yang
menggunakan mobil banking, sedangkan bagi bank yang menggunakan EDC maka
harus menyediakan aplikasi secara terpisah yaitu semacam fitur mBanking, serta
penambahan pada sisi server Bank penyelenggara, atau bagi bank yang memiliki
layanan fintech tinggal ditambahkan pada aplikasi layanan laku pandai, sehingga
terjadi penggabungan aplikasi pada layanan laku pandai untuk penghimpunan dana
maupun aplikasi penyaluran kredit.
Dari sisi anggaran yang akan dikeluarkan oleh Bank penyelenggara juga tidak
terlalu besar karena sifatnya penambahan/penggabungan menu, sehingga tidak
berdampak pada pengeluaran investasinya. Namun pengeluaran yang akan
digunakan dalam meningkatkan kapasitas layanan laku pandai, bias juga dimasukan
dalam program CSR/Customer Social responsibility nya.
Potensi usaha yang digunakan oleh para usaha kecil sangat terbuka luas seperti
para nelayan potensi untuk meningkatkan produktivitas sangat besar, dimana di
kota Jayapura kebutuhan ikan segar sangat besar, demikian juga kebutuhan ternak
Sapi dan Kambing yang masih didatangkan dari pulau Jawa
VII. PELUANG REPLIKASI
Peluang untuk model ini bisa diterapkan ke seluruh pelosok Nusantara,
mengingat layanan laku pandai sudah diterapkan di seluruh Indonesia. Dan yang
dibutuhkan adalah dari sisi agen dan sisi perbankan nya terutaa untuk menambah
fitur layanan laku pandai guna penyaluran kredit. Karena itu diperlukan adanya
berbagai pendekatan berkaitan dengan:
a. Pendekatan Kebijakan
Pendekatan kebijakan ini ditunjukan kepada Bank penyelenggara, bahwa dalam
rangka menysuskseskan program pemerintah saat ini, perlu adanya kebijakan
untuk mengatur proses pemberian kredit. Sedangkan dari sisi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) adalah dari sisi kebijakan kepada Bank penyelenggara untuk
melaksanakan peningkatan layanan laku pandai.
b. Pendekatan regulasi
Untuk sisi regulasi adalah menyangkut perubahan POJK dan SEOJK dalam
penyelenggaraan layanan laku pandai yang saat ini sudah ada namun secara
implementasi yang diselenggarakan oleh perbankan masih sebatas penerimaan
dana dan layanan jasa, belum menyentuh terhadap pengembangan kehidupan
dari masyarakat.
c. Pendekatan edukasi dan sosialisasi
Melakukan kegiatan edukasi dan edukasi untuk layanan penyaluran kredit
secara rutin yang dilakukan oleh OJK, Perbankan.
d. Pendekatan infrastruktur
Untuk meningkatkan layanan laku pandai ini diperlukan infrastruktur untuk
mendukung suksesnya penyelenggaraan, infrastruktur yang dibutuhkan adalah
penambahan kapasitas server, dan bentuk fitur mBanking di apss. Serta
infrastruktur dukungan dari komunikasi seluler.
e. Pendekatan komunikasi
Komunikasi perlu dilakukan baik melalaui Pemerintahan setempat, para agen
dan Bank penyelenggara. Karena bila dilakuk
DAFTAR PUSTAKA
Aliem, Mohamad. 2018. Penduduk miskin turun tipis, desa masih jadi Gudang
kemiskinan. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2018. Maret 2018, Persentase Kemiskinan Indonesia
Terendah Sejak 1999, Jakarta.
Badan Pusat Statistisk. 2017. Statistic Daerah Kota Jayapura. Jayapura.
Indrawati, Mulyani, Sri. 2018. Empat hal di balik angka kemiskinan Indonesia yang
disebut mencatat secarah. Jakarta.
Juran, Joseph M. (1993) Quality Planning and Analysis. Edisi ketiga. Mc-Graw Hill
Book, Inc. New York. Maharesi, Yogi. 2017. Fintech dan Transformasi
Industri Keuangan. Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan. 2015-2017. Laporan Profil Industri Perbankan. Jakarta.
Yudhistira, Bima. 2018. Ketimpangan Desa dan Kota. Jalarta.
GAMBAR
No Judul Halaman