Referensi 2.
Prosedur 1. Petugas menyiapkan formular inform consent
2. Petugas menjelaskan tentang diagnose penyakit
dan indikasi Tindakan
3. Petugas menjelaskan tentang Tindakan yang
akan dilakukan
4. Petugas menjelaskan tentang manfaat Tindakan
5. Petugas menjelaskan tentang resiko
kemungkinanan komplikasi Tindakan
6. Petugas menjelaskan tentang resiko/
kemungkinana komplikasi Tindakan
7. Petugas menjelaksna informasi lainnya yang
mungkin masih diperlukan
8. Petugas mengecek pemahanaman pasien/
keluarga
9. setelah pasien atau keluarga paham tentang
tindakan yang dilakukan tindakan, petugas
mengisi formulir informed concent
10. petugas meminta pasien atau keluarga untuk
menandatangani formular informed concent
yang disertai saksi
11. petugas menandatangani informed concent yang
sudah ditanda tangani pasien atau keluarga dan
saksi
12. jika pasien atau keluarga tidak setuju untuk
dilakukan Tindakan, petugas meminta pasien
atau keluarganya untuk menandatangani
formular penolakan Tindakan.
Unit Terkait 1. ruang Tindakan
2. unit poli umum
3. unit poli gigi
4. unit KIA-KB
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA
Referensi
A. Persiapan alat
PROSEDUR 1. Spuit dan jarum steril
2. Kapas
3. Alkohol swab
4. Karet pebendung vena/ tourniquet
5. Kain pengalas
6. Bengkok
7. Botol tertutup tempat bahan pemeriksaan
(vacumtainner)yang bersih dan steril
8. Handscone
B. Penatalaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pasang kain pengalas dibawah bagian
tubuh atau daerah yang akan ditusuk
3. Raba vena yang dimasksud lalu karet
pembendung dipasang dan tangan pasein
dikepalkan
4. Disinfektan permukaan kulit daerah yang
akan ditusuk dengan kapas alkohol
5. Tegangkan kulit diatas vena dengan jari
jari tangan kiri supaya vena tidak mudah
bergerak
6. Tusukkan jarum sampai masuk kedalam
vena, lalu Tarik penghisap spit sehingga
darah masuk kedalam spuit sebnayak yang
dibutuhkan
7. Lepaskan karet pembendung
8. Jarum dicabut kebekas spuitnya dan bekas
tusukkan ditekan dengan kapas alkohol
9. Lepaskan jarum dari spuit dan letakkan
didalam bengkok
10. Darah dipindahkan dari spuit kedalam
vacumtainner yang telah tersedia dengan
posisi botol agak dimiringkan (jarum
dilepas dari spuit, masukkan darah
kedalam botol,tetapi jagan terlalu keras)
11. Setelah selesai penghisap spuit
dikeluarkan dan letakkan spuit dan
penghisapnya didalam bengkok
12. Cuci tangan
1. Poli umum
unit terkait 2. Kia/ mtbs
3. Unit laboratorium
PEMASANGAN INFUS
Referensi
Prosedur A. Persiapan alat
1. Seperangkat infus set steril
2. Cairan infus yang dibutuhkan
3. Jarum infus/IV chateter sesuai ukuran (bayi
ukuran 24-26)
4. Kapas alkohol
5. Plester
6. Kassa gulung
7. Spalk
8. Standart infus
9. Perlak kecil dan alasnya
10. Tourniquet
11. Sarung tangan
B. Persiapan klien
1.memebrikan penjelasan kepada keluarga klien
tentang tindakan yang akan dilakukan
2. atur posisi klien senyaman mungkin
C. Penatalaksanaan
1. Petugas mencuci tangan
2. Pasang perlak dan alasnya dibawah anggota
tubuh yang akan dipasang infus
3. Botol cairan digantung distandart infus, buka
tutup botol infus
4. Tusukkan bagian pangkal dan bagian yang
runcing slang infus kebotol infus
5. Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai
tabung tetes dan selang infus sehingga tidak ada
udara diselang infus, lalu diklem dan jarum
ditutup kembali, tabung tetesan infus tidak boleh
terisi penuh cairan infus
6. Pilih vena terbaik untuk dipasang infus
7. Bending bagian atas daerah yang akan dipasang
infus 11cm
8. Pakai sarung tangan, lakukan desinfeksi pada
daerah pemasangan infus dengan 71% dalam
diameter 3cm
9. Tusuk vena dengan IV chateter, posisi jarum
menghap keatas dengan sudut 31’
10. Bila sudah berhasil darah akan keluar/ dapat
dilihat di Iv chateter, lalu mandarin dicabut
sambil menekan kulit bagian ujung jarum
11. Sambungkan ujung selang infus dengan ujung Iv
Chateter
12. Bika tetesan lancer, pangkal jarum diletakkan
pada kulit dengan plester
13. Atur tetesan infus seaui dengan program yang
telah ditentukan
14. Tutup lokasi pemasangan infus dengan mikropol
15. Pasang spalk
16. Tulis waktu pemasangan infus,
tanggal/bukan/tahun dan jam pemasangan
17. Lalu rapikan klie’evaluasi respon bayi terhadap
pemasangan infus
18. Rapikan alat
19. Cuci tangan
Referensi
Prosedur Alat
1. Termometer
2. Tiga gelas berisi larutan sabun, desinfektan, dan air
bersih
3. Bengkok
4. Tissue
5. Alat tulis
Cuci tangan 6 langkah
Tindakan
1. Pemeriksaan suhu oral
a. Jelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi pasien
e. Tentukan letak bawah lidah
f. Turunkan suhu thermometer dibawah 340c-
350c
g. Letakkan thermometer dibawah lidah sejajar
dengan gusi
h. Anjurkan mulutb dikatupkan selama 3 menit
i. Angakt thermometer dan baca hasil
j. Catat hasil
k. Bersihkan thermometer dengan tissue
l. Cuci tangan sesuai prosedur
2. Pemeriksaan suhu rektal
a. Jelaskan prosedur pada klien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Letakkan telapak tangan pada posisi glutea
pasien dan masukkan thermometer kedalam
rektal jangan sampai berubah tempat dan ukur
suhu
e. Setelah 3-5 menit angkat thermometer dan baca
hasil
m. Catat hasil
n. Bersihkan thermometer dengan tissue
o. Cuci tangan sesuai prosedur
3. Pemeriksaan suhu aksila
a. Jelaskan prosedur tindakan
b. Cuci tangan
c. Atur posisi pasien
d. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah
aksila menggukana tissue
e. Letakkan thermometer diaksila dan lengan
pasien refleksi diatas dada
f. Setelah 3-10 menit angkatb thermometer dan
baca hasil
g. Catat hasil
h. Cuci tangan
UPTD PUSKESMAS
TANJUNG PURA
Referensi
Prosedur Persiapan
1. Cairan handrub
2. Kuku dijaga selalu pendek
3. Cincin, gelang dan perhiasaan harus dilepas
Prosedur
1. Tuangkan handrub berbasisi alkohol untuk dapat
mencangkup seluruh permukaan tangan dan jari
(kira-kira 3-5cc)
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tanag kiri
denagan tangan kanan sebaliknya
4. Gosok kedua telapak tangan dengan tangan kanan
dan sebaliknya
5. Jari-jari sisi dalama dari kedua tangan saling
mengunci dan saling digosokkan
6. Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam
genggaman tangan kanan dan sebaliknya
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan
kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
8. Biarkan tangan mengering
Setiap Gerakan dilakukan sebanykak 4 (empat )kali.
Lamanya seluruh prosedur sebaiknya 20-3- detik
B. Pelaksanaan
Bila klien tidak ada reaksi atau pergerakan maka
penolong dapat mengikuti langkah sebagai berikut :
1. Periksa tingkat kesadaran dengan menepuk bahu
dan memanggil klien.
2. Aktifkan system gawat darurat dengan cara
memanggil bantuan tenga penolong lain
3. Bukan dan cek jalan nafas klien dengan cara:
Head tilt dan chin lift, bagi klien yang
tidak mengalami cidera kepala dengan
cara mengadahkan
Jaw trust, bagi klien yang diduga
mengalami cidera tulang belakang lakukan
tanpa ekstensi kepala
Sambil memperhatikan terbukanya jalan
nafas lihat, dengar, dan rasakan ( look,
listen dan feel ) pernafasan klien
Bila terdapat sumbatan benda asing pada
saluran nafas lakukan penyapuan jari
( finger swap ) atau berikan sub
diafragma abdomen ( heimlich maneuvers
)
Pada klien yang sadar heimlich maneuvers
dapat dilakukan dengan posisi berdiri atau
duduk, tetapi pada klien yang tidak sadar
atau penolong yang telalu yang terlalu
pendek maka dapat dilakukan dengan
posisi telentang, kepala klien ekstensi,
penolong menekan perut keatas dengan
hentakan yang cepat
4. Bila tetap tidak ada reaksi berikan ventilasi 2 kali
untuk mengembangkan dada
5. Bila tetap tidak ada reaksi, cek nadi selama 11
detik, jika telah nadi teraba, berikan 1 kali
pernafasan setiap 3 detik, cek kembali denyut
nadi setelah 2 menit
6. Bila nadi tetap tak teraba lakukan siklus lakukan
siklus 31 kompresi dada dan 2 ventilasi ( 1
penolong ) 15 kompresi dada dan 2 ventilasi ( 2
penolong ) hingga AED ( autometic external
defibrilator ) tersedia
7. Untuk bayi usia < 1 tahun lanjutkan hingga
bantuan datang
8. Bila tidak ada indikasi defibrilasi lakukan RJP
( resusitasi jantung pulmonal )
9. Bila ada indikasi defibrilasi, lakukan 1 kali
defibrilasi, lalu segera RJP selama 5 siklus
C. Ventilasi
Beberapa cara ventilasi yang dapat dilakukan sesuai
dengan ketersediaan alat dan kondisi lingkungan
adalah :
1. Ventilasi dari mulut ke mulut, ini dilakukan
ditempat yang tidak ada fasilitas yang cukup
memadai dan memiliki resiko penularan karena
kontak langsung dengan mulut klien.
2. Ventilasi dari mulut kehidung, dilakukan jika
klien mengalami troma berat daerah mulut atau
klien berada didalam air, sehingga tidak
memungkinkan melakukan ventilasi kemulut.
3. Ventilasi dari mulut ke stoma, dilakukan pada
kliendengan tracheostoma.
4. Ventilasi bagging – sungkup, akan sangat efektif
bila dilakukan oleh 2 penolong, penolong ke-1
membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup
kewajah klien, penolong ke-2 memompa bagging,
keduannya harus memperhatikan pengembangan
dada dan menggunakan bagging ukuran dewasa
(1-2 liter) sehingga tidal volume cukup dan
mampu mengembangkan dada.
5. Ventilasi dengan advanced airway, seperti
Endotracheal Tube (ETT), Laryngeal Mask
Airway (LMA) dll.
Tim medis
unit terkait
B. Persiapan Klien
1. Keluarga klien diberi penjelasan tentang prosedur
yang akan dilaksanakan.
2. Atur posisi klien senyaman mungkin.
C. Penatalaksanaan
1. Alat-alat didekatkan dengan pasien.
2. Petugas cuci tangan.
3. Atur posisi sesuai dengan posisi pasien.
4. Selang disambungkan keregulator, kemudian
flow meter di buka dan tes kepunggung tangan
lalu tutup kembali.
5. Lubang hidung ditutup dengan kapas.
6. Bila menggunakan :
Masker
Kanula
Oxybod (sangkup)
7. Pemberian oksigen ini dapat diteruskan selang
seling (intermitten) atau terus menerus tergantung
program pengobatan.
8. Rapikan dan atur posisi klien senyaman mungkin.
9. Petugas mencuci tangan.
10. Catat pemberian oksigen dalam catatan
perawatan.
D. Perhatian
Hindari tindakan yang membuat klien merasa
sakit.
Tabung oksigen yang berisi harus selalu dalam
keadaan terkunci.
Pengisian aquadest tidak boleh melewati batas
(level) dan jaga humadifier jangan sampai
kering.
Jauhkan tabung oksigen dari api, alkohol, dan
benda yang dapat menimbulkan kebakaran.
Bila klien gelisah pasang manset pada tangan.
Bersihkan kateter oksigen bila kotor atau
digunakan lebih dari 24 jam.
Bahaya pemberian oksigen :
a. Pemberian oksigen dengan tekanan tinggi
dapat menyebabkan retolental fibroplasia
(kebutaan).
b. Pemberian oksigen dalam jangka waktu
lama dapat berdampak terjadinya penurunan
fungsi paru (kolpas paru).