Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN

Dosen Pengampu Dr. Munawaroh, SE, Ak, MM, CA

Disusun oleh:

Sara Rastina Tarigan


NIM 22011048

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2022
UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan
Dosen : Dr. Munawaroh, SE, Ak, MM, CA
Hari/Tanggal : Sabtu/4 Februari 2023
Waktu : 120 Menit
Sifat Ujian : On-line

Jawaban diunggah di edlink yang telah disediakan sesuai jadwal UAS.

1. Analisis Investasi
Return on Investment (ROI) atau sering disebut dengan Return on total Asset (RO
A) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam men
ghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan asset yang tersedia di perusahaan.
Baik tidaknya tingkat ROI hanya dapat diketahui sesudah diperbandingkan dengan
rasio rata-rata industry (yang sejenis).

Bagaimanakah upaya saudara sebagai pengambil keputusan ketika ROI perusahaan


menunjukkan di bawah rata-rata industri tersebut? Jelaskan dengan contoh dan argu
mentasi.
a. Penjelasan dapat menggunakan angka rata-rata asumsi.
b. Industri dapat digambarkan untuk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia berdas
arkan klasifikasi industri menurut IDX-IC (Indonesia Stock Exchange-Industri
al Classification) – sebelum 25 Januari 2021 diterapkan klasifikasi JASICA (Ja
karta Stock Exchange Industrial Classification).
c. Perhatikan rumus pengukuran ROI, argumentasikan bahwa upaya yang saudar
a pilih adalah yang terbaik sebagai solusi permasalahan yang dihadapi:
1) upaya jika sisi pembilangnya dinaikkan namun sisi penyebutnya tetap, atau
2) jika sisi penyebutnya diturunkan namun sisi pembilangnya tetap, atau
3) jika perubahan antar periode pada sisi pembilang lebih tinggi dari perubahan si
si penyebutnya.

2. Capital Budgeting
Berikan pendapat mengapa teknik Net Present Value (NPV) lebih baik daripada tek
nik Internal Rate of Return (IRR) dalam teknik penilaian usulan proyek dengan kon
sep capital budgeting?
JAWABAN
1. Analisis Inventasi
Diambil contoh Analisis Return on Investment (ROI) pada perusahaan PT. Nippon In
dosari Corpindo Tbk Tahun 2012 – 2016.

a. Penjelasan menggunakan Angka rata-rata


Data laba bersih setelah pajak dan total aktiva PT Nippon Indosari Corpindo Tbk T
ahun 2012-2016 disajikan pada tabel berikut :

Keteranga
2012 2013 2014 2015 2016
n
Total Aktiv
1.204.944.681.223 1.822.689.047.108 2.142.894.276.216 2.706.323.637.034 2.919.640.858.718
a
Laba Bersih 149.149.548. 025 158.015.270.921 188.577.521.074 270.538.700.440 279.777.368.831
Sumber : Rahmah Yulianti, Zainuddin, Darmawan; 2019. 1

Rumus Return on Investment (ROI)


Net Profit After Taxes Laba Bersiℎ Setelaℎ Pajak
ROI= = x 100%
Total Assets Total Aktiva

Dengаn rumus tersebut mаkа besаrnyа Return on Investment untuk mаsing-mаsing


periode :
149.149 .548 .025
Tahun 2012= x 100% = 12,38%
1.204 .944 .681 .223

158.015 .270 .921


Tahun 2013= x 100% = 8,67%
1.822 .689.047 .108

188.577.521 .074
Tahun 2014= x 100% = 8,81%
2.142.894 .276 .216

270.538.700 .440
Tahun 2015= x 100% = 9,99%
2.706 .323 .637 .034

279.777 .368 .831


Tahun 2016= x 100% = 9,58%
2.919 .640 .858 .718

Return On Investment Ratio PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 2012-2016


Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

1
Rahmah Yulianti, Zainuddin , Darmawan; Analisis Kinerja Keuangan Pada Pt Nippon Indosari Corpin
do Tbk Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2016; Journal of Economics Science
Vol. 5 No. 2 Oktober 201
Return on
Investmen 12,38% 8,67% 8,81% 9.99% 9.58%
t

b. Klasifikasi Industri yang tercatat di Bursa Efek Indonesia


Dalam klasifikasi BEI yang baru ini yaitu IDX-IC memiliki 4 tingkat klasifikasi ya
ng terdiri dari 12 Sektor, 35 Sub-sektor, 69 Industri, 130 Sub-industri

Berdasarkan klasifikasi sektor industri di Bursa Efek Indonesia, PT Nippon Indosar


i Corpindo Tbk tergolong sektor barang konsumen primer (d) – sub sektor indu
stri makanan olahan (D22).
Berikut perusahaan sejenis PT Nippon Indosari Corpindo Tbk yaitu perusahaan pad
a industry makanan minuman yang diklasifikasi berdasarkan klasifikasi BEI (IDX-I
C) pada periode 2012 s.d 2016 :
Kode Saha
No Nama Perusahaan Tanggal IPO
m
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. 11-Jun-97
2 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk. 08-Mei-1995
3 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. 09-Jul-96
Indofood CBP Sukses Makmur Tb
4 ICBP 07-Okt-2010
k
5 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. 14-Jul-94
6 MYOR Mayora Indah Tbk. 04-Jul-90
7 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 18-Okt-1994
8 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk. 28-Jun-10
9 SKBM Sekar Bumi Tbk. 05-Jan-93
10 SKLT Sekar Laut Tbk. 08-Sep-93
11 STTP Siantar Top Tbk. 16-Des-1996
12 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk. 14-Feb-00
13 TGKA Tigaraksa Satria Tbk. 11-Jun-90
Sumber: Saham per sektor IDX-IC (IDX Industrial Classification) - SahamU
Standar umum rata-rata industri untuk ROI adalah 30%. Bila dibawah rata-rata maka
keadaan perusahaan tidak baik, demikian pula sebaliknya (Kasmir,2008: 202)2.

Jika rata-rata industri untuk ROI adalah 30%, artinya manajemen melakukan pengem
balian investasi terhadap aktiva yang telah digunakan yaitu 30% dari 100% aktiva ya
ng digunakan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2012 sampai deng
an 2016 tingkat pengembalian investasi masih dibawah rata-rata industri, rendahnya
rasio ini disebabkan rendahnya margin laba karena rendahnya perputaran aktiva, seb
aiknya perusahaan menigkatkan pendapatan agar laba pun yang didapatkan lebih bes
ar dan dapat mencapai standar rasio.

Berdasarkan hasil perhitungan Return on Investment (ROI) PT Nippon Indosari Corp


indo Tbk tahun 2012 - 2016 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 ROI sebesar 12,3
8%, artinya efektivitas atau perolehan manajemen dalam mengelola investasi sebesar
12,38% atau Rp. 12,38 dari Rp. 100,00 jumlah aktiva yang digunakan oleh perusaha
an. Begitu dengan tahun-tahun berikut nya sesuai hasil ROI yang sudah disajikan pa
da tabel di atas.

Jika dibandingkan dengan rata-rata industry yaitu 30%, maka Return on Investment
(ROI) PT Nippon Indosari Corpindo Tbk tahun 2012 – 2016 tergolong dibawah rat
a-rata industry , ini menunjukkan bahwa pengembalian investasi terhadap aktiva
yang digunakan masih kurang baik karena dibawah rata-rata industry.

Berdasarkan kasus seperti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk dimana Return on Inve
stment (ROI) berada di bawah rata-rata industry, maka jika saya sebagai pengambil k
eputusan. Upaya tersebut dapat berupa dalam perencanaan pendek dan perencanaan
panjang. Perencanaan pendek dilakukan dengan melihat kondisi keuangan perusahaa
n apakah mampu mempertahankan operasional perusahaan berjalan untuk periode pe
ndek ke depan.
Perencanaan pendek ini dapat dilakukan dengan efesiensi biaya atau pengeluaran, se
perti mengurangi biaya-biaya yang dikategorikan tidak perlu atau tidak urgent, misal
kan biaya lembur karyawan, tunjangan karyawan, namun gaji pokok karyawan tetap
atau tidak dikurangi. Hal ini agar dana biaya-biaya tersebut dapat digunakan untuk m
odal operasional ke depan, dan karyawan tetap dipertahankan. Hal ini perlu dilakuka

2
Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
n analisis atau research mengenai biaya-biaya yang tidak perlu. Namun, jika setelah
upaya efiensi biaya-biaya tidak menutup biaya keperluan operasional, maka keputusa
n akhir, dengan terpaksa melakukan pengurangan karyawan.
Perencanaan jangka panjang dapat dilakukan seperti penambahan modal melalui pinj
aman misalnya. Modal ini akan digunakan untuk biaya operasional, memproduksi pr
oduk roti pada perusahaan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. Paling utama untuk di
perhatiin adalah penjualan produk dan mendapatkan profit yang bagus dari hasil penj
ualan, maka startegi marketing harus diperhatikan dan dioptimalkan agar penjualan
meningkat.

c. Berdasarkan rumus pengukuran ROI, upaya yang saya pilih sebagai solusi terbaik d
ari permasalahan dihadapi :
1) upaya jika sisi pembilangnya dinaikkan namun sisi penyebutnya tetap
Berdasarkan rumus pengukuran ROI, pembilang adalah laba bersih, penyebut ad
alah total asset. Jika pembilang naik, penyebut tetap, maka artinya laba bersih na
ik, dan total asset atau modal tetap. Jika dihitung pake rumus perhitungan ROI,
maka ROI yang dihasilkan naik. Berikut data asumsi disajikan dalam tabel, jika
laba bersih naik (pembilang naik) dan total asset tetap (penyebut tetap) :

Laba Bersih Total Asset ROI (%)


149.149.548.025 1.822.689.047.108 8,18
158.015.270.921 1.822.689.047.108 8,67

Dari data asumsi tersebut terlihat ROI yang dihasilkan naik ketika laba bersih na
ik dan total asset tetap.

2) jika sisi penyebutnya diturunkan namun sisi pembilangnya tetap,


Berdasarkan rumus pengukuran ROI, penyebut diturunkan namun sisi pembilan
gnya tetap, maka artinya total asset turun, laba bersih tetap. Jika dihitung pake ru
mus perhitungan ROI, maka ROI yang dihasilkan naik. Berikut data asumsi disa
jikan dalam tabel, jika total asset turun (penyebut turun) dan laba bersih tetap (p
embilang tetap) :

Laba Bersih Total Asset ROI (%)


158.015.270.921 1.822.689.047.108 8,67
158.015.270.921 1.204.944.681.223 13,11
Dari data asumsi tersebut terlihat ROI yang dihasilkan naik ketika laba bersih tet
ap dan total asset diturunkan.

3) jika perubahan antar periode pada sisi pembilang lebih tinggi dari perubahan sisi
penyebutnya.
Artinya kenaikan laba lebih tinggi dari total asset setiap periode nya. Kondisi be
gini menghasilkan ROI yang naik setiap periode, maka kondisi seperti ini dapat
dikatakan bahwa management perusahaan baik dalam menggunakan aktiva nya.
Berikut data asumsi disajikan dalam tabel, jika perubahan antar periode pada sisi
pembilang (laba bersih) lebih tinggi dari perubahan sisi penyebutnya (total asset):

Keterangan 2013 2014 2015 2016


Laba Bersih 158.015.270.921 188.577.521.074 270.538.700.440 360.777.368.831
1.832.689.047.10
Total Asset
1.822.689.047.108 8 1.852.689.047.108 1.892.689.047.108
ROI 8,67 10,29 14,60 19,06

Dari data asumsi tersebut terlihat ROI yang dihasilkan naik setiap periode yaitu
dari tahun 2013 s.d 2016. Dari data ini, terlihat bahwa total asset (penyebut) terj
adi kenaikan setiap periodenya, namun perubahan kenaikan nya tidak lebih tingg
i dari perubahan kenaikan laba bersih (pembilang) setiap periodenya, dan ROI y
ang dihasilkan, naik setiap periode.

Berdasarkan ketiga kondisi diatas, menunjukkan bahwa penting memperhatikan


laba bersih dan efektivitas penggunaan aktiva agar return investasi baik. Upaya
menaikan profit atau laba dengan mengoptimalkan penggunaan dan penerapan st
rategi marketing untuk meningkatkan penjualan. Persediaan produk yang telah d
iproduksi dapat berputar lebih cepat melalui penjualan sehingga menghasilkan p
rofit atau laba bagi perusahaan.

Contoh penerapan strategi pamasaran/marketing untuk meningkatkan penjualan


dengan produksi produk yang kerja sama dengan artis (artis tersebut menajdi am
bassador), sehingga produk tersebut berbeda, baru dan limited edition. Produk in
i menjadi promosi produk dan brand perusahaan melalui artis yang terkenal sehi
ngga menarik pelanggan. Ada banyak strategi marketing yang dapat dilakukan p
erusahaan untuk promosi dan meningkatkan penjualan hingga tujuan akhirnya, p
rofit atau laba dapat diperoleh sebagai pengembalian (return) penggunaan aktiva.
Penggunaan atau penerapan strategi marketing tentu membutuhkan dana atau bi
aya, maka jika laba naik (pembilang naik), laba dapat digunakan untuk dana pen
goptimalan sisi marketing.

Selain upaya peningkatan penjualan melalui optimalisasi marketing, laba yang n


aik atau ROI yang naik dapat digunakan untuk pembayaran pihak ketiga, misaln
ya pemasok, dimana periode pembayaran dapat dipanjang agar dana untuk pemb
ayaran pemasok dapat diinvestasikan terlebih dahulu di bank, sehingga dari dana
pembayaran pemasok dapat menghasilkan profit melalui bunga bank.

Upaya mengoptimalkan marketing untuk meningkatkan penjualan dan menggun


akan dana untuk investasi merupakan upaya menggunakan aktiva sebaik mungki
n agar return nya juga baik yaitu menghasilkan profit lagi, dimana profit ini dipe
rlukan untuk penggunaan biaya operasional kedepan dan rencana pengembangan
perusahaan.

Namun, return atas penggunaan aktiva ini tidak hanya dilihat dari naik atau turu
n, melainkan dibandingkan dengan standar rata-rata industry yang sama sebagai
parameter bahwa return atau ROI tersebut dapat dikatakan baik atau tidak.

Jika ROI dibandingkan dengan standar rata-rata indurti, hasil nya ROI perusahaa
n tersebut baik, maka perusahaan dapat melakukan upaya dengan menggunakan
return tersebut secara optimal seperti menggunakan dana untuk optimalisasi mar
keting tadi agar penjualan naik atau investasi dana pada bank / portofolio investa
si lainnya agar mendapatkan profit. Manajer sebagai pengambil keputusan harus
memikirkan bagaimana aktiva atau aset dapat digunakan se-optimal dan se-efekt
if mungkin.

Jika ROI perusahaan dibawah standar rata-rata industry, maka diperlukan upaya-
upaya yang setidaknya dapat mempertahankan profit atau laba jika belum bisa m
enaikan profit, karena laba yang tetap, masih menghasilkan return yang bagus.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan efesiensi biaya pengeluaran sebagai pere
ncanaan jangka pendek dan penambahan modal melalui pinjaman misalnya seba
gai perencanaan jangka panjang. Efesiensi biaya pengeluaran dapat dilakukan de
ngan analisis atau identifikasi biaya pengeluaran yang tidak diperlukan sehingga
biaya tersebut dikurangi atau ditiadakan. Sedangkan pinjaman untuk penambaha
n modal dilakukan untuk keperluan biaya operasional kedepan serta biaya penge
mbangan perusahaan.

Selain itu, masalah penurunan ROI atau dibawah standar rata-rata industry, upay
a lain yang dapat diperhatikan dan dilakukan oleh manajer adalah memaksimalk
an perputaran aktiva seperti pembayaran piutang lebih cepat atau sesuai tempo,
dan perputaran persediaan tinggi seperti penjualan produk lebih cepat sehingga s
tok produk tidak terlalu banyak dan lama di Gudang penyimpanan. Perputaran a
ktiva ini tentu mengembalikan dana yang tertunda sehingga dana tersebut mena
mbah aktiva atau asset dan dapat digunkan sebagai modal. Upaya memaksimalk
an perputaran aktiva ini dapat menjadi upaya untuk solusi dari masalah penurun
an ROI atau dibawah standar rata-rata industri.
2. Capital Budgeting
Berikan pendapat mengapa teknik Net Present Value (NPV) lebih baik daripada tekn
ik Internal Rate of Return (IRR) dalam teknik penilaian usulan proyek dengan konse
p capital budgeting?
JAWABAN

Salah satu cara agar pengeluaran tersebut bisa efektif yaitu perusahaan membutuhkan
metode capital budgeting, yang berguna untuk menganalisa serta menyeleksi
beberapa alternatif investasi.Secara umum capital budgeting adalah proses yang
menentukan proyek atau menganalisa proyek tersebut sebagai suatu anggaran modal,
sehingga proses ini dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan mengenai
pengeluaran dana serta pengembalian dana selama periode tertentu. Salah satu cara
agar pengeluaran tersebut bisa efektif yaitu perusahaan membutuhkan metode capital
budgeting, yang berguna untuk menganalisa serta menyeleksi beberapa alternatif
investasi.
Menganalisis kelayakan proyek juga bisa menggunakan beberapa metode capital
budgeting. Di mana teknik capital budgeting diantaranya Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), dan Payback Period (PP).
Net Present Value (NPV) adalah arus kas perkiraan pada masa yang akan datang
yang disesuaikan dengan saat ini. Secara sederhana, Net Present Value (NPV) bisa
diartikan sebagai selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk dengan nilai
sekarang dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu.
Internal Rate of Return (IRR) adalah salah satu teknik penganggaran modal. Ini
adalah tingkat diskonto di mana Net Present Value (NPV) dari arus kas masa depan
menjadi nol. Dengan kata lain, ia menawarkan titik impas dalam mendiskontokan
arus kas masa depan untuk penilaian proyek atau investasi.
Teknik Net Present Value (NPV) lebih baik dari pada teknik Internal Rate of Return
(IRR) dalam teknik penilaian usulan proyek dengan konsep capital budgeting :
1. Menurut kalangan akademisi, NPV dianggap lebih unggul dibandingkan IRR,
karena NPV dapat mengatasi fenomena multiple IRR dan conflict ranking
projects, sedangkan IRR tidak dapat mengatasi fenomena tersebut.
2. NPV dan IRR sama-sama termasuk kelompok discounted cash flow, penganut
nilai waktu dan proceeds selama total usia proyek. Saat menilai salah satu dari
dua atau lebih usul investasi bersifat mutually exclusive. Untuk kondisi seperti
begitu NPV dan IRR dapat bertolak belakang memberikan jawaban secara
khusus sering terjadi pada susunan peringkat usul investasi. Namun NPV pada
umumnya dipandang unggul ketimbang IRR. Hal ini disebabkan NPV
konsisten, yaitu mempertimbangkan perbedaan skala investasi dari pernyataan
secara absolut dalam rupiah tidak seperti IRR yang memiliki pernyataan
berbentuk persentase sehingga skala investasi terabaikan. NPV berpegang
konsisten besarnya tingkat reinvestasi adalah tetap sebesar tingkat diskonto yang
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan IRR berasumsi dana bebas diinvestasikan
kembali dengan tingkat rate of returnnya selama periode sisa usia.
3. “Cash is King”, NPV adalah indicator yang sebenarnya dalam merefleksikan
tujuan dari bisnis yaitu menghasilkan uang sebanyak-banyak.. Selain itu
disebutkan IRR punya kelemahan yaitu tidak bisa memberikan nilai IRR yang
sebenarnya apabila cashflow nya multi-signs dan tidak menggambarkan konsep
Time Value of Money.
4. IRR memiliki kelemahan dimana IRR umumnya digunakan untuk pengambilan
keputusan untuk single project bukan mutually exclussive project (proyek yang
saling menghilangkan). Untuk mutually exclusive project, kriteria NPV lebih
dominan digunakan dimana proyek dengan NPV lebih besar akan dipilih
walaupun memiliki IRR yang lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai