Anda di halaman 1dari 19

INFORMED CONCENT

No Dokumen No Revisi Halaman

UPTD PUSKESMAS 1/1


TANJUNG PURA
Tanggal terbit Ditetapkan Oleh:
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Dr. Irma Priyuni Ainanda

Pengertian Informed voncent adalah pemberian informasi kepada


pasien dan persetujuan pasien sebelum dilakukan
tindakan medis dengan tujuan memberikan
perlindungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
oleh petugas.
Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam menyampaikan
informasi kepada pasien dan pelaksanaan persetujuan
pasien sebelum melakukan Tindakan medis.
Kebijakan 1. Surat keputusan kepala puskesmas nomor

Referensi 2.
Prosedur 1. Petugas menyiapkan formular inform consent
2. Petugas menjelaskan tentang diagnose penyakit
dan indikasi Tindakan
3. Petugas menjelaskan tentang Tindakan yang
akan dilakukan
4. Petugas menjelaskan tentang manfaat Tindakan
5. Petugas menjelaskan tentang resiko
kemungkinanan komplikasi Tindakan
6. Petugas menjelaskan tentang resiko/
kemungkinana komplikasi Tindakan
7. Petugas menjelaksna informasi lainnya yang
mungkin masih diperlukan
8. Petugas mengecek pemahanaman pasien/
keluarga
9. setelah pasien atau keluarga paham tentang
tindakan yang dilakukan tindakan, petugas
mengisi formulir informed concent
10. petugas meminta pasien atau keluarga untuk
menandatangani formular informed concent
yang disertai saksi
11. petugas menandatangani informed concent yang
sudah ditanda tangani pasien atau keluarga dan
saksi
12. jika pasien atau keluarga tidak setuju untuk
dilakukan Tindakan, petugas meminta pasien
atau keluarganya untuk menandatangani
formular penolakan Tindakan.
Unit Terkait 1. ruang Tindakan
2. unit poli umum
3. unit poli gigi
4. unit KIA-KB
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA

UPTD PUSKESMAS No Dokumen No. Revisi Halaman


TANJUNG PURA 1/4

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh:


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR Dr. Irma Pryuni Ainanda

Mengambil darah dari pembuluh darah vena melalui


PENGERTIAN suntikan untuk berbagai macam pemeriksaan
laboratoium

1. Mendapatkan sampel darah vena yang baik


TUJUAN 2. Untuk menganalisa kandungan komponen darah,
seperti sel darah merah, sel darah putih, angka
leukosit, angka trombosit

Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas nomor

Referensi
A. Persiapan alat
PROSEDUR 1. Spuit dan jarum steril
2. Kapas
3. Alkohol swab
4. Karet pebendung vena/ tourniquet
5. Kain pengalas
6. Bengkok
7. Botol tertutup tempat bahan pemeriksaan
(vacumtainner)yang bersih dan steril
8. Handscone
B. Penatalaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pasang kain pengalas dibawah bagian
tubuh atau daerah yang akan ditusuk
3. Raba vena yang dimasksud lalu karet
pembendung dipasang dan tangan pasein
dikepalkan
4. Disinfektan permukaan kulit daerah yang
akan ditusuk dengan kapas alkohol
5. Tegangkan kulit diatas vena dengan jari
jari tangan kiri supaya vena tidak mudah
bergerak
6. Tusukkan jarum sampai masuk kedalam
vena, lalu Tarik penghisap spit sehingga
darah masuk kedalam spuit sebnayak yang
dibutuhkan
7. Lepaskan karet pembendung
8. Jarum dicabut kebekas spuitnya dan bekas
tusukkan ditekan dengan kapas alkohol
9. Lepaskan jarum dari spuit dan letakkan
didalam bengkok
10. Darah dipindahkan dari spuit kedalam
vacumtainner yang telah tersedia dengan
posisi botol agak dimiringkan (jarum
dilepas dari spuit, masukkan darah
kedalam botol,tetapi jagan terlalu keras)
11. Setelah selesai penghisap spuit
dikeluarkan dan letakkan spuit dan
penghisapnya didalam bengkok
12. Cuci tangan
1. Poli umum
unit terkait 2. Kia/ mtbs
3. Unit laboratorium
PEMASANGAN INFUS

UPTD PUSKESMAS No Dokumen No Revisi Halaman


TANJUNG PURA

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR
OPERASIONAL Dr. Irma pryuni ainanda
PROSEDUR

Pengertian Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan


pada pasien yang memerlukan masukan cairan atau obat
langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah
dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(Potter, 2005).
Tujuan a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh
cairan elektrolit, vitamin, protein, kalori dan
nitrogen. Pada klien yang tidak mampu
mempertahankan masukan yang adekuat melalui
mulut.
b. Memulihkan keseimbangan asam-asam.
c. Memulihkan volume darah dan,menyediakan saluran
terbuka untuk pemberian obat-obatan
Kebijakan

Referensi
Prosedur A. Persiapan alat
1. Seperangkat infus set steril
2. Cairan infus yang dibutuhkan
3. Jarum infus/IV chateter sesuai ukuran (bayi
ukuran 24-26)
4. Kapas alkohol
5. Plester
6. Kassa gulung
7. Spalk
8. Standart infus
9. Perlak kecil dan alasnya
10. Tourniquet
11. Sarung tangan
B. Persiapan klien
1.memebrikan penjelasan kepada keluarga klien
tentang tindakan yang akan dilakukan
2. atur posisi klien senyaman mungkin

C. Penatalaksanaan
1. Petugas mencuci tangan
2. Pasang perlak dan alasnya dibawah anggota
tubuh yang akan dipasang infus
3. Botol cairan digantung distandart infus, buka
tutup botol infus
4. Tusukkan bagian pangkal dan bagian yang
runcing slang infus kebotol infus
5. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai
tabung tetes dan selang infus sehingga tidak ada
udara diselang infus, lalu diklem dan jarum
ditutup kembali, tabung tetesan infus tidak boleh
terisi penuh cairan infus
6. Pilih vena terbaik untuk dipasang infus
7. Bending bagian atas daerah yang akan dipasang
infus 11cm
8. Pakai sarung tangan, lakukan desinfeksi pada
daerah pemasangan infus dengan 71% dalam
diameter 3cm
9. Tusuk vena dengan IV chateter, posisi jarum
menghap keatas dengan sudut 31’
10. Bila sudah berhasil darah akan keluar/ dapat
dilihat di Iv chateter, lalu mandarin dicabut
sambil menekan kulit bagian ujung jarum
11. Sambungkan ujung selang infus dengan ujung Iv
Chateter
12. Bika tetesan lancer, pangkal jarum diletakkan
pada kulit dengan plester
13. Atur tetesan infus seaui dengan program yang
telah ditentukan
14. Tutup lokasi pemasangan infus dengan mikropol
15. Pasang spalk
16. Tulis waktu pemasangan infus,
tanggal/bukan/tahun dan jam pemasangan
17. Lalu rapikan klie’evaluasi respon bayi terhadap
pemasangan infus
18. Rapikan alat
19. Cuci tangan

Unit Terkait 1. Ruang tindaka


2. Kia/ mtbs
PEMERIKSAAN SUHU
UPTD PUSKESMAS No Dokumen No Revisi Halaman
TANJUNG PURA

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Merupakan tat cara pemeriksaan suhu tubuh. Suhu tubuh


merupakan indicator untuk menilai keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas.
Tujuan Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui
rentang suhu tubuh
Kebijakan

Referensi
Prosedur Alat
1. Termometer
2. Tiga gelas berisi larutan sabun, desinfektan, dan air
bersih
3. Bengkok
4. Tissue
5. Alat tulis
Cuci tangan 6 langkah
Tindakan
1. Pemeriksaan suhu oral
a. Jelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi pasien
e. Tentukan letak bawah lidah
f. Turunkan suhu thermometer dibawah 340c-
350c
g. Letakkan thermometer dibawah lidah sejajar
dengan gusi
h. Anjurkan mulutb dikatupkan selama 3 menit
i. Angakt thermometer dan baca hasil
j. Catat hasil
k. Bersihkan thermometer dengan tissue
l. Cuci tangan sesuai prosedur
2. Pemeriksaan suhu rektal
a. Jelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Letakkan telapak tangan pada posisi glutea
pasien dan masukkan thermometer kedalam
rektal jangan sampai berubah tempat dan ukur
suhu
e. Setelah 3-5 menit angkat thermometer dan baca
hasil
m. Catat hasil
n. Bersihkan thermometer dengan tissue
o. Cuci tangan sesuai prosedur
3. Pemeriksaan suhu aksila
a. Jelaskan prosedur tindakan
b. Cuci tangan
c. Atur posisi pasien
d. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah
aksila menggukana tissue
e. Letakkan thermometer diaksila dan lengan
pasien refleksi diatas dada
f. Setelah 3-10 menit angkatb thermometer dan
baca hasil
g. Catat hasil
h. Cuci tangan

Unit Terkait 1. Ruang Tindakan


2. Poli umum
3. Poli gigi
4. Kia/ mtbs
CUCI TANGAN HANDRUB
No Dokumen No Revisi Halaman

UPTD PUSKESMAS
TANJUNG PURA

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Kegiatan untuk membersihkan tangan petugas dengan


menggunakan cairan handrub (antiseptic berbasis
alkohol)
Tujuan Menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit secara
maksimal terutama kuman trasien
Kebijakan

Referensi
Prosedur Persiapan
1. Cairan handrub
2. Kuku dijaga selalu pendek
3. Cincin, gelang dan perhiasaan harus dilepas
Prosedur
1. Tuangkan handrub berbasisi alkohol untuk dapat
mencangkup seluruh permukaan tangan dan jari
(kira-kira 3-5cc)
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tanag kiri
denagan tangan kanan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak tangan dengan tangan kanan
dan sebaliknya
5. Jari-jari sisi dalama dari kedua tangan saling
mengunci dan saling digosokkan
6. Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam
genggaman tangan kanan dan sebaliknya
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan
kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
8. Biarkan tangan mengering
Setiap Gerakan dilakukan sebanykak 4 (empat )kali.
Lamanya seluruh prosedur sebaiknya 20-3- detik

Unit Terkait Semua unit yang memberi pelayanan


RESUSITASI
No Dokumen No Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian Keadaan yang menyebabkan terhentinya fungsi


pernafasan dan atau fungsi sirkulasi yang terjadi secara
tiba-tiba
Tujuan Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau fungsi
sirkulasi pada fisiologi yang normal atau keadaan
seoptimal mungkin sehingga tidak terjadi ‘ Brain
d”mage" atau gagal fungsi oragn vital lainnya.
Kebijakan

Prosedur 1. Menentukan segera pasien sadar atau tidak


2. Meminta tolong (berteriak)
3. Menentukan pasien henti nafas atau henti
sirkulasi
4. Memasang sarung tangan
5. Membebaskan jalan nafas
6. Memberikan vebtilasi buatan
7. Membuat sirkualasi buatan apabila ada henti
sirkulasi
8. Memasang infus(bila belum terpasang)
9. Memberikan obat-obatan life saving atas indikasi
10. Melakukan intubasi endotrakeal
11. Kompresi jantung luar dan nafas buatan adalah
30;2
12. Memasang monitor bila tersedia
13. D,C Shock dapat digantikan dengan pre cordial
trump
14. Resusitasi dapat dihentikan bila
A. resusitasi berhasil
b. Sampai ada indikasi untuk menghentikannya
15. Perawatan paska resusitasi dilakukan di instalasi
rawat inap/ pasien durujuk
Unit Terkait Ruang Tindakan
PEMASANGAN INFUS
No Dokumen No Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Memasukkan cairan/zat makanan/ obat-obatan dalam


jumlah tertentu kedalam tubuh melalui pembuluh darah
vena perifer menggunakan intravenous chateter
Tujuan 1. Mengkoreksi dan mencegah gangguan cairan dan
elektrolit
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memberikan tranfusi darah
4. Menyediakan akses untuk pemberian obat
intravena
5. Membantu pemberian nutrisi prenatal
Kebijakan

Prosedur A. Pre interaksi


1. Cek program terapi cairan pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat:
a. IV chateter
b. Infus/ tranfusi set
c. Cairan infus
d. Tourniquet
e. Perlak/ alas
f. Alkohol swab
g. Guntung plester
h. Plester
i. Sarung tangan bersih
j. Safety box
k. Nerbekken
l. Standar infus
m. Baki/ nampan/troly
B. Tahap orientasi
1. Berikan salam
2. Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya
tindkan pada pasien atau keluarga
C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien bertanya
sebelum kegiatan dil
Unit Terkait Ruang bersali / VK
perinatologi,
MENGUKUR PANJANG BAYI
No Dokumen No Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR 15 januari 2019 Ditetapkan Oleh:
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian mengukur panjang bayi dengan menggukan alat


pengukur
Tujuan mengetahui panjang badan bayi
Kebijakan dilakukan pada bayi baru lahir
dilakukan pada bayi yang baru dirawat

Prosedur A. Persiapan alat


1. Meteran
2. Buku catatan
B. Persiapan klien
bayi dibaringkan dalam posisi sesuai kebutuhan
C. Penatalaksanaan
1. Perawat mencuci tangan
2. Siapkan alat ukur (meteran)
3. Bayi dibaringkan terlentang tanpa memakai
bedong dengan kedua kaki diluruskan
4. Ukur panjang badan bayi mulai dari ujung
kepala hingga tumit dengan teliti
5. Catat hasil pengukuran
6. Rapikan bayi dan alat
7. Perawat mencuci tangan
Unit Terkait Ruang bersali / VK
perinatologi,

MENGHITUNG PERNAFASAN BAYI


No Dokumen No Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR 15 januari 2019 Ditetapkan Oleh:
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian menghitung jumlah pernafasan dalm satu menit (inspirasi


yang diikuti ekspirasi)
Tujuan 1. Membantu menentukan diagnose
2. Mengetahui keadaan umum bayi
Kebijakan dilakukan pada bayi baru lahir
dilakukan pada bayi yang baru dirawat
dilakukan pada klien tertentu sewaktu waktu sesuai
kebutuhan
Prosedur A. Persiapan alat
1. Jam tangan dengan penunjuk detik
2. Buku catatan
B. Persiapan klien
melakukan pendekatan dengan keluarga klien dan
menjelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan
C. Penatalaksanaan
1. Perawat mencuci tangan
2. Bayi dalam keadaan tenang
3. Buka baju bayi dan beri posisi terlentang
4. Saat menghitung pernafasan, perhatikan hal-
hal sebagai berikut:
jumlah, frekuensi (normal ; 31-41x/menit),
irama
5. Rapikan bayi dan alat
6. Catat hasil perhitungan kerekam medis
Ruang bersali / VK
unit terkait perinatologi,

MENGHITUNG DENYUT NADI BAYI


No Dokumen No Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR 15 januari 2019
PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian menghitung jumlah nadi dalam satu menit melalui


perabaan pada nadi
Tujuan 3. 1. Mengetahui jumlah nadi dalam satu menit
4. Membantu menentukan diagnosa
Kebijakan dilakukan pada bayi baru lahir
dilakukan pada bayi yang baru dirawat
dilakukan pada klien tertentu sewaktu waktu sesuai
kebutuhan
Prosedur A. Persiapan alat
1. Jam tangan dengan penunjuk detik
2. Buku catatan
B. Persiapan klien
bayi dalam keadaan tenang/ tidur
C. Penatalaksanaan
1. bayi dibaringkan
terlentang
2. saat menghitung nadi
dari arteri tangan atau
kaki bedong harus
dilepas
3. perawat meraba arteri
dengan telunjuk dan jari
tengah sambil
menghitung denyut nadi
selama satu menit
4. catat hasil perhitungan
kedalam buku/ rekam
medis
5. rapikan pakaian bayi
D. perhatian
1. perawat mencuci tangan sebelum dan setelah
tindakan
2. dapat dilakukan pada arteri te,pralis, ubun-
ubun bila belum tertutup
3. saat menghitung nadi perhatiakn isi/ volume,
irama teratut/tidak, tekanan kuat/ lemah
4. denyut nadi normal bayi (121-161 x/m)
5. jika terdapat kelainan catat dan laporkan pada
dokter
Ruang bersali / VK
unit terkait perinatologi,

RESUSITASI JANTUNG PARU

No Dokumen No Revisi Halaman

RSIA PERMATA BUNDA


KETAPANG
JL. BRIGJEN KATAMSO NO.07
KETAPANG

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR 15 januari 2019 Ditetapkan Oleh:
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Yenira Fitriani


Pengertian Merupakan bantuan hidup dasat atas usaha yang segera
untuk menujang terjaminnya jalan nafas ( Airway ) yang
tetap terbuka dan lancar, pernapasan buatan dan
oksigenisasi yang mencukupi ( Breathing ) serta
pengembalian peredaran ( Circulation ) yang terhenti
sehingga berjalan kembali.

Tujuan  Mencegah kematian


 Agar klien dapat bernafas dengan adekuat
Kebijakan  Adanya tenaga medis / paramedis profesional
 Tersedianya peralatan untuk melakukan tindakan
resusitasi
 Adanya indikasi untuk melakukan tindakan tersebut
Prosedur A. Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. Stetoskop
3. Gulungan kain
4. Oksigen lengkap dengan sungkup
5. Suction set
6. Cateter suction no 11 dan no 12
7. Masker berbagai ukuran
8. Laringoskop
9. Nasofaringeal airway ( guedel )
10. AED ( autometic eksternal defiblilator )
11. Obat – obatan life saving seperti epineprin, sulfat
atropine, dll

B. Pelaksanaan
Bila klien tidak ada reaksi atau pergerakan maka
penolong dapat mengikuti langkah sebagai berikut :
1. Periksa tingkat kesadaran dengan menepuk bahu
dan memanggil klien.
2. Aktifkan system gawat darurat dengan cara
memanggil bantuan tenga penolong lain
3. Bukan dan cek jalan nafas klien dengan cara:
 Head tilt dan chin lift, bagi klien yang
tidak mengalami cidera kepala dengan
cara mengadahkan
 Jaw trust, bagi klien yang diduga
mengalami cidera tulang belakang lakukan
tanpa ekstensi kepala
 Sambil memperhatikan terbukanya jalan
nafas lihat, dengar, dan rasakan ( look,
listen dan feel ) pernafasan klien
 Bila terdapat sumbatan benda asing pada
saluran nafas lakukan penyapuan jari
( finger swap ) atau berikan sub
diafragma abdomen ( heimlich maneuvers
)
 Pada klien yang sadar heimlich maneuvers
dapat dilakukan dengan posisi berdiri atau
duduk, tetapi pada klien yang tidak sadar
atau penolong yang telalu yang terlalu
pendek maka dapat dilakukan dengan
posisi telentang, kepala klien ekstensi,
penolong menekan perut keatas dengan
hentakan yang cepat
4. Bila tetap tidak ada reaksi berikan ventilasi 2 kali
untuk mengembangkan dada
5. Bila tetap tidak ada reaksi, cek nadi selama 11
detik, jika telah nadi teraba, berikan 1 kali
pernafasan setiap 3 detik, cek kembali denyut
nadi setelah 2 menit
6. Bila nadi tetap tak teraba lakukan siklus lakukan
siklus 31 kompresi dada dan 2 ventilasi ( 1
penolong ) 15 kompresi dada dan 2 ventilasi ( 2
penolong ) hingga AED ( autometic external
defibrilator ) tersedia
7. Untuk bayi usia < 1 tahun lanjutkan hingga
bantuan datang
8. Bila tidak ada indikasi defibrilasi lakukan RJP
( resusitasi jantung pulmonal )
9. Bila ada indikasi defibrilasi, lakukan 1 kali
defibrilasi, lalu segera RJP selama 5 siklus

C. Ventilasi
Beberapa cara ventilasi yang dapat dilakukan sesuai
dengan ketersediaan alat dan kondisi lingkungan
adalah :
1. Ventilasi dari mulut ke mulut, ini dilakukan
ditempat yang tidak ada fasilitas yang cukup
memadai dan memiliki resiko penularan karena
kontak langsung dengan mulut klien.
2. Ventilasi dari mulut kehidung, dilakukan jika
klien mengalami troma berat daerah mulut atau
klien berada didalam air, sehingga tidak
memungkinkan melakukan ventilasi kemulut.
3. Ventilasi dari mulut ke stoma, dilakukan pada
kliendengan tracheostoma.
4. Ventilasi bagging – sungkup, akan sangat efektif
bila dilakukan oleh 2 penolong, penolong ke-1
membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup
kewajah klien, penolong ke-2 memompa bagging,
keduannya harus memperhatikan pengembangan
dada dan menggunakan bagging ukuran dewasa
(1-2 liter) sehingga tidal volume cukup dan
mampu mengembangkan dada.
5. Ventilasi dengan advanced airway, seperti
Endotracheal Tube (ETT), Laryngeal Mask
Airway (LMA) dll.

D. Cara melakukan kompresi dada


1. Posisi klien harus dalam kondisi posisi
terlentang diatas alas yang keras, misalnya
papan punggung atau lantai.
2. Posisi penolong berlutut disisi klien setinggi
thorax.
3. Penolong menekan setengah bawah tulang
sternum dengan posisi kedua telapak tangan
penolong ditengah dada diantara puting susu.
4. Tekanan tulang sternum sedalam 4-5
centimeter
5. Biarkan dada kembali ke posisi normal untuk
membiarkan terjadinya aliran balik ke jantung
agar RJP efektif
6. Waktu kompresi dada dan relaksasi dada
harus sama
7. Jika lelah, penolong dapat bergantian
melakukan kompresi deni adekuatnya
kedalaman dan kecepatan kopresi
8. Kecepatan kompresi yang di rekomendasi
adalah 111 kali/menit
9. Ratio kompresi : ventilasi yang
direkomendasi adalah 31 : 2
10. Jika jumlah penolong banya lakukan rotasi
kompresi dada setiap 2 menit
11. Jika klien telah terpasang advance airway
( misal, endotraceal tube /EET ) maka siklus
tidak diperlukan tetapi hanya kompresi 111
kali / menit tanpa perlu ventilasi
E. Defibrilasi
1. Fibrilasi ventrikel merupakn irama yang paling
sering terjadi pada orang dewasa yang tidak sadar
dan tidak mengalami trauma
2. Angka keberhasilan padaklien ini akan meningkat
ketika penolong melakukan defibrilasi dalam
waktu 3 – 5 menit setelah kejadian
3. Penggunaan EAD harus dilakukan oleh petugas
terlatih

Tim medis
unit terkait

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

No Dokumen No Revisi Halaman

RSIA PERMATA BUNDA


KETAPANG
JL. BRIGJEN KATAMSO NO.07
KETAPANG

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh


STANDAR 15 januari 2019 Ditetapkan Oleh:
PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Yenira Fitriani

Pengertian Memberikan oksigen pada paru-paru klien melalui


pernafasan bagian atas dengan menggunakan alat khusus.

Tujuan Mempertahan kan memenuhi kebutuhan oksigen


sehingga oksigenisasi jaringan terpenuhi.

Kebijakan  Dilakukan pada klien yang hypoksia / anoksia yang


disebabkan:
a. Klien trauma paru-paru.
b. Kelumpuhan alat-alat pernafasan
c. Syok dan klien dalam keadaan gawat.
d. Kelainan pada alat pernafasan (tracheostomy,
atelektasi, RDS pada neonatus.
e. Kelainan jantung.
f. Serangan kejang lama (status konvulsiv)
g. Sumbatan saluran nafas
 Klien dengan narkose umum.
 Dilaksanakan oleh Perawat dan Bidan

Prosedur A. Persiapan Alat


1. Satu set alat oksigen lengkap dalam keadaan siap
pakai yang terdiri dari :
a. Mannometer
b. Flowmetter
c. Humadifier yang sudah isi dengan cairan
aquadest 11 cc
d. Selang oksigen
e. Kanula hidung / nassal kanula ganda / face
masker
2. Kapas alkohol
3. Plester

B. Persiapan Klien
1. Keluarga klien diberi penjelasan tentang prosedur
yang akan dilaksanakan.
2. Atur posisi klien senyaman mungkin.

C. Penatalaksanaan
1. Alat-alat didekatkan dengan pasien.
2. Petugas cuci tangan.
3. Atur posisi sesuai dengan posisi pasien.
4. Selang disambungkan keregulator, kemudian
flow meter di buka dan tes kepunggung tangan
lalu tutup kembali.
5. Lubang hidung ditutup dengan kapas.
6. Bila menggunakan :
 Masker
 Kanula
 Oxybod (sangkup)
7. Pemberian oksigen ini dapat diteruskan selang
seling (intermitten) atau terus menerus tergantung
program pengobatan.
8. Rapikan dan atur posisi klien senyaman mungkin.
9. Petugas mencuci tangan.
10. Catat pemberian oksigen dalam catatan
perawatan.
D. Perhatian
 Hindari tindakan yang membuat klien merasa
sakit.
 Tabung oksigen yang berisi harus selalu dalam
keadaan terkunci.
 Pengisian aquadest tidak boleh melewati batas
(level) dan jaga humadifier jangan sampai
kering.
 Jauhkan tabung oksigen dari api, alkohol, dan
benda yang dapat menimbulkan kebakaran.
 Bila klien gelisah pasang manset pada tangan.
 Bersihkan kateter oksigen bila kotor atau
digunakan lebih dari 24 jam.
 Bahaya pemberian oksigen :
a. Pemberian oksigen dengan tekanan tinggi
dapat menyebabkan retolental fibroplasia
(kebutaan).
b. Pemberian oksigen dalam jangka waktu
lama dapat berdampak terjadinya penurunan
fungsi paru (kolpas paru).

 Ruang Perawatan Bayi, Ruang Perinatologi


unit terkait  Ruang Bersalin, IPRS

Anda mungkin juga menyukai