Anda di halaman 1dari 13

MOOC PPPK

Massive Open Online Course


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN
PERJANJIANKERJA (PPPK)

JURNAL

Oleh:
Nama Guru : PRASTIKA RISTIANINGRUM, S.Pd
NIP : 199005062022212014
Tempat, tanggal lahir : Rembang, 6 Mei 1990
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama – Guru Geografi
Instansi : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


(LAN)
TAHUN 2022
RESUME AGENDA 1

1. Materi Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara


Cara pandang bangsa Indonesia yang melandasi kehidupan berbangsa dan
bernegara disebut wawasan kebangsaan. Konsensus dasar berbangsa dan
bernegara dibagi menjadi empat, Pancasila; Undang-Undang Dasar 1945;
Bhinneka Tunggal Ika; dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila
sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti
sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini
dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya,
setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Selain wawasan kebangsaan, ada aspek yang juga tak kalah penting dalam
pengembangan pribadi sebagai seorang ASN, yaitu mengerti mengenai nilai-nilai
dasar bela negara. Bela negara sendiri merupakan sebuah tindakan yang
dilakukan warga negara untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara. Nilai-nilai
dasar bela negara meliputi cinta tanah air; sadar berbangsa dan bernegara; setia
pada pancasila sebagai ideologi negara; rela berkorban untuk bangsa dan negara;
dan kemampuan awal bela negara.

Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang yang bisa kita ambil pelajaran
penting didalamnya. Perjuangan para pendiri bangsa dan para pahlawan kita yang
berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan dan keutuhan bangsa dan negara
Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi muda, harus betul-betul memahami
arti pentingnya wawasan kebangsaan dan nilai-nilai yang ada dalam bela negara,
yang nantinya bisa kita aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat
memberikan contoh baik kepada peserta didik kita di sekolah.

2. Analisis Isu Kontemporer


Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian
yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi
terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan
menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada perubahan
lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).

Menjadi seorang ASN berarti harus bertanggung jawab baik dalam hal perbuatan
maupun perkataan, serta dapat menempatkan diri sesuai dengan lingkungan
kerjanya, seperti yang sudah disebutkan diatas mengenai empat level lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesiapan ASN dalam melakukan tugasnya. Berbagai
macam perubahan yang akan dilalui, baik eksternal maupun internal, sehingga
fokus utama kita adalah membenahi diri dengan segala kemampuan dan
kecakapan, dan menjadi individu yang mau belajar terhadap berbagai macam isu
yang sedang terjadi. Terutama maraknya kasus suap/ gratifikasi, money laundring
dan korupsi yang dilakukan oleh berbagai oknum, sehingga sebagai ASN sebisa
mungkin menghindari hal-hal tersebut.

Selain hal tersebut, suap/gratifikasi, money laundring dan korupsi, hal lain yang
rentan terjadi adalah penyalahgunaan narkoba. Harus bisa menjadi contoh yang
baik untuk peserta didik dan tidak terjerumus dalam narkoba. Sehingga bisa
membangun kesadaran anti terhadap narkoba. Isu kontemporer lain yang juga
sangat meresahkan adalah mulai masuknya terorisme dan radikalisme di
kalangan remaja, atau bahkan tidak hanya dikalangan remaja saja namun juga
sudah merambah ke genarasi tuanya. Sehingga wajib bagi kita sebagai seorang
pendidik untuk menanamkan nilai pancasila dan nilai agama yang benar untuk
peserta didik kita. Karena Indonesia sendiri memiliki banyak agama, ras, suku,
bangsa yang nantinya bisa rentan untuk munculnya terorisme dan radikalisme.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menangkal hal-hal tersebut bisa berasal dari
diri sendiri terlebih dahulu yang mana kita bisa menjadi pribadi yang lebih kritis,
bertanggungjawab, objektif, dan mampu memecahkan masalah dengan alternatif
pemecahan masalah yang baik, dan tidak lupa menghindari yang namanya berita
hoaks yang sering beredar di masyarakat, dengan cara menfilter setiap informasi
yang beredar dan ketika kita ikut menyampaikan berita tersebut maka kita bisa
klarifikasi terhadap isu yang benar.
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi
warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya
mendasari proses nation and character building. Proses nation and character
building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman
bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air,kesadaran
berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan
berkorban demi bangsa dan Negara.

Proses pembentukan karakter yang bisa kita lakukan adalah mempelajari etika dan moral
yang lazim ada dalam masyarakat. Selain itu, kearifan lokal juga bisa memjadi sebuah
sumber pembelajaran terutama untuk peserta didik yang notabene lebih memilih untuk
mendengarkan atau menyukai hal-hal di luar negeri. Konsep ini sesuai dengan konsep
bela negara yang bisa kita lakukan agar bangsa dan negara Indonesia tetap ada dan
budaya yang kita miliki tidak tergerus oleh budaya asing yang mulai menjamur di
Indonesia. Konsep bela negara juga erat kaitannya dengan pengamalan sila-sila dalam
pancasila sehingga nantinya akan mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur,
sesuai juga dengan pembukaan Undang-undang dasar 1945.
RESUME AGENDA 2

1. Berorientasi Pelayanan
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan
customer sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki
agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari
ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih
baik dari hari ini(doing something better and better).” Berorientasi Pelayanan
merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK
(Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif) yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan
pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini diharapkan dapat
memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang
semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
a. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
c. melakukan perbaikan tiada henti.
Selain itu, sebagai seorang ASN diharapkan memiliki sikap dan perilaku yang baik
ketika bertemu dengan masyarakat. Seperti senyum, sapa, salam, berpenampilan
rapi, tidak membeda-bedakan ketika melakukan pelayanan, terutama ketika
menjadi seorang guru, tenggap terhadap permasalahan, dan selalu belajar hal baru
untuk meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Sehingga kedepannya
kemampuan yang dimiliki akan terus meningkat sesuai dengan perkembangan
jaman dan kebutuhan masyarakat.

2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep
tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.

Akuntabilitas adalah salah satu sifat mendasar yang harus dimiliki oleh
seseorang, termasuk ASN. Dengan memiliki akuntabilitas maka diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang jauh dari kata korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk
hal tersebut memang tidak mudah, karena membutuhkan mental dan dimulai dari
hal-hal kecil dari diri pribadi sendiri. Akuntabilitas akan sejalan beriringan
dengan mental pegawai yang lebih bertanggungjawab, dan terhindar dari stigma
negatif citra ASN yang buruk. Karena selama ini ada beberapa pemikiran
masyarakat, bahwa ASN tidak bekerja dengan maksimal, rentan korupsi, dan
seenaknya sendiri ketika bekerja.

Dalam membangun pribadi sebagai ASN yang akuntabel, lingkungan kerja juga
mempengaruhi dalam membangun atmosfer akuntabel seperti kepemimpinan;
transparansi; integritas; tanggung jawab; keadilan; kepercayaan; keseimbangan;
kejelasan; dan konsistensi. Kesembilan hal ini perlu dikembangkan agar nantinya
bisa membangun pola pikir dan budaya antikorupsi. Maka dari itu lingkungan
kerja ASN yang akuntabel sangat perlu dikembangkan, agar memiliki integritas
tinggi dan mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
(peserta didik).

3. Kompeten
Karakter yang diperlukan sebagai seorang ASN agar dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekarang ini dan tuntutan di masa depan adalah integritas;
nasionalisme; profesionalisme; wawasan global; IT dan bahasai asing;
hospitality; networking; dan entrepreneurship. Selain kedelapan karakter
tersebut, ada karakter lain yang diperlukan agar menambah wawasan kompeten
seorang ASN yaitu inovatif dan kreatif; agility dan flexibility; persistence dan
perseverance; teamwork dan cooperation. Karakter-karakter tersebut diperlukan
dalam pengembangan diri seorang ASN, agar menjadi ASN yang profesional
baik dalam hal kinerja maupun dalam hal pengembangan kompetensi dirinya.

Sebagai ASN, ada panduan perilaku/ kode etik yang terintegrasi dalam perilaku
kompeten yakni menjawab tantangan jaman yang selalu berubah dengan
meningkatkan kompetensi, membantu orang lain belajar, dan melaksanakan tugas
dengan kualitas terbaik. Ada konsep belajar yang bisa dijadikan pedoman untuk
terus meningkatkan kompetensinya yaitu learn, unlearn, dan relearn. Maksud
dari konsep ini adalah kita sebagai seorang manusia harus selalu memiliki
keinginan untuk belajar sepanjang hayat, seperti yang sudah pernah dijabarkan
oleh Ki Hadjar Dewantara. Belajar sepanjang hayat ini dmaksudkan agar kita
harus senantiasa membuka diri dan pikiran kita tentang hal-hal baru yang
mungkin akan kita temui kedepannya, menanggalkan rasa sudah mengetahui
semua dan mulai belajar hal baru yang nantinya bisa membantu kita untuk
meningkatkan kompetensi yang kita miliki.

Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi


bagian ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi
pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan
yang unggul dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis
dan kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang
berubah cepat. Diharapkan ASN memiliki kinerja yang BerAkhlak, mampu
meningkatkan kompetensi diri, aktif dalam berbagi ilmu pengetahuan, serta
semangat dalam bekerja dan berkarya.
4. Harmonis
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang
lebih luas. Semoga kita semua dapat menerapkan dan meciptakan keharmonisan
tersebut bersama kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan publik, dan
kehidupan bermasyarakat. Sebagai seorang ASN, kita harus bersikap netral dan
adil agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang yang sering terjadi di
lingkungan kerja. Sikap harmonis harus bisa menjadi salah satu habit yang
dimiliki oleh semua ASN di lingkungan kerja sehingga dapat lebih mengayomi
satu sama lain. Keharmonisan yang tercipta juga akan membuat kita sebagai ASN
dapat menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik dan dapat menjadi figur dan
teladan di lingkungan masyarakatnya.

Keharmonisan menjadi salah satu kunci dalam bersatunya NKRI hingga


sekarang. Sehingga kita yang sudah memiliki bekal untuk tetap charge ulang
keharmonisan tersebut. Karena sulit untuk menciptakan keharmonisan antar
manusia jika salah satu dari kelompok/ manusianya masih memiliki pemikiran
negatif terhadap orang lain. Dalam melaksanakan tugas juga sebisa tidak boleh
berlaku diskriminatif, objektif, jujur, transparan, toleran atas perbedaan, suka
menolong, dan ramah.

5. Loyal
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN
sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku. Disiplin ASN
adalah kesanggupan ASN untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang
Disiplin ASN.

Sikap loyal/ setia dapat diciptakan dengan beberapa cara, seperti : membangun
rasa kecintaan dan memiliki, meningkatkan kesejahteraan, memenuhi kebutuhan
rohani, memberikan kesempatan peningkatan karir, melakukan evaluasi secara
berkala. Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara,
pemerintah, dan martabat ASN, serta mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan sendiri/ golongan.

Sikap dan loyal warga negara termasuk ASN dapat diwujudkan dengan
mengimplementasikan nilai-nilai dasar bela negara dalam kehidupan sehari-hari,
seperti cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada pancasila, rela
berkorban untuk bangsa dan negara serta kemampuan awal bela negara. Sika-
sikap inilah yang semakin pudar di kehidupan dewasa ini, sehingga kita yang bisa
menjadi contoh dan panutan, bisa berbuat sesuai dengan kondisi dan lingkungan
agar dapat menjadi contoh dalam bersikap loyal di lingkungan masyarakat
ataupun lingkungan kerja. Hanya ASN yang memiliki loyalitas tinggilah yang
dapat menegakkan ketentuan-ketentuan kedisipilinan ini dengan baik.

6. Adapatif
Kreativitas akan mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif terhadap
perubahan. Tanpa kreativitas, maka kemampuan beradaptasi akan sangat terbatas.
Kreativitas juga bukan hanya mengenai kemampuan kreatif tetapi juga bagian dari
mentalitas yang harus dibangun. Di sektor publik, budaya adaptif dalam
pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta
meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya
adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:
a. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;
b. Mendorong jiwa kewirausahaan;
c. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Perilaku adaptif yang harus kita miliki seperti selalu berpikir ke depan, pandai
melihat peluang, tidak mudah mengeluh, tidak mudah menyalahkan orang lain,
tidak mencari popularitas, memiliki rasa ingin tahu, dan selalu membuka pikiran
terhadap hal-hal yang baru.

7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi
saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo
(2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi
di semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal
Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas. Kolaborasi sendiri harus saling
berkaitan dengan orang lain, sehingga kita diharapkan mampu untuk saling
bersinergi dengan orang lain untuk mendapatkan hasil kolaborasi yang terbaik.
Kolaborasi juga membutuhkan faktor eksternal maupun internal. Sebelum terjadi
kolaborasi, ada hal yang diperlukan yaitu koordinasi sehingga proses kolaborasi
nantinya menjadi lebih mudah dan saling melengkapi satu sama lain.
RESUME AGENDA 3

1. Smart ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas
dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan
internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7
jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat
dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut
hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020,
selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet
lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah
secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi
hak digital setiap warga negara.

2. Manajemen ASN

Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian
jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara
terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen ASN 68
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi
selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali
Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian
pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat
diduduki paling lama 5 (lima) tahun.

Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian


memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan
tidak kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan
jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara
nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah Sengketa Pegawai ASN
diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai