REVITALISASI INDUSTRI
KEHUTANAN INDONESIA
Departemen Kehutanan
9 Januari 2008
Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia
Bhn baku
Cukup, lestari
M-1 M-3 & legal
KONDISI SAAT INI
M-2 Industri efisien &
Bahan produksi bernilai +
baku??
Pasar
? kompetitif
KONDISI
PEMUNGKIN
Outline Presentasi
Pendahuluan: 18 Fokus; Sintesis 3 Studi
Kondisi saat ini
Kecenderungan pasar internasional
Permasalahan Utama
Industri perkayuan di masa depan
Pasokan Kayu dan Alokasinya
Sasaran, Strategi, Kebijakan, Renc aksi, …
Kondisi Pemungkin
Implikasi
RESTRUKTURISASI INDUSTRI KEHUTANAN SEBAGAI MUARA
18 FOKUS PEMBANGUNAN KEHUTANAN
PEMBANGUNAN Kayu Rp
BAHAN
KEHUTAAN BAKU
Barang
Pro
Growth
HHBK Rp
2-3% Hutan
PASAR INDUSTRI
Pro Lingk Rp
Job
TRIANGLE PRINCIPLE
Jasa
Pro
W.Alam Rp
Poor
RESTRUKTURISASI INDUSTRI PERKAYUAN
DIKAITKAN DENGAN 18 FOKUS, MINUS HHBK dan JLWA
F 1 : Pengamanan kawasan hutan
F 3 : Pengelolaan Hutan Produksi Alam
F 4 : Pengelolaan Hutan Tanaman
F 5 : Pengelolaan Kawasan tidak dibebani hak
F 7 : Rehabilitasi Hutan dan Lahan
F 9 : Pengendalian kebakaran hutan
F13 : Pengembangan Hutan Rakyat (HR)
F15 : Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm)
BAHAN F16 : Pengukuhan dan Penatagunaan Kaw. Hutan
BAKU F17 : Pengembangan informasi SDH
F18 : Pembangunan wilayah pengelolaan kawasan hutan
F 6 : Restrukturisasi
Industri Primer Khtnan
INDUSTRI PASAR
F 2 : Penertiban peredaran HH
TRIANGLE PRINCIPLE
Sintesis 3 Studi
Kondisi dan Kecenderungan s/d thn 2004:
(Skenario Status Quo)
Berlanjutnya:
Penebangan, pengolahan & perdagangan kayu ilegal
Tanpa usaha
Intervensi yang Deforestasi & degradasi hutan (>1.8 jt ha/th + 51% LOA)
Terpadu Realisasi penanaman & produktivitas lahan hutan
tanaman yang rendah
Hilangnya pendapatan pajak US$ 13 Milyar dalam 25 th
Eksploitasi hutan
Pabrik yg tidak efisien & sarat hutang beroperasi (2002)
yang berlebihan (110 HPH/HTI/Industri)
(over-exploitation) Penurunan:
& inefisiensi Output industri & tenaga kerja
industri Daya Saing internasional (pasar & produk)
Jasa lingkungan & keanekaragaman hayati
Peningkatan :
masalah lingkungan
konflik akibat kelangkaan SDH
2013-2020
50
• “Retool” Industri untuk Efisiensi
40 • Fokus pada ‘High Value’ Produk
30 Fase 1: RESTRUKTURISASI
Sekarang s/d 2012
20 • Intensifkan Penanaman
• Tingkatkan Produktivitas HTI Mendukung Kebijakan DepHut
10 • Kurangi ‘Forest Crime’ & Hutang
• Membangun Sumber Alternatif
• Kurangi Sementara Produksi
0
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Kondisi saat ini:
Pasokan, Kapasitas, dan Konsumsi kayu tahun 2005
Jumlah pasokan (24.2 juta m3; Dephut 2006):
– Hutan alam (5.7 juta m3)
– Hutan tanaman industri (12.8 juta m3)
– Hutan tanaman Perhutani (0.8 juta m3)
– Hutan/kebun rakyat (1.3juta m3)
– Areal konversi (3.6 juta m3)
• Usaha mebel & kerajinan telah lama dikenal di Indonesia, karena merupakan
budaya turun-temurun.
• Sentra-sentra berkembang pesat terutama di Jawa. Untuk kayu: di
Semarang, Jepara, Solo, Yogyakarta, Surabaya; sementara untuk rotan: di
Cirebon, Sukoharjo, Surabaya.
• Industri didominasi oleh UKM dengan sistem home industry yang
bekerjasama dengan industri - industri besar.
• Kebutuhan bahan baku kayu sekitar 7 – 7.5 juta m3 per tahun.
• Total nilai ekspor mebel kayu (2005) US$ 1,9 milyar, (2006) US$ 2,16
milyar
• Jenis kayu yang digunakan: jati, mahoni, pinus, akasia, gmelina, durian,
mangga, mbacang, kweni, bungur, sonokeling, mindi, waru, kayu karet dan
sebagian kecil kayu-kayu dari hutan alam, seperti : meranti, nyatoh,
bangkirai, kempas.
• Pasar tradisional tujuan utama eksper mebel Indonesia adalah Amerika
Serikat, Jepang, Belanda, Perancis, dan Inggris.
Visi
Industri perkayuan Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi, didukung oleh sumber bahan baku yang lestari dan meningkat
Misi:
1. Meningkatkan dan memanfaatkan ketersediaan bahan baku,
terutama dari hutan tanaman serta dari sumber lain yang
sah dan berkelanjutan.
2. Merestrukturisasi dan merevitalisasi industri perkayuan
primer agar efisien, kompetitif dan mendukung industri
pengolahan kayu lanjutan;
3. Mengembangkan produk-produk yang bernilai tambah
tinggi, ramah lingkungan dan memiliki daya saing di pasar
internasional;
4. Menghasilkan produk-produk industri pekayuan yang
bersertifikat.
Pasokan Kayu dan Alokasinya
• Sumber Pasokan:
• Hutan Alam
• HTI Pulp
• HTI Kayu Perkakas
• HTR
• HTHR
• Perhutani
• Hutan Rakyat
• Perkebunan Karet
• Perkebunan Kelapa Sawit
• Perkebunan Kelapa
• ISL dan IPK
• Impor
• Alokasi Pasokan:
• Industri Kayu Gergajian
• Industri Kayu Lapis
• Industri Partikel
• Industri Pulp
Perkiraan Pasokan Kayu dari Berbagai Sumber
(2007-2025; Termasuk Karet, Sawit, Kelapa)
250.0
Impor
ILS dan IPK
Perkebunan Kelapa
200.0
Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan Karet
Hutan Rakyat
150.0 Perhutani
Juta M3 HTR
HTI Perkakas
100.0 HTI Pulp
Hutan Alam
50.0
0.0
2007 2010 2013 2016 2019 2022 2025
Tahun
HTI Perkakas
HTI Pulp
100.0 Hutan Alam
50.0
0.0
2007 2010 2013 2016 2019 2022 2025
Tahun
Tabel 4. Persentase alokasi pasokan bahan baku kayu kepada
kelompok industri Perkiraan Alokasi Pasokan Kayu ke Berbagai Industri
Persentase alokasi bahan baku kayu 250.0
Sumber pasokan Kayu Kayu Pulp
Partikel Pulp
gergajian lapis Partikel
200.0
Hutan Alam 60% 40% 0% 0% Kayu lapis
HTI Pulp 0% 0% 0% 100% Kayu gergajian
HTI Perkakas 40% 40% 20% 0%
150.0
Juta M3
HTR 60% 20% 10% 10%
HTHR 60% 30% 10% 0%
Perhutani 90% 10% 0% 0% 100.0
Hutan Rakyat 60% 30% 10% 0%
Perkebunan Karet 45% 45% 10% 0%
Perkebunan Kelapa Sawit 70% 20% 10% 0% 50.0
Perkebunan Kelapa 100% 0% 0% 0%
ILS dan IPK
0.0
Tahun 2007-2009 10% 10% 0% 80%
2007 2010 2013 2016 2019 2022 2025
Tahun 2010-2025 50% 40% 10% 0%
Impor 90% 10% 0% 0% Tahun
Permasalahan, Sasaran, dan Strategi:
Restrukturisasi (2007-2014)
Permasalahan Sasaran Strategi
1. Mengintensifkan pembangunan hutan tanaman
2. Meningkatkan produktifitas hutan tanaman
3. Memberantas kejahatan kehutanan
Pasokan bahan Pasokan bahan baku kayu
4. Membangun dan menggunakan sumber-sumber
baku kayu tidak yang legal dan lestari
pasokan bahan baku alternatif
cukup tercapai
5. Mengoptimalkan distribusi bahan baku kayu untuk
industri
6. Meningkatkan pemanfaatan hutan alam produksi
Tingkat produksi kayu
Over kapasitas olahan sesuai pasokan 1. Pengendalian operasi industri perkayuan
bahan baku lestari
Inefisiensi Industri beroperasi secara
1. Investasi dan perbaikan teknologi pengolahan kayu
industri efisien
1. Menekan biaya produksi
2. Proaktif membangun citra positif di pasar
Daya saing Daya saing produk kayu
internasional
rendah olahan yang tinggi
3. Memfasilitasi terwujudnya clustering industri
perkayuan
Pangsa pasar Pangsa pasar yang pulih 1. Membangun pasar baru dan mempertahankan pasar
turun dan meningkat tradisional
Produk kayu Produksi kayu olahan 1. Investasi teknologi pengolahan kayu lanjutan
olahan bernilai fokus pada komoditi yang
2. Diversifikasi produk
tambah rendah bernilai tambah tinggi
Permasalahan, Sasaran, dan Strategi:
Revitalisasi (2015-2025)
Permasalahan Sasaran Strategi
1. Mengintensifkan pembangunan hutan tanaman,
Pasokan bahan baku yang utamanya untuk pasokan bahan baku kayu perkakas.
Pasokan bahan legal dan lestari semakin 2. Meningkatkan produktifitas hutan tanaman
baku kayu belum tersedia, sebagian besar 3. Memperluas penggunaan sumber-sumber pasokan
cukup berasal dari hutan bahan baku kayu alternatif
tanaman 4. Memperluas pelaksanaan SILIN di hutan alam
produksi
1. Lanjutkan Investasi dan perbaikan teknologi
Industri beroperasi secara pengolahan kayu
Inefisiensi industri
efisien
2. Memperluas clustering industri pengolahan kayu
Daya saing Daya saing produk kayu 1. Lanjutkan menekan biaya produksi
rendah olahan yang tinggi 2. Membangun citra positif
Pangsa pasar Pangsa pasar semakin 1. Memperluas pasar ekspor dan memelihara segmen
belum meningkat meningkat secara pasar lama
secara signifikan significant 2. Menggarap pasar potensial
Produk kayu Produksi kayu olahan
1. Investasi dalam teknologi pengolahan kayu sekunder
olahan bernilai fokus pada komoditi yang
2. Lanjutkan diversifikasi produk
tambah rendah bernilai tambah tinggi
Kondisi Pemungkin
(Enabling Conditions)
1. Prasyarat
a. Kemauan politik (political will)
b. Kepemilikan nasional (national stewardship)
c. Ketersediaan kelembagaan ekonomi
d. Jaminan akses terhadap lahan dan jaminan berusaha
e. Pelimpahan otoritas kepada pembuat kebijakan di
lapangan
f. Aturan yang jelas bagi kelembagaan masyarakat dan
institusi publik
g. Kapasitas sumberdaya manusia
2. Keterkaitan mikro ekonomi dan makro ekonomi
Implikasi: