Anda di halaman 1dari 10

Vol.

6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK DIGITAL


BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH
PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD

N.L.I. Noviani1, I.M. Candiasa2, I.G. Margunayasa3


123
Program Studi Pendidikan Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: gexindah15@yahoo.co.id1, made.candiasa@undiksha.ac.id2,


igede.margunayasa@undiksha.ac.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKPD digital berorientasi pemecahan
masalah pada pembelajaran IPA siswa kelas V SD. Penelitian ini menggunakan model
pengembangan 4-D yang terdiri dari empat tahap utama yaitu define, design, develop, dan
disseminate. LKPD yang dihasilkan sudah diuji validitas isinya oleh ahli yang hasilnya dianalisis
dengan formula Gregory dan diperoleh koefisien validitas isi sebesar 1,0 dalam kategori valid. LKPD
yang dihasilkan dinilai oleh 2 ahli materi pembelajaran, 2 ahli desain, dan 2 ahli media menggunakan
LORI (Learning Object Review Instrument). Hasil kelayakan materi ahli pertama 97% dalam kategori
sangat layak dan ahli kedua 99% dalam kategori sangat layak, kelayakan media ahli pertama 97,14%
dalam kategori sangat layak dan ahli kedua 100% dalam kategori sangat layak, dan kelayakan desain
ahli pertama 100% dalam kategori sangat layak dan ahli kedua 100% dalam kategori sangat layak.
LKPD digital sudah diujicoba pada 2 sekolah, yaitu di SD No. 1 Seminyak dan SD No. 3 Legian
melalui daring. Pada tahap uji coba dilakukan uji efektivitas dan efisiensi. Hasil yang diperoleh adalah
100% siswa tuntas, sehingga media dinyatakan efektif. Sementara itu, uji efisiensi mendapatkan skor
4,89 berada pada kriteria sangat tinggi.

Kata Kunci : Digital; LKPD; Pemecahan Masalah; Pengembangan

Abstract
This study aims to develop a problem-solving-oriented digital worksheet for science learning
for fifth grade elementary school students. This study uses a 4-D development model consisting of
four main stages, namely define, design, develop, and disseminate. The resulting LKPD has been
tested for content validity by experts whose results were analyzed using the Gregory formula and
obtained a content validity coefficient of 1.0 in the valid category. The resulting worksheets were
assessed by 2 learning material experts, 2 design experts, and 2 media experts using LORI (Learning
Object Review Instrument). The results of the feasibility of the first expert material are 97% in the very
feasible category and the second expert 99% in the very feasible category, the feasibility of the first
expert media is 97.14% in the very feasible category and the second expert is 100% in the very
feasible category, and the feasibility of the first expert design is 100% in the very decent category and
the second expert 100% in the very decent category. The digital LKPD has been tested in 2 schools,
namely SD No. 1 Seminyak and SD No. 3 Legian via online. At the trial stage, the effectiveness and
efficiency were tested. The results obtained are 100% of students complete, so the media is declared
effective. Meanwhile, the efficiency test got a score of 4.89 which was in the very high criteria.

Keywords : Digital; LKPD; Problem Solving; Development

PENDAHULUAN yang mampu berpikir secara kritis dan


Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam logis dalam menanggapi perkembangan
(IPA) memiliki suatu peran yang sangat sains dan teknologi. Pendidikan IPA di
penting untuk meningkatkan kualitas siswa Sekolah Dasar (SD) tidak terlepas dari

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 153


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam jaringan (daring). Selama ini
kelas dan di luar kelas. Dalam pembelajaran daring belum sebagai
pembelajaran IPA, peserta didik dituntut paradigma pembelajaran, namun hanya
harus secara aktif membangun dan sebagai konsep dan perangkat teknis.
menemukan pengetahuan mereka sendiri, Seharusnya pembelajaran daring
bukan hanya mempelajari bahwa mendorong peserta didik menjadi kreatif
pengetahuan itu sebagai hasil dari suatu mengakses sumber pengetahuan yang
kegitan ilmiah. Pendidikan IPA (sains) lebih banyak, menciptakan sebuah karya,
diharapkan dapat menjadi wahana bagi mengasah wawasan dan pada akhirnya
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri membentuk peserta didik menjadi
dan alam sekitar, serta prospek pembelajar sepanjang hayat. Salah satu
pengembangan lebih lanjut dalam cara agar pembelajaran daring dapat
menerapkannya di dalam kehidupan berjalan dengan baik adalah pendidik atau
sehari-hari (Permanasari, 2016). guru dapat mengembangkan bahan ajar
Dalam rangka merangsang peserta elektronik yang lebih variatif, seperti LKPD
didik untuk belajar melalui berbagai digital atau media digital lainnya.
masalah nyata dalam kehidupan sehari- Pengembangan bahan ajar sangat
hari, maka pendidik dituntut untuk dapat diperlukan untuk mendukung kegiatan
menerapkan pembelajaran yang pembelajaran yang sesuai dengan
bermakna. Maksud dari pembelajaran kurikulum 2013. Bahan ajar yang
yang bermakna adalah pendidik bisa digunakan salah satunya adalah LKPD.
mengarahkan peserta didik dalam Pedoman umum pengembangan bahan
menghubungkan pengetahuan yang ajar yang disusun oleh Depdiknas (2008),
diperoleh dengan kehidupan sehari-hari menyatakan LKPD adalah kepanjangan
sehingga peserta didik lebih mudah dari Lembar Kegiatan Peserta Didik
memahami dan menyelesaikan masalah (student worksheet) yang merupakan
yang mereka temukan. Tuntutan lembaranlembaran berisi tugas yang harus
Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran yang dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan
berbasis ilmiah. (Wamendik, 2014) biasanya berupa petunjuk atau langkah-
menyatakan bahwa Kurikulum 2013 lebih langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
menekankan pada proses kerja siswa, Oleh karena itu, sumber belajar yang
bukan hanya hasil kerja siswa. Dalam dapat mendukung pembelajaran tersebut
proses pembelajaran hal tersebut dapat adalah Lembar Kerja Peserta Didik
didukung dengan memanfaatkan metode (LKPD). LKPD selain berfungsi sebagai
belajar dan bahan ajar yang digunakan, sumber belajar juga dapat digunakan
namun dalam hal ini peserta didik juga sebagai media pembelajaran di kelas.
harus berperan dalam pembelajaran LKPD didefinisikan sebagai bahan ajar
karena keberhasilan sesungguhnya dari cetak yang merupakan lembaran-
ketercapaian pembelajaran terjadi karena lembaran yang berisi materi, ringkasan,
adanya kerja sama antara pendidik dan dan petunjuk yang harus dilaksanakan
peserta didik dalam proses oleh peserta didik (Praswoto, 2013).
pembelajarannya. Kegunaan LKPD dalam pembelajaran
Saat ini Indonesia termasuk salah adalah LKPD digunakan untuk membantu
satu negara yang terkena dampak besar siswa melakukan kegiatan belajar dalam
dari pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 rangka menguasai suatu pemahaman,
ini memaksa masyarakat untuk keterampilan, dan sikap (Majid, 2013). Hal
menerapkan kebijakan social distancing ini selaras dengan tujuan dari Kurikulum
untuk meminimalisir penyebarannya. 2013 (Wamendik, 2014) yaitu kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dapat menghasilkan generasi
(Kemdikbud) mengeluarkan kebijakan Indonesia yang Produktif, Kreatif, Inovatif,
belajar dari rumah melalui pembelajaran

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 154


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

dan Afektif melalui penguatan sikap, metode pembelajaran yang sistematis


keterampilan, dan pengetahuan. terdiri dari tahapan penyajian masalah
Berdasarkan observasi dan hasil kepada siswa, kemudian siswa
wawancara dengan guru-guru pada kelas memecahkan masalah tersebut secara
V SD Gugus II Kuta Badung, diperoleh tepat, serta dapat mengkomunikasikan
keterangan bahwa terdapat atau mengungkapkan pendapat secara
permasalahan-permasalahan yang lisan tentang analisis masalah dan
ditimbulkan dalam pembelajaran IPA di pemecahannya. Febriyanti et al., (2017),
kelas. Permasalahan yang dihadapi menyatakan bahwa proses
adalah 1) Peserta didik kurang memiliki pengembangan e-digital berbasis
motivasi belajar, sehingga tidak mampu kemampuan pemecahan masalah mulai
mengembangkan pemikirannya menjadi dari validasi media maupun materi hingga
lebih kritis. Hal ini terjadi karena proses hasil uji coba kelompok kecil, secara
pembelajaran masih cenderung berpusat keseluruhan disimpulkan bahwa produk
pada guru, sehingga peserta didik menjadi media pembelajaran ini sangat baik untuk
pasif, 2) Hasil belajar IPA siswa kelas V digunakan.
SD Gugus II Kuta Badung masih di bawah Kemampuan pemecahan masalah
KKM, 3) LKPD digital, khususnya untuk dipandang sebagai bagian fundamental
mata pelajaran IPA masih terbatas, 4) dari pembelajaran IPA (Gok & Silay,
LKPD IPA digital yang ada belum 2010). Pemecahan masalah merupakan
menggunakan pendekatan pemecahan proses menerapkan pengetahuan yang
masalah, dan 5) LKPD digital yang dibuat telah diperoleh sebelumnya ke dalam
guru masih sangat sederhana. Pada situasi baru yang belum dikenal sehingga
umumnya, sumber belajar yang digunakan siswa lebih tertantang dan termotivasi
oleh pendidik berupa buku Kemendikbud untuk mempelajarinya (Husna et al.,
revisi 2017 dan LKS Tuntas. Namun, 2012). Setiap siswa memiliki kemampuan
perangkat pembelajaran yang yang berbeda-beda dalam menyelesaikan
dikembangkan sendiri oleh pendidik agar suatu masalah. Hal ini disebabkan karena
sesuai dengan kebutuhan peserta didik kemampuan pemecahan masalah
masih kurang memfasilitasi untuk mampu memerlukan suatu keterampilan dan
melatih memecahkan masalah karena kemampuan khusus yang dimiliki
masih berorientasi pada kemampuan masingmasing siswa. Kemampuan
berhitung. Hal ini sejalan dengan pemecahan masalah mengacu pada
penelitian Nuraini & Maasawet (2016) upaya yang diperlukan siswa dalam
bahwa penggunaan perangkat menentukan solusi atas masalah yang
pembelajaran pada proses pembelajaran dihadapi. Usman (2010), menyatakan
belum dilakukan secara maksimal. bahwa pemecahan masalah merupakan
Sehingga seorang pendidik wajib memiliki salah satu kompetensi yang menjadi fokus
kesadaran terhadap bahan ajar yang dalam pemebelajaran matematika.
digunakan agar tepat penggunaannya dan Menurut Polya (Wardhani, 2010) strategi
tidak monoton dalam pelaksanaannya. dalam pemecahan masalah terdiri atas
Mempertimbangkan kondisi di atas, empat langkah, yaitu memahami masalah,
perlu adanya pengembangan LKPD yang membuat rencana pemecahan masalah,
dapat mengatasi permasalahan tersebut. melaksanakan rencana pemecahan
LKPD tersebut diupayakan berbasis digital masalah, dan membuat review atas
dan berorientasi pemecahan masalah pelaksanaan rencana pemecahan
agar sesuai dengan pengalaman peserta masalah.
didik sehari-hari. LKPD yang akan dibuat Penggunaan bahan ajar seperti
ini berorientasi pemecahan masalah agar LKPD dapat mendukung kemampuan
sesuai dengan karakteristik IPA. Menurut menganalisis peserta didik. Hal tersebut
(Suhendri, 2016), problem solving adalah sesuai dengan pernyataan (Nurliawaty et

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 155


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

al., 2017) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menganalisis tujuan


kurangnya penggunaan bahan ajar yang dan batasan materi. Setelah dilakukan
tepat serta tidak sesuai dengan kebutuhan revisi akan dilakukan validasi
peserta didik menyebabkan kurangnya menggunakan evaluasi formatif
kemampuan menganalisis terhadap menggunakan perhitungan menurut
proses pemecahan masalah. Hal ini Gregory.
Tahap perancangan (design),
dibuktikan dari hasil penelitiannya yaitu
berupa rancangan awal perangkat
analisis angket respon peserta didik
pembelajaran berupa LKPD. Tujuan tahap
diperoleh rata-rata persentase hasil ini adalah memperoleh sebuah hasil
analisis sebesar 87,9%.4 Dengan rancangan perangkat pembelajaran
demikian dapat dikatakan bahwa LKPD berupa LKPD Digital berorientasi
berbasis problem solving yang pemecahan masalah untuk meningkatkan
dikembangkan oleh Nurliawati valid, kemampuan pemecahan masalah IPA
praktis, efektif dan dapat digunakan dalam peserta didik.
proses pembelajaran serta dapat Selanjutnya, pada tahap
mendukung kemampuan menganalisis pengembangan dilakukan finalisasi produk
peserta didik. awal berupa LKPD digital yang dihasilkan
Penggunaan LKPD menjadi salah pada tahap perancangan. LKPD digital
satu alternatif untuk meningkatkan yang merupakan produk awal dinilai oleh 3
ahli yakni: ahli materi pembelajaran, ahli
pemahaman konsep dan aktivitas belajar
media pembelajaran dan ahli desain
siswa. Penyajian LKPD dapat pembelajaran. Hasil penilaian ahli
dikembangkan dengan berbagai macam digunakan sebagai acuan untuk merevisi
inovasi. Terdapat berbagai macam inovasi LKPD digital. Penilaian dilakukan oleh ahli
baru yang dapat diterpakan, salah satunya materi dan ahli media menggunakan
dengan memadukan dengan metode instrumen LORI. Kelayakan dari LKPD
pemecahan masalah. Penggunaan LKPD digital dapat diketahui melalui data angket
digital yang berorientasi pemecahan mengenai tanggapan ahli terkait layak
masalah diyakini mampu membantu siswa atau tidaknya LKPD digital. Teknik analisis
dalam memecahkan masalah yang data yang sesuai untuk menganalisis hasil
dihadapi, sehingga penulis perlu angket adalah teknik analisis deskriptif
melakukan penelitian yang berjudul dengan rata-rata skoring jawaban pada
masing-masing item yang dinilai
“Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Terakhir, tahap penyebaran LKPD
Didik Digital Berorientasi Pemecahan
digital dalam penelitian ini cukup
Masalah pada Pembelajaran IPA Siswa melakukan uji terbatas pada tahap
Kelas V SD”. pengembangan (develop) karena karena
keterbatasan waktu ditambah kondisi
METODE pandemi Covid-19. Pada tahap ini
Penelitian ini dilakukan dengan merupakan tahap penggunaan perangkat
pendekatan penelitian dan pengembangan yang telah dikembangkan pada skala yang
atau lebih dikenal dengan Research and lebih luas misalnya di kelas atau di
Development (R&D). Penelitian ini sekolah. Tahap penyebaran dilakukan
dilakukan dengan model pengembangan hanya sampai uji terbatas untuk
4D. Menurut Trianto (2011), model four D mendapatkan kegunaan materi dari sisi
(4-D) yang terdiri dari 4 tahap utama yaitu efisiensi dan efektivitas media.
tahap define (pendefenisian), design
(perancangan), develop (pengembangan) HASIL DAN PEMBAHASAN
dan disseminate (penyebaran). Pengembangan LKPD berorientasi
Tahapan penelitian dan pemecahan masalah yaitu berorientasi
pengembangan dimulai dari tahap siswa pada masalah, mengorganisasikan
pendefinisian (define), dimana tujuan pada siswa untuk belajar, membimbing
tahapan ini adalah untuk menetapkan dan penyelidikan individual maupun kelompok,
mendefenisikan syarat dibutuhkan dalam mengembangkan dan menyajikan hasil

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 156


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

karya, menganalisa dan mengevaluasi dosen pembimbing berdasarkan segi isi,


proses pemecahan masalah. Karakteristik kebahsaan, penyajian, dan kegrafisan
LKPD digital berorientasi pemecahan agar LKPD sesuai digunakan oleh peserta
masalah yang dikembangkan dalam didik dalam proses kegiatan
penelitian ini dapat dibagi menjadi 5 pembelajaran. Bagaian awal desain LKPD
bagian, yaitu: komponen, tampilan, materi, cover, daftar isi, petunjuk penggunaan
aktivitas pembelajaran dan sistem LKPD, dan Lembar Kegiatan Peserta
penilaiannya didik. Pada penyusunan LKPD
Ada empat tahapan model berorientasi pemecahan masalah pada
pengembangan yang digunakan untuk materi siklus air, dan indikator
memperoleh Lembar Kerja Peserta Didik mengidentifikasi siklus air dan dampaknya
(LKPD) yaitu: Define (pembatasan), bagi peristiwa di bumi serta kelangsungan
Design (perancangan), Develop makhluk hidup. Pada penyusunan LKPD
(pengembangan), dan Desseminate digital berorientasi pemecahan masalah,
(penyebaran). LKPD digital berisi cover, daftar isi,
Tahap pertama adalah tahap define petunjuk penggunaan, Lembar kegiatan
(pendefinisian). Pada tahap define peserta didik diimulai dari kegiatan
(pendefinisian) bertujuan untuk membaca fenomena, mengidentifikasi dan
mendefinisikan dan menetapkan syarat- merumuskan masalah, membuat
syarat dalam penyusunanan LKPD. hipotesis, dan merancang investigasi
Adapun tahap pendefinisian terdiri dari seperti menentukan alat dan bahan,
tahap analisis ujung depan, analisis membuat langkah kerja percobaan untuk
peserta didik yaitu analisis tugas, analisis kegiatan pembelajaran. Desain LKPD
konsep, dan spesifikasi. Pada tahap ini beroientasi pemecahan masalah dilakukan
bertujuan untuk memperoleh informasi secara digital untuk membantu dan
mengenai kurikulum, materi, karakteristik mempermudah peserta didik memperoleh
peserta didik, dan lingkungan sekolah informasi melalui perkembangan teknologi
untuk mengembangkan LKPD digital sebelum melakukan percobaan mengenai
berorientasi pemecahan masalah. siklus air. Kegiatan perencanaan LKPD
Kegiatan tahap pendefinisian dalam digital akan menghasilkan produk yang
memperoleh informasi yaitu melalui studi disebut Draft I kemudian ditelaah oleh
literatur dan studi lapangan. Studi literatur dosen dan guru kelas. Setelah dilakukan
dan studi lapangan dilakukan dengan cara telaah dan direvisi menghasilkan Draft II
obsevasi di SD No. 1 Seminyak dan SD yang akan divalidasi kepada dosen dan
No. 3 Legian dengan menyebar kuesioner guru kelas sebelum diujicobakan kepada
pra-penelitian serta melakukan peserta didik.
wawancara dengan guru kelas V. Tahap ketiga adalah tahap Develop
Tahap kedua adalah tahap design (Pengembangan). Tujuan tahap
(perencanaan) Pada tahap perencanaan pengembangan adalah untuk memperoleh
yaitu tahap merancang perangkat perangkat pembelajaran LKDP dan sudah
pembelajaran LKPD. Tahap perencanaan direvisi berdasarkan masukan yang
dibagi menjadi 4 bagian yaitu, diperoleh dari penelaah yaitu dosen dan
Penyusunan materi, pemilihan, desain guru kelas V. Setelah dilakukan telaah dan
pembelajaran, dan desain awal. Kegiatan revisi maka LKPD dapat diujicobakan
pada tahap ini menentukan desain kepada peserta didik SD No. 1 Seminyak
pembelajaran dimulai dari menyusun dan SD No. 3 Legian. Setelah uji validitas
materi, pemilihan format penyusunan dan uji kelayakan, penyempurnaan LKPD
LKPD hingga desain LKPD. Tujuan meliputi teknis kerja, pemilihan desain,
perencanaan yaitu untuk mengetahui alur tata letak, warna, pemilihan font, pemilihan
dalam penyusunan LKPD digital aplikasi penunjang pembuatan LKPD
berorientasi pemecahan masalah. Pada digital, finalisasi templates yang akan
tahap perencanaan yaitu pembuatan digunakan siswa saat mempresentasikan
storyboard pada penyusunan LKPD hasil kerjanya. Adapun tampilan LKPD
digital. Desain penyusunan rancangan digital adalah sebagai berikut. 1) Cover
LKPD digital dikonsultasikan kepada LKPD Digital Fungsi cover pada LKPD

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 157


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

digital adalah menyajikan informasi atau dikuasai siswa setelah mengikuti


mengenai judul, isi, dan kegiatan belajar kegiatan pembelajaran tertentu. 4) Video
yang akan dilakukan dan memiliki Pembelajaran Video merupakan tayangan
tampilan yang menarik. Hal ini tercermin gambar bergerak yang disertai dengan
dari pemberian gambar-gambar yang suara. Seperti halnya foto, video dapat
menunjang kegiatan percobaan seperti melengkapi informasi atau tulisan pada
adanya gambar anak yang sedang LKPD dan dapat memberikan informasi
menanam tumbuhan, menyiramnya, dan yang lebih jelas daripada foto. Melalui
ikon-ikon kreatif lainnya. Demikian juga video guru dapat menayangkan beberapa
dengan pemilihan warna yang materi yang konkret dan mudah untuk
membangkitkan kreatifitas siswa. Pada dipahami oleh peserta didik. Video
cover telah tercantum tema yang telah pembelajaran ada LKPD ini merupakan
menggunakan font standar. 2) Identitas cerminan dari desain audiovisual dalam
Siswa pada LKPD Digital. Halaman prinsip digital.
identitas laporan pada umumnya, Tahap keempat adalah tahap
biasanya hanya dituliskan nama, kelas, Penyebaran (Dessiminate) Pada tahap ini
dan nomor absen siswa. Pada laporan merupakan tahap penggunaan perangkat
LKPD digital ini halaman identitas yang telah dikembangkan pada skala yang
disajikan dengan judul dan gambar yang lebih luas misalnya di kelas lain, di
sesuai dengan isi materi. Tampilan sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan
dengan gaya seperti ini selain lebih lain adalah untuk menguji efektivitas
menarik juga mengakomodasi desain penggunaan perangkat di dalam KBM.
visual dan spasial pada prinsip multimodal Adapun proses penyebaran dilakukan oleh
yang dikembangkan. 3) Bagan peneliti di SD No. 1 Seminyak dan SD No.
Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan 3 Legian. Penyebaran dilakukan dalam
Pembelajaran. Kompetensi dasar adalah skala terbatas yang dilaksanakan dengan
bentuk penguasaan peserta didik terhadap cara melakukan sosialisasi tentang produk
pengetahuan, perilaku, keterampilan, dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD di
sikap setelah mendapatkan materi kelas V serta pemberian satu buah produk
pembelajaran pada jenjang pendidikan LKPD yang telah dikemas sebagai
tertentu. Kompetensi ini dikembangkan perwakilan produk dan juga pemberian file
berdasarkan karakteristik peserta didik LKPD kepada guru kelas V di sekolah
dan harus mengacu pada kompetensi inti tersebut.
yang telah dirumuskan. Adapun fungsinya Berdasarkan LKPD digital berorintasi
adalah sebagai acuan atau rujukan guru pemecahan masalah kepada peserta didik
dalam menyusun indikator kompetensi di SD No. 1 Seminyak dan SD No. 3
pada pembelajaran di kelas. Dengan Legian. LKPD ini harus memenuhi
demikian, akan tercapai tujuan beberapa kriteria yang telah ditentukan
pembelajarannya. Indikator merupakan yaitu valid, efektif, dan respon peserta
tanda yang menunjukkan bahwa tingkat didik terhadap LKPD.
capaian kompetensi dasar bisa mengubah Validitas isi LKPD berdasarkan hasil
perilaku peserta didik yang dinilai dari validasi ahli untuk muatan pelajaran IPA
sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita” dalam
Tujuan pembelajaran merupakan arah Sub Tema 1 “Manusia dan Lingkungan”
yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas Pembelajaran 1 kelas V Kurikulum 2013.
yang dilakukan dalam proses Pada tahap uji validitas ini panelis
pembelajaran. Tujuan pembelajaran diberikan produk dan kuisioner produk
dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dikembangkan. Adapun data hasil
kompetensi spesifik, aktual, dan terukur validitas isi LKPD yang dikembangkan
sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, disajikan pada Tabel 1.

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 158


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

Tabel 1. Hasil Uji Validitas Isi LKPD


No Instrumen Content Validity Keterangan
1 Materi Pembelajaran 1 Valid
2 Media Pembelajaran 1 Valid
3 Desain Pembelajaran 1 Valid

Berdasarkan Tabel 1, dapat masing-masing. Tim validator berjumlah 6


dikatakan bahwa produk LKPD yang ahli yaitu 2 ahli materi, 2 ahli desain dan 2
dikembangkan dapat dinyatakan valid. ahli media. Adapun hasil kelayakan oleh
Kelayakan Produk LKPD digital tim ahli yaitu sebagai berikut.
Setelah produk berhasil dibuat maka pada Penilaian yang dilakukan oleh ahli
tahap selanjutnya yaitu pengembangan. materi pembelajaran pada LKPD digital
Tahap pengembangan produk diuji berorintasi pemecahan masalah pada
kelayakannya yang dilakukan oleh tim materi siklus air dapat ditunjukkan pada
validator yang sudah ahli dalam bidangnya Tabel 2.

Tabel 2. Penilaian Ahli Materi


Dimensi Presentase Skor (%) Ahli I Presentase Skor (%) Ahli II
Kelayakan Isi 95% 98,33%
Kelayakan Kebahasaan 100% 100%
Kelayakan Penyajian 100% 100%
Rata-rata 97% 99%
memperoleh presentase sebesar 100%.
Berdasarkan Tabel 2 penilaian yang Rata-Rata penilaian yang dilakukan oleh
dilakukan oleh ahli materi diatas dapat tim ahli materi pembelajaran memperoleh
diketahui bahwa pada ahli pertama presentase sebesar 99% dengan kriteria
dimensi 1 yaitu kelayakan isi sangat layak.
mendapatkan presentase kelayakan Berdasarkan penilaian ahli materi
sebesar 95%. Sedangkan pada dimensi 2 tersebut diketahui bahwa skor yang
yaitu kelayakan kebahasaan memperoleh didapat dari ahli pertama presentase
presentase sebesar 100%. Pada dimensi kelayakannya yaitu 97% dengan kategori
3 yaitu kelayakan penyajian memperoleh Sangat Layak dan ahli kedua presentase
presentase sebesar 100%. Rata-Rata kelayakannya yaitu 99% dengan kategori
penilaian yang dilakukan oleh tim ahli Sangat Layak. Maka produk tersebut
materi pembelajaran memperoleh dapat dipergunakan untuk peserta didik
presentase sebesar 97% dengan kriteria pada jenjang SD kelas V khususnya pada
sangat layak. materi siklus air.
Selanjutnya untuk penilaian ahli Penilaian yang dilakukan oleh ahli
materi kedua dimensi 1 yaitu kelayakan isi media pembelajaran pada LKPD digital
mendapatkan presentase kelayakan berorintasi pemecahan masalah pada
sebesar 98,33%. Sedangkan pada materi siklus air dapat ditunjukkan pada
dimensi 2 yaitu kelayakan kebahasaan Tabel 3.
memperoleh presentase sebesar 100%.
Pada dimensi 3 yaitu kelayakan penyajian

Tabel 3. Penilaian Ahli Media


Dimensi Presentase Skor (%) Ahli Presentase Skor (%) Ahli
Media I Media II
Rekayasa Perangkat Lunak 94,29 % 100%
Komunikasi Visual 100% 100%
Rata-rata 97,14% 100%

Berdasarkan Tabel 3 penilaian yang pertama dimensi 1 yaitu kelayakan


dilakukan oleh ahli media di atas dapat rekayasa perangkat lunak mendapatkan
diketahui bahwa pada ahli media presentase kelayakan sebesar 94,29%.

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 159


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

Sedangkan pada dimensi 2 yaitu Layak. Maka produk tersebut dapat


kelayakan komunikasi visual memperoleh dipergunakan untuk peserta didik pada
presentase sebesar 100%. Rata-Rata jenjang SD kelas V khususnya pada
penilaian yang dilakukan oleh tim ahli materi siklus air.
media I pembelajaran memperoleh Berdasarkan penilaian ahli media I
presentase sebesar 97,14% dengan tersebut diketahui bahwa skor yang
kriteria sangat layak. didapat dari presentase kelayakannya
Selanjutnya untuk ahli media kedua yaitu 97,14% atau 4,86 berada pada 4,20
dimensi 1 yaitu kelayakan rekayasa ≤ X ≤ 5,00 dengan kategori Sangat Layak
perangkat lunak mendapatkan presentase dan penilaian ahli media II tersebut
kelayakan sebesar 100%. Sedangkan diketahui bahwa skor yang didapat dari
pada dimensi 2 yaitu kelayakan presentase kelayakannya yaitu 100% atau
komunikasi visual memperoleh presentase 5,00 berada pada 4,20 ≤ X ≤ 5,00 dengan
sebesar 100%. Rata-Rata penilaian yang kategori Sangat Layak. Maka produk
dilakukan oleh tim ahli media II tersebut dapat dipergunakan untuk
pembelajaran memperoleh presentase peserta didik pada jenjang SD kelas V
sebesar 100% dengan kriteria sangat khususnya pada materi siklus air.
layak.
Berdasarkan penilaian ahli materi Penilaian yang dilakukan oleh ahli
tersebut diketahui bahwa skor yang desain pada LKPD digital berorintasi
didapat dari presentase kelayakannya pemecahan masalah pada materi siklus
yaitu 98,57% dengan kategori Sangat air dapat ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Penilaian Ahli Desain


Dimensi Presentase Skor (%) Ahli I Presentase Skor (%) Ahli II
Kelayakan Aktivitas 100% 100%
Pembelajaran
Rata-rata 100% 100%

Berdasarkan Tabel 4 penilaian yang sistematis, (3), kesesuaian visualisasi


dilakukan oleh ahli kelayakan aktivitas di materi, (4) desain, 5) media dan (6)
atas dapat diketahui bahwa pada ahli penggunaan evaluasi beroritansi
desain pertama dimensi 1 yaitu kelayakan pemecahan masalah. Materi yang diulas
desain mendapatkan presentase dalam LKPD telah sesuai dengan
kelayakan sebesar 100%. Selanjutnya kurikulum dan tujuan pembelajaran yang
untuk penilaian ahli desain kedua dimensi telah ditetapkan. Apa yang ada dalam
1 yaitu kelayakan isi mendapatkan LKPD tidak akan menyimpang dengan
presentase kelayakan sebesar 100%. apa yang telah dipelajari oleh guru. Materi
Berdasarkan penilaian ahli desain dalam LKPD telah disusun secara baik
tersebut diketahui bahwa skor yang dan sistematis serta didukung oleh
didapat dari presentase kelayakan yaitu visualiasi gambar yang sesuai.
100% atau 5 berada pada 4,20 ≤ X ≤ 5,00 Penyusunan secara sistematis sangat
dengan kategori Sangat Layak. Maka membantu peserta didik untuk mencapai
kelayakan desain pembelajaran tersebut standar kompetensi.
dapat dipergunakan untuk peserta didik Hasil validiasi LKPD berbasis
pada jenjang SD kelas V khususnya pada pemecahan dari aspek desain
materi siklus air. pembelajaran berada pada kualifikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang sangat baik. Desain pembelajaran LKPD
telah dilakukan, pengembangan LKPD telah memenuhi standar kurikulum dan
memperoleh kualifikasi sangat baik dari desain instruksional yang baik.
aspek isi mata pelajaran. Isi LKPD telah Penjabaran kurikulum dalam LKPD telah
dikembangkan dengan mengacu dan diturunkan menjadi Kompetensi dasar,
memenuhi aspek (1) kurikulum, (2) indikator, dan tujuan pembelajaran. Tujuan
susunan isi atau materi yang lengkap dan pembelajaran telah dirumuskan dengan

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 160


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

baik dan disajikan pada LKPD. Kemudian belajar mandiri karena mengikuti petunjuk
LKPD yang dikembangkan telah yang ada dalam LKPD.
menerapkan desain pembelajaran mulai
dari penyajian tujuan, pemberian motivasi, Seperti hasil penelitian yang
kejelasan, urutan materi, penyajian dilakukan oleh Penelitian Septina, dkk
petunjuk kerja, penyajian langkah-langkah (2018) merupakan penelitian
pemecahan masalah, penyajian media, pengembangan yang bertujuan untuk
hingga evaluasi. menghasilkan produk berupa Lembar
Desain penyusunan rancangan Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan
LKPD digital dikonsultasikan kepada pendekatan saintifik berbasis kemampuan
dosen pembimbing berdasarkan segi isi, pemecahan masalah matematika.
kebahsaan, penyajian, dan kegrafisan Prosedur penelitian dan pengembangan
agar LKPD sesuai digunakan oleh peserta yang digunakan adalah model
didik dalam proses kegiatan pengembangan Borg dan Gall yang
pembelajaran. Bagaian awal desain LKPD dimodifikasi oleh Sugiyono (2015).
cover, daftar isi, petunjuk penggunaan Instrumen pengumpulan data yang
LKPD, dan Lembar Kegiatan Peserta digunakan adalah angket yang diberikan
didik. Pada penyusunan LKPD kepada para ahli untuk mengetahui
berorientasi pemecahan masalah pada kelayakan produk dan angket yang
materi siklus air, dan indikator diberikan kepada peserta didik dan
mengidentifikasi siklus air dan dampaknya pendidik untuk mengetahui kemenarikan
bagi peristiwa di bumi serta kelangsungan produk. Hasil penelitian menunjukkan
makhluk hidup. Pada penyusunan LKPD bahwa penilaian dari para ahli sangat
digital berorientasi pemecahan masalah, layak (86% ahli materi, dan 85% ahli
LKPD digital berisi cover, daftar isi, media), respon peserta didik dan pendidik
petunjuk penggunaan, Lembar kegiatan sangat menarik (88% uji coba kelompok
peserta didik diimulai dari kegiatan kecil, 89% uji coba lapangan dan 88% uji
membaca fenomena, mengidentifikasi dan coba pendidik). Perbedaan antara
merumuskan masalah, membuat penelitian sebelumnya dengan penelitian
hipotesis, dan merancang investigasi ini adalah pada model penelitian yang
seperti menentukan alat dan bahan, digunakan serta mata pelajaran. Model
membuat langkah kerja percobaan untuk penelitian dalam penelitian sebelumnya
kegiatan pembelajaran. adalah menggunakan model penelitian
Desain pembelajaran yang dikemas desain Borg dan Gall serta mata pelajaran
dengan baik akan membuat pembelajaran matematika.
siswa berlangsung secara sistematis dan
menjadi bermakna sehingga akan PENUTUP
berlangsung secara terarah dan Berdasarkan pemaparan hasil dan
terorganisir. Pada aspek media dinilai pembahasan dapat disimpulkan sebagai
komponen sampul, tipografi, gambar, dan berikut. (1) Tingkat kevalidan LKPD digital
tata letak. LKPD yang dikembangkan telah berorintasi pemecahan masalah yaitu:
menggunakan sampul yang menarik, materi pembelajaran, media
menggunakan tipe huruf san serif pembelajaran, desain pembelajaran dan
sehingga mudah dibaca oleh siswa. kepraktisan baik untuk guru dan peserta
Dengan pengemasan LKPD sesuai didik dinyatakan semua valid. Dari segi
prinsip-prinsip media yang baik maka kelayakan materi, media dan desain
dalam proses pembelajaran peserta didik dikategorikan sangat layak. Rata-rata
dapat tertarik untuk belajar mengenai efisiensi LKPD digital untuk peserta didik
sesuatu hal yang baru dan dapat belajar sebesar 4,89 dengan keteria sangat tinggi,
secara mandiri menjadi efektif. Dengan sedangkan untuk guru dengan efisiensi
demikian LKPD menjadi panduan yang LKPD digital sebesar 4,93 keteria sangat
layak bagi peserta didik dalam proses tinggi. (2) Tingkat keefektifan dari hasil
pembelajaran sehingga peserta didik analisis uji coba lapangan menunjukkan
dapat belajar secara aktif dan mampu bahwa LKPD berorientasi pemecahan
masalah dikatakan efektif digunakan
dalam proses pembelajaran dengan

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 161


Vol. 6 No 1, Pebruari 2022
ISSN: 2613-9553

melihat hasil tes peserta didik yang Perangkat Pembelajaran Berbasis


berjumlah 47 orang dan 47 diantaranya Inquiry dan Permasalahan Siswa
dinyatakan lulus (tuntas). Terkait Kemampuan Pemecahan
Berdasarkan hasil dan pembahasan Masalah dalam Pembelajaran
penelitian maka dapat disarankan hal-hal Biologi di SMA. Jurnal of Biology
sebagai berikut. (1) Bagi pendidik agar Education, 5(3), 271–.
pada saat proses belajar mengajar dapat
Nurliawaty, L., Yusuf, I., Widyaningsih, S.
menggunakan LKPD digital berorintasi
W., Fisika, P., & Papua, U. (2017).
pemecahan masalah. (2) Dalam
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (
penerapan LKPD digital berorientasi
LKPD ) BERBASIS PROBLEM
pemecahan masalah pada kegiatan
SOLVING POLYA. 6(1).
pembelajaran di kelas, pendidik
hendaknya memfasilitasi peserta didik Permanasari, A. (2016). STEM Education :
dalam belajar sehingga segala kebutuhan Inovasi dalam Pembelajaran Sains.
peserta didik dalam proses belajarnya 23–34.
terpenuhi baik terkait pengetahuan, Praswoto, A. (2013). Pengembangan
keterampilan dan sikap. (3) Bagi peneliti Bahan Ajar Tematik. Diva PRESS.
berikutnya, disarankan untuk melakukan
penelitian tentang pengembangan LKPD Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
digital berorintasi pemecahan masalah Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&B.
pada mata pelajaran apapun dan juga di Alfabeta.
tempat yang berbeda pembelajaran di era Suhendri, H. (2016). PENGARUH
4.0. METODE PEMBELAJARAN
PROBLEM SOLVING TERHADAP
DAFTAR RUJUKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA.
Depdiknas. (2008). Panduan 3(2), 105–114.
Pengembangan Bahan Ajar. Trianto. (2011). Medesain Model
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajara Inovatif-Progresif.
Manajemen Pendidikan Dasar dan Kencana.
Menengah.
Usman, S. (2010). Pembelajaran IPA di
Febriyanti, E., Dewi, F., & Afrida. (2017). Sekolah Dasar. PT Indeks.
Pengembangan e-LKPD Berbasis
Wakil Menteri Bidang Pendidikan dan
Problem Solving Pada Materi
Kebudayaan R.I. (2014). Konsep
Kesetimbangan Kimia di SMAN 2
dan Implementasi Kurikulum 2013.
Kota Jambi. Artikel Ilmiah. Fakutas
PDF dokumen. Diambil dari
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
https://kemdikbud,go.id/kemdikbud/
Universitas Jambi Desember, 2017.
dokumen/Paparan/Paparan%20Wa
Gok, T., & Silay, I. (2010). The Effects of m endik.pdf.
Problem Solving Strategies on
Wardhani, S. (2010). Implikasi
Students’ Achievement, Attitude and
Karakteristik Matematika Dalam
Motivation Latin- American. Journal
Pencapaian Tujuan Mata Pelajaran
of Physics Education, Vol. 4 No.
Matematika di SMP/MTs.
Husna, & dkk. (2012). Peningkatan Yogyakarta: Pusat Pengembangan
Kemampuan Pemecahan Masalah Penataran Guru Matematika.
dan Komunikasi Matematik melalui
Pendekatan Matematika Realistik
pada Siswa SMP Kelas VII Langsa.
Jurnal Paradikma, Volume: 6.
Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran.
PT Remaja Rosdakarya.
Nuraini, T. M., & Maasawet, E. T. (2016).
Analisis Permasalahan Guru Terkait

PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 162

Anda mungkin juga menyukai