Anda di halaman 1dari 11

PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika

Volume 11 – Nomor 2, Desember 2016, (149-159)


Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras

Perbandingan Keefektifan antara Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Budaya


Lokal Ditinjau dari Prestasi dan Motivasi Belajar

Maria Ulfah
SMK Negeri 6 Yogyakarta. Jl. Kenari No.4, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, 55166, Indonesia
Korespondensi Penulis. Email: loncom78@yahoo.co.id, Telp: +62274512251

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan keefektifan pembelajaran penemuan
terbimbing, pembelajaran dengan budaya lokal, dan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran
matematika ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar; (2) mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan
keefektifan ketiga metode pembelajaran tersebut; (3) mendeskripsikan pembelajaran mana yang lebih
efektif diantara pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran dengan budaya lokal dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar. Penelitian ini merupakan
eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent group design menggunakan dua kelompok
eksperimen. Populasi penelitian semua siswa kelas X SMK Negeri 4 dan SMK Negeri 6 Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran penemuan terbimbing, pembelajaran
menggunakan budaya lokal, serta pembelajaran konvensional tidak efektif ditinjau dari prestasi dan
motivasi belajar; (2) terdapat perbedaan keefektifan yang signifikan antara pembelajaran penemuan
terbimbing, pembelajaran dengan budaya lokal, dan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran
matematika ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar; (3) pembelajaran menggunakan budaya lokal
lebih efektif daripada pembelajaran penemuan terbimbing ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar.
Kata Kunci: pembelajaran penemuan terbimbing, budaya local, prestasi dan motivasi belajar.

The Effectivnees of the Guided Discovery Learning with Local Culture in Term of
Students’ Achievement And Motivation

Abstract
This study aimed to: (1) describe the effectiveness of guided discovery learning, local cultural
learning, and conventional learning in terms of students’ achievement and motivation; (2) describe
wether there was difference of effectiveness among the three methods; and (3) describe learning
method which was more effective between guided discovery learning and local cultural learning in
terms of students’ achievement and motivation. This study was a quasi-experimental design with non-
equivalent group design using two experimental groups. The study population were all grade X
students of SMKN 4 and SMKN 6 Yogyakarta. Instruments used were in the form of achievement tests
and questionnaires. The results show that: (1) guided discovery learning, local cultural learning, and
conventional learning were not effective in terms of students’ achievement and motivation;( 2) there
were differences significantly in the effectiveness between guided discovery learning, local cultural
learning, and conventional learning; and (3) local cultural learning was more effective than guided
discovery learning in terms of students’ achievement and motivation.
Keywords: guided discovery learning, local cultural learning, achievement, learning motivation.

How to Cite: Ulfah, M. (2016). Keefektifan pembelajaran penemuan terbimbing dengan budaya lokal ditinjau
dari prestasi dan motivasi belajar. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 11(2), 149-159.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/pg.v11i2.10636

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/pg.v11i2.10636

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (2), Desember 2016 - 150
Maria Ulfah

60% telah dikuasai siswa. Prestasi belajar siswa


PENDAHULUAN
setelah melakukan kegiatan belajar dalam waktu
Pendidikan adalah hal yang paling pen- tertentu.
ting bagi bangsa. Oleh karena itu Indonesia sela- Pada tingkat SMK, siswa mengalami
lu berusaha mencari cara supaya pendidikan di kesulitan pada materi geometri, khususnya,
Indonesia semakin berkembang sehingga men- untuk menentukan jarak titik ke garis dalam
ciptakan manusia yang berkualitas yang bisa suatu bangun ruang, terutama jarak titik tengah
membuat Negara Indonesia berkembang dan suatu ruas garis atau titik perpotongan diagonal
berpengaruh di dunia. ruang dengan ruas garis yang ada. Selain itu
Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 siswa mengalami kesulitan untuk menentukan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sudut antara garis dan bidang dalam suatu
pada pasal 36 ayat 1 dan 2 maka pemerintah bangun ruang.
membuat kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Ulangan harian, ulangan tengah semester,
Dengan adanya kurikulum ini diharapkan pen- dan ulangan akhir semester adalah alat-alat ukur
didikan di Indonesia semakin maju yang dapat yang banyak digunakan untuk menentukan taraf
menciptakan manusia Indonesia yang berkua- keberhasilan sebuah program pengajaran. Se-
litas. Kurikulum 2013 merupakan strategi mentara itu istilah evaluasi biasanya dipandang
pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sebagai ujian untuk menilai hasil pembelajaran
sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. para siswa pada akhir jenjang pendidikan
Kurikulum 2013 dianggap sebagai paradigma tertentu. Di Indonesia ujian seperti ini disebut
baru pengembangan kurikulum yang memberi- ujian akhir nasional (UAN) yang kini disebut
kan kesempatan yang seluas-luasnya kepada UN (Syah, 2014, p.139). Tetapi pada kenyataan-
peserta didik untuk berekspresi, berpikir dan nya masih ada sebagian siswa yang menganggap
berinovasi. Guru berperan memberikan motivasi bahwa pelajaran matematika merupakan
dan mengarahkan proses belajar kepada peserta pelajaran yang sulit dipelajari dan dipahami.
didik. Salah satu hal yang mampu membuat
Untuk menciptakan manusia yang berkua- siswa meningkatkan prestasi dan motivasi bel-
litas maka guru harus mempersiapkan pembel- ajar matematika pada materi pokok geometri
ajaran yang berkualitas yaitu dengan mengguna- adalah guru hendaknya mampu memilih dan
kan model pembelajaran yang mengarahkan menerapkan pembelajaran yang lebih tepat da-
keaktifan peserta didik. Proses pembelajaran lam proses mengajar disesuaikan dengan materi
yang masih tergantung dan di dominasi oleh yang diajarkan. Materi geometri memiliki struk-
guru menyebabkan pembelajaran bersifat mono- tur matematika yang beragam yang terdiri atas,
ton yang menyebabkan rendahnya motivasi postulat-postulat, dalil-dalil atau prinsip-prinsip,
belajar siswa. Jika motivasi belajar rendah maka yang terdapat pada berbagai bentuk bidang dan
prestasi belajar matematika pun menjadi rendah bangun ruang berupa kedudukan titik-titik, garis
pula. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dan bidang. Hal ini tentunya memerlukan
dilakukan oleh Kurniawan & Wutsqa (2014, pemikiran tinggi untuk mengembangkan ide-ide
pp.176-187) dengan hasil penelitiannya menun- siswa untuk pemecahan masalah berdasarkan
jukkan bahwa perhatian orang tua, motivasi pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki.
belajar, dan lingkungan sosial secara bersama- Pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
sama memberikan pengaruh yang signifikan dan motivasi belajar matematika adalah pem-
terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP belajarn menggunakan penemuan terbimbing
dengan sumbangan sebesar 10,6%. dan pembelajaran menggunakan budaya lokal.
Faktor-faktor yang meningkatkan prestasi Carin & Sund (1989, p.97) berpendapat
matematika adalah: (1) pengetahuan awal atau “guided discovery teaching provides opportu-
konsep dasar yang kuat; (2) pemahaman kon- nities for greater involvement, giving students
septual, kelancaran prosedural, dan kecepatan more chances to gain insight and better develop
dalam mengingat suatu kejadian; (3) selain ba- their self-conceps”. Pembelajaran menggunakan
kat yang melekat, ketrampilan dalam meng- penemuan terbimbing menyediakan kesempatan
hitung matematika (NCTM, 2013). untuk keterlibatan lebih besar, memberikan
Menurut Djamarah (1997, p.119) prestasi kesempatan lebih banyak untuk memperoleh
adalah tingkat keberhasilan dimana seluruh ba- wawasan dan mengembangkan konsepnya sen-
han pelajaran yang diberikan dapat dikuasai oleh diri dengan lebih baik. Penemuan terbimbing
siswa atau minimal bahan pelajaran diajarkan memiliki kelebihan pada pemanfaatan waktu

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Desember 2016 - 151
Maria Ulfah

efektif dan juga menghindari kesalahpahaman dengan budaya lokal. Harapannya dengan pem-
dibandingkan penemuan murni. Namun secara belajaran ini dapat meningkatkan prestasi dan
umum penemuan terbimbing juga memiliki motivasi belajar matematika. Hal ini sesuai
manfaat yang tidak dimiliki oleh pembelajaran- dengan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
pembelajaran yang lain. Selain kelebihan-kele- Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2012 tentang Ren-
bihan yang telah disebutkan diatas, penemuan cana Strategis Pembangunan Pendidikan Daerah
terbimbing juga memiliki beberapa kekurangan. yang menyatakan bahwa visi pembangunan
Westwood (2008, p. 30) menyatakan kekurang- pendidikan DIY sebagai pusat pendidikan
an metode penemuan adalah sebagai berikut: (1) berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara
penemuan dapat menyita banyak waktu, sering pada tahun 2025. Budaya yang dimaksud dalam
kali membutuhkan waktu lebih lama untuk visi tersebut adalah nilai-nilai luhur budaya DIY
memperoleh informasi bila dibandingkan de- yang diperkaya dengan nilai-nilai luhur budaya
ngan pembelajaran langsung; (2) metode pene- nasional dalam konteks perkembangan budaya
muan membutuhkan banyak sumber lingkungan global.
belajar; (3) keefektifan metode penemuan ter- Pembelajaran menggunakan budaya lokal
gantung pada kemampuan siswa dalam mem- dilatarbelakangi bahwa matematika merupakan
baca, menghitung dan pelajaran lainnya dan juga bagian dari warisan budaya. Oleh karena itu,
tergantung pada kemampuan pengaturan diri mengingat pentingnya budaya dan pendidikan
siswa; (4) siswa akan mendapatkan sedikit hasil sebagai usaha untuk membentuk manusia yang
dari kegiatan penemuan jika mereka hanya berpengetahuan maka dalam dunia pendidikan
memiliki sedikit pengetahuan dasar atas kegiat- khususnya pembelajaran matematika sangat per-
an tersebut; (5) walaupun siswa terlibat secara lu membahas segala sesuatu berkaitan dengan
aktif namun mereka mungkin masih tidak budaya. Pembelajaran menggunakan budaya lo-
mengerti atau tidak memahami garis besar dari kal dalam pembuatan lembar kegiatan siswanya
konsep, dengan kata lain suatu aktivitas bukan- menggunakan gambar-gambar yang berkaitan
lah suatu pembelajaran yang mendalam; (6) dengan budaya lokal misalnya gambar pisowan-
siswa yang masih kecil seringkali mengalami an keraton Yogyakarta, patung, tugu Yogya-
kesulitan dalam membuat pendapat, perkiraan karta. Gambar-gambar ini dapat menarik per-
atau menarik kesimpulan dari bukti-bukti yang hatian siswa sehingga siswa akan senang belajar
diperoleh dalam kegiatan penemuan; (7) keba- matematika. Jika sudah senang maka siswa akan
nyakan dari mereka mempunyai permasalahan mudah mengerjakan soal-soal matematika khu-
dalam penalaran; (8) guru yang tidak baik dalam susnya pada materi geometri. Penggunaan
membuat dan mengatur lingkungan belajar budaya dalam pembelajaran diharapkan dapat
penemuan akan memperoleh hasil yang buruk; meningkatkan prestasi dan motivasi belajar
(9) guru bisa saja tidak dapat memonitor kegiat- matematika siswa.
an secara efektif sehingga tidak dapat memberi- Sekolah SMK adalah sekolah kejuruan
kan dorongan dan bimbingan secara individual yang memberikan siswa yang lulus menjadi
yang dibutuhkan oleh siswa secara terus pekerja yang profesional di bidangnya. Untuk
menerus. itu mata pelajaran produktif sangat diperlukan.
Pembelajaran menggunakan budaya lokal Sementara mata pelajaran normatif adaptif tidak
pada penelitian ini sintaknya sama dengan sintak begitu dipentingkan. Siswa kurang termotivasi
pembelajaran menggunakan penemuan terbim- untuk belajar matematika. Siswa kurang antusias
bing. Perbedaannya hanya pada gambar di lem- saat belajar matematika. Sehingga nilai mate-
bar kegiatan siswa. Gambar pada pembelajaran matika siswa rendah. Untuk itu diperlukan krea-
menggunakan budaya lokal menggunakan tifitas guru dalam mengajar matematika supaya
gambar-gambar pisowanan keraton Yogyakarta, siswa menjadi termotivasi dan antusias saat
patung, candi, tugu Yogyakarta dan lain-lain. belajar matematika. Pembelajaran matematika
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan dengan penemuan terbimbing dan menggunakan
budaya lokal adalah seperti langkah-langkah budaya lokal akan membantu siswa untuk
pembelajaran penemuan terbimbing yang mem- tertarik dan antusias dengan matematika.
bedakan pada gambar yang digunakan pada Tujuan penelitian ini adalah untuk men-
lembar kegiatan siswanya. deskripsikan dan membandingkan keefektifan
Pembelajaran menggunakan budaya lokal pembelajaran menggunakan penemuan terbim-
merupakan pembelajaran yang mengaitkan de- bing, pembelajaran menggunakan budaya lokal
ngan fenomena atau kejadian yang berhubungan dan pembelajaran konvensional pada materi po-

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (2), Desember 2016 - 152
Maria Ulfah

kok geometri ditinjau dari prestasi dan motivasi Pada uji normalitas ini digunakan metode
belajar matematika siswa SMK. Kolmogorov-Smirnov. Keputusan uji dan kesim-
pulan diambil pada taraf signifikansi 0,05
METODE
dengan kriteria: (1) jika nilai signifikansi lebih
Penelitian ini termasuk penelitian besar dari 0,05 maka H0 diterima, sehingga data
eksperimen semu karena peneliti tidak mungkin berdistribusi normal, (2) jika nilai signifikansi
melakukan kontrol atau manipulasi pada semua lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, sehingga
variabel yang relevan kecuali beberapa variabel data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas
yang diteliti. Pengambilan sampel dalam peneli- ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
tian ini yaitu dengan cara memilih satu Sekolah SPSS 20.0 for windows. Uji homogenitas ko-
Menengah Kejuruan sebagai kelompok eksperi- varians digunakan untuk mengetahui varians-
men yaitu SMK Negeri 4 Yogyakarta dan satu kovarians kedua populasi adalah sama atau
kelompok kontrol yaitu SMK Negeri 6 tidak. Uji homogenitas dilakukan terhadap skor
Yogyakarta. Kemudian peneliti akan memberi pretest dan posttest. Untuk mengetahui tingkat
perlakuan yang menggunakan pembelajaran homogenitas matriks varians-kovarians dilaku-
penemuan terbimbing dan menggunakan budaya kan melalui uji homogenitas Box-M dengan
lokal pada masing-masing kelas X BG4 dan X menggunakan bantuan software SPSS 20.0.
BG5 untuk kelas eksperimen di SMK Negeri 4 Sedangkan untuk mengetahui homogenitas va-
Yogyakarta serta kelas X PAT untuk kelas rians dua kelompok dilakukan dilakukan melalui
kontrol di SMK Negeri 6 Yogyakarta, dengan homogenitas Levene’s dengan bantuan software
membelajarkan materi pokok geometri. SPSS 20.0. Uji homogenitas dan penarikan
Instrumen yang digunakan dalam pene- kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan
litian ini berupa angket untuk memperoleh data pada taraf signifikansi 5% atau 0,05. Pedoman
tentang motivasi belajar matematika siswa yang pengambilan keputusan uji homogenitas sebagai
terdiri atas 30 pernyataan, dan tes digunakan berikut: (1) nilai signifikansi atau nilai proba-
untuk memperoleh data tentang prestasi belajar bilitas kurang dari 0,05 maka data berasal dari
siswa. Bentuk instrumen tes yang diapakai populasi-populasi yang mempunyai varians
adalah soal pilihan ganda. Instrumen tes dalam yang tidak homogen; dan (2) nilai signifikansi
penelitian ini terdiri atas soal tes awal (pretest) atau nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka data
berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir soal, berasal dari populasi-populasi yang mempunyai
yang digunakan untuk mengukur kemampuan varians yang homogen. Pengujian homogenitas
awal. Tes akhir (posttest) dilakukan untuk untuk uji multivariat menggunakan Box’s M
mengukur ketercapaian kompetensi matematika Test. Perhitungan uji homogenitas dilakukan
pada siswa setelah pembelajaran. dengan fasilitas SPSS 20.0 for windows. Kriteria
Analisis Data pengujian ditetapkan jika angka signifikansi
(probabilitas) yang dihasilkan secara bersama-
Analisis pada penelitian ini terbagi sama lebih besar dari 0,05, maka matriks va-
menjadi dua yaitu analis diskriptif dan analisis rians-kovarians populasi adalah sama. Uji hipo-
inferensial. Data yang dideskripsikan merupakan tesis keefektifan dari masing-masing pembel-
data yang diperoleh dari pengukuran pada ajaran matematika dengan menggunakan pene-
variabel-variabel penelitian (variabel terikat) muan terbimbing, budaya lokal dan konven-
yaitu prestasi dan motivasi belajar matematika sional pada materi pokok geometri ditinjau dari
pada pretest maupun posttest. Sedangkan anali- prestasi dan motivasi belajar matematika siswa
sis inferensial meliputi uji asumsi (normalitas digunakan uji t satu sampel dengan SPSS 20.00
dan homogenitas) dan uji hipotesis (uji t, for windows. Kriteria yang digunakan dalam
multivariat). Uji normalitas bertujuan untuk pengambilan keputusan adalah apabila nilai
mengetahui apakah data berdistribusi normal thitung> ttabel, maka H0 ditolak, dan jika nilai
atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap thitung< ttabel maka H0 diterima.Hipotesis pertama
data yang diperoleh baik sebelum maupun untuk uji t satu sampel yang diajukan dalam
setelah treatment. Data tersebut meliputi data penelitian ini.
hasil tes prestasi belajar matematika dan angket Secara statistik, uji t one sample dengan
motivasi belajar matematika siswa baik pada menggunakan penemuan terbimbing terhadap
kelompok yang menerapkan pembelajaran prestasi belajar yaitu:
penemuan terbimbing maupun menggunakan H0: µ1 ≤ 74,99
budaya lokal. Ha: µ2 > 74,99

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Desember 2016 - 153
Maria Ulfah

Artinya bahwa pembelajaran mengguna- Pengujian hipotesis tahap pertama untuk


kan penemuan terbimbing tidak efektif ditinjau uji multivariat dengan hipotesis sebagai berikut:
dari prestasi belajar siswa yaitu jika rata-rata H0: ( - ):2- =0
siswa memperoleh nilai ≤ 74,99 dan pembel-
ajaran menggunakan penemuan terbimbing Ha: ( - ):2- ≠0
efektif jika rata-rata siswa memperoleh nilai >
74,99 karena kriteria keefektifan pembelajaran Secara statistik, hipotesis tersebut dapat disim-
ditinjau dari prestasi belajar siswa jika bolkan sebagai berikut:
memperoleh nilai minimal 75. Hipotesis kedua
untuk uji t one sample yang diajukan dalam Ψ1 = - µ3, (Steven, 2009, p. 226)
penelitian ini yaitu:
Keterangan:
H0: µ1 ≤ 95,99 µ11 = Rata-rata prestasi belajar matematika
Ha: µ2> 95,99 menggunakan penemuan terbimbing.
Artinya bahwa pembelajaran mengguna- µ12 = Rata-rata motivasi belajar matematika
kan penemuan terbimbing tidak efektif ditinjau menggunakan penemuan terbimbing.
dari motivasi belajar siswa yaitu jika rata-rata µ21 = Rata-rata prestasi belajar matematika
siswa memperoleh nilai ≤ 95,99 dan pembelajar- menggunakan budaya lokal.
an menggunakan penemuan terbimbing efektif µ22 = Rata-rata motivasi belajar matematika
ditinjau dari motivasi belajar siswa yaitu jika menggunakan budaya lokal.
rata-rata siswa memperoleh nilai > 95,99 karena µ31 = Rata-rata prestasi belajar matematika
kriteria keefektifan pembelajaran ditinjau dari menggunakan konvensional.
motivasi belajar yatu jika memperoleh skor µ32 = Rata-rata motivasi belajar matematika
minimal 96. menggunakan konvensional.
Begitu pula seterusnya pada pembelajaran Pengujian hipotesis tahap kedua untuk
menggunakan budaya lokal dan konvensional uji multivariat dengan hipotesis sebagai berikut:
terhadap masing-masing variabel. Sebelum
H0: =
penelitian dilanjutkan, dilakukan uji multivariat
terhadap hasil pretest dan motivasi awal untuk
mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan Ha: ≠
awal siswa terhadap ketiga kelas sebagai tempat
penelitian yang dilakukan dengan MANOVA Secara statistik, hipotesis tersebut disim-
dengan melihat angka signifikansi terhadap nilai bolkan sebagai berikut:
Wilks Lambda dengan tingkat signifikansi 5%.
Jika signifikansi > 0,05, maka tidak terdapat Ψ 2 = µ 1 - µ2
perbedaan rata-rata prestasi belajar dan motivasi Perhitungan untuk menguji hipotesis
belajar siswa dengan pembelajaran mengguna- pertama dan kedua tersebut, dimana terdapat
kan penemuan terbimbing, budaya lokal dan dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol
konvensional dalam pembelajaran matematika dapat menggunakan uji multivariat (MANOVA)
pada materi pokok geometri. Statistik uji multi- dengan menggunakan syntax SPSS 20.00 for
variat dapat menggunakan uji T2 Hotteling”s. windows melalui Helmert Contrasts (Stevens,
Hasil analisis di atas kemudian ditransformasi 2002, p.232). Statistik uji multivariat dapat
untuk memperoleh nilai dari distribusi F dengan menggunakan uji T2 Hotteling’s. Adapun
menggunakan formula: formula yang akan digunakan yaitu:
F= T2 T2 = ψ S -1ψ (Stevens, 2009, p.230)

Dengan p banyaknya variabel dependen, Keterangan:


derajat bebasnya v1 = p dan v2=N – p -1. Hasil S-1 = Invers matriks kovarians.
analisis kemudian dibandingkan dengan F0,05;p;N Ψ = Estimasi rata-rata vector kontras.
dimana 0,05 adalah taraf signifikansi uji c1 = Kontras ke i = 1,2,….,n.
statistic, N = (n1 + n2). k = Banyak kelompok
Uji multivariat selanjutnya yaitu terhadap Hasil analisis tersebut kemudian ditrans-
data hasil posttest dan motivasi akhir dengan formasi untuk memperoleh nilai dari distribusi F
menggunakan kontras Helmert. dengan menggunakan formula:

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (2), Desember 2016 - 154
Maria Ulfah

F= T2, ne = N – k pembelajaran menggunakan penemuan terbim-


bing dan budaya lokal dan konvensional belum
Jika pada GPS (1) ternyata Fhitung > Ftabel, menunjukkan keefektifan ditinjau dari prestasi
atau signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. belajar matematika dan motivasi belajar
Artinya ada perbedaan kemampuan antara kelas matematika.
kontrol dengan kelompok eksperimen, begitu Hasil posttest kelompok eksperimen I
pila sebaliknya. Jika pada GPS (2) ternyata F pada ketercapaian KD tertinggi yang dicapai
siswa sebesar 67 dan nilai terendah 30 serta rata-
hitung> F table, atau signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak. Artinya ada perbedaan kemampuan rata 36. Kelompok eksperimen II pada keterca-
antara kelompok eksperimen I dengan kelompok paian KD tertinggi yang dicapai siswa sebesar
eksperimen II begitu juga sebaliknya. 70 dan nilai terendah 33 serta rata-rata 44. Pada
kelompok kontrol pada ketercapaian KD terting-
HASIL DAN PEMBAHASAN gi yang dicapai siswa 63 dan nilai terendah 13
Dalam penelitian ini terdapat beberapa serta rata-rata 33. Berdasarkan hasil posttest
data, yaitu data prestasi belajar matematika pada kelompok eksperimen I, eksperimen II dan
berupa data pretest ketercapaian kompetensi kelas kontrol masing-masing belum mencapai
dasar (KD) dan motivasi awal serta posttest standar minimal rata-rata ketuntasan belajar sis-
ketercapaian kompetensi dasar (KD) dan moti- wa yaitu 75, dan 100% belum mencapai nilai 75.
vasi akhir. Deskripsi masing-masing data Berdasarkan data diskripsi analisis, pembelajar-
disajikan pada Tabel 1. an menggunakan penemuan terbimbing, budaya
Berdasarkan hasil analisis data statistik lokal dan konvensional menunjukkan tidak
deskriptif, seperti ditunjukkan Tabel 1 pada eks- efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika
perimen I, hasil pretest tertinggi yang dicapai dan motivasi belajar matematika.
siswa pada ketercapaian KD sebesar 50 dan nilai Data skor motivasi belajar matematika
terendah 17 serta rata-rata 42. Kelompok ekspe- yang akan didiskripsikan terdiri atas data moti-
rimen II hasil pretest tertinggi yang dicapai vasi awal dan motivasi akhir. Motivasi awal me-
siswa pada ketercapaian KD sebesar 57 dan nilai rupakan angket motivasi awal siswa yang diberi-
terendah 20 serta rata-rata 36. Kelompok kon- kan kepada kedua kelompok sebelum diberikan
trol, hasil pretest tertinggi yang dicapai siswa perlakuan, yaitu eksperimen I, ekspe-rimen II,
pada ketercapaian KD sebesar 50 dan nilai dan kelompok kedua terdiri atas satu kelas kon-
terendah 17 serta rata-rata 28. Berdasarkan hasil trol. Sedangkan motivasi akhir diberikan setelah
pretest pada kelompok eksperimen I, eksperi- kegiatan eksperimen selesai. Secara ringkas,
men II, dan kelas kontrol, masing-masing belum hasil motivasi awal dan motivasi akhir belajar
mencapai standar minimal rata-rata ketuntasan matematika pada kelompok eksperimen dan
belajar yaitu 75 dan 100% siswa belum menca- kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 2.
pai nilai 75. Berdasarkan data deskripsi analisis,
Tabel 1. Rangkuman Deskripsi Data Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Berupa Rata-rata, Standar
Deviasi, Nilai tertinggi, Nilai Terendah Sebelum dan Setelah Diberi Perlakuan
Kelompok
Kontrol
Deskripsi I II
Pretest Posttes Pretest Postest Pretest Postest
Rata-rata 42 36 36 44 28 33
SD 2,5 2,0 3,1 2,7 3,2 4,1
Nilai mak 50 67 57 70 50 63
Nilai min 17 20 20 33 17 13
Tabel 2.Rangkuman Deskripsi Data Skor Motivasi Awal dan Akhir Belajar Matematika
Motivasi
Kontrol
Deskripsi I II
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
Rata-rata 82,31 81,22 75,47 72,75 83,59 79,78
SD 8,66 10,44 7,80 8,95 11,25 11,27
Mak 93 102 90 94 103 103
Min 64 59 57 59 61 58

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Desember 2016 - 155
Maria Ulfah

Berdasarkan hasil analisis data statistik kurang dari 75% dari jumlah siswa. Dengan de-
deskriptif, seperti yang ditunjukkan Tabel 2, mikian, berdasarkan data deskripsi analisis dapat
skor tertinggi yang dicapai siswa pada motivasi dikatakan bahwa baik itu dengan pembelajaran
awal adalah 103 dan skor terendah 57. Skor mo- penemuan terbimbing, budaya lokal dan kon-
tivasi awal kelompok eksperimen I menunjuk- vensional tidak menunjukkan keefektifan
kan rata-rata 82,31 berada pada rentang skor 77 ditinjau dari motivasi belajar siswa.
– 96 (sedang), dengan standar deviasi 8,66. Skor
Analisis Data
terendah 64 dengan frekuensi 1 siswa dan skor
tertinggi 93 dengan frekuensi 1 siswa. Kelom- Uji normalitas dilakukan untuk menguji
pok eksperimen II memiliki skor rata-rata 75,47 asumsi bahwa distribusi data membentuk dis-
berada pada rentang skor 58-77 (rendah), de- tribusi normal, baik pada kelompok eksperimen
ngan standar deviasi 7,80. Skor terendah 57 maupun kelompok control. Perhitungan uji
dengan frekuensi 1 siswa dan skor tertinggi 90 normalitas dilakukan dengan menggunakan uji
dengan frekuensi 1 siswa. Sedangkan pada ke- normalitas dengan bantuan SPSS 20.00 for
lompok kontrol memiliki rata-rata 83,59 berada windows.
pada rentang skor 77 – 96 (sedang), dengan Adapun kriteria pengujian yang diguna-
standar deviasi 11,25. Skor terendah 61 dengan kan untuk mengukur normalitas populasi dalam
frekuensi 1 siswa dan skor tertinggi 103 dengan penelitian ini adalah apabila hasil uji signifikan
frekuensi 1 siswa. Berdasarkan hasil motivasi (p value > 0,05) maka data berdistribusi normal.
awal pada kelompok eksperimen I, eksperimen Begitu juga sebaliknya, jika signifikansi < 0,05
II, dan kelas kontrol, masing-masing belum maka data tidak berdistribusi normal. Keluaran
mencapai standar minimal rata-rata motivasi dari hasil analisis secara ringkas dapat dilihat
belajar matematika yaitu 97, dan 96,88% siswa pada Tabel 3.
belum mencapai 97. Tabel 3.Rangkuman Uji Normalitas Kelompok
Adapun skor motivasi akhir belajar mate- Eksperimen dan Kelompok Kontrol
matika pada semua kelompok menunjukkan skor
tertinggi 103 dan skor terendah 58. Skor moti- No Instrumen Kelas sig. Ket
vasi akhir kelompok eksperimen I menunjukkan Eks I 0,065 v
skor rata-rata 81,22 berada pada rentang skor 77 11. Pretest Eks II 0,259 v
– 96 (sedang), dengan standar deviasi 10,44. Kontrol 0,156 v
Eks I 0,799 v
Skor terendah 59 dengan frekuensi 1 siswa dan Motivasi
22. Eks II 0,564 v
skor tertinggi 102 dengan frekuensi 1 siswa. Awal
Kontrol 0,824 v
Kelompok eksperimen II memiliki skor rata-rata Eksp. I 0,182 v
72,75 berada pada rentang skor 58 – 77 (ren- 33. Posttest Eksp. II 0,533 v
dah), dengan standar deviasi 8,95. Skor terendah Kontrol 0,542 v
59 dengan frekuensi I siswa dan skor tertinggi Eksp. I 0,957 v
Motivasi
94 dengan frekuensi 1 siswa. Pada kelompok 44. Eksp. II 0,915 v
akhir
kontrol memiliki rata-rata 79,78 berada pada Kontrol 0,917 v
rentang skor 77 – 96 (sedang), dengan standar v = data berdistribusi normal.
deviasi 11,27. Skor terendah 58 dengan fre- Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa hasil
kuensi 1 siswa dan skor tertinggi 103 dengan pretest dan posttest ketercapaian KD dan
frekuensi 1 siswa. motivasi awal dan akhir belajar matematika
Berdasarkan skor motivasi akhir, pada pada kelompok eksperimen maupun kelompok
kelompok eksperimen I, terdapat 4 siswa dari 32 kontrol mempunyai nilai signifikansi lebih besar
siswa yang mendapat skor ≥ 97 atau 12,50%, dari nilai akpha yang ditetapkan yaitu 5% (0,05).
artinya secara klasikal belum mencapai skor Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
rata-rata minimal dan kurang dari 75% dari variabel penelitian membentuk distribusi normal
jumlah siswa. Kelompok eksperimen II tidak terhadap populasinya.
ada siswa yang mendapat skor ≥ 97 atau 0%, Uji homogenitas dimaksudkan untuk
artinya secara klasikal belum mencapai skor menguji kesamaan matriks varians-kovarians
rata-rata minimal dan kurang dari 75% dari dan variansi dari variable dependen pada pene-
jumlah siswa. Sedangkan untuk kelas kontrol, litian ini. Uji homogenitas pada penelitian ini
terdapat 3 siswa dari 32 siswa yang mendapat dilakukan terhadap masing-masing variable
skor ≥ 97 atau 9,38%, artinya secara klasikal dependen dan terhadap keseluruhan variabel
belum mencapai skor rata-rata minimal dan

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (2), Desember 2016 - 156
Maria Ulfah

dependen. Adapun uji homogenitas yang dimak- belajar matematika antara ketiga kelas. Selanjut-
sud adalah homogenitas multivariat dan nya dilakukan uji t-one sample terhadap posttest
univariat. ketuntasan belajar matematika dan motivasi bel-
Pengujian homogenitas untuk uji multi- ajar matematika siswa untuk mengetahui ke-
variate menggunakan Box’s M. Perhitungan uji efektifan masing-masing variabel bebas terha-
homogenitas dilakukan dengan fasilitas SPSS dap masing-masing variabel terikat.
20.00 for windows. Kriteria pengujian ditetap- Berdasarkan hasil analisis data pada pem-
kan jika angka signifikansi (probabilitas) yang belajaran menggunakan penemuan terbimbing
dihasilkan secara bersama-sama lebih besar dari terhadap prestasi belajar siswa diperoleh thitung =
0,05, maka matriks varians-kovarians populasi -19,354 < ttable = 1,696. Dengan demikian H0
adalah sama. Hasil perhitungan untuk uji ho- diterima. Artinya, penerapan pembelajaran
mogenitas varians-kovarians untuk pretest dan menggunakan penemuan terbimbing tidak
motivasi awal dapat dilihat pada Tabel 4. efektif dalam pembelajaran matematika materi
pokok geometri ditinjau dari prestasi belajar
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Varians
matematika. Analisis data pada pembelajaran
Kovarians untuk Pretest dan Motivasi Awal
penemuan terbimbing terhadap motivasi diper-
Box’s M 9,061 oleh thitung=-6,037 < ttable = 1,696. Dengan demi-
F 1,463 kian H0 diterima. Artinya, pembelajaran meng-
df1 6 gunakan penemuan terbimbing tidak efektif
df2 215559,69 dalam pembelajaran matematika materi pokok
Signifikansi 0,186
geometri ditinjau dari motivasi belajar siswa.
Berdasarkan Tabel 4 tersebut, diperoleh Berdasarkan hasil analisis data pada pem-
signifikansi 0,186 > 0,05. Dengan demikian, belajaran menggunakan budaya lokal terhadap
dapat disimpulkan bahwa pada taraf signifikansi prestasi belajar siswa diperoleh thitung = -20,792
5% varians kovarians variabeladalah sama < ttable = 1,696. Dengan demikian H0 diterima.
(homogen). Hasil perhitungan untuk uji Artinya, pembelajaran menggunakan budaya lo-
homogenitas varians-kovarians untuk posttest kal tidak efektif dalam pembelajaran matematika
dan motivasi akhir dapat dilihat pada Tabel 5. materi pokok geometri ditinjau dari prestasi
belajar matematika. Analisis data pada pembel-
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Varians
ajaran menggunakan budaya lokal terhadap
Kovarians untuk Posttest dan Motivasi Akhir motivasi belajar diperoleh thitung = -14,251 < ttable
Box’s M 6,108 = 1,696. Dengan demikian H0 diterima. Artinya,
F 0,986 pembelajaran menggunakan budaya lokal tidak
df1 6 efektif dalam pembelajaran matematika materi
df2 215559,69 pokok geometri ditinjau dari motivasi belajar
Signifikansi 0,432 siswa.
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh signifi- Berdasarkan hasil analisis data pada pem-
kansi 0,432 > 0,05. Dengan demikian, dapat belajaran konvensional terhadap prestasi belajar
disimpulkan bahwa taraf signifikansi 5%, siswa diperoleh thitung = -22,945 < ttable = 1,696.
matriks varianskovarians variabel adalah sama Dengan demikian H0 diterima. Artinya, pembel-
(homogen). ajaran konvensional tidak efektif dalam pembel-
Sebelum dilakukan uji hipotesis dalam ajaran matematika materi pokok geometri
penelitian ini, maka perlu dilakukan uji multi- ditinjau dari prestasi belajar siswa. Analisis data
variat untuk melihat perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran konvensional terhadap
dan motivasi belajar pada masing-masing kelas motivasi belajar diperoleh thitung = -5,247 < thitung
untuk data pretest dan motivasi awal siswa, baik = 1,696. Dengan demikian H0 ditolak. Artinya,
pada kelompok eksperimen maupun kelompok pembelajaran konvensional efektif dalam pem-
kontrol. Uji multivariat (MANOVA) dilakukan belajaran matematika materi pokok geometri
dengan menggunakan program SPSS 20.00 for ditinjau dari motivasi belajar siswa.
windows. Pengujian hipotesis penelitian untuk hipo-
Berdasarkan hasil analisi pretest dan tesis pertama dan kedua dilakukan secara ber-
motivasi awal untuk uji multivariat (MANOVA) sama-sama dengan menggunakan SPSS for
diperoleh nilai Wilks Lambda sebesar 0,654 > Windows pada uji multivariat (MANOVA)
0,05. Dengan demikian, tidak terdapat perbeda- kontras Helmert.
an rata-rata ketuntasan belajar dan motivasi

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Desember 2016 - 157
Maria Ulfah

Berdasarkan hasil analisis diperoleh GPS eksperimen I dengan pembelajaran mengguna-


(1) dengan signifikansi 0,003 < 0,05 untuk kan penemuan terbimbing dalam proses belajar
prestasi belajar matematika sehingga dapat di- mengajar. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata
simpulkan bahwa terdapat perbedaan keefektif- pembelajaran menggunakan penemuan terbim-
an pembelajaran menggunakan penemuan ter- bing tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar
bimbing, budaya local dan konvensional ditinjau dan motivasi belajar matematika. Dalam pem-
dari prestasi belajar matematika antara kelas belajaran menggunakan penemuan terbimbing,
kontrol dan kelas eksperimen dan dengan signi- siswa menemukan konsep berdasarkan LKS
fikansi 0,219 > 0,05 untuk motivasi belajar yang sudah disediakan guru. Temuan ini mem-
matematika sehingga dapat disimpulkan bahwa perkuat hasil penelitian sebelumnya, yaitu hasil
tidak terdapat perbedaan keefektifan pembel- penelitian Imawan (2015) yang menunjukkan
ajaran menggunakan penemuan terbimbing, bahwa penerapan penemuan terbimbing dalam
budaya lokal dan konvensional ditinjau dari pembelajaran geometri ruang efektif ditinjau
motivasi belajar matematika antara kelas kontrol dari prestasi belajar, kepercayaan diri, dan
dan kelas eksperimen. Pada GPS (2) dengan keterampilan berpikir kritis.
signifikansi = 0,002 < 0,05 untuk prestasi dan Siswa kelas X BG5 SMK Negeri 4 Yog-
motivasi belajar matematikasehingga dapat yakarta dalam penelitian ini sebagai kelas ekspe-
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi rimen II pembelajaran dengan menggunakan
belajar dan motivasi belajar matematika siswa budaya lokal. Berdasarkan hasil penelitian,
antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen ternyata pembelajaran menggunakan budaya
II. Dengan demikian, terdapat perbedaan pres- lokal tidak efektif ditinjau dari presatsi belajar
tasi belajar dan motivasi belajar matematika dan motivasi belajar matematika. Dalam pem-
antara ketiga kelas kecuali motivasi belajar belajaran menggunakan budaya lokal LKS
matematika pada kelas kontrol dan eksperimen. isinya dikaitkan dengan gambar-gambar yang
berkaitan dengan budaya lokal. Di antaranya
Pembahasan
gambar Pisowanan Agung Keraton Yogyakarta,
Prestasi belajar dan motivasi belajar mate- tugu Yogyakarta, patung-patung. Hal ini mem-
matika siswa kelas X BG4 dan kelas X BG5 buat siswa kesulitan untuk memahami materi
SMK Negeri 4 Yogyakarta (kelas eksperimen) geometri. Siswa mengalami kesulitan karena
dan kelas X PAT SMK Negeri 6 Yogyakarta harus dikaitkan dengan materi geometri. Sudah
(kelas kontrol) sebelum diadakan pembelajaran materinya sulit dipahami ditambah harus meng-
pada materi pokok geometri belum maksimal. aitkan gambar-gambar yang berkaitan budaya
Pembelajaran konvensional yang biasa diterap- lokal ke dalam materi geometri. Inilah yang
kan guru, baik pada kelompok eksperimen mau- menyebabkan siswa sulit memahami materi geo-
pun kontrol menjadikan guru mendominasi metri dan menjadikan kurang termotivasi dalam
pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, belajar matematika khususnya materi geometri.
siswa menjadi mudah bosan dan kurang ter- Pada saat siswa mengerjakan lembar kegiatan
motivasi saat proses pembelajaran. siswa ada siswa yang menggambar, menulis
Dalam penelitian ini, siswa kelas X PAT aksara jawa. Ini juga yang menyebabkan siswa
SMK Negeri 6 Yogyakarta dijadikan sebagai kurang memahami dan kurang termotivasi
kelas kontrol yang tetap menggunakan pembel- dalam memahami geometri.
ajaran konvensional. Berdasarkan hasil pene- Berdasarkan ketiga pembelajaran yang
litian, penerapan pembelajaran konvensional diterapkan pada kedua kelas eksperimen mau-
tidak efektif dalam meningkatkan prestasi pun kelas kontrol, ternyata masing-masing tidak
belajar dan motivasi belajar matematika. Hal ini efektif ditinjau dari prestasi belajar dan motivasi
disebabkan karena siswa sulit memahami walau- belajar matematika. Berdasarkan hasil uji multi-
pun langsung dapat penjelasan dari guru. Selain variat dengan SPSS 20.00 for windows program
itu waktu untuk mengerjakan soal latihan kurang syntax kontras Helmert, tidak terdapat perbeda-
banyak. Siswa malu bertanya kepada guru jika an keefektifan antara satu kelas kontrol dengan
mengalami kesulitan. Materi geometri memang dua kelas eksperimen ditinjau dari motivasi
materi yang sulit dipahami karena bersifat belajar matematika tetapi terdapat perbedaan
“mengawang” sehingga siswa kurang keefektifan antara satu kelas kontrol dengan dua
termotivasi. kelas eksperimen ditinjau dari prestasi belajar
Siswa kelas X BG4 SMK Negeri 4 matematika. Antara kedua kelas eksperimen,
Yogyakarta dalam penelitian ini sebagai kelas pembelajaran menggunakan penemuan terbim-

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (2), Desember 2016 - 158
Maria Ulfah

bing dan pembelajaran menggunakan budaya untuk menyelesaikan LKS yang ada. Selain itu
lokal terdapat perbedaan prestasi dan motivasi juga kurangnya penguatan dari guru atau teman
belajar matematika. Sebab, berdasarkan kajian lain untuk memotivasi dirinya atas keberhasilan-
teori yang ada, baik itu pembelajaran matema- keberhasilan yang telah dicapainya.
tika dengan menggunakan penemuan terbimbing
SIMPULAN
dan budaya lokal sama-sama memiliki tujuan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan analisis data dan pembahas-
Oleh karena itu, tidak dilakukan uji univariat an, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1)
untuk hipotesis kedua pada penelitian ini. penerapan pembelajaran menggunakan penemu-
Dari ketiga pembelajaran yang diterapkan an terbimbing dan pembelajaran menggunakan
memang tidak ada perbedaan keefektifan ditin- budaya lokal pada materi pokok geometri tidak
jau dari prestasi belajar dan motivasi belajar ma- efektif ditinjau dari prestasi belajar dan motivasi
tematika siswa. Akan tetapi, dapat dilihat rata- belajar matematika siswa; (2) terdapat perbeda-
rata dan persentase siswa yang memperoleh nilai an keefektifan hasil belajar yang signifikan
minimal baik prestasi belajar maupun motivasi antara pembelajaran penemuan terbimbing dan
belajar siswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis, pembelajaran menggunakan budaya lokal de-
diperoleh rata-rata prestasi belajar pada pembel- ngan pembelajaran konvensional dalam pembel-
ajaran menggunakan penemuan terbimbing ada- ajaran matematika pada materi pokok geometri
lah 35,52 ≤ 75 atau 0% dengan standar deviasi ditinjau dari prestasi belajar dan tidak terdapat
1,95. Sementara untuk rata-rata skor motivasi perbedaan keefektifan hasil belajar yang signifi-
yang diperoleh 81,22 ≤ 97 atau 0%, dengan kan antara pembelajaran penemuan terbimbing
standar deviasi 10,44. Hal ini menunjukkan dan pembelajaran menggunakan budaya lokal
tidak ada peningkatan hasil yang lebih tinggi di- dengan pembelajaran konvensional dalam pem-
bandingkan dengan pembelajaran menggunakan belajaran matematika pada materi pokok geo-
budaya lokal. metri ditinjau dari motivasi belajar; (3) pembel-
Terdapat beberapa hal yang diduga meng- ajaran menggunakan budaya lokal lebih baik
akibatkan pembelajaran menggunakan penemu- dibandingkan dengan pembelajaran penemuan
an terbimbing, pembelajaran menggunaan terbimbing dalam pembelajaran matematika pa-
budaya lokal dan pembelajaran konvensioanal da materi pokok geometri ditinjau dari prestasi
tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar dan dan motivasi belajar.
motivasi belajar matematika selama penelitian
Daftar Pustaka
berlangsung. Penurunan rata-rata prestasi belajar
matematika dimungkinkan karena materi geo- Carin, A., & Sund, R. B. (1989). Teaching
metri lebih rumit karena siswa harus bisa mem- science through discovery (6thed).
bayangkan tentang sudut-sudut yang dibentuk Colombus, OH: Merill Publishing
antara dua bidang pada salah satu materi yang company.
ada di geometri sehingga siswa mengalami Djamarah, S. B. (1997) Strategi belajar
kesulitan dalam mengerjakan lembar kegiatan mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
siswa dan soal-soal latihan. Hal ini sesuai Gubernur DIY. (2012). Peraturan Gubernur
dengan teori yang menyatakan bahwa untuk Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 77,
materi yang tingkat kesulitan tinggi maka Tahun 2012, tentang Rencana Strategis
kemungkinan siswa untuk dapat mengerjakan Pembangunan pendidikan Daerah.
soal kecil. Oleh karena itu menyebabkan moti-
vasi siswa menjadi menurun. Imawan, O. R. (2015). Perbandingan antara
Hal lain yang diduga menyebabkan pem- keefektifan model guided discovery
belajaran menggunakan penemuan terbimbing, learning dan project-based learning pada
pembelajaran menggunakan budaya lokal dan matakuliah geometri. PYTHAGORAS:
pembelajaran konvensional tidak efektif adalah Jurnal Pendidikan Matematika, 10(2),
siswa banyak mengalami kesulitan saat menye- 179-188.
lesaikan lembar kegiatan siswa yang diberikan doi:http://dx.doi.org/10.21831/pg.v10i2.9
oleh guru. Hanya beberapa siswa saja yang 156
berani menanyakan kepada guru jika mengalami Kurniawan, D., & Wustqa, D. (2014). Pengaruh
kesulitan. Bahkan ada siswa yang diam saja atau perhatian orangtua, motivasi belajar, dan
lebih memilih mengobrol dengan teman dari- lingkungan sosial terhadap prestasi belajar
pada untuk bertanya kepada guru atau berusaha matematika siswa SMP. Jurnal Riset

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X


Pythagoras, 11 (1), Desember 2016 - 159
Maria Ulfah

Pendidikan Matematika, 1(2), 176-187. Stevens, J. (2009). Applied multivariate


doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v1i2. statistics for the social sciences. London,
2674 UK: Lawrence Erlbaum Associatiates,
NCTM. (2013). Principle and Standards for Publishers.
School Mathematics. Reston, VA: The Westwood, P. (2008). What teachers need to
National Council of teachers of know about teaching methods.
Mathematics, Inc. Camberwell, Victoria: ACER Press.
Syah, M. (2014). Psikologi pendidikan: dengan
pendekatan baru. Bandung, PT. Remaja
Rodaskarya.

Copyright © 2016, Pythagoras, p-ISSN: 1978-4538 | e-ISSN: 2527-421X

Anda mungkin juga menyukai