3 Februari 2022
p-ISSN: 2622-772X e-ISSN: 2622-3694
Abstract: This study aims to describe (1) the learning management based on trikon
(continue, convergent, and concentrate) at SD Negeri Jurangombo 4 Magelang City,
(2) Creativity and Innovation in learning management based on trikon (continue,
convergent, and concentrate), (3) the supporting and inhibiting factors faced when
participating in managing learning based on trikon (continue, convergent, dan
concentrate) at SD Negeri Jurangombo 4. This study uses a qualitative approach
with a descriptive type. Sources of research data are the school principal dan
teachers of SD Negeri Jurangombo 4. Data collection techniques using in -depth
interview techniques and documentation. The data analysis technique uses the Miles
and Huberman model, namely data reduction, data display, and drawing
conclusions. Test the validity of the data using technical triangulation. The results
of the study indicate that (1) the learning management based on trikon (continue,
convergent, dan concentrate) at SD Negeri Jurangombo 4 running smoothly, (2)
Teachers of SD Negeri Jurangombo 4 make learning innovation with the support of
the school principal, and (3) the supporting and inhibiting factors faced when
Pendahuluan
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini memberikan dampak yang sangat besar
bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pada awalnya, teknologi dibuat untuk memudahka n
pekerjaan dan urusan. Salah satu contoh teknologi yang saat ini adalah gadget. Istilah
gadget yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti perangkat elektronik kecil yang
memiliki fungsi khusus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gadget disebut “sebagai
peranti elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis”.
Gadget yang semula digunakan untuk kepentingan bisnis, atau pengerjaan tugas
kuliah dan kantor oleh orang dewasa hingga lanjut usia (22 tahun ke atas), kini
dipergunakan pula oleh anak usia sekolah, antara anak-anak (7-11 tahun) hingga remaja
(12-21 tahun), tapi pada, dan lebih ironisnya lagi gadget digunakan untuk anak usia (3-6
tahun), yang seharusnya belum layak untuk menggunakan gadget (Juliadi, 2018).
Penggunaan gadget yang kurang sesuai dengan usia anak tersebut menyebabkan
anak-anak meniru budaya barat yang menjadikan anak-anak mengalami krisis moral
seperti pergaulan bebas yang dianggap keren oleh kalangan para remaja. Selain itu,
banyak anak muda yang mengalami demoralisasi atau degradasi moral yang mulai
merambah di dunia Pendidikan seperti ketidakjujuran, ketidakmampuan mengendalika n
diri, kurangnya tanggung jawab social, serta hilangnya sikap ramah-tamah dan sopan
santun (Sutiyono, 2010).
Penggunaan gadget dialami juga oleh peserta didik di SD Negeri Jurangombo 4
Kota Magelang. Menurut pantauan bapak ibu guru, siswa kelas 1 hingga kelas 6, sejumlah
138 siswa dari keseluruhan siswa 168 siswa menghabiskan waktu luangnya untuk
bermain hand phone. Mereka menghabiskan waktu dengan bermain game online dan
mengakses berbagai media sosial. Melalui penggunaan gadget tersebut, banyak infor mas i
yang mereka dapatkan dari berbagai sumber di internet. Sumber yang mereka dapatkan
belum tentu sesuai dengan usia mereka.
Pengaruh lain penggunaan gadget adalah peserta didik dapat menikmati tayangan
konten yang menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini membuat peserta didik lebih menyuka i
pelajaran Bahasa Inggris dibandingkan pelajaran bahasa daerah. Dengan menggunaka n
Bahasa Inggris, peserta didik merasa mereka lebih keren dibandingkan jika menggunaka n
Bahasa daerah. Dalam penilaian harian Bahasa Inggris, sebanyak 85% peserta didik yang
lolos KKM, sedangkan dalam penilaian harian Bahasa Jawa hanya 67% peserta didik
yang lolos KKM. Lebih banyaknya siswa yang lolos KKM pada pelajaran Bahasa Inggris
dibandingkan Bahasa Jawa menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai pelajaran
Bahasa Inggris.
Untuk menganggulangi hal tersebut, rekan guru dan kepala sekolah di SD Negeri
Jurangombo 4 Kota Magelang menggunakan pembelajaran berbasis trikon dari ajaran Ki
Hajar Dewantara. Ajaran tersebut disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara untuk
menghadapi perkembangan kemajuan kebudayaan yang semakin membaur dengan
kebudayaan lain baik dari dalam maupun luar negeri (Dewantara, 2013). Konsep trikon
tersebut mengandung makna kontinyu dengan alam kita sendiri, konvergen dengan alam-
alam luar, dan akhirnya Bersatu dengan alam universal, dalam persatuan yang konsentris
(Bersatu namun tetap mempunyai “kepribadian sendiri”).
Pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pembelajaran tematik, yaitu
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementas i
kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak kepada peserta didik untuk
memunculkan dinamika dalam Pendidikan (Trianti, 2011).
Di SD Negeri Jurangombo 4, pembelajaran terpadu tersebut dikaitkan dengan
konsep trikon (kontinyu, konvergen, dan konsentris) untuk mendapatkan pengalama n
belajar yang bermakna. (Dewantara, 2013) konsep kontinyu memiliki arti bahwa sesuatu
tidak terputus-putus, bersambung dari waktu ke waktu. Keadaan tersebut menjadi
petunjuk dalam melakukan pembaruan. Kontinyuitas juga memiliki arti yang
memudahkan, mencepatkan, dan menyempurnakan laku kecerdasan. Berdasarkan
pendapat tersebut, pembelajaran yang kontinyu merupakan pembelajara yang selalu
dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu sembari dilakukan pembaruan.
Konvergensi memiliki arti bahwa kebudayaan suatu bangsa tidak dapat murni
berdiri sendiri, namun harus bersambungan dengan kebudayaan bangsa lain (Dewantara,
2013). Dalam konsep ini, suatu bangsa tidak menjiplak budaya bangsa lain namun
membawa substansinya sendiri dan dapat dikembangkan bersama kebudayaan lain.
Dalam pembelajaran, pendidik dapat memadukan materi atau sumber belajar yang berasal
dari bangsa sendiri dengan negara lain. Pembelajaran yang demikian dapat membuka
wawasan siswa untuk lebih terbuka dengan kondisi negara lain.
Konsentrisitas memiliki makna bahwa dalam kehidupan manusia terdapat bagian
yang kompleks dan berlapis, namun semua bagian tersebut perlu persatuan yang kuat dan
sempurna untuk kehidupan yang seimbang (Dewantara, 2013). Dalam pembelajaran di
sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrisitas pembelajaran dilakukan di suatu
tempat yang bernama sekolah. Warga sekolah bekerja secara bersama-sama untuk
melakukan pembelajaran yang baik di sekolah.
Untuk mencapai pembelajaran yang lancar dan baik di sekolah perlu dilakuka n
kegiatan manajemen pembelajaran. Manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Handoko, 2012).
Menurut Terry dalam Sukarna (2011), terdapat 4 fungsi dasar manajemen yang
meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Dalam manajemen pembelajaran, keempat
fungsi manajemen tersebut dilaksanakan sesuai dengan tahapannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran di sekolah.
Menurut Fayol dalam Usman (2014), dalam manajemen terdapat 7 unsur yang perlu
dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ketujuh unsur tersebut adalah man
(sumber daya manusia), money (uang/dana untuk melakukan kegiatan), material (bahan
yang digunakan untuk kegiatan), methods (metode yang digunakan untuk kegiatan),
machine (mesin yang diperlukan untuk melakukan kegiatan), market (pasar), dan minute
(waktu yang diperlukan untuk kegiatan).
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan mengangka t
permasalahan berupa penggambaran atau deskripsi tentang manajemen pembelajaran
berbasis trikon (kontonyu, konsentris, dan konvergen) di SD Negeri Jurangombo 4 Kota
Magelang secara apa adanya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitian ini
bahwa manajemen pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Jurangombo 4 Kota
Magelang terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap unsur manajemen pembelajaran yang mencakup perencanaan
sumber daya manusia, perencanaan keuangan, perencanaan materi pembelajaran dari
sumber lokal, nasional, maupun internasional, perencanaan peralatan dan sarana
prasarana, perencanaan metode pembelajaran, perencanaan kenaikan kelas siswa, serta
perencanaan waktu pembelajaran yang berlangsung dengan baik.
Kegiatan inovasi pembelajaran dilakukan oleh guru di SD Negeri Jurangombo 4
dengan dukungan dari kepala sekolah. Kegiatan tersebut dapat terlaksanan dengan baik
yang melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
dalam masing-masing unsur manajemen yang terdiri dari sumber daya manusia,
Daftar Pustaka
Amanaturrakhmah, I., Kardoyo, Rifai, A., (2017). Manajemen Pembelajaran Tematik di
Kelas Tinggi SD Percontohan Kabupaten Indramayu. Journal of Primary
Education, 6 (2), 159-165.
Dewantara. (2013). Ki Hajar Dewantara Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka II Kebudayaan. Jogjakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa
Gemnafle M., & Batlolona J. (2021). Manajemen Pembelajaran. Jurnal Pendidikan
Profesi Guru Indonesia (JPPGI), 1(1), 28-42.
Handoko, T. H. (2012). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE.
Juliadi. (2018). Penyebab Penggunaan Gadget Pada Remaja. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
FKIP Program Studi Bimbingan Konseling Universitas Riau Kepulauan Batam.
Maria, E. (2017). Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Berbasis TIK di
Sekolah Dasar. Kelola Jurnal Manajemen Pendidikan, 4, 59-71.
Nafiah. (2017). Manajemen Pembelajaran Tematik Integratif Sesuai Kurikulum 2013
pada Kelas 4 SD Khadijah Surabaya. Education and Human Develompent Journal,
2 (1), 60-73
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutiyono. (2010). Pendidikan Seni sebagai Basis Pendidikan Karakter Multikutura lis.
Cakrawala Pendidikan. Mei 2010, th XXIX.