Anda di halaman 1dari 2

MAKNA BAIT TUHAN

Habakuk 2:20
“Bait Tuhan” adalah tempat kudus, di mana Tuhan hadir melawat umat-Nya. “TUHAN ada di dalam
bait-Nya yang kudus” (Mzm. 11:4). Kita tidak boleh sembarangan bila berada di bait-Nya yang
kudus. “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah” (Pkh. 4:17). Ada orang-orang
yang melakukan tindakan tidak terpuji, melakukan praktik jual beli di halaman Bait Tuhan, padahal
mereka tahu bahwa Bait Tuhan adalah tempat umat beribadah kepada Tuhan. Menjadikan “Bait
Tuhan” sebagai tempat berjual-beli adalah suatu hal yang tidak pantas dan itu merupakan sebuah
penghinaan terhadap Tuhan, karena mereka telah mencemari Bait-Nya yang kudus. Melihat kejadian
itu bangkitlah amarah Yesus dan la pun bertindak tegas terhadap orang-orang yang menggunakan Bait
Tuhan tersebut sebagai tempat berdagang atau melakukan transaksi bisnis. “la membalikkan meja-
meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati” (Mat. 21:12b).
Secara fisik, bait Tuhan harus dirawat dan dijaga kebersihannya supaya orang yang berada di
dalamnya merasa nyaman, apalagi secara rohani, karena Bait Tuhan adalah:
1. Pertama, tempat berjumpa dan dijumpai Tuhan
kita berdoa karena kita ingin mengenal Tuhan lebih penuh disitu kita berjumpa dengan Tuhan
lewat doa kita. Tidak ada yang lebih indah, tidak ada yang lebih besar yang dapat kita cari,
dan lebih memuaskan, daripada Tuhan sendiri. Dan saat kita bicara dengan-Nya, kita
mengenal-Nya lebih baik.
2. Kedua, tempat kita memberikan pelayanan pujian dan penyembahan kepada Tuhan;
Ketiga, tempat di mana kebenaran firman Tuhan disampaikan; 
Namun masih ada orang-orang yang menyalahgunakan fungsi “Bait Tuhan”. Mengatasnamakan
pelayanan, mereka menjadikan Bait Tuhan sebagai ladang bisnis, mencari uang dan mengeruk
keuntungan materi semata. Tujuan dan motivasi dalam melayani bukan lagi untuk kemuliaan nama
Tuhan, tapi untuk ambisi dan kepentingan pribadi. Karena itu Yesus berkata, “Ambil semuanya ini
dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan” (Yoh. 2:16). Ketika Bait-
Nya beralih fungsi, Tuhan pasti tidak akan tinggal diam. la tidak mau ada kenajisan di dalamnya;
Bait-Nya harus tetap kudus. Bait Tuhan tidak berbicara soal bangunan atau gedung, “Tetapi yang
dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri” (Yoh. 2:21).
Dalam pemahaman iman kita bahwa Allah berjanji akan hadir di Bait-Nya yang Kudus (Im. 16:2).
Jika kita cermati Bait Allah dalam Perjanjian Lama maka ada sebuah pembatas antara manusia
dengan Allah. Kekudusan Allah tidak boleh dijumpai oleh siapa pun selain imam besar, dan itupun
hanya sekali setahun. Mata Allah "terlalu suci untuk melihat kejahatan" (Hab. 1:13), dan Ia tidak
dapat mentolerir dosa. Tabir dan berbagai ritual rumit yang harus dilakukan imam besar menjadi
peringatan bahwa manusia tidak dapat memasuki hadirat Allah yang hebat seenaknya sendiri.
Sebelum imam besar memasuki Tempat Kudus pada Hari Pendamaian, ia harus membasuh dirinya,
mengenakan pakaian khusus, membawa ukupan sehingga pandangannya akan Allah secara langsung
ditutupi oleh asap, dan ia wajib membawa darah kurban untuk mendamaikan dosa (Kel. 28; Im. 16;
Ibr. 9:7). 
Pentingnya Bait Allah yang Kudus bagi umat Kristen ditemukan dalam peristiwa yang terjadi seputar
penyaliban Kristus. Ketika Yesus meninggal, ada sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi: "Yesus
berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah"
(Mat. 27:50-51). Tabir Bait Suci tidak dirobek oleh manusia. Peristiwa supranatural ini Allah lakukan
demi menekankan sebuah poin: oleh karena kematian Kristus di atas salib, manusia sudah tidak lagi
terpisah dari Allah. Sistem perbaitan dalam Perjanjian Lama sudah tidak berlaku lagi karena
Perjanjian Baru telah menggantikannya. Kita sudah tidak memerlukan bantuan imam melakukan
ritual kurban sekali setahun bagi kita. Tubuh Kristus "robek" di atas salib, sama seperti tabir robek di
dalam bait, dan sekarang kita mempunyai akses pada Allah melalui Yesus: "...oleh darah Yesus kita
sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang
baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri" (Ibr. 10:19-20). 
Pengurbanan Kristus yang sekali untuk selamanya telah menghapus syarat kurban tahunan, yang
secara hakikatnya tidak dapat menghilangkan dosa (Ibr. 10:11). Sistem kurban Perjanjian Lama hanya
berupa bayangan akan kurban sempurna yang akan datang, yakni Anak Domba Allah, yang
dikurbankan bagi dosa dunia (Yoh. 1:29). Tempat Kudus, kehadiran Allah di dunia, sekarang terbuka
bagi siapapun yang beriman pada Kristus. Di mana, sebelumnya, ada sebuah penghalang yang dijaga
oleh para kerub, Allah telah membuka jalan dengan darah Putra-Nya. Karena itu, marilah sering
datang ke Bait Allah karena Dia berdiam di sana untuk memberkati kita

Anda mungkin juga menyukai