Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH BUDI UTOMO

Pada tahun 1907, Wahidin Sudirohusodo melakukan kunjungan ke STOVIA dan bertemu dengan para
pelajar yang masih bersekolah di sana. Ia menyerukan gagasan pada mereka untuk membentuk
organisasi yang dapat mengangkat derajat bangsa.Selain itu, Sudirohusodo juga ingin mendirikan
sebuah organisasi di bidang pendidikan untuk bisa membantu biaya orang-orang pribumi yang
berprestasi dan mempunyai keinginan untuk bersekolah, tetapi terhambat karena tidak memiliki
biaya. Gagasan ini menarik bagi para pelajar disana, khususnya Soetomo, Gunawan Mangunkusumo,
dan Soeradji Tirtonegoro.

Selanjutnya, Soetomo bersama dengan Soeradji mengadakan pertemuan dengan para pelajar STOVIA
yang lain, untuk membicarakan gagasan organisasi yang disampaikan oleh Sudirohusodo. Acara
berlangsung tidak resmi di ruang Anatomi milik STOVIA, saat tidak ada jam pelajaran. Pertemuan
tersebut membentuk sebuah organisasi yang diberi nama "Perkumpulan Boedi Oetomo" sehingga
Boedi Oetomo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta.[5]Boedi Oetomo menjadi awal sebuah era
Nasionalisme Indonesia yang dikenal dengan nama pergerakan nasional. Tokoh yang tercatat sebagai
pendiri Boedi Oetomo terdiri dari 9 orang, yaitu Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan
Mangoenkoesoemo, Raden Angka Prodjosoedirdjo, Mohammad Saleh, Raden Mas Goembrek dan
Soewarno.Saat masih didirikan di STOVIA, organisasi ini telah memiliki susunan pengurus yang tertulis
di dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Pada masa itu, Soetomo menjadi ketua dan
Soelaeman Affandi Kartadjoemena, sebagai wakilnya. Pengurus lainnya terdiri dari Gondo Soewarno
sebagai sekretaris I, dan Goenawan sebagai sekretaris II, serta bendahara yang dijabat oleh Angka
Prodjosoedirdjo. Sisa pendiri lainnya menjabat sebagai komisaris.

Seiring perkembangan waktu, anggota Boedi Oetomo terus bertambah. Tokoh-tokoh penting
pergerakan Indonesia, seperti Ki Hadjar Dewantara, Tjipto Mangoenkoesoemo, Tirto Adhi Soerjo,
Pangeran Ario Notodirodjo dan Raden Adipati Tirtokoesoemo menjadi bagian dari organisasi tersebut.

Berita berdirinya perkumpulan ini tersebar di surat kabar dan menimbulkan gerakan untuk
mendirikan cabang di berbagai kota. Kantor-kantor cabang pun didirikan di kota Magelang,
Probolinggo dan Yogyakarta. Namun, fenomena ini mengancam status para pendiri perkumpulan
tersebut. Terutama Soetomo, karena Soetomo dianggap sebagai pemimpin kelompok pemberontakan
terhadap Hindia Belanda bersama dengan teman-teman pelajarnya. Atas dasar ini, Soetomo terancam
dikeluarkan dari STOVIA.Sebagai bentuk solidaritas, teman-temannya ikut berjanji untuk keluar dari
sekolah tersebut, jika Soetomo dikeluarkan. Namun, Soetomo tidak jadi dikeluarkan karena
mendapatkan pembelaan dari Hermanus Frederik Roll yang menyampaikan pembelaan bahwa umur
Soetomo yang muda menjadi alasan sifat berapi-apinya sama seperti orang yang menuduh Soetomo
ketika mereka saat muda.
Rencana pelaksanaan kongres melewati beragam persiapan. Untuk membiayai penyelenggaraan
kongres, para anggota menggunakan uang tunjangan hari raya dari STOVIA serta menjual barang-
barang kepemilikan tiap anggota, seperti jam tangan, kain panjang dan kain pengikat kepala. Selain
dana tersebut, Soetomo juga mendapatkan bantuan pinjaman uang dari Roll. Tiap anggota pun
diperintahkan untuk menghubungi para tokoh dengan surat undangan atau kunjungan.

Saleh mengunjungi para saudari dari Raden Ajeng Kartini di Jepara, Goenawan mengunjungi Raden
Adipati Tirtokoesoemo yang saat itu menjabat Bupati Karanganyar, dan Soetomo mengunjungi Ernest
Douwes Dekker di Jakarta. Tokoh-tokoh lain yang turut dihubungi seperti Koesoemo Oetoyo selaku
Bupati Jepara, Achmad Djajadiningrat selaku Bupati Serang, Pangeran Ario Kusumo Yudo di
Jatinegara, Soetomo yang bersekolah di Sekolah Pamong Praja di Magelang serta Raden Mas Adipati
Tjokro Adikoesoemo yang menjabat sebagai Bupati Temanggung.Pada tanggal 3-5 Oktober 1908,
Boedi Oetomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Yogyakarta] Salah satu agenda yang
dibahas merupakan usulan dari Sudirohusodo untuk mendirikan Badan Bantuan Pendidikan atau
studiefonds, tapi usulan itu ditolak dengan 3 poin

penolakan Keterbatasan gerakan Badan Bantuan Pelajar

Kesulitan saat pelaksanaan

Aktivitas membantu pelajar merupakan sebagian program pekerjaan Boedi Oetomo

Meskipun para pelajar STOVIA merupakan pendiri awal dari Boedi Oetomo, mereka menyerahkan
kepemimpinan kepada orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman sebagai bentuk penghormatan
dan untuk menyelesaikan beban studi di STOVIA, terutama Soetomo yang masih harus menjalani
pendidikan selama 3 tahun.[12] Akhirnya, kongres tersebut menunjuk Tirtokoesoemo sebagai ketua
umum dan Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil ketua. Kongres tersebut juga mencetuskan tujuan
Boedi Oetomo, yaitu menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat serta arah organisasi
sebagai organisasi yang berfokus pada pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Para pelajar STOVIA
ditunjuk sebagai pengurus cabang Betawi dan kantor pusat ditetapkan berada di Yogyakarta.[6]
Hingga diadakannya kongres yang pertama ini, Boedi Oetomo telah memiliki 7 cabang di beberapa
kota, seperti Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo.Hingga tahun
1909, anggota Budi Utomo mencapai 10.000 anggota.

Anda mungkin juga menyukai