Anda di halaman 1dari 4

Feminisme Liberal

Marchus Sugiarto
352021007

1. Pendahuluan

Dalam resume kali ini saya akan menjelaskan tentang Feminisme Liberal. Saya akan
menjelaskan Feminisme Liberal dari abad ke 18 sampai abad ke 20, selain itu saya
juga akan menjelaskan beberapa tokoh dari feminisme liberal ini. Kemudian saya
akan menjelaskan arah kontemporer dalam feminisme liberal.

2. Latar belakang

Akar dari feminisme liberal adalah liberalisme. Liberalisme merupakan sebuah


pemikiran atau paham yang memprioritaskan kebebasan individu sebebas-bebasnya
dalam segala aspek kehidupan. Hak individu bagi kaum Liberal harus diprioritaskan
dari pada “kebaikan” . Setiap individu diberikan kebebasan untuk memilih apa yang
“baik” untuk dirinya asal tidak merugikan orang lain. Liberalisme juga menekankan
pada masyarakat yang adil yang memungkinkan setiap individu mempraktekkan
otonomi dirinya dalam memenuhi kebutuhannya. Feminisme liberal mempunyai
tujuan untuk menyaratakan antara laki-laki dan perempuan. Feminisme liberal setuju
bahwa jenis kelamin seseorang tidak seharusnya menjadi alat untuk menentukan
gender psikologis maupun sosialnya.

3. Skema dan Pokok Teori

Saya akan mulai menjelaskan perjuangan atau gerakan feminisme dari abad ke 18.
pada abad ini salah satu tokoh yang berperan penting ialah Mary Wollstonecraft. Pada
saat itu perjuangan nya dilakukan oleh perempuan borjuis atau kulit putih atau
perempuan kelas menengah atas. Dimana mereka tidak dapat berkembang bebas
karena kekangan dari suami dan struktur sosial masyarakat. Para perempuan tersebut
tidak dapat berkembang bebas juga karena tidak mendapatkan pendidikan yang setara
dengan laki-laki.
Kemudian yang diinginkan oleh Wollstonecraft bagi perempuan adalah menjadi
manusia secara utuh. Dimana menurut Wollstonecraft perempuan bukanlah “mainan
laki-laki atau lonceng milik laki-laki ” yang harus berbunyi pada telinganya, tanpa
mengindahkan nalar, setiap kali ia ingin dihibur. Bisa juga disebut perempuan
bukanlah “sekedar alat” atau instrumen untuk kebahagian orang lain. Sebaliknya
perempuan merupakan suatu tujuan, suatu agen bernalar, yang harga dirinya aa dalam
kemampuan nya untuk menentukan nasibnya sendiri. Memperlakukan seseorang
sebagai sekedar alat adalah sama dengan memperlakukan orang tersebut sebagai
bukan manusia, sebagai seseorang yang ada bukan untuk dirinya, melainkan sebagai
alat untuk orang lain. Karena itu, misalnya, jika seorang suami memperlakukan
istrinya hanya sebagai alat untuk dipamerkan ke orang lain, maka sang suami tidak
menghargai keberadaan istrinya sebagai manusia yang utuh. Sama halnya, jika
seorang perempuan membiarkan dirinya diperlakukan sebagai sekedar objek, berarti
ia membiarkan dirinya diperlakukan dengan cara yang tidak sesuai dengan statusnya
sebagai manusia yang utuh. Tambahan dari Wollstonecraft, tidak seorang perempuan
yang seharusnya membiarkan kekerasan itu terjadi pada dirinya.

Setelah saya membahas abad ke -18. saya akan menlajutkan perjuangan feminisme
liberal abad ke-19 yang lebih berfokus pada hak politik dan kesempatan ekonomi
yang setara. Tokoh yang terkenal pada saat itu ialah pasangan John Stuart Mill dan
Harriet Taylor Mill. John ingin perempuan dapat tampil pada ranah publik dan ranah
politik. John juga ingin para perempuan menjadi wanita karier. Taylor berpendapat
bahwa perempuan harus menjadi partner dan bukan budak bagi suaminya, hal itu
dilakukan dengan istri harus mempunyai penghasilan dari pekerjaannya di luar rumah.
Maka dari itu baik John dan Taylor yakin bahwa perempuan harus memiliki hak pilih
agar dapat menjadi setara dengan laki-laki. Dapat memilih menurut keduanya, berarti
berada didalam posisi tidak saja untuk mengekspresikan pandangan politik personal
seseorang, tetapi juga untuk mengganti sistem, struktur, dan sikap yang memberikan
kontribusi pada opresi orang lain. Selain itu pada gerakan feminisme liberal abad ke-
19, berdekatan juga dengan gerakan abolisi. Gerakan abolisi adalah gerakan
penghapusan diskriminasi atau perbudakan terhadap ras tertentu dalam hal ini kulit
hitam.
Selanjutnya saya akan membahas gerakan feminis liberal aba ke-20 yang dipelopori
oleh tokoh yang terknal dan bukunya yaitu Betty Friedan dalam tulisannya ada dua
yaitu berjudul The Feminis Mistique dan The Second Stage.

The Feminine Mystique oleh Betty Friedan , diterbitkan pada tahun 1963, sering
dilihat sebagai awal dari Gerakan Pembebasan Perempuan. Ini adalah karya Betty
Friedan yang paling terkenal. Dalam The Feminine Mystique, Betty Friedan
mengeksplorasi ketidakbahagiaan perempuan pertengahan abad ke-20. Dia
menggambarkan ketidakbahagiaan perempuan sebagai "masalah yang tidak memiliki
nama." Perempuan merasakan rasa depresi ini karena mereka dipaksa untuk tunduk
kepada laki-laki secara finansial, mental, fisik, dan intelektual.

Kemudian sebelum lanjut ke dalam arah kontemporer dalam feminisme liberal. Pesan
umum dalam salah satu buku lainnya dari Freidan yang berjudul The Fountain of Age
adalah bahwa manusia yang akan sangat mungkin tumbuh, berubah, dan lebih
menjadi dirinya sendiri ketika mereka bertambah tua, adlah mereka yang mampu
bergerakdi luar peran jenis kelamin yang terpolarisasi dan secara kreatif
mengembangkan “sisi” dirinya yang diabaikan untuk dikembangkan ketika mereka
masih muda. Singkatnya, laki-laki dan perempuan senior yang paling bahagia dan
paling hidup adalah orang-orang yang androgin. Androgin adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin
dan feminin pada saat yang bersamaan. Semakin Freidan memfokuskan diri pada
gagasan androgini, semakin tampak bahwa ia bergerak menuju humanisme dan
menjauh dari feminisme.

Selanjutnya arah kontemporer dari feminisme liberal ini ialah untuk membebaskan
perempuan dari peran gender yang opresif , yiatu peran-peran yang digunakan sebagai
alasan atau pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah, atau tidak
memberikan tempat sama sekali, bagi perempuan, baik di dalam akademi, forum,
maupun pasar. Mereka menekankan bahwa masyarakat patriarki mencampur adukan
seks dan gender, dan menganggap hanya pekerjaan-pekerjaan yang dihubungkan
dengan kepribadian femininim yang layak untuk perempuan.
Untuk membebaskan perempuan dan laki-laki dari kandang maskulinitas dan
femininitas yang dikonstruksikan secara budaya, banyak feminis liberal selain Betty
Friedan mengadvokasikan pembentukan kepribadian androgin. Para tokoh feminis
liberal setuju bahwa jenis kelamin biologis dari seseorang tidak seharusnya menjadi
alat untuk menentukan gender psikologis maupun sosialnya.

4. Relevansi Kasus dan Kesimpulan

Saya akan coba mengambil kasus KDRT artis. Contoh kasus yang saya ambil ialah
Kasus KDRT Lesti Billar. Dalam kasus KDRT Lesti Billar, Billar sang suami
melakukan tindakan kekerasan fisik kepada Lesti berupa di cekik dan dibanting.
Tindakan kekerasan ini terjadi karena Billar tidak terima Lesti ingin pulang ke rumah
orang tua nya karena Lesti mengetahui bahwa Billar selingkuh di belakangnya. Kita
bisa melihat ketidakberdayaan perempuan atau sang istri jika dihadapkan dengan
suaminya. Dalam feminisme liberal kasus KDRT ini juga menjadi fokusnya, dimana
feminisme liberla ingin memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak bagi
perempuan. Lesti yang dicekik dan dibanting oleh suaminya tersebut sangat tidak
mencerminkan kesetaraan gender.

Kesimpulan dari feminisme liberal. Feminisme ini juga mempunyai beberapa


kelemahan, salah satu kelemahan yang paling menonjol adalah feminisme liberal
lebih berfokus pada gerakan kulit putih borjuis, dan kurang berhasil dalam
memperjuangkan wanita proletar atau berkulit hitam. Meskipun begitu kita harus
berterimakasih pada feminisme liberal karena sudah banyak perempuan yang terjun
ke posisis profesional dan posisi kerja yang tinggi. Hal ini tidak lain dan tidak bukan
di sebabkan perjuangan feminisme liberal dalam pendidikan, hukum, dan profesi
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai