Anda di halaman 1dari 6

Situasi yang Dihadapi BNI 46

Kendala yang dihadapi dalam memperluas keuangan inklusi secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kendala yang dihadapi masyarakat dan lembaga keuangan
perbankan. Bagi masyarakat, kendala yang dihadapi seperti tidak adanya bank di sekitar
tempat tinggalnya atau memakan waktu yang cukup lama untuk menuju kantor cabang
terdekat, selain itu juga tingkat pemahaman terhadap pengelolaan keuangan yang masih
kurang. Masyarakat yang termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke bawah memiliki
persepsi bahwa bank bukanlah untuk kalangannya, bahkan banyak dari mereka yang lebih
memilih meminjam dana kepada lembaga non bank seperti koperasi ataupun perorangan
bahkan bertransaksi melalui rentenir (Nelwan, 2014).
Pola pikir yang berkembang di masyarakat bahwa perbankan merupakan suatu lembaga
yang rumit dan kurang praktis, ditambah pula dengan kewajiban untuk mengisi administratif
serta biaya-biaya yang menurut mereka adalah biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan.
Pemikiran seperti itu yang mengakibatkan mereka untuk memilih tidak berhubungan dengan
perbankan atau menjadi kalangan unbanked people. Adapun kendala yang dihadapi oleh
lembaga keuangan perbankan diantaranya terbatasnya layanan perbankan ke masyarakat
diseluruh pelosok. Hal ini ditandai dengan terbatasnya infrastruktur karena kondisi alam
Indonesia yang berkepulauan. Perhitungan skala ekonomis operasional bank di suatu daerah
tersebut menjadi faktor penting seperti tergambar kecilnya indikator jumlah layanan perbankan
seperti kantor cabang dan ATM untuk setiap 1000 km2 luasan wilayah. Di sisi lain, untuk
menambah jaringan kantor di daerah terpencil bank dihadapkan pada persoalan biaya pendirian
yang relatif mahal (Yuliaty, 2017).

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan pemerintah menargetkan 75 persen penduduk


Indonesia atau sekitar 188 juta orang bisa memiliki rekening bank alias menjadi bank people
pada 2019. Target ini dua kali lipat di atas realisasi yang ada saat ini. Berdasarkan data
Financial Inclution Index (Findex) oleh Bank Dunia pada 2014, hanya 36 persen atau sekitar
90 juta penduduk dewasa Indonesia yang memiliki rekening di bank. Jumlah ini jauh lebih
rendah dibanding negara tetangga, seperti Malaysia yang mencapai 81 persen dari total
penduduknya (Menko Perekonomian, 2018).
Perubahan Perilaku Nasabah
Era digital banking 4.0 atau kemajuan teknologi di industri perbankan menjadi peluang
bagi perbankan di Indonesia untuk lebih berinovasi memberikan layanan kepada nasabah.
Inovasi itu dibutuhkan untuk menyikapi persaingan seiring pesatnya pertumbuhan teknologi
keuangan atau fintech. Namun, era digital banking 4.0 juga menghadirkan sejumlah tantangan
seperti perlindungan data nasabah. Perubahan perilaku konsumen menuntut perbankan untuk
lebih adaptif dengan teknologi digital. Karena jika tidak, maka perbankan akan bisa ditinggal
nasabah. Menyadari hal itu, perbankan harus memanfaatkan era digital banking sebagai
peluang untuk meningkatkan kinerja perbankan secara keseluruhan (Setiawan, 2019).
BNI Pandai Dalam rangka meningkatkan aktivitas layanan keuangan masyarakat,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama industri perbankan dan jasa keuangan lainnya
berkomitmen untuk mendukung terwujudnya keuangan inklusif melalui penyediaan layanan
keuangan tanpa menggunakan jaringan kantor secara fisik dengan mekanisme Branchless
Banking. Untuk selanjutnya disebut sebagai Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka
Keuangan Inklusif (Laku Pandai). Untuk mendukung mekanisme Branchless Banking yang
mengacu kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 19/POJK.03/2014
mengenai layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif pada tanggal 18
November 2014 dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 6/SEOJK.03/2015
mengenai layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif oleh Bank pada
tanggal 6 Februari 2015, BNI telah meluncurkan produk BNI Pandai. Tabungan BNI Pandai
adalah tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan oleh
BNI yang memiliki karakteristik basic saving account (BSA) dan dapat dibuka melalui Kantor
Cabang BNI maupun melalui Agen (BNI.co.id).
PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI menyatakan, hingga Oktober 2018,
perseroan berhasil menggaet 110.568 orang untuk menjadi Agen46 (agen Laku Pandai BNI)
yang tersebar di 34 provinsi, 517 kabupaten, 4.675 kecamatan, dan 21.054 kelurahan.
Corporate Secretary BNI mengatakan, angka tersebut telah mencapai 116% dari target 95.000
agen. Dari jumlah tersebut, presentasi agen yang aktif bertransaksi adalah sebanyak 31.082
agen atau 28,11%. Rekening BNI Pandai, sebagai tabungan yang dapat dibuka di Agen46, juga
bertumbuh cukup pesat, dengan jumlah 9.138.059 rekening per Oktober 2018. Total volume
transaksi meningkat cukup pesat dari tahun lalu. Hingga Oktober 2018 ini, total volume
transaksi sebesar Rp21,47 triliun dengan pertumbuhan secara year to date (ytd) sebesar 152%
(Tim Publikasi katada, 2019).
Sementara sampai dengan Oktober 2017, jumlah transaksi telah mencapai sebanyak
2.917.399 transaksi dengan jenis transaksi terbanyak, yaitu transfer antarbank, setor, setoran
tunai atau transfer BNI, sisanya didominasi oleh pembayaran kebutuhan dasar, seperti
pembayaran pulsa telepon, tagihan listrik, dan lain sebagainya. Ke depan, perseroan akan
berfokus kepada penambahan agen Laku Pandai daripada menambah cabang fisik untuk
meningkatkan inklusi keuangan. Beberapa fitur dan layanan Agen46, yaitu layanan Laku
Pandai untuk buka rekening, BNI Pandai, setoran dan tarik tunai gabungan. Agen46 juga
mempunyai layanan keuangan digital yang meliputi pendaftaran uang elektronik, setor tunai
uang elektronik, dan tarik tunai uang elektronik (Reza, 2018).
Selain itu, Agen46 bisa juga melayani e-payment yang meliputi transfer (sesama BNI
dan online antarbank), pembelian token listrik dan voucer pulsa HP, serta pembayaran seperti
tagihan listrik, tagihan kartu kredit, personal loan, BPJS kesehatan atau asuransi, tiket (kereta
atau pesawat), pulsa prabayar, dan lain-lain. Menjadi Agen46 sangatlah mudah dan dapat
mendaftar dengan berbagai cara, yaitu melalui cabang BNI terdekat, dapat juga melalui
registrasi online, atau melalui aplikasi BNI Experience (Aldin, 2019).
Berdasarkan data LPS, tingkat inklusi keuangan Indonesia baru mencapai 48% pada
2017. Ada beberapa penyebab inklusi keuangan belum meningkat signifikan. Berdasarkan
hasil surveinya, sebanyak 33% masyarakat sulit menjangkau bank lantaran jaraknya yang jauh.
Selain itu, sebagian masyarakat enggan dikenakan biaya administrasi rekening yang dinilai
mahal. Akan tetapi, pemerintah dan lembaga jasa keuangan telah melakukan beberapa upaya
untuk meningkatkan inklusi keuangan. Upaya tersebut seperti menciptakan produk tabungan
khusus untuk masyarakat menengah ke bawah, pembukaan rekening tanpa harus mengunjungi
kantor cabang bank, dan penggunaan dompet elektronik (e-wallet) (Setyowati, 2017).
LPS mencatat jumlah rekening di perbankan bertambah 1,65 juta rekening pada
Agustus 2019 dibanding Juli. Sementara total simpanan turun Rp 2,72 triliun. Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) mencatat jumlah rekening perbankan pada Agustus 2019 bertambah
dari 291,3 juta pada Juli menjadi 292,96 juta. Sementara total simpanan justru turun dari Rp
5.901,14 triliun menjadi Rp 5.898,42 triliun. Berdasarkan data distribusi simpanan yang
dipublikasi LPS, seluruh kelompok bank mengalami penambahan jumlah rekening dengan
penambahan terbanyak pada kelompok bank swasta nasional sebanyak 884 ribu rekening
menjadi 72,36 juta rekening (Alika, 2019).
Meski demikian, kelompok bank swasta justru mencatatkan penurunan jumlah
simpanan paling signifikan yakni sebesar Rp 5,89 triliun, dari Rp 2.553,94 triliun menjadi Rp
2.528,05 triliun. Selain kelompok bank swasta, penurunan simpanan juga dialami oleh
kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp 1,78 triliun menjadi Rp 558,22 triliun
dan kelompok bank asuing sebesar Rp 1,85 triliun menjadi Rp 186,03 triliun. Adapun
kelompok bank BUMN hanya mengalami penurunan simpanan Rp 155 miliar menjadi Rp
2.449,15 triliun. Sementara bank campuran justru mengalami kenaikan simpanan Rp 6,96
triliun menjadi Rp 176,97 triliun. LPS juga mencatat terjadi penambahan rekening pada
kelompok bank BUMN sebanyak 519.615 rekening, BPD sebanyak 245.905 rekening, bank
campuran 2.829 rekening, dan bank asing 1.663 rekening (Agustiyanti, 2019).
Sesuai ketentuan, LPS hanya menjamin simpanan nasabah hingga maksimal Rp 2
miliar. LPS juga memiliki ketentuan besaran suku bunga yang dijamin saat ini sebesar 6,5%
dan 9% untuk simapanan rupiah pada bank umum dan BPR, sedangkan bunga simpanan valas
diturunkan menjadi 2%. Dengan demikian, nominal simpanan yang dijamin LPS saat ini hanya
mencapai 43,83% dari total simpanan atau Rp 2.585,55 triliun. Sedangkan sebesar 9,3% atau
Rp 548,3 triliun dijamin sebagian dan 46,87% atau Rp 2.764,56 triliun tak dijamin
(Agustiyanti, 2019).

Perbandingan BNI dan BRI dalam Laku Pandai


Pelayanan yang ada pada program Laku Pandai Bank BRI (BRILink) yaitu tarik dan
setor tunai, pembayaran telkom, pembayaran pasca bayar halo dan matrix, pembayaran PLN,
pembayaran token listrik, telepon rumah, kartu kredit, pembayaran cicilan/kreditan,
pembayaran/pemberian zakat, infaq, tiket pesawat, pembayaran pendidikan, pembayaran
asuransi, isi ulang pulsa handphone, dan belanja merchant (Petriella, 2015). Sedangkan
pelayanan yang disediakan oleh Bank BNI pada program Laku Pandainya (BNI 46) adalah
pembuatan buka rekening, setoran tunai gabungan, tarik tunai gabungan, layanan LKD,
pendaftaran (register) uang elektronik, setor tunai (cash in) uang elektronik, tarik tunai (cash
out) uang elektronik, layanan E-payment, transfer (sesama BNI & online antar Bank),
pembelian token listrik, voucher pulsa HP, pembayaran tagihan listrik, tagihan kartu kredit,
personal loan BPJS kesehatan/asuransi, tiket (kereta/pesawat), dan pulsa prabayar
(Agen46.co.id).
Agen Brilink dan BNI telah menyediakan layanan produk laku pandai. Brilink
menyediakan layanan produk laku pandai sesuai dengan produk yang dikeluarkan oleh OJK
sedangkan BNI 46 lebih kreatif dalam memberikan layanan produk laku pandai yang terdapat
pada nama layanan dan fitur-fitur yang disediakan. Kemudian masyarakat merespon dengan
baik adanya produk program laku pandai di Agen Briilink dan agen BNI 46, masyarakat
terbantu melakukan berbagai aktivitas keuangan dengan efektif dan efesien (Pratiwi, 2019).
Agen laku pandai brilink dan agen BNI 46 telah memberikan pelayanan dengan baik.
Ada dua hal yang belum berjalan dengan baik dan optimal yaitu indikator ketepatan melayani
dan ketepatan waktu melayani. Belum optimalnya pelayanan pada dua indikator tersebut
dikarenakan faktor sumber daya manusia yaitu agen itu sendiri sebagai subjek utama pelayanan
dan sarana dan prasarana sebagai penunjang keberhasilan transaksi layanan. Kedua faktor
tersebut menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan pada program laku pandai
(Pratiwi, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Agustiyanti. 2019. Jumlah Rekening Bertambah, Simpanan Bank Turun Tipis pada Agustus
2019. Dari website: https://katadata.co.id/berita/2019/10/01/jumlah-rekening-
bertambah-simpanan-bank-turun-tipis-pada-agustus-2019.
Aldin, Ihya Ulum. 2019. Jumlah Agen Laku Pandai Bank Melonjak 47%, tapi Ada Kendala
Teknologi. Dari website: https://katadata.co.id/berita/2019/07/27/jumlah-agen-laku-
pandai-bank-melonjak-47-tapi-ada-kendala-teknologi.
Alika, Rizky. 2019. Inklusi Keuangan, LPS Lihat Potensi Tabungan Bertambah Ratusan
Triliun. Dari website: https://katadata.co.id/berita/2019/03/26/inklusi-keuangan-lps-
lihat-potensi-tabungan-bertambah-ratusan-triliun
https://agen46.co.id/berita/5885d1f4f037fcdc1e000029
https://www.bni.co.id/id-id/personal/simpanan/bnipandai
Menko Perekonomian. 2018. Hanya Separuh Penduduk Dewasa di Indonesia yang Memiliki
Rekening. Dari website: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/11/01/hanya-
separuh-penduduk-dewasa-di-indonesia-yang-memiliki-rekening.
Nelwan, Enrico Fritzgerald. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah
Menggunakan Layanan BNI New Internet Banking dengan Menggunakan Kerangka
Model Penerimaan Teknologi (TAM). (Studi Empiris Terhadap Nasabah BNI Kantor
Cabang Utama Manado), Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol.2 ,No.4, 2014:25-43,
hlm. 26.
Petriella, Yanita. 2015. PROGRAM LAKU PANDAI : BRI Targetkan 84 Juta Transaksi. Dari
website: https://finansial.bisnis.com/read/20150326/90/416253/program-laku-pandai-
bri-targetkan-84-juta-transaksi
Pratiwi, Agustina. 2019. Responsivitas Pelayanan Program Laku Pandai (Layanan Keuangan
Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif) Ojk Provinsi Lampung. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar Lampung. Skripsi: Tidak
Diterbitkan.
Setiawan, Sakina Rakhma Diah. 2019. Era Banking 4.0 Jadi Peluang Perbankan Lebih
Berinovasi. Dari website: https://money.kompas.com/read/2019/08/18/204131526/era-
banking-40-jadi-peluang-perbankan-lebih-berinovasi?page=all
Setyowati, Dewi. 2017. 188 Juta Penduduk Ditargetkan Punya Rekening Bank Pada 2019. Dari
website: https://katadata.co.id/berita/2017/03/13/bi-188-juta-penduduk-ditarget-punya-
rekening-bank-pada-2019.
Tim Publikasi Katadata. 2018. BNI Capai Pertumbuhan Remitansi Dua Digit Pada 2018. Dari
website: https://katadata.co.id/berita/2019/01/08/bni-capai-pertumbuhan-remitansi-dua-
digit-pada-2018
Yuliaty, Tetty. 2017. Agen Branchless Banking Untuk Mencapai Masyarakat Bankable, Jurnal
BISNIS, Vol.5, No.2, Desember 2017, hlm. 306.

Anda mungkin juga menyukai