Anda di halaman 1dari 242

TUGAS AKHIR

Penguatan Event Experience untuk Meningkatkan Sponsorship

Acara Live Acoustic di Creative Nest Indonesia

Clarista Desentia 01342171023

Nini Revalini Gunawan 01342171009

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN – KONSENTRASI S1 EVENT

SEKOLAH BISNIS DAN EKONOMI

UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA

TANGERANG 2021
Penguatan Event Experience untuk Meningkatkan

Sponsorship Acara Live Acoustic di Creative Nest Indonesia

OLEH

Clarista Desentia 01342171023

Nini Revalini Gunawan 01342171009

TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI

SARJANA MANAJEMEN

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN – KONSENTRASI S1 EVENT

SEKOLAH BISNIS DAN EKONOMI

UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA

TANGERANG 2021
TERM OF REFERENCE

PROJECT IMPROVEMENT

S1-EVENT - SEKOLAH BISNIS DAN EKONOMI

UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA

PENDAHULUAN

Sebagai syarat kelulusan bagi para mahasiswa S1 EVENT Sekolah Bisnis dan

Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, maka para mahasiswa wajib menyelesaikan

tugas akhir yang akan dilaksanakan pada semester delapan (8). Salah satu bentuk tugas

akhir yang harus diselesaikan oleh Mahasiswa adalah Project Improvement.

Tujuan dari Project Improvement adalah memberikan tantangan bagi

mahasiswa untuk mengaplikasikan konsep yang sudah didapat. Mahasiswa menjalani

magang selama tiga (3) bulan di perusahaan dalam rangka menyelesaikan Project

Improvement. Keberhasilan magang diukur dari persetujuan dari perusahaan akan

rekomendasi yang diberikan serta adanya prototype aksi dalam pemecahan masalah.

Dalam Project Improvement ini diharapkan mahasiswa mampu

mengidentifikasi permasalahan di dalam proses pembuatan dan pelaksanaan sebuah

event. Mahasiswa harus memberi kontribusi berupa rekomendasi dalam sebuah solusi

dan rencana aksi bagi perbaikan event tersebut di masa yang akan datang. Peran

mahasiswa di dalam project tersebut tergantung pada pertimbangan dan kebijakan

perusahaan. Adapun project yang akan dikerjakan, didiskusikan bersama dengan pihak

kampus dengan mempertimbangkan objektif dari program ini.

S1-EVENT . Term of Reference Project Improvement . 2021 i


DESKRIPSI PERUSAHAAN

Creative Nest Indonesia merupakan platform bagi pengembangan industri

kreatif yang bernaung dibawah PT. Triwira Putra Perkasa. Creative Nest Indonesia

sendiri adalah sebuah creative hub yang didirikan pada 19 Februari 2019 melalui kerja

sama antara Sinarmas Land dan Patrick Effendy. Creative Nest Indonesia menyediakan

berbagai pelatihan keterampilan tidak hanya untuk menghasilkan karya-karya kreatif

tetapi juga peluang kerja.

Creative Nest Indonesia yang berlokasi di The Breeze, #L17-18, BSD City,

Tangerang, Banten ini juga memiliki beberapa spot dan juga ruangan yang bisa

digunakan untuk menunjang setiap kegiatan yang dilakukan di Creative Nest Indonesia

seperti kelas, workshop, talks, live acoustic, dan juga event.

DESKRIPSI KEGIATAN/EVENT

Live Acoustic merupakan acara live streaming yang diselenggarakan Creative

Nest dengan tujuan untuk memberikan wadah bagi para musisi di Indonesia untuk

dapat menyalurkan karya-karya mereka, sekaligus menjangkau audience yang lebih

luas dengan menyuguhkan experience yang berbeda dengan adanya live streaming ini.

Live Acoustic hadir untuk menyuguhkan entertainment dalam segmen musik untuk

para pecinta musik dalam masa pandemic ini dimanapun mereka berada, tanpa

terbatas jarak dan waktu. Live Acoustic sudah pernah diselenggarakan sebanyak 5 kali

dengan bintang tamu yang berbeda-beda yaitu Unity, Biancadimas, Dead Bachelors,

Teuku Rizky, dan Aldy Maldini.

S1-EVENT . Term of Reference Project Improvement . 2021 ii


DESKRIPSI PEKERJAAN

Di dalam project ini, perusahaan Creative Nest Indonesia memberikan lingkup

pekerjaan kepada kami:

Nama (NIM) : Clarista Desentia (01342171023) dan Nini Revalini Gunawan

(01342171009) Sebagai berikut:

1. Mahasiswa/i mendapatkan data-data dan informasi untuk keperluan pembuatan

tugas akhir.

2. Mahasiswa/i melaksanakan program magang/internship 6 bulan dalam periode

Januari hingga Juli 2021.

3. Mahasiswa/i melakukan tugas yang diberikan oleh supervisi dalam lingkup divisi

Event.

Untuk keperluan mengidentifikasi sebelum dan sesudah masa internship,

situasi dan kondisi project yang akan kami tangani pada saat ini adalah, sbb:

Berdasarkan riset singkat yang kami lakukan, didapatkan temuan bahwa sekarang

event Live Acoustic sedang memiliki kesulitan dalam mencari talent yang dapat mengisi

acara tersebut untuk rangkaian berikutnya. Sehingga tim penulis mencoba mencari

solusi di periode Project Improvement 2021.

Tangerang, 12 Maret 2021

Hanesman Alkhair,MM Elrica Sofridia Clarista Desentia Nini Revalini Gunawan


Manager Program S1 Event Mentor Magang Mahasiswa Mahasiswa

S1-EVENT . Term of Reference Project Improvement . 2021 iii


PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir dengan judul “Penguatan

Event Experience untuk Meningkatkan Sponsorship Acara Live Acoustic di Creative

Nest Indonesia” yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana

Ekonomi pada Pendidikan S1 Prasetiya Mulya, sejauh yang saya ketahui bukan

merupakan tiruan atau duplikasi dari tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan atau

sudah pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Sekolah

Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya maupun di Perguruan Tinggi atau

instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan

sebagaimana mestinya.

Tangerang, 13 Agustus 2021

Clarista Desentia Nini Revalini Gunawan

01342171023 01342171009

iv
PERSETUJUAN

Tugas akhir dengan judul “Penguatan Event Experience untuk Meningkatkan

Sponsorship Acara Live Acoustic di Creative Nest Indonesia” dibuat untuk melengkapi

sebagian persyaratan menjadi Sarjana Manajemen pada Pendidikan S1 Prasetiya

Mulya dan disetujui untuk diajukan dalam ujian tugas akhir.

Tangerang, 13 Agustus 2021

(Hanesman Alkhair, MM) (Radityo Susilo Dwiatmojo, S.E., MBD.)

v
DAFTAR KELENGKAPAN LAPORAN

v Term of Reference v Executive Summary

v Halaman Sampul Depan v Ringkasan Eksekutif (INA)

v Halaman Sampul Dalam v Pendahuluan

v Pernyataan Keaslian TA v Rumusan Masalah

v Halaman Persetujuan v Pendekatan Konseptual

v Daftar Kelengkapan Laporan v Analisis Penyebab

v Kata Pengantar v Pembahasan Solusi Perbaikan

v Ucapan Terima Kasih v Kesimpulan dan Saran

v Daftar Isi v Daftar Pustaka

v Daftar Tabel (Opsional) v Nomor Halaman

v Daftar Gambar (Opsional) v Evaluasi dari Penyelia Perusahaan

v Daftar Lampiran v Lampiran Gambar dan Keterangan

v Daftar Singkatan (Opsional) v Kartu Bimbingan

Dinyatakan sudah lengkap dan boleh mengikuti ujian tugas akhir.

Menyetujui

(Hanesman Alkhair, MM)

Catatan:

1. Check list ini diisi oleh pembimbing pada saat bimbingan terakhir sebelum

ujian

2. Jika belum lengkap maka mahasiswa wajib untuk melengkapinya terlebih

dahulu sebelum mengikuti ujian

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

segala berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir project

improvement dengan judul “Penguatan Event Experience untuk Meningkatkan

Sponsorship Acara Live Acoustic di Creative Nest Indonesia” sebagai salah satu syarat

penyelesaian program sarjana Fakultas Bisnis dan Ekonomi Jurusan Event Universitas

Prasetiya Mulya. Dalam proses pengerjaan laporan ini, banyak pihak-pihak yang sudah

memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih mendalam kepada:

1. Kedua orang tua dari Clarista Desentia, Bapak Andri Wiyantoro dan Ibu

Sumiyati, serta orang tua dari Nini Revalini Gunawan, Bapak Riduwan

Gunawan dan Ibu R. Panjaitan, yang selalu memberikan dukungan dan

mendoakan kelancaran proses perkuliahan sampai pembuatan tugas akhir.

2. Bapak Hanesman Alkhair, MM dan Bapak Radityo Susilo Dwiatmojo, S.E., MBD.

selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan tugas akhir.

3. Seluruh dosen dan staf yang telah senantiasa membantu penulis selama

perkuliahan dan membantu segala kebutuhan serta keperluan dalam

menyelesaikan tugas akhir.

4. Supervisor penulis di Creative Nest Indonesia, Kak Elrica Sofridia. Terima kasih

atas kesempatan, pembelajaran, dan bimbingan yang diberikan kepada

penulis selama periode magang dan pembuatan tugas akhir.

vii
5. Seluruh tim Creative Nest Indonesia yang telah menerima penulis menjadi

bagian dari keluarga dan selalu mendukung juga membantu penulis selama

menjalani periode magang.

6. Seluruh narasumber yang bersedia membantu dan meluangkan waktunya

untuk membantu kesuksesan penulisan tugas akhir.

7. Seluruh mahasiswa/i Konsentrasi S1 Event Universitas Prasetiya Mulya

Angkatan 2017, terkhusus kepada Celine Kiesa, Cherlie Andriani, Fransisca

Natalia, Inrid Agelia Floriana Wera, Lutfiah Nur Ainun, Michelle Alexandra,

Nevio Nathanael, dan Serly Tresia Tantonio, yang telah menemani dan

memberikan semangat kepada penulis untuk bisa menyelesaikan laporan

tugas akhir.

8. Serta seluruh pihak lain yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan

tugas akhir yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu.

Dengan penuh rendah hati penulis menyadari bahwa ketidaksempurnaan

menjadi bagian dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, kelompok mohon maaf apabila

dalam proses maupun hasil tugas akhir ini terdapat kesalahan dalam penulisan.

Semoga tugas akhir ini dapat digunakan dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkan.

Tangerang, 13 Agustus 2021

Tim Penulis

viii
DAFTAR ISI

TERM OF REFERENCE ............................................................................................. i


PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ................................................................. iv
PERSETUJUAN .......................................................................................................v
DAFTAR KELENGKAPAN LAPORAN ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xvii
EXECUTIVE SUMMARY ........................................................................................ xix
RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ xx
BAB I: PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Profil Perusahaan dan Event ................................................................................ 4
1.2.1 Gambaran Umum Perusahaan ...................................................................... 4
1.2.2 Struktur Organisasi dan Penjelasan Mengenai Departemen Magang .......... 5
1.2.3 Gambaran Umum Mengenai Live Acoustic ................................................... 7
1.3. Batasan Proyek .................................................................................................... 8
1.4. Sistematika Penulisan.......................................................................................... 8
BAB 2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................10
2.1. Teknik Identifikasi Masalah ............................................................................... 10
2.1.1. Hasil Penelitian ........................................................................................... 11
2.1.1.1 Hasil Wawancara Internal Perusahaan..................................................... 11
2.1.1.2 Hasil Wawancara Eksternal Peserta ......................................................... 15
2.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................... 20
2.3 Diagram Rich Picture .......................................................................................... 22
2.4 Identifikasi Masalah Prioritas ............................................................................. 25
2.5 Target Perbaikan ................................................................................................ 26
2.6 Lembar Approval Perusahaan I .......................................................................... 27
BAB 3 PENDEKATAN KONSEPTUAL .......................................................................28
3.1 Konsep 1: Six Sigma ............................................................................................ 28
3.2 Konsep 2: The Process of Sponsorship ............................................................... 31
3.3 Konsep 3: The Key Ingredients of Successful Sponsorship Activation ................ 34
3.4 Konsep 4: Image Creation and Transfer in Event Sponsorship .......................... 38
3.5 Konsep 5: Audience Experience .......................................................................... 40
3.5.1 Experience Economy ................................................................................... 40
3.5.2 Experience Staging....................................................................................... 43
3.6 Konsep 6: Value Proposition Canvas .................................................................. 46
3.7 Konsep 7: Hybrid Events ..................................................................................... 49
3.8 Konsep 8: Augmented Reality ............................................................................ 50
3.9 Konsep 9: Types of Experience ........................................................................... 53
BAB 4 ANALISIS PENYEBAB ..................................................................................55

ix
4.1 Teknik Identifikasi Kemungkinan dan Akar Penyebab ....................................... 55
4.2 Kemungkinan Penyebab ..................................................................................... 58
4.2.1 Analisis Kemungkinan Penyebab ................................................................. 63
4.3 Identifikasi Akar Penyebab ................................................................................. 64
BAB 5 PEMBAHASAN SOLUSI PERBAIKAN .............................................................66
5.1. Alternatif Solusi ................................................................................................. 66
5.1.1 Alternatif Solusi 1: Penguatan Experience Melalui Kolaborasi antara Musik,
Visual Art, dan Performance Art ........................................................................... 67
5.1.2 Alternatif Solusi 2: Penerapan Augmented Reality sebagai Media
Immersive Stage ................................................................................................... 72
5.1.3 Alternatif Solusi 3: Menciptakan Value Sesuai dengan Ekspektasi Target
Market .................................................................................................................. 75
5.1.4 Alternatif Solusi 4: Mengaplikasikan Hybrid Concert untuk Live Acoustic .. 80
5.2. Evaluasi Solusi Terbaik ...................................................................................... 84
5.3 Manfaat yang diharapkan .................................................................................. 89
5.4. Rencana Implementasi ...................................................................................... 91
5.4.1 Expected Gantt Chart .................................................................................. 91
5.4.2 Expected Benefit Cost Ratio ........................................................................ 93
5.5 Lembar Approval Perusahaan II ......................................................................... 96
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................97
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 97
6.2 Saran & Tindak Lanjut ........................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 101
LAMPIRAN......................................................................................................... 109

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2.2.1 Struktur Organisasi Creative Nest Indonesia…………………………………….6


Gambar 2.3.1 Diagram Rich Picture…………………………………………………….…………………..24
Gambar 3.1.1 Proses Six Sigma - Fase DMAIC………………………………………………………….29
Gambar 3.2.1 The Process of Sponsorship…………………………………………………….….….….34
Gambar 3.3.1 The Key Ingredients of Successful Sponsorship Activation……………….…34
Gambar 3.3.2 Contoh Tangible Assets dan Intangible Assets ………………………………....35
Gambar 3.3.3 Possible Channels to Market……………………………………………………………..37
Gambar 3.4.1 Perpindahan Makna pada Endorsement..….………………………………………38
Gambar 3.4.2 Model Image Creation dan Image Transfer dalam Sponsorship Event.39
Gambar 3.5.1.1 Perubahan pada Economic Value…………………………………………………..41
Gambar 3.5.1.2 Economic Distinctions…………………………………………………………………….42
Gambar 3.5.2.1 The Experience Realms…………………………………………………………………..44
Gambar 3.6.1 Visualisasi Value Proposition Canvas………………………………………………..48
Gambar 3.8.1 Model Konseptual Immersive Experience dalam Extended Reality…….51
Gambar 4.1.1 Visualisasi Diagram Fishbone…………………………………………………………….56
Gambar 4.1.2 Visualisasi Diagram Inter-relation……………………………………………………..58
Gambar 4.2.1 Diagram Fishbone Masalah Prioritas CNI…………………………………………..59
Gambar 4.3.1 Diagram Inter-relation Penyebab Masalah Prioritas CNI……………………65
Gambar 5.1.1.1 Visualisasi (a) performance art dan (b) visual art……………………………68
Gambar 5.1.2.1 Penggunaan Teknologi AR pada Panggung Virtual…………………………73
Gambar 5.1.2.2 Visualisasi Teknologi AR pada Live Acoustic…………………………………..74
Gambar 5.1.3.1 Value Proposition Canvas Live Acoustic…………………………………………79
Gambar 5.1.4.1 Venue Padi Pagi Tangerang……………………………………………………………82
Gambar 5.1.4.2 Visualisasi Set Panggung dan Are Peserta Live Acoustic………………82

xi
xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1.2.1 Profil Singkat Peserta Live Acoustic…………………………………………………15


Tabel 2.4.1 Severity-Urgency Matrix……………………………………………………………………….25
Tabel 2.4.2 Penentuan Masalah Prioritas………………………………………………………………..26
Tabel 3.1.1 Fase dan alat DMAI pada Live Acoustic…………………………………………………30
Tabel 3.9.1 Five Types of experience............................................................................53
Tabel 4.2.1.1 Analisa Kemungkinan Penyebab Masalah Prioritas…………………………….64
Tabel 5.2.1 Evaluasi Solusi Terbaik dengan Diagram Keputusan……………………………..86
Tabel 5.4.1.1 Perencanaan Gantt Chart…………………………………………………………………..92
Tabel 5.4.2.1 Expected Benefit Cost Ratio……………………………………………………………….94

xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara Internal……………………………………………………………109


Lampiran 2 Transkrip Wawancara Eksternal………………………………………………………….160
Lampiran 3 Lembar Penilaian Magang dari Penyelia Perusahaan..............................207
Lampiran 4 Kartu Bimbingan......................................................................................215

xv
xvi
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

AR Augmented Reality

Baparekraf Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif


Republik Indonesia

CHSE Cleanliness (Kebersihan), Health


(Kesehatan), Safety (Keamanan), dan
Environment Sustainability (Kelestarian
Lingkungan)

CNI Creative Nest Indonesia

COO Chief Operating Officer

DMAIC Define, Measure, Analyze, Improve,


Control

FM Faculty Member

IE Immersive Experience

Kemenparekraf Kementerian Pariwisata dan Ekonomi


Kreatif Republik Indonesia

MR Mixed Reality

PI Project Improvement

VR Virtual Reality

XR Extended Reality

xvii
xviii
EXECUTIVE SUMMARY

This paper is a composite of findings during project improvement in Live

Acoustic that are held by Creative Nest Indonesia. Creative Nest Indonesia aims to be

a medium for providing training and job opportunities for creative industries in

Indonesia. Live Acoustic is an online intimate music concert at Creative Nest Indonesia

with purpose as a creative space for musicians to continue working in the midst of

pandemic as well as to increase brand awareness of Creative Nest Indonesia. Live

Acoustic has been held 5 times with different guest stars.

In the process of project improvement, authors made observations with several

parties, including companies, participants, and competitors. In determining

improvement, authors uses the theory of six sigma with the define, measure, analyze,

improve, and control (DMAIC) method. The identified root cause of the priority

problem, “limited sponsorship in Live Acoustic”, is “overly general event concept and

value" which causes the event to be less appealing for sponsors and market. Based on

the results of analysis, the alternative solution chosen by Authors is "Enhancing

Experience with Music, Visual Art, and Performance Art Collaboration". This solution is

created to add value to Live Acoustic without changing the initial intimate and virtual

concepts.

xix
RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan ini merupakan hasil temuan Penulis dalam project improvement pada

kegiatan acara Live Acoustic yang diselenggarakan oleh Creative Nest Indonesia.

Creative Nest Indonesia merupakan perusahaan yang bertujuan ingin menjadi wadah

penyedia pelatihan dan peluang kerja untuk industri kreatif di Indonesia. Live Acoustic

merupakan konser musik intimate di Creative Nest Indonesia yang dilaksanakan

sebagai wadah kreatif bagi para musisi untuk terus berkarya di tengah pandemi

sekaligus untuk meningkatkan brand awareness Creative Nest Indonesia. Acara Live

Acoustic sudah berlangsung selama 5 kali dengan bintang tamu yang berbeda-beda.

Pada praktik kegiatan project improvement tersebut, penulis melakukan

observasi terhadap beberapa pihak, yaitu perusahaan, peserta, dan kompetitor.

Dalam menentukan perbaikan, Penulis menggunakan teori six sigma, yaitu metode

define, measure, analyze, improve, dan control (DMAIC). Akar penyebab yang berhasil

diidentifikasi dari masalah prioritas, yaitu “kurangnya sponsor yang mendukung acara

Live Acoustic”, adalah “konsep dan value acara yang terlalu general” sehingga acara

menjadi tidak menarik di mata sponsor dan pasar. Berdasarkan hasil analisis dan

upaya menjawab akar penyebab, Penulis memilih alternatif solusi “Penguatan

Experience dengan Kolaborasi antara Musik, Visual Art, dan Performance Art”. Solusi

ini dibuat untuk menambahkan konsep dan value pada acara Live Acoustic tanpa

mengubah konsep intimate dan virtual di dalamnya.

xx
BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Event merupakan sebuah kegiatan, seperti meeting, convention, exhibition,

special event, gala dinner, dan lainnya. Sebuah event biasanya terbentuk dari

beberapa fungsi yang berbeda tetapi tetap berkaitan (Fenich, 2016). Event adalah

suatu peristiwa yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dan berinteraksi. Sampai

saat ini, sebuah event masih menjadi suatu cara paling baik untuk menghadirkan

pengalaman bagi para pesertanya karena dengan mendatangi sebuah event, peserta

dapat secara langsung menggunakan indra yang mereka miliki untuk merasakan

maupun melihat hal-hal yang ada atau peristiwa yang terjadi pada event tersebut.

Oleh karena itu, event menjadi media bagi banyak pihak untuk memberikan

pengalaman secara mendalam kepada masyarakat yang menjadi target dari event

atau penyelenggaranya. Menurut Jago et al. (2000), event menjadi kebutuhan

manusia dimana perayaan, ritual, serta banyak event dalam skala besar memiliki

dampak pada aspek sosial dan ekonomi. Hal yang sama juga dipaparkan oleh Noor

(2009), yaitu event merupakan suatu kegiatan untuk memperingati hal penting

sepanjang hidup manusia baik secara individu atau kelompok yang terikat secara adat,

budaya, tradisi, dan agama yang diselenggarakan untuk tujuan tertentu serta

melibatkan lingkungan masyarakat pada waktu tertentu. Kedua pengertian ini

membuktikan bahwa beberapa bentuk event sendiri memang sudah menjadi bagian

dari kehidupan manusia sejak lama, bahkan menjadi dasar bagi interaksi dalam

1
kehidupan bermasyarakat.

Seiring perkembangan zaman, event sendiri sekarang bisa dibagikan ke dalam

beberapa kategori. Menurut Noor (2013), event dapat dibagi menjadi dua, yaitu

special event serta meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE). Lebih lanjut,

special event terbagi lagi ke dalam 7 kategori, yaitu high profile general celebration of

the art, festival, art-form festival, celebration of work by a community of interest,

calendar, festival seni amatir, dan commercial music festival (Bowdin et al. (2011);

Noor (2013)). Festival musik komersial adalah salah satu jenis event yang sering

diselenggarakan karena popular dan dapat menarik pengunjung dengan

mendatangkan bintang tamu yang menarik. Contoh dari festival musik komersial

adalah konser-konser musik yang dilaksanakan oleh promotor maupun artis

perseorangan. Dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konser memiliki arti

sebagai pertunjukan musik di depan umum atau pertunjukan oleh sekelompok

pemain musik yang terjadi dari beberapa komposisi perseorangan. Dalam sebuah

pertunjukan musik sendiri, tentunya dibutuhkan peserta yang akan mendapatkan

pengalaman dan performers (musisi) yang menyuguhkan penampilan untuk

menghibur para peserta.

Sebagai seorang musisi, diperlukan adanya interaksi dengan para pengikut dan

penyuka musik untuk menjaga eksistensi dari diri dan musiknya sendiri. Merebaknya

pandemi virus covid-19 pada awal tahun 2020 menyebabkan interaksi secara langsung

menjadi terputus dengan berlakunya pembatasan sosial (physical distancing). Hal ini

menyebabkan terjadinya larangan bagi mayoritas kegiatan yang dapat menimbulkan

keramaian yang memaksa perusahaan, sekolah, sampai dengan penyelenggara acara

2
untuk mengubah bentuk interaksi menjadi online. Perpindahan aktivitas pertunjukan

musik melalui offline menuju online, sama seperti peralihan pada kegiatan lainnya,

tentunya dapat menimbulkan beberapa gap. Oleh karena itu, Creative Nest Indonesia

merancang sebuah kegiatan yang dapat menjadi penghubung antara para musisi dan

penggemar dengan judul Live Acoustic. Kegiatan ini bertujuan untuk menjadi wadah

kreatif bagi para musisi untuk terus berkarya di tengah terjadinya pandemi sekaligus

untuk meningkatkan brand awareness Creative Nest Indonesia.

Walaupun begitu, seperti acara dan promotor lainnya, Creative Nest Indonesia

memerlukan anggaran untuk dapat melaksanakan Live Acoustic. Salah satu cara yang

dapat digunakan untuk memperoleh dana yang diperlukan adalah dengan melalui

sponsorship. Melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia didapat bahwa sponsor memiliki

arti sebagai “orang atau perusahaan yang mengusahakan (memelopori,

memprakarsai, mengusulkan, menyelenggarakan) suatu kegiatan (siaran,

pertunjukan, dan sebagainya). Selain itu, sponsor juga bermakna sebagai

“penanggung jawab (wali)” dan juga “pendukung; pendorong“, yang jika digunakan

dalam konteks pelaksanaan acara, maka sponsorship adalah hal yang mendukung

keberlangsungan suatu acara maupun event. Sponsorship merupakan salah satu hal

yang dapat dilakukan promotor untuk mendapatkan keamanan finansial agar bisa

menjamin tersedianya pengisi acara yang dapat menarik peserta untuk membeli tiket

acara (McKay, 2015). Getz (2002) juga mengatakan bahwa tidak terdapatnya atau

kehilangan sebuah sponsorship dapat menjadi salah satu alasan sebuah acara tidak

berjalan dengan sukses.

3
Project improvement ini dilaksanakan dengan tujuan tidak hanya sebagai

syarat kelulusan penulis, tetapi juga sebagai kontribusi penulis dalam industri dan

perusahaan yang berkaitan erat dengan program studi penulis. Sebagai kontribusi

pada perusahaan, penulis bertujuan ingin meningkatkan proses perencanaan event

Live Acoustic pada Creative Nest Indonesia. Untuk melakukan hal tersebut, maka

penulis akan melakukan observasi pada beberapa pihak, namun tidak terbatas pada

perusahaan, peserta, dan kompetitor. Dalam menentukan permasalahan yang ada

dan perbaikan yang ingin dilakukan pada event Live Acoustic, maka penulis akan

menggunakan metode define, measure, analyze, improve, dan control (DMAIC).

1.2 Profil Perusahaan dan Event

1.2.1 Gambaran Umum Perusahaan

Creative Nest Indonesia merupakan perusahaan yang berdiri dibawah

naungan PT. Triwira Putra Perkasa. Awal mulanya, CEO dari Creative Nest

Indonesia Patrick Effendy bekerja sama dengan Sinarmas Land untuk membuat

sebuah wadah edukasi kreatif, sehingga dibuatlah sebuah creative hub yang

berlokasi di The Breeze BSD. Creative Nest Indonesia sendiri didirikan dan

mulai beroperasi pada tanggal 19 Februari 2019. Creative Nest Indonesia

memiliki tujuan untuk menjadi penyedia berbagai pelatihan keterampilan yang

tidak hanya untuk menghasilkan karya-karya kreatif tetapi juga peluang kerja

bagi insan yang tergabung dalam industri kreatif Indonesia. Creative Nest

Indonesia memiliki beberapa spot dan juga ruangan yang bisa digunakan untuk

4
menunjang setiap kegiatan yang dilakukan di Creative Nest Indonesia seperti

kelas, workshop, talks, Live Acoustic, dan juga event.

1.2.2 Struktur Organisasi dan Penjelasan Mengenai Departemen Magang

Creative Nest Indonesia memiliki 5 divisi utama. Salah satu produk CNI

adalah event sehingga semua divisi berkolaborasi agar tercapainya cita-cita CNI

menjadi rumah penyedia pelatihan dan peluang kerja untuk semua jenis

industri kreatif di Indonesia tercapai. Berikut penjelasan dan tanggung jawab

dari masing- masing divisi:

1. Divisi Finance: Bertanggung jawab atas segala aktivitas keuangan

perusahaan. Divisi ini mengatur, melakukan transaksi dan membuat

laporan keuangan perusahaan.

2. Divisi Event: Memiliki peran untuk merancang sampai proses

implementasi event yang merupakan produk dari CNI. Divisi ini juga

bertanggung jawab bersama divisi content dan marketing untuk

melahirkan dan mensukseskan setiap produk yang dihasilkan CNI, bisa

dalam bentuk kursus, workshop dan master class.

3. Divisi Admin: Bertanggung jawab atas segala pendaftaran, seperti

menaruh workshop di campsite dan loket.com, juga mencatat dan

mengingatkan peserta yang mengikuti workshop.

4. Divisi Marketing: Bertanggung jawab dengan membangun hubungan

kerjasama dengan pihak luar, seperti sekolah-sekolah dan partner untuk

melakukan kolaborasi.

5
5. Divisi Content Producer: Membuat, mengelola dan menjaga setiap konten

pada platform yang dimiliki CNI agar tidak keluar dari karakter dan pilar

CNI. Divisi ini juga membawahi divisi Content Production dan juga Design.

Gambar 1.2.2.1 Struktur Organisasi Creative Nest Indonesia

Sesuai dengan gambaran struktur yang tertera pada Gambar 1.2.2.1,

selama menjalani magang, posisi yang diduduki oleh tim penulis adalah

sebagai event intern. Event Intern memiliki tugas untuk merencanakan

kegiatan acara yang akan diselenggarakan oleh Creative Nest Indonesia, divisi

event memiliki tanggung jawab untuk mencari ide dan konsep kegiatan dari

pre-event, event, dan post-event hingga proposal acara, MOU acara, dan

reports di dalam proposal acara memuat rancangan anggaran kegiatan yang

akan dijalankan dan detail perlengkapan yang dibutuhkan dalam acara

tersebut. Hal ini langsung diawasi dan dikoordinasikan langsung dengan Chief

Operating Officer yaitu Elrica Sofridia yang bertugas untuk mengurus seluruh

operasi di Creative Nest Indonesia. Divisi event juga bertanggung jawab

terhadap pihak yang terlibat dalam acara yang direncanakan seperti

6
narasumber ataupun vendor. Tugas yang diberikan dan diarahkan langsung

oleh COO maupun CEO dari Creative Nest Indonesia. Setiap kegiatan yang

sudah selesai dilaksanakan langsung dilaporkan setelah acara tersebut selesai

dalam suatu event report yang berisi informasi-informasi mengenai acara yang

sudah selesai diselenggarakan seperti kegiatan promosi, dokumentasi, dan

juga informasi mengenai individu atau orang- orang yang hadir dalam acara

tersebut. Setiap pekerjaan harian yang dilakukan oleh intern dilaporkan dalam

suatu file Daily Report yang dipantau langsung oleh COO dari Creative Nest

Indonesia.

1.2.3 Gambaran Umum Mengenai Live Acoustic

Live Acoustic merupakan sebuah acara live streaming pertunjukan

musik intimate yang diselenggarakan Creative Nest dengan tujuan untuk

memberikan wadah bagi para musisi di Indonesia untuk dapat menyalurkan

karya-karya mereka, sekaligus menjangkau audience yang lebih luas dengan

menyuguhkan experience yang berbeda dengan adanya live streaming ini. Live

Acoustic hadir untuk menyuguhkan entertainment dalam segmen musik untuk

para pecinta musik dalam masa pandemic ini dimanapun mereka berada,

tanpa terbatas jarak dan waktu. Live Acoustic sudah pernah diselenggarakan

sebanyak 5 kali dengan bintang tamu yang berbeda-beda yaitu Unity, Bianca

Dimas, Dead Bachelors, Teuku Rizky, dan Aldy Maldini.

7
1.3. Batasan Proyek

Live Acoustic sudah berjalan sebanyak 5 kali dan memiliki target peserta

umum. Dalam mengukur hasil peningkatan performa Live Acoustic yang telah

dikerjakan, penulis memiliki batasan proyek yang sudah didiskusikan bersama pihak

internal perusahaan untuk sejauh mana improvement dapat dilakukan. Adapun

batasan proyek yang penulis jadikan acuan untuk merancang karya tulis ini, yaitu

dalam lingkup perencanaan event Live Acoustic, dimulai dari perencanaan konsep,

pemilihan artis/bintang tamu, perencanaan anggaran, hingga proses berjalannya

acara hingga selesai.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan mendeskripsikan urutan penulisan serta gambaran

singkat pembahasan dalam setiap bagian dalam laporan tugas akhir.

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, gambaran umum perusahaan,

batasan proyek dan sistematika penulisan penelitian.

BAB 2 : RUMUSAN MASALAH

Pada bab ini menjelaskan mengenai deskripsi permasalahan dan target perbaikan

menggunakan metode define dan measure. Dengan melakukan observasi kompetitor

Live Acoustic, pendekatan wawancara dengan narasumber, pengajar, dan pihak

Creative Nest Indonesia selaku person in charge (PIC).

BAB 3 : PENDEKATAN KONSEPTUAL

Pada bab ini berisikan konsep atau teori yang relevan untuk menganalisis masalah

8
prioritas pada Live Acoustic yang digunakan untuk mengolah data menggunakan

metode analyze.

BAB 4 : ANALISIS PENYEBAB

Pada bab ini berisikan hasil pengolahan data yang sudah penulis lakukan serta analisis

data dengan menggunakan fishbone dan inter-relation diagram dengan metode

analyze.

BAB 5 : PEMBAHASAN SOLUSI PERBAIKAN

Pada bab ini berisi mengenai pembahasan alternatif solusi perbaikan serta pemilihan

solusi terbaik untuk memperbaiki permasalahan Live Acoustic berdasarkan metode

improvement.

BAB 6 : KESIMPULAN & SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan

untuk Live Acoustic.

9
BAB 2 RUMUSAN MASALAH

Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penemuan pada tahap define dan

measure dengan tujuan untuk menemukan masalah prioritas guna mengidentifikasi

akar penyebab sehingga penulis dapat menentukan target perbaikan yang harus

dilakukan.

2.1. Teknik Identifikasi Masalah

Dalam mengidentifikasi masalah, penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif, seperti wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dan menggunakan

data kuantitatif berupa penggunaan data-data berupa laporan pelaksanaan event Live

Acoustic sebelumnya. Untuk melakukan identifikasi masalah, penulis menggunakan

konsep 3C (customer, competitor, dan company), dimana penulis akan berusaha untuk

menemukan fenomena-fenomena yang terjadi berdasarkan pada ketiga pihak

tersebut.

Adapun dalam pengambilan data melalui metode kualitatif, penulis melakukan

wawancara terhadap Elrica Sofridia (chief operating officer Creative Nest Indonesia),

Inneke Bunyamin (tim event Creative Nest Indonesia), dan Kent Kusuma (tim design

Creative Nest Indonesia). Pemilihan ketiga informan ini didasarkan kepada

diperlukannya data secara menyeluruh pada divisi-divisi yang terdapat dalam proses

perencanaan dan pelaksanaan event Live Acoustic.

Penulis juga menggunakan metode DMAIC (define, measure, analyze,

improvement, dan control) dalam menentukan permasalahan, penyebab, akar

10
penyebab hingga strategi perbaikan yang akan dilakukan.

2.1.1. Hasil Penelitian

Pada tahap define, penulis mengumpulkan data yang dapat

menyempurnakan dan mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

kualitatif berupa in-depth interview dan focus group discussion bersama

beberapa pihak internal perusahaan, yaitu Chief Operating Officer, tim event,

dan tim design Creative Nest Indonesia yang terlibat dalam pembuatan Live

Acoustic serta pihak eksternal, yaitu peserta event Live Acoustic.

2.1.1.1 Hasil Wawancara Internal Perusahaan

a. Wawancara dengan Chief Operating Officer Creative Nest

Indonesia

Berdasarkan hasil wawancara dengan Elrica Sofridia selaku chief

operating officer yang sudah dipaparkan pada Gambar 1.2.2.1, Live

Acoustic terbentuk sebagai suatu wadah yang bertujuan untuk

mempersatukan kembali musisi dan penggemar secara online sebagai

sarana entertainment. Pandemi yang terjadi menyebabkan kegiatan

event di berbagai belahan dunia mengalami penurunan dan sebagian

besar konser dibatalkan. Hal ini juga tentunya terjadi di Indonesia

sehingga Creative Nest menginisiasi terbentuknya Live Acoustic bagi

musisi yang sudah lama tidak melakukan pertunjukan di panggung.

11
Ekspektasi COO dari Creative Nest untuk Live Acoustic adalah

agar masyarakat dapat lebih mengenal Creative Nest Indonesia dan

memberi wadah bagi para musisi untuk berkarya selama masa

pandemi. Live Acoustic sendiri memiliki target peserta sebanyak 200

orang, tetapi jumlah ini belum dapat dicapai. Selain menemukan

ekspektasi dalam hal tujuan, penulis juga mendapatkan bahwa Elrica

Sofridia menginginkan adanya - sehingga acara Live Acoustic bisa lebih

berkembang dan semakin baik pelaksanaannya. Adapun temuan lain

yang didapat dari wawancara ini berupa acara Live Acoustic pertama

kali diselenggarakan dengan bintang tamu Unity, namun terjadi

kendala teknis seperti koneksi internet kurang baik yang menyebabkan

live streaming menjadi terhambat dan berhenti sehingga Live Acoustic

Unity terpaksa diselenggarakan dengan menggunakan penyiaran ulang

video yang sudah direkam terlebih dahulu.

b. Wawancara dengan Tim Event

Berdasarkan hasil wawancara dengan Inneke Bunyamin selaku

Tim Event di Creative Nest Indonesia yang juga berperan dalam acara

Live Acoustic, Live Acoustic memiliki banyak pesaing di bidangnya.

Banyak artis yang menyelenggarakan virtual concert-nya sendiri,

seperti Nadin Amizah dan Kunto Aji. Creative Nest sendiri kesulitan

untuk mencari artis karena sistem kerjasama yang ditawarkan adalah

dengan menggunakan sharing profit sehingga banyak artis yang

menolak untuk diajak bekerjasama.

12
Strategi pemasaran Live Acoustic yang selama ini dilakukan

adalah bekerja sama dengan beberapa media partner, yaitu Side.id,

Event Jakarta, Event Surabaya, Event Semarang, Event Malang,

Musicnity, Bahas Musik, RTC UI, dan Radio Untar. Selain itu, Creative

Nest Indonesia juga melakukan promosi melalui paid promote dan

instagram ads.

Menurut Inneke, waktu yang digunakan untuk merancang

sampai dengan menyelenggarakan Live Acoustic sendiri sangat singkat,

yaitu hanya berkisar 1 bulan. Hal ini menyebabkan perencanaan acara

menjadi terburu-buru dan kurang matang. Produksi Live Acoustic

sendiri dilakukan oleh Tim Creative Nest dan sound system didukung

oleh Trijaya Mandiri Group. Kemudian, untuk dekorasi Live Acoustic

dilakukan oleh tim event Creative Nest tanpa vendor. Saat acara

berlangsung, kesalahan teknis yang sering terjadi pada Live Acoustic

adalah koneksi internet dan kesalahan teknis oleh Kiostix, yang mana

pada saat acara Live Acoustic Bianca Dimas, Kiostix mematikan koneksi

secara tiba-tiba sehingga menyebabkan live streaming video terputus.

c. Wawancara dengan Tim Design

Dari wawancara yang dilakukan dengan Kent Kusuma selaku tim

design Creative Nest Indonesia, tim design memiliki tanggung jawab

untuk menuangkan briefing yang didapat dari tim event untuk

divisualisasikan menjadi design yang dapat digunakan untuk segala

keperluan promosi acara. Selama melakukan kegiatan mendesain

13
untuk Live Acoustic, kendala yang pernah dialami berupa waktu

pengerjaan yang mepet dan mendadak, yaitu 2 minggu untuk membuat

semua promo dan design sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan

dengan tepat waktu karena tidak terdapat anggota tim design yang lain.

Kendala lain yang dihadapi adalah miskomunikasi dengan tim event

sehingga hasil desain yang dibuat tidak sesuai dengan brief yang

diberikan.

Proses tim design dimulai dari tim event menyediakan brief,

seperti tema, warna, dan informasi acara. Kemudian, tim design akan

membuat draft desain yang dianggap sudah sesuai dengan brief dan

desain tersebut akan diteruskan ke content producer untuk pengecekan

detail. Jika sudah disetujui, maka desain akan dikirimkan ke bintang

tamu acara untuk dicek kesesuaiannya. Apabila sudah sesuai dengan

kemauan bintang tamu, barulah desain tersebut dapat disebarkan ke

media sosial dan media promosi lainnya.

Menurut pendapat Kent Kusuma, hal yang perlu ditingkatkan di

Live Acoustic adalah jangka waktu perencanaan yang singkat dan

pemasaran yang kurang luas. Pemasaran yang fokusnya hanya melalui

instagram Creative Nest Indonesia yang pengikutnya kebanyakan

penggemar Coboy Junior, menyebabkan penjualan Live Acoustic

dengan beberapa artis lain, seperti Bianca Dimas dan Dead Bachelors

menjadi lebih sulit. Selain itu, Kent juga menyebutkan bahwa

penyelenggaraan Live Acoustic kedepannya memerlukan bintang tamu

14
yang sedang populer agar bisa lebih menarik peserta sehingga bisa

meningkatkan jumlah peserta acara Live Acoustic.

2.1.1.2 Hasil Wawancara Eksternal Peserta

Selain melakukan wawancara dengan pihak internal, penulis

juga melakukan focus group discussion dengan lima peserta dari 3

rangkaian acara Live Acoustic yang berbeda. Berikut merupakan profil

singkat mengenai ke-5 peserta yang penulis wawancarai:

Tabel 2.1.1.2.1 Profil Singkat Peserta Live Acoustic

Nama Umur Domisili Pekerjaan Keterangan Acara Bintang Tamu

Anggreani 19 Bekasi Pelajar Live streaming via Kiostix, Aldy Maldini


Lestari tahun 19 Desember 2021

Rahmadhia 16 Kutai Pelajar Live streaming via Kiostix, Aldy Maldini


Dinita Putri tahun Kartanegara 19 Desember 2021 dan 7 dan Teuku
November 2021 Ryzki

Wiwind 21 Jakarta Pelajar Live streaming via Kiostix, Dead


Sapoetri tahun Selatan 29 November 2021 Bachelors

Triska 21 Medan Pelajar Live streaming via Kiostix, Aldy Maldini


Siallagan tahun 19 Desember 2021 dan 7 dan Teuku
November 2021 Ryzki

Revalina 16 Padang Pelajar Live streaming via Kiostix, 7 Teuku Ryzki


Miftahurrizqa tahun November 2021

Tabel 2.1.1.2.1 menjelaskan profil secara singkat ke-5 peserta

yang sudah mengikuti Live Acoustic dengan 3 bintang tamu yang

berbeda. Dari wawancara tersebut, berikut merupakan informasi yang

penulis dapatkan:

15
a. Faktor yang mempengaruhi peserta untuk mendaftar Live

Acoustic

Faktor utama yang menjadi motivasi peserta untuk mendaftar

acara Live Acoustic adalah karena mereka merupakan penggemar dari

bintang tamu. Hal tersebut diungkapkan oleh kelima peserta yang

sudah diwawancarai. Faktor lain adalah ingin mencoba konser online

untuk pertama kalinya dikarenakan pandemi, peserta berharap bahwa

dapat keseruan dan juga pengalaman baru dari mengikuti konser online

tersebut. Menurut peserta yang diwawancarai, pembelian tiket mudah

untuk dilakukan dan tidak memiliki kendala, opsi pembayaran pun

banyak sehingga memudahkan proses pembayaran sesuai dengan yang

bisa dilakukan peserta. Namun, kendala lain yang dipaparkan salah satu

informan adalah terdapat peserta yang tidak menemukan link acara

Live Acoustic di Kiostix dan tidak menerima email link sehingga tidak

bisa mengikuti acara meskipun sudah membayar.

b. Promosi Live Acoustic tidak sampai ke target market potensial

Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa peserta mendapatkan

informasi mengenai acara Live Acoustic dari berbagai channel, seperti

grup whatsapp fanbase bintang tamu dan media sosial bintang tamu.

Ada pula peserta yang mendapatkan informasi dari radio Prambors

dikarenakan personil Dead Bachelors, salah satu bintang tamu,

mempromosikan Live Acoustic melalui platform tersebut. Peserta yang

diwawancarai juga menyebutkan bahwa mereka belum pernah melihat

16
promosi Live Acoustic di platform pemasaran yang digunakan Creative

Nest, baik melalui instagram ads, promote paid, maupun media partner

yang diajak bekerjasama. Oleh karena itu, informan juga berpendapat

bahwa Creative Nest Indonesia dapat meningkatkan promosi selain

media-media yang sudah pernah digunakan agar bisa menjangkau lebih

banyak masyarakat yang berpotensi menjadi peserta acara.

c. Kendala teknis yang terjadi selama acara berlangsung

Peserta Live Acoustic mengungkapkan kendala-kendala yang

terjadi selama acara berlangsung. Dua peserta yang mengikuti Live

Acoustic Aldy Maldini dan Teuku Ryzki mengungkapkan bahwa suara

musik dari instrumen pengiring yang terlalu besar menyebabkan suara

vokal Aldy sebagai bintang tamu tidak terlalu terdengar dan kecil,

berbeda dengan pada saat penampilan Teuku Ryzki yang cukup stabil.

Lalu, koneksi live streaming yang jelek juga menyebabkan tampilan

video menjadi buram dan tidak high definition. Koneksi yang jelek juga

menyebabkan terjadinya keterlambatan (delay) sehingga suara yang

dikeluarkan bintang tamu tidak sesuai dengan gambar yang

ditampilkan. Peserta juga menyebutkan merasa risih pada saat

pelaksanaan Live Acoustic dikarenakan peserta terus-menerus keluar

dari situs live streaming dan harus melakukan log in ulang untuk

melihat acara kembali.

17
d. Konsep Acara Live Acoustic

Menurut peserta yang diwawancara, konsep Live Acoustic

adalah konser intimate yang mana peserta dapat berinteraksi dengan

lebih dekat dengan idola. Peserta yang mengikuti acara mengatakan

bahwa mereka sudah cukup puas dengan acara, baik secara dekorasi

maupun lokasi serta suasana acara sudah bagus karena menurut

peserta, acara Live Acoustic merupakan acara yang ingin mengangkat

konsep intimate sehingga tidak membutuhkan panggung maupun

dekorasi yang terlalu berlebihan. Peserta juga menyebutkan mereka

menyukai konsep Live Acoustic yang hanya mengundang satu bintang

tamu karena peserta bisa lebih fokus terhadap artis yang mereka sukai

dan tidak perlu menunggu penampilan artis lainnya sebelum artis yang

mereka sukai tampil. Adapun harapan dari beberapa peserta berkisar

pada perubahan bentuk interaksi antara artis dan peserta agar menjadi

dua arah, misalnya melalui zoom meeting maupun dilaksanakannya

meet & greet. Menurut mayoritas peserta yang diwawancara,

perencanaan urutan aktivitas dalam acara sendiri sudah cukup baik,

tetapi menurut Revalina, durasi waktu Live Acoustic perlu ditambah

untuk memperbanyak interaksi dengan peserta.

e. Interaksi selama acara berlangsung

Interaksi yang terjadi selama acara berlangsung antara peserta

dan bintang tamu adalah melalui live chat, yang mana peserta dapat

menuliskan komentar-komentar dan pada saat tertentu, bintang tamu

18
bisa membacakan beberapa komentar tersebut. Namun menurut

peserta yang diwawancarai, interaksi melalui live chat hanya menjadi

satu arah disebabkan bintang tamu tidak dapat membalas dan melihat

semua chat yang diberikan oleh peserta sehingga para peserta yang

diwawancarai merasa kurang puas. Wiwind Sapoetri, salah satu peserta

Live Acoustic mengharapkan terjadinya interaksi dua arah, seperti

interaksi menggunakan zoom meeting sehingga bintang tamu dapat

melihat peserta dan sebaliknya, agar acara menjadi lebih intim.

Adapun bentuk interaksi lain merupakan peserta yang

beruntung bisa mendapatkan panggilan telepon dari bintang tamu dan

giveaway berupa merchandise. Kedua hal ini merupakan contoh

interaksi yang disukai oleh peserta, namun peserta Live Acoustic yang

diwawancara menyebutkan bahwa mereka tidak mengetahui maupun

mendapatkan informasi mengenai cara untuk memenangkan

kesempatan panggilan telepon maupun giveaway.

f. Harga yang ditawarkan Live Acoustic

Secara harga, Live Acoustic berkisar 50 ribu untuk tiket acara

sampai dengan 190 ribu untuk bundling tiket dengan merchandise.

Peserta yang diwawancara menyebutkan bahwa harga yang

ditawarkan sudah sesuai dengan pengalaman yang mereka dapatkan

dan anggaran yang mereka miliki. Peserta juga menyebutkan apabila

memang akan ada meet & greet, maka harga yang bersedia untuk

mereka keluarkan berkisar pada 150 sampai dengan 200 ribu rupiah.

19
2.2 Identifikasi Masalah

Melalui beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, maka

didapatkan beberapa permasalahan seperti:

a. Hambatan dalam menemukan pengisi event Live Acoustic

Selama Live Acoustic diadakan 5 kali, bintang tamu yang diajak merupakan

kenalan dari CEO maupun COO dari Creative Nest Indonesia. Creative Nest memiliki

hambatan untuk mengajak kerjasama bintang tamu contohnya Kunto Aji dikarenakan

Kunto Aji juga membuat konser secara virtual sendiri. Banyak bintang tamu yang

menolak karena sistem sharing profit yang ditawarkan oleh Creative Nest.

b. Kurangnya sponsor yang mendukung acara Live Acoustic

Anggaran untuk produksi dan promosi acara masih terbatas dikarenakan tidak

adanya sponsor yang mendanai acara, Creative Nest Indonesia menggunakan

produksi sendiri dengan menggunakan handphone dan ipad untuk live streaming

sehingga menyebabkan kualitas video yang tidak high definition. Karena terbatasnya

dana acara, sehingga dekorasi Live Acoustic dikerjakan oleh panitia Creative Nest. Tim

event Creative Nest juga menyebutkan bahwa tanggung jawab yang diberikan sangat

banyak dan seringkali bekerja diluar jam kerja.

c. Proses perencanaan yang terlalu singkat

Waktu persiapan untuk merencanakan acara dengan bintang tamu hanya

dalam jangka waktu 2 bulan untuk menyusun konsep dan 1 bulan untuk melakukan

promosi. Dalam jangka waktu ini, Creative Nest Indonesia harus merencanakan

konsep, desain, sampai dengan melakukan promosi. Tentunya waktu ini tidak cukup

terutama karena harus dilakukan perencanaan yang mendetail untuk menghindari

20
terjadinya kesalahan dan karena media promosi yang digunakan tidak terlalu banyak,

maka diperlukan jangka waktu yang lebih lama agar bisa menjangkau secara lebih

maksimal.

d. Proses pemasaran yang tidak optimal

Peserta Live Acoustic yang diwawancarai belum pernah melihat promosi Live

Acoustic di platform marketing yang digunakan Creative Nest melalui videotron,

instagram ads, promote paid, dan media partner yang diajak kerjasama dikarenakan

anggaran untuk pemasaran masih sangat minim dan juga menggunakan media

partner gratis sehingga kurang mendapatkan exposure dari masyarakat.

e. Kendala teknis pada saat live streaming

Pada saat pelaksanaan acara, terdapat beberapa kendala dalam hal teknis,

seperti pengaturan suara pengiring dan bintang tamu yang kurang sesuai, yang mana

suara pengiring lebih besar daripada suara bintang tamu. Selain itu, kualitas video juga

kurang baik dan beberapa peserta mengalami kesulitan selama acara karena terus-

menerus keluar dari situs live streaming. Kendala teknis lain yang terjadinya adalah

pemutusan koneksi situs live streaming oleh Kiostix sebelum acara berakhir

dikarenakan bandwith yang disepakati dengan tim Kiostix hanya berdurasi 1,5 jam.

f. Peningkatan interaksi antara peserta dan bintang tamu

Secara keseluruhan, interaksi pada acara Live Acoustic ditekankan pada

adanya live chat. Walaupun live chat dapat mendukung terjadinya interaksi antara

bintang tamu dan peserta, namun interaksi tersebut sangat terbatas karena waktu

yang tidak terlalu lama menyebabkan bintang tamu hanya dapat membaca beberapa

komentar yang terpilih dan mereka tidak dapat melakukan interaksi dua arah secara

21
langsung maupun interaksi secara tatap muka. Hal ini menyebabkan tingkat kepuasan

peserta menjadi tidak maksimal.

g. Informasi tidak menjangkau seluruh peserta

Informasi mengenai jadwal acara maupun tempat pelaksanaan acara sudah

cukup baik dan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh peserta. Namun ada

beberapa peristiwa dimana peserta tidak mengetahui informasi mengenai cara

memasuki situs live streaming sehingga tidak dapat mengikuti acara meskipun sudah

membayar harga tiket. Selain itu, banyak peserta yang juga tidak mendapat informasi

cara mendaftarkan diri agar bisa berkesempatan mendapatkan giveaway maupun

telepon langsung bersama bintang tamu.

2.3 Diagram Rich Picture

Untuk mengidentifikasi suatu sistem atau perusahaan, penulis memerlukan

gambaran permasalahan yang ada serta hubungan antara internal dan eksternal di

perusahaan. Dalam menggambarkan hubungan sistem tersebut, penulis

menggunakan metode rich picture diagram yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.1.

Melalui diagram rich picture, Penulis bisa menggambarkan masalah problematik di

Live Acoustic dan situasi lain yang dapat diidentifikasi lebih lanjut tingkat prioritasnya

melalui severity-urgency matrix pada bagian selanjutnya.

Pada diagram tersebut, terdapat beberapa divisi internal dan pihak eksternal

yang aktif terlibat dalam pelaksanaan Live Acoustic serta permasalahan yang

ditemukan pada masing-masing pihak. Dari permasalahan yang ada, Penulis

menemukan bahwa terdapat tiga masalah utama, yaitu anggaran yang terbatas,

22
kesulitan mencari pengisi acara, dan workload yang banyak. Berdasarkan hubungan

permasalahan yang digambarkan pada rich picture, anggaran yang terbatas

menyebabkan munculnya beberapa hambatan pada beberapa pihak, yaitu kesulitan

mencari pengisi acara karena system sharing profit yang digunakan, kekurangan

sumber daya manusia, dan belum bisa bekerjasama dengan media partner yang lebih

efektif.

Hal ini mendasari pemilihan anggaran yang terbatas sebagai masalah

problematik dalam Live Acoustic. Bisa dilihat pula berdasarkan temuan dari producer,

Live Acoustic masih belum dapat menarik sponsor untuk mendanai acara yang

menyebabkan munculnya masalah problematik, yaitu anggaran yang terbatas.

Berdasarkan penemuan ini, maka kurangnya sponsor menjadi salah satu situasi yang

didukung untuk menjadi masalah prioritas pada pelaksanaan Live Acoustic di Creative

Nest Indonesia.

23
Gambar 2.3.1 Diagram Rich Picture

24
2.4 Identifikasi Masalah Prioritas

Melalui metode identifikasi masalah yang telah dilakukan, maka penulis

menemukan beberapa masalah yang terjadi pada event Live Acoustic. Berdasarkan

masalah yang sudah teridentifikasi, maka penulis akan menentukan masalah prioritas

melalui diskusi bersama dengan pihak Creative Nest Indonesia. Adapun tools yang

digunakan oleh penulis dalam menentukan masalah prioritas adalah severity-urgency

matrix. Pemilihan tools ini dikarenakan melihat dari kondisi acara Live Acoustic,

diperlukan perbaikan dalam waktu dekat agar acara ini dapat dilaksanakan secara

lebih konsisten dan dapat menjadi salah satu program tetap Creative Nest Indonesia.

Untuk melihat penjelasan lebih detail mengenai penggunaan tools severity-

urgency matrix, dapat dilihat pada Tabel 2.4.1 di bawah ini:

Tabel 2.4.1 Severity-urgency Matrix

Severity

Rendah Tinggi

1. Proses perencanaan yang 1. Kurangnya sponsor yang


terlalu singkat mendukung acara Live
Tinggi 2. Proses pemasaran yang tidak Acoustic
optimal

Urgency 1. Informasi tidak menjangkau 1. Kendala teknis pada saat live


seluruh peserta streaming
2. Peningkatan interaksi antara
Rendah peserta dan bintang tamu
3. Hambatan dalam
menemukan pengisi event
Live Acoustic

Setelah dilakukan pembagian terhadap masalah-masalah yang sudah

diidentifikasi pada bagian Bab 2.2 pada matriks severity-urgency, maka dilakukan

25
diskusi bersama pihak Creative Nest Indonesia untuk menentukan masalah prioritas

yang akan diteliti. Hasil diskusi dapat dilihat pada Tabel 2.4.2 dibawah ini:

Tabel 2.4.2 Penentuan Masalah Prioritas

Kategori Elrica Sofridia

Kurangnya sponsor yang Masalah Prioritas 1


mendukung acara Live
Acoustic

2.5 Target Perbaikan

Target perbaikan yang menjadi fokus Creative Nest Indonesia adalah

mendapatkan sponsorship yang bernilai 50 juta pada kegiatan Live Acoustic

selanjutnya, sesuai dengan masalah prioritas yang telah diusulkan. Hal tersebut

didasari oleh acara Live Acoustic sebelumnya yang hanya memiliki sponsorship sound

system untuk mendukung acara sehingga belum bisa mengeksplor konsep yang lebih

luas. Selain didasarkan pada masalah prioritas, penentuan target ini juga dihasilkan

melalui diskusi bersama COO Creative Nest Indonesia dan producer Live Acoustic,

yaitu Elrica Sofridia.

26
2.6 Lembar Approval Perusahaan I

APPROVAL PROJECT IMPROVEMENT PROGRESS S1- EVENT


SEKOLAH BISNIS DAN EKONOMI
UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA

Melalui surat ini, mahasiswa atas nama:

No Nama NIM

1. Clarista Desentia 01342171023

2. Nini Revalini Gunawan 01342171009


Memilih masalah prioritas dan target perbaikan dan telah disepakati akan dilakukan
dalam waktu kedepan adalah sebagai berikut:
1. Masalah Prioritas: Kurangnya sponsor yang mendukung acara Live Acoustic
2. Target Perbaikan: Mendapatkan sponsorship yang bernilai 50 juta pada
kegiatan Live Acoustic selanjutnya, sesuai dengan masalah prioritas yang telah
diusulkan. Hal tersebut didasari oleh acara Live Acoustic sebelumnya yang
hanya memiliki sponsorship sound system untuk mendukung acara.

Mengetahui,
Tangerang, 13 April 2021

Elrica Hanesman Radityo Susilo Clarista Nini Revalini


Sofridia Alkhair, MM Dwiatmojo, Desentia Gunawan
S.E., MBD.
Mentor FM FM Mahasiswa 1 Mahasiswa 2
Perusahaan Pembimbing 1 Pembimbing 2

27
BAB 3 PENDEKATAN KONSEPTUAL

Bab ini akan membahas mengenai tahap analyze dari DMAIC, yang mana

penulis akan memaparkan pendekatan konsep dalam event management yang bisa

digunakan untuk menganalisa penyebab masalah prioritas yang telah dituliskan pada

Tabel 2.4.2.

3.1 Konsep 1: Six Sigma

Six Sigma merupakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk melakukan

proses peningkatan kualitas. Penggunaan teori six sigma pada pelaksanaan Live

Acoustic dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan melakukan perbaikan untuk

akar penyebab dari masalah tersebut. Dengan teori ini, acara Live Acoustic dapat

ditingkatkan kualitasnya melalui perencanaan perbaikan yang penulis lakukan.

Six Sigma merupakan metode yang berfokus untuk meningkatkan kualitas

dengan membantu organisasi maupun perusahaan dalam menghasilkan produk dan

layanan yang lebih baik. Proses Six Sigma menjadi standar peningkatan kualitas

penting dan disebut sebagai model lima tahap yang disebut proses DMAIC (Kwak &

Anbari, 2006; Jones, Parast, & Adams, 2010). Prosedur Six Sigma dikenal dengan

DMAIC, yang merupakan singkatan dari define, measure, analyze, improve, and

control. Metode ini dapat digunakan dalam berbagai area di sebuah organisasi, seperti

peningkatan kualitas, peningkatan efisiensi, pengurangan biaya, dan pengejaran lain

dalam manajemen operasi, dan di luar manufaktur dalam pelayanan, perawatan

kesehatan, dan jenis operasi lainnya (De Mast & Lokkerbol, 2012). Beberapa tahap

pada proses six sigma dapat dilihat pada Gambar 3.1.1.

28
Gambar 3.1.1 Proses Six Sigma - Fase DMAIC

Sumber: Cronemyr (2007)

Hammer (2002) menyatakan bahwa filosofi Six Sigma diterapkan untuk

menganalisis secara menyeluruh seberapa kritis prosedur mempengaruhi produksi.

Penerapan filosofi memberikan kesempatan untuk menerapkan DMAIC dengan

tujuan (a) menyelesaikan operasi perusahaan yang rumit, (b) dengan jelas

mendefinisikan masalah operasi perusahaan, (c) memilih personel yang paling tepat

untuk menyelesaikan masalah, dan (d) melatih personel untuk melakukan perbaikan.

Struktur perbaikan DMAIC dan metode berorientasi informasi dapat digunakan untuk

mengurangi pemborosan, meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan

prosedur, dan fokus pada manfaat perbaikan menggunakan garis bawah evaluatif

(Kumar et al., 2008).

Menurut McAdam dan Lafferty (2004, dalam De Mast & Lokkerbol (2012)

awalnya digambarkan sebagai metode untuk pengurangan variasi, DMAIC diterapkan

dalam praktek sebagai pemecah masalah dan pendekatan perbaikan. Prinsip dasar six

sigma adalah untuk “membawa organisasi ke tingkat sigma yang lebih baik

29
kemampuan melalui penerapan alat dan teknik statistik yang ketat” (Antony et al.,

(2003), dalam Kwak & Anbari (2006)).

Dalam teori menurut Schroeder et al (2008, dalam De Mast & Lokkerbol

(2012)) rutinitas organisasi DMAIC adalah meta-routine: rutin untuk mengubah

rutinitas yang telah dibentuk atau untuk merancang rutinitas baru. DMAIC adalah

proses loop tertutup yang menghilangkan langkah-langkah yang tidak produktif,

sering berfokus pada pengukuran baru, dan penerapan teknologi untuk perbaikan

berkelanjutan, (Kwak & Anbari (2006)). Menurut McClusky (2000, dalam Kwak &

Anbari (2006)) langkah-langkah pemahaman six sigma menggunakan proses DMAIC

dijabarkan sebagai berikut (lihat Tabel 3.1.1).

Tabel 3.1.1 Fase dan alat DMAI pada Live Acoustic

Fase Alat Penjelasan

Define 3C Mengidentifikasi masalah menggunakan 3 sudut pandang dari


company (internal), competitor (external), dan customer (external).

Measure Prioritisation Memilih variabel paling penting untuk diukur menggunakan


severity-urgency matrix.

Analyze Cause and effect Diagram Ishikawa ('diagram tulang ikan') untuk menemukan akar
analysis penyebab masalah.

Improve Generate Membuat inovasi yang dikemas dalam konsep teori untuk
solutions menghasilkan beberapa solusi yang digunakan untuk memperbaiki
masalah.

Cost/benefit Menghapus dan mengubah solusi yang tidak layak.


analysis

Selection solution Memilih solusi terbaik yang memenuhi semua aspek dan
memperoleh skor tertinggi.

30
3.2 Konsep 2: The Process of Sponsorship

Proses sponsorship dimulai dengan mengembangkan strategi yang tepat,

perencanaan yang baik, pelaksanaan yang efisien, dan digabungkan dengan evaluasi

yang menyeluruh. Namun, dalam mensponsori penerapan proses berbeda jika dilihat

melalui lensa yang berbeda dari sponsor dan rights holders. Dari sudut pandang

sponsor:

• Fase Developing strategy sponsorship untuk sponsor sering kali merupakan hasil

dari perubahan dalam prioritas bisnis atau arah pemasaran, karena strategi

sponsorship harus diturunkan dari elemen-elemen untuk berkontribusi pada

kesuksesan bisnis dan pemasaran. Menerapkan kebijakan sponsorship yang tepat

dan mengembangkan kerangka kerja keputusan serta kriteria seleksi untuk

memandu keputusan investasi sponsorship di masa depan mengalir dari strategi

sponsorship yang kuat. Hal ini memungkinkan setiap sponsor untuk memastikan

bahwa mereka tetap sesuai untuk tujuannya. Sumber daya apa yang akan tersedia,

baik dalam hal uang dan personel, akan sangat penting untuk mendorong strategi

baru untuk lingkungan dengan sukses.

• Dari sudut pandang planning, fokus akan dipusatkan pada mengidentifikasi dan

memilih properti yang tepat, menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap properti

dan menyelesaikan fase kontrak. Setelah kesepakatan yang kuat dibuat, upaya

akan fokus pada membangun dan mendapatkan dukungan internal untuk program

aktivasi sponsorship, mengembangkan model branding untuk mempromosikan hak

berserikat, dan membuat blue prints untuk evaluasi.

31
• Dua fase pertama dari proses sponsorship bersifat internal, sedangkan execution

adalah tempat sebagian besar energi dan sumber daya organisasi dikeluarkan.

Keberhasilan akan dinilai dari seberapa baik rencana program diimplementasikan,

menghidupkan sponsorship dan melibatkan pemangku kepentingan, baik

konsumen, bisnis-ke-bisnis, atau karyawan. Pemasok yang sesuai mungkin perlu

ditemukan untuk melengkapi sumber daya internal atau membawa pengalaman

dan keahlian spesialis ke dalam permainan dan, tentu saja, anggaran akan

membutuhkan perhatian yang cermat.

• Yang terakhir, fase review. Evaluasi yang sukses membutuhkan pencapaian dan

pelacakan kinerja sponsor selama fase pelaksanaan. Diskusi kinerja formal dan

tinjauan pasca investasi sangat penting untuk mengidentifikasi, menangkap, dan

menerapkan ide-ide baru untuk meningkatkan hasil di masa depan.

Dilihat dari perspektif rights holders, proses yang dilalui dengan sponsor sama

namun terdapat penekanan yang sedikit berbeda (lihat Gambar 3.2.1).

• Strategy sponsorship bagi rights holders berfokus pada pendekatan apa yang paling

tepat untuk sponsor dan cara terbaik untuk memposisikan properti untuk menarik

investasi sponsorship. Mengidentifikasi aset sponsorship dan memahami nilai

potensialnya sangat penting, tetapi rights holders juga harus mengalokasikan

sumber daya yang sesuai jika mereka ingin mengoptimalkan penciptaan nilai

sponsorship. Akhirnya, strategi pemasaran terbaik untuk hak harus disepakati.

• Di tahap planning, rights holders harus memiliki jadwal yang jelas tentang (a)

bagaimana mereka akan menjual hak mereka dan menerapkan kemitraan, (b) apa

yang perlu mereka lakukan dengan situs web dan rencana PR untuk menarik minat

32
sponsor, dan (c) bagaimana mereka akan mengembangkan materi penjualan.

Penelitian prospek yang menyeluruh sangat penting untuk mengidentifikasi

organisasi-organisasi yang merupakan prospek terpanas untuk ditargetkan.

Memastikan bahwa karyawan memahami pendekatan dan bagaimana mereka

berpotensi membantu membawa mitra baru sangat penting untuk kesuksesan

pencarian sponsor.

• Fase execution terbagi dalam dua bagian. Yang pertama adalah upaya penjualan

untuk menarik sponsor, melakukan pertemuan tatap muka dan menyelesaikan

negosiasi kontrak. Terlalu banyak rights holders yang memfokuskan upaya mereka

untuk mengamankan penjualan, kemudian merugikan diri sendiri dengan gagal

melayani sponsor mereka secara memadai akan merugikan perusahaan, sehingga

penting untuk menjaga kemitraan. Memahami tujuan kedua belah pihak, dan

membuat aktivasi sponsor terjadi sesuai anggaran, akan sangat penting dalam

mempertahankan sponsor untuk jangka panjang.

• Fase Review untuk pemegang hak juga harus fokus pada pelacakan target terhadap

tujuan sponsor. Laporan pemenuhan sponsorship harus disediakan secara teratur.

rights holders juga perlu melakukan beberapa exit planning, baik dari sudut

pandang apa yang terjadi jika sponsor tidak menandatangani ulang untuk jangka

waktu selanjutnya, atau mungkin bahwa pemegang hak telah melebihi sponsor

tertentu dan perlu memiliki kebebasan untuk melanjutkan.

Gambar 3.2.1 menjadi tolak ukur Penulis untuk melakukan pengkajian

terhadap strategy, planning (ideal dilakukan 6 bulan sebelum acara) , execution, dan

review pada proses sponsorship di Live Acoustic agar melewati tahapan yang ideal.

33
Gambar 3.2.1 The Process of Sponsorship

Sumber: Collett & Fenton (2011)

3.3 Konsep 3: The Key Ingredients of Successful Sponsorship Activation

Gambar 3.3.1. menyoroti lima hal yang penting untuk digabungkan agar dapat

menghasilkan program aktivasi sponsorship yang sukses.

Gambar 3.3.1. The Key Ingredients of Successful Sponsorship Activation

Sumber: Collett & Fenton (2011)

Adapun kelima hal tersebut mencakup:

1. Assets: Seluruh aset baik yang berwujud maupun tidak berwujud, aset

berwujud seperti branding di papan dan penggunaan fasilitas pertemuan.

Sebaliknya, aset tidak berwujud nilainya tidak dapat dihitung secara

34
finansial. Aset tidak berwujud mencakup loyalitas audience dan

eksklusivitas akses. Jelas, tidak semua aset yang tersedia akan relevan

dengan semua tujuan sponsor. Lebih lanjut contoh dari asset tangible dan

intangible dapat dilihat pada Gambar 3.3.2.

Gambar 3.3.2 Contoh Tangible Assets dan Intangible Assets

Sumber Collett & Fenton (2011)

2. Resources: Jumlah dan jenis sumber daya yang dapat digunakan untuk

mendukung program aktivasi sponsorship akan menentukan sejauh mana

aset tersebut bisa berpengaruh. Ada tiga kelompok resources yang dapat

dipertimbangkan:

• Financial: Ada norma industri yang menyatakan bahwa, untuk setiap $

1 yang dihabiskan untuk biaya sponsorship, setidaknya $ 1 harus

dibelanjakan untuk aktivasi. Tim komunikasi pemasaran dapat

35
mengintegrasikan sponsorship ke dalam cara yang bermakna seperti

periklanan, promosi penjualan.

• Physical: Sumber daya fisik seringkali kurang dimanfaatkan dalam

mengaktifkan sponsor. Hal ini bisa berupa teknologi yang tersedia atau

menyediakan bahan sederhana, baik mentah, sebagian bekerja atau

siap untuk dijual, brainstorming seputar operasi inti organisasi mungkin

menghasilkan beberapa peluang menarik dan inovatif yang dapat

menjadi kreatif dijalin ke dalam program aktivasi sponsorship sekaligus

mengurangi biaya.

• People: Sumber daya manusia sangat penting dalam mewujudkan

sponsor, dan tantangan untuk tim sponsor ialah dapat memanfaatkan

berbagai sumber daya manusia yang tersedia secara internal dan

eksternal. Agar efektif, sumber daya manusia yang terbaik perlu untuk

memaksimalkan pengetahuan mereka untuk meningkatkan proyek

sponsorship.

3. Channels: Media sosial menjadi salah satu channel teratas saat ini. Sebuah

organisasi harus menginterogasi dirinya sendiri secara menyeluruh untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin channel relevan yang dapat digunakan

untuk mengkomunikasikan sponsor. Advertising terkait sponsor adalah

metode yang ampuh untuk memperkuat sponsor. Channel lain yang dapat

digunakan oleh Internal perusahaan seperti email, intranet, majalah, kantin,

papan pengumuman, rapat tim, area resepsionis. Channel lain seperti

36
media partner juga menjadi salah satu opsi untuk menyalurkan acara.

Gambar 3.3.3. mengilustrasikan beberapa channel yang dapat digunakan.

Gambar 3.3.3. Possible Channels to Market


Sumber: Collett & Fenton (2011)

4. Target Audience: Sponsorship dapat menargetkan berbagai macam audiens,

tetapi cukup jelas bahwa lebih sedikit lebih baik. Jangan terlalu banyak

target audiens, prioritaskan dua atau tiga audiens target utama.

5. Objectives: Ada tiga jenis tujuan untuk sponsor, mereka yang

mempromosikan merek, komersial, dan keterlibatan dengan sponsor.

Tujuan unik sponsor tertentu membentuk mekanisme sehingga aktivasi

sponsorship berfokus pada apa yang benar-benar penting bagi acara. Dua

atau tiga tujuan utama yang ingin dicapai sponsor sangat bermanfaat dalam

menyempurnakan bagaimana sumber daya akan dialokasikan.

37
3.4 Konsep 4: Image Creation and Transfer in Event Sponsorship

Brand image sering kali dikaitkan dengan persepsi dan asosiasi yang terdapat

dalam pikiran konsumen. Menurut VanAuken (2002), brand image merupakan seluruh

persepsi yang dimiliki oleh konsumen terhadap brand, sedangkan menurut Keller

(2003), persepsi bisa didapat dari berbagai asosiasi yang dilakukan oleh pikiran

konsumen. Oleh karena itu, value dari sebuah brand pun menjadi dapat terpengaruhi

oleh asosiasi yang dimiliki (Pickton & Broderick, 2001). Model yang menggambarkan

hubungan seperti ini diciptakan oleh McCracken (1989) membahas mengenai

meaning transfer dari para celebrity endoser. Konsep ini mengatakan bahwa terjadi

perpindahan makna (meaning transfer) antara figur yang di-endorse terhadap brand

image yang diterima konsumen (lihat Gambar 3.4.1).

Gambar 3.4.1 Perpindahan makna pada endorsement


Sumber: McCracken (1989)

Kemudian dari model tersebut, dikembangkanlah model image creation and

image transfer in event sponsorship oleh Gwinner (1997). Pada Gambar 3.4.2,

digambarkan bahwa image dari sebuah acara dibentuk dari berbagai faktor, baik

internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang ditemukan adalah

sponsorship. Melalui sebuah sponsorship, image dari sebuah acara dapat menjadi

lebih mudah untuk diterima oleh berbagai kelompok konsumen dengan adanya

38
asosiasi dengan image brand atau produk dari pemberi sponsor.

Gambar 3.4.2 Model Image Creation dan Image Transfer dalam Sponsorship Event
Sumber: Gwinner, K. (1997)

Dalam konteks sponsorship pada penyiaran (broadcast), Masterson (2005)

mengatakan agar image transfer, awareness, dan sikap positif konsumen bisa dicapai,

sebuah sponsor harus memiliki hubungan atau kecocokan dengan program yang

disiarkan. Namun, untuk memastikan tetap terjadi perpindahan image, disarankan

agar program serta sponsor sebaiknya memiliki kecocokan pada beberapa elemen,

tetapi tidak secara sempurna (Millman, 1995; Jagre et al., 2001 dalam Masterson,

2005). Dengan adanya image transfer, maka proses sponsorship dapat mempengaruhi

brand awareness dan brand attitude (Jalleh et al., 2002). Lebih khususnya, Rowley dan

Williams (2008) menemukan bahwa sponsorship oleh brand pada festival musik

memiliki dampak pada brand recall, awareness, dan sikap terhadap brand. Oleh

karena itu, sebuah brand akan melakukan seleksi secara ketat terhadap acara yang

akan diberikan sponsorship, karena sponsorship tersebut akan mempengaruhi

persepsi atas brand dan produk yang ditawarkan.

39
3.5 Konsep 5: Audience Experience

3.5.1 Experience Economy

Konsep ini dikemukakan pertama kali oleh B. Joseph Pine II dan James

H. Gilmore pada tahun 1998. Experience (pengalaman) merupakan sebuah

bentuk unik dari economic output yang menjadi poin penting untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi (Pine & Gilmore, 2013). Sebuah

pengalaman dapat diartikan sebagai sebuah peristiwa yang dapat membuat

individu yang mengalaminya engage secara lebih mendalam sehingga value

dari pengalaman ini akan tertanam pada pikiran individu tersebut bahkan

setelah performance atau stage yang ditawarkan selesai. Pernyataan ini

didukung oleh Pine & Gilmore (2013), yang mana engagement yang didorong

dengan adanya sensations, impressions, dan performances dapat secara efektif

memfasilitasi para experience stager agar dapat meninggalkan kesan

mendalam pada konsumen. Adanya unsur longevity ini membuat sebuah

experience menjadi sangat diminati. Temuan yang serupa juga didapat melalui

studi yang dilakukan oleh Carter & Gilovich (2010), yang mana

mendapatkan/membeli pengalaman dapat membuat individu merasa lebih

bahagia, lebih tepatnya individu bisa memiliki sense of well-being yang lebih

besar, jika dibandingkan dengan perasaan yang mereka terima dengan

membeli hal yang berbentuk produk saja.

Menurut Pine & Gilmore (2013), experience thinking memfasilitasi

sebuah platform baru untuk dapat menciptakan value-creating activities yang

baru. Hal ini memungkinkan penambahan experience menjadi sebuah cara

40
untuk melakukan diferensiasi terhadap hal yang ditawarkan, yang sebelumnya

hanya berupa produk atau jasa (lihat Gambar 3.5.1). Secara singkat, melalui

Gambar 3.5.1, terlihat bahwa customization (kustomisasi) adalah cara yang

dapat dilakukan untuk merubah sebuah komoditas untuk menjadi lebih

personal dan unik sehingga dapat menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan

masing-masing individu.

Gambar 3.5.1.1 Perubahan pada economic value

Sumber: Pine & Gilmore (2011, p.245)

Kustomisasi dapat digunakan oleh sebuah perusahaan agar produk

atau jasa yang mereka tawarkan memiliki diferensiasi atas produk atau jasa

lain yang tersebar secara luas di pasar. Kesesuaian penawaran yang diberikan

perusahaan dengan keinginan dan kebutuhan individu serta diferensiasi yang

dilakukan menjadi nilai tambah bagi value yang ada (Pine & Gilmore, 2013).

Menurut Pine & Gilmore (2013), terdapat 3 unsur dari the currencies of

the experience economy, yaitu time, attention, dan money. Ketiga unsur ini

masing-masingnya memiliki sifat kelangkaan, yang mana ketiga hal tersebut

41
memilki batasan dan dapat habis jika dikonsumsi atau digunakan. Oleh karena

itu, sebuah perusahaan harus mampu menciptakan pengalaman yang dapat

menarik attention target; yang lalu membuat target bersedia untuk

meluangkan time mereka agar bisa mencoba hal yang ditawarkan; yang

kemudian pada akhirnya, target akan mengeluarkan money untuk membeli hal

yang ditawarkan tersebut. Dalam hal ini, experience menjadi bagian dari

pemasaran agar perusahaan bisa meningkatkan permintaan atas penawaran

yang mereka lakukan (Pine & Gilmore, 2013).

Dalam konsepnya, Pine & Gilmore juga memberikan penjelasan

mengenai valuable distinctions yang menghasilkan rangkuman seperti pada

Gambar 3.5.1.2. Pada rangkuman berbentuk tabel tersebut, dijelaskan

beberapa aspek dalam economic offering dan bentuk penawarannya dalam

masing-masing tahapan pada perubahan economic value yang terdapat di

Gambar 3.5.1.1.

Gambar 3.5.1.2 Economic Distinctions

Sumber: Pine & Gilmore (2011)

42
3.5.2 Experience Staging

Pine & Gilmore (1999) mengemukakan bahwa “… staging experiences

is not about entertaining customers, it’s about engaging them.” Pernyataan

tersebut berarti dalam menawarkan sebuah produk atau jasa, perusahaan

harus berusaha menyiapkan pengalaman yang tidak hanya menyatu dengan

produk atau jasa yang ditawarkan, tetapi juga harus bisa menarik partisipasi

pengunjung.

Pada Gambar 3.5.2.1, ditunjukkan dimensi pengalaman yang terdiri

dari dua sumbu, yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertical. Sumbu horizontal

menunjukkan derajat dari guest participation, dimana pada titik passive

participation berarti pengunjung tidak secara langsung dapat mempengaruhi

jalannya kegiatan dan hanya berperan sebagai pengamat, sedangkan pada titik

active participation berarti pengunjung dapat secara personal memberikan

dampak pada kegiatan sehingga hal ini dapat membuahkan experience.

Dimensi vertical menunjukkan jenis hubungan yang terjadi antara pengunjung

dengan kegiatan yang dilaksanakan. Sisi absorption menunjukkan bahwa

kegiatan telah menarik perhatian pengunjung dengan memberikan

pengalaman yang memasuki pikiran pengunjung, sedangkan sisi immersion

menunjukkan bahwa pengunjung secara fisik maupun virtual telah menjadi

bagian dan tergabung dengan experience itu sendiri.

43
Gambar 3.5.2.1 The Experience Realms

Sumber: Pine & Gilmore (1999)

Bidang Educational merupakan bidang pengalaman yang mana peserta

hanya menerima kegiatan yang dijalankan, tetapi tetap berpartisipasi aktif di

dalamnya, tidak seperti bidang entertainment. “Realm” ini menggambarkan

kegiatan yang tujuannya untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan

keterampilan seseorang. The Escapist merupakan jenis pengalaman yang

membutuhkan peserta untuk immerse dan berpartisipasi aktif di dalamnya.

Contoh dari lingkungan yang termasuk ke dalam escapist adalah taman

bermain, kasino, virtual reality, chat rooms, dan permainan paintball. Dalam

“realm” ini, peserta menjadi actor dan memberikan pengaruh pada kegiatan.

The Esthetic adalah bidang yang mana peserta “menenggelam”-kan diri

mereka dalam kegiatan yang diikuti tetapi tidak memberikan dampak pada

lingkungan kegiatan. Contoh dari “realm” ini adalah mengunjungi galeri seni

atau museum, dan berdiri di pinggiran Grand Canyon. Secara singkat

44
perbedaan dari keempat “realm” ini, seperti dikemukakan Pine & Gilmore

(1999) adalah:

“While guests partaking of an educational experience may want to


learn, of an escapist experience to do, of an entertainment experience
want to-well, sense might be the best term-those partaking of an
esthetic experience just want to be there.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa masing-masing peserta dari

jenis pengalaman yang ada memiliki motif berbeda saat mengikuti sebuah

kegiatan. Bagi peserta The Educational, yang dicari adalah kesempatan untuk

belajar, peserta The Escapist untuk melakukan sesuatu, peserta The

Entertainment untuk merasakan sesuatu, dan peserta The Esthetic untuk

menjadi bagian dari sesuatu dengan berada di tempat tersebut.

Untuk menambahkan rasa nyata atau “realness”, perusahaan dapat

membaurkan “realms” yang ada. Pengalaman paling “kaya” bisa ditemukan

peserta ketika mereka bisa menemukan setiap aspek “realms” yang ada.

Framework pada Gambar 3.6.2.1 dapat menjadi panduan agar perusahaan bisa

mengeksplor aspek yang dimiliki “realms” untuk meningkatkan pengalaman

yang sebelumnya ingin diberikan. Pine & Gilmore (1999) menyatakan bahwa

dalam merancang sebuah experience, beberapa poin yang dapat digunakan

adalah:

• The Esthetic adalah bidang pengalaman yang membuat peserta “want to

come in, sit down, and hang out.” Untuk membuat kegiatan semakin

menarik, dapat diciptakan suasana yang membuat peserta merasa bebas

untuk berada di dalam kegiatan tersebut.

45
• The Escapist dapat digunakan agar peserta dapat lebih menyatu dengan

situasi sehingga perlu dilakukan encouragement agar peserta melakukan

hal yang membuat mereka dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan.

• The Educational menyuguhkan aspek pembelajaran. Oleh karena itu,

dapat ditambahkan informasi atau aktivitas apa yang akan membantu

peserta bisa tetap engage dalam mengeksplor pengetahuan maupun

keterampilan.

• The Entertainment memfokuskan pada bagaimana peserta bisa tetap

mengikuti kegiatan dengan cara menghadirkan hiburan yang “enjoyable.”

3.6 Konsep 6: Value Proposition Canvas

Value Proposition Canvas memiliki dua sisi, dengan sisi Consumer Profile untuk

mengklarifikasi pemahaman pelanggan dan sisi Value Map digunakan untuk

menjelaskan bagaimana service ingin menciptakan nilai bagi pelanggan yang dituju

(lihat Gambar 3.6.1). Dapat mencapai kesesuaian (fit) antara keduanya ketika yang

satu bertemu dengan yang lain. Value map menggambarkan fitur proposisi nilai

tertentu dalam model bisnis dengan cara yang lebih terstruktur dan terperinci. Hal ini

memecah proposisi nilai perusahaan menjadi produk dan layanan, pain relievers, dan

gain creators. Dengan membuat value yang baik, sebuah produk atau layanan dapat

memberikan sekumpulan manfaat dan nilai yang dirancang untuk menarik pelanggan.

Gain creators menjelaskan bagaimana produk dan layanan dapat menciptakan

keuntungan pelanggan, pain relievers menjelaskan bagaimana produk dan layanan

dapat mengurangi pain dari pelanggan.

46
Customer profile menggambarkan segmen pelanggan tertentu dalam model

bisnis secara terstruktur. Di bagian ini terpecah menjadi jobs, pains, dan gains. Jobs

menggambarkan apa yang pelanggan coba selesaikan dalam pekerjaan dan kehidupan

mereka, seperti yang diungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri. Gains

menjelaskan hasil yang ingin dicapai pelanggan atau manfaat nyata yang ingin mereka

cari. Pains menggambarkan hasil buruk, risiko, dan hambatan yang terkait dengan

pekerjaan pelanggan.

Kecocokan (fit) dapat dicapai ketika value map memenuhi customer profile .

ketika produk dan layanan Anda menghasilkan penghilang rasa sakit dan

mendapatkan pencipta yang cocok dengan satu atau lebih pekerjaan, rasa sakit, dan

keuntungan yang penting bagi pelanggan. Consumer Gains memiliki beberapa tipe,

beberapa gain diperlukan, diharapkan, atau diinginkan oleh pelanggan, dan beberapa

dapat mengejutkan pelanggan. Gain termasuk fungsional utilitas, keuntungan sosial,

emosi positif, dan penghematan biaya.

1. Required Gains

Keuntungan yang tanpanya solusi tidak akan berhasil. Misalnya, harapan paling

mendasar yang kita miliki dari sebuah smartphone adalah kita dapat melakukan

panggilan dengannya.

2. Expected Gains

Keuntungan yang relatif mendasar yang diharapkan dari sebuah solusi, bahkan

jika itu bisa berhasil tanpanya. Misalnya, sejak Apple meluncurkan iPhone, pelanggan

berharap ponsel dirancang dengan baik dan terlihat bagus.

47
3. Desired Gains

Keuntungan yang melampaui apa yang diharapkan dari sebuah solusi tetapi

akan senang jika bisa direalisasikan. Ini biasanya keuntungan yang akan diperoleh

pelanggan jika bertanya kepada pelanggan. Misalnya, pelanggan menginginkan ponsel

cerdas untuk diintegrasikan dengan perangkat kami yang lain.

4. Unexpected Gains

Keuntungan yang melampaui harapan dan keinginan pelanggan, bahkan tidak

terfikirkan oleh pelanggan. Kecocokan (fit) dapat dicapai ketika value map memenuhi

customer profile . ketika produk dan layanan Anda menghasilkan penghilang rasa sakit

dan mendapatkan pencipta yang cocok dengan satu atau lebih pekerjaan, rasa sakit,

dan keuntungan yang penting bagi pelanggan.

Gambar 3.6.1 Visualisasi Value Proposition Canvas


Sumber: Osterwalder et al. (2014)

48
3.7 Konsep 7: Hybrid Events

Hybrid meetings adalah sebuah cara mengintegrasikan teknologi dengan

penyelenggaraan acara secara tradisional untuk menciptakan pengalaman peserta

dan sebagai jenis konten yang baru. Hybrid meetings termasuk rapat atau acara apa

pun dengan setidaknya satu grup peserta tatap muka yang terhubung secara digital

dengan peserta di lokasi lain atau di beberapa lokasi. Tujuan dari acara hybrid adalah

untuk menciptakan pengalaman unik untuk berbagai jenis peserta di tempat yang

berbeda. Menggabungkan fungsi acara tatap muka dan pertemuan virtual menjadi

hybrid events memungkinkan perencana pertemuan memiliki spektrum pilihan yang

jauh lebih luas untuk melibatkan delegasi. (Fryatt et al., 2012)

Morell (2010) menyatakan bahwa keberanian bahwa pertemuan tatap muka

lebih kuat daripada pertemuan virtual dan tidak melihatnya sebagai ancaman. Hybrid

berada memaksa acara untuk menjadi lebih baik, lebih relevan, dan lebih menarik.

Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh (Fryatt et al., 2012), hybrid event adalah

jenis acara baru yang membutuhkan profesional untuk mengembangkan kreativitas,

strategi, eksekusi, dan pengukuran mereka dan mengintegrasikan teknologi dengan

acara tradisional langsung untuk menciptakan jenis pengalaman baru.

Fryatt et al. (2012) serta Morell (2010) menemukan bahwa pertemuan hybrid

akan dapat memperpanjang umur sebuah pertemuan. Acara hybrid juga dapat

memberi Anda peluang untuk menambah nilai dengan menjangkau lebih banyak

delegasi (tatap muka plus virtual), menyediakan pengiriman konten baru dan opsi

komunikasi. Anda akan dapat menghubungkan beberapa peristiwa yang terjadi secara

bersamaan atau pada waktu atau lokasi yang berbeda. Profesional menggunakan

49
teknologi acara hybrid untuk berbagi konten, ide, dan pengalaman dengan peserta di

berbagai geografi dan zona waktu.

3.8 Konsep 8: Augmented Reality

Salah satu teknologi yang sedang berkembang pada saat ini adalah extended

reality (XR). Extended reality merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan kelompok teknologi, seperti virtual, augmented, dan mixed reality,

yang dimanfaatkan untuk menciptakan pengalaman immersive (Rybarczyk, 2021).

Istilah ‘immersion’ sendiri digunakan untuk menyatakan kondisi dimana individu

dikelilingi atau tergabung dalam sebuah kegiatan atau pengalaman secara mendalam

(Sobitan & Vlachos, 2020). Ketiga teknologi XR ini memiliki konsepnya masing-masing,

yang mana virtual reality (VR) menawarkan pengalaman immersive sepenuhnya

melalui dunia yang diciptakan secara digital, augmented reality (AR) menggabungkan

lingkungan di dunia nyata dengan virtual, sedangkan mixed reality (MR) memberikan

media bagi objek nyata dan virtual untuk berinteraksi langsung (Rybarczyk, 2021).

Menurut Azuma (1997), sistem teknologi augmented reality sendiri harus memenuhi

tiga persyaratan, yaitu menggabungkan dunia nyata dan virtual, sistem yang interaktif,

dan memiliki konten virtual yang bisa ditampilkan di dunia nyata, sehingga

pengaplikasian AR membuat individu dapat berinteraksi dengan gambaran produk

secara virtual. Oleh karena itu, menurut Eyüboğlu (2011), teknologi AR dapat

membantu terciptanya hubungan dengan individu/konsumen sehingga muncul

kepuasan.

50
Menurut Lee (2020), pengalaman immersive memiliki beberapa dimensi, yang

mana pada Gambar 3.8.1 diberikan model konseptual yang menggambarkan struktur

dari faktor-faktor yang ada dan hubungannya terhadap immersive system. Pada model

tersebut, immersive experience adalah highest-level dependent variable, sedangkan

immersive system dan content adalah variabel independen. Kemudian, physical

presence, social/self presence, dan involvement, merupakan tiga variabel yang

termasuk ke dalam kategori high-level dependent variables.

Gambar 3.8.1 Model Konseptual Immersive Experience dalam Extended Reality

Sumber: Hyunkook Lee (2020)

Selain variabel dengan tingkat dependensi yang tinggi, terdapat pula

confounding variables yang menggambarkan hubungan antara komponen lain dalam

model. Komponen narrative, sensory, dan task engagement terhubung dengan ciri

pada immersive system/content, yaitu interestingness, plausibility, dan interactivity.

51
Ketiga ciri ini juga kemudian dipengaruhi oleh faktor subjektif, yaitu internal reference,

personal reference, dan skills/knowledge. Dalam menciptakan IE, tidak diperlukan

terjadinya physical presence, social/self presence, dan involvement secara bersamaan.

Setiap dimensinya dapat mendorong terjadinya IE, tetapi tingkat pengalaman yang

didapatkan akan lebih besar jika dimensi yang aktif juga semakin banyak.

Physical presence diartikan sebagai ‘sense of being there’. Bentuk presence ini

bisa didapatkan melalui adanya stimulasi indera oleh immersive system, yang mana

sistem yang lebih baik akan memberikan level of presence yang lebih tinggi. Oleh

karena itu, physical presence bisa dikategorikan sama dengan sensory immersion (Ermi

& Mäyrä, 2005), yaitu kondisi dimana individu mendapatkan stimulasi audio dan visual

yang dapat mengalahkan rangsangan indera lain dari dunia nyata. Menurut Brown &

Cairns (2004), presence sendiri adalah situasi total immersion yang dicapai melalui

engagement dan engrossment dalam sebuah aktivitas. Schubert et al. (2001)

menyatakan terdapat dua faktor utama dalam presence, yaitu spatial constructive dan

stimulation, yang mana selain melalui rangsangan indera, physical presence juga bisa

ditemukan melalui stimulasi lain, seperti adanya narasi yang meng-engage (Busselle

& Bilandzic, 2009). Social presence adalah ‘sense of being together and interacting’

dengan makhluk hidup lain (Biocca, 1997). Social presence juga bisa didapatkan

dengan adanya sensory immersion, contohnya aplikasi dimana individu bisa

menjalankan orkestra secara virtual menyediakan pengalaman social presence dengan

adanya sensasi berada diantara musisi lain dalam panggung secara nyata (Lee, 2020).

Sedangkan self presence merupakan istilah yang berarti model dari kondisi fisiologis

dan emosional individu itu sendiri dalam lingkungan virtual (Biocca, 1997).

52
Involvement menurut Witmer & Singer (1998) adalah situasi psikologis yang dialami

sebagai hasil dari memfokuskan perhatian individu pada rangsangan atau kegiatan

yang berkelanjutan.

3.9 Konsep 9: Types of Experience

Menurut Schmitt (1999), terdapat 5 tipe pengalaman yang berbeda, yaitu

sense, feel, think, act, dan relate (lihat Tabel 3.9.1).

Tabel 3.9.1 Five Types of experience

SENSE FEEL THINK ACT RELATE


Sensory Affective Creative cognitive Physical Social identity
experiences experiences experiences experiences and relating to a
entire lifestyles reference group
or culture
Sumber: Bernd H. Schmitt (1999)

Setiap tipe pengalaman tersebut mencakup berbagai aspek dari individu yang

dapat dimanfaatkan untuk menemukan pengalaman secara penuh.

1. Sense: Aspek sensual dan nyata dari suatu produk/jasa yang menarik bagi panca

indera penglihatan (sight), suara (sound), aroma (scent), rasa (taste), dan

sentuhan (touch). Pengalaman indra berguna untuk membedakan produk atau

layanan, untuk memotivasi pelanggan potensial, dan untuk menciptakan rasa nilai

di benak pembeli.

2. Feel: Perasaan dikhususkan untuk mendorong pengaruh (yaitu penciptaan

suasana hati dan emosi) yang melekat pada produk atau jasa. Jelas, perasaan

positif atau negatif terhadap suatu produk atau jasa akan mempengaruhi sejauh

mana produk atau jasa akan dikonsumsi.

53
3. Think: Mendorong pelanggan untuk terlibat dalam pemikiran yang elaboratif dan

kreatif tentang suatu produk atau jasa tersebut. Pikiran para pelanggan bisa

sesuai imajinasi maupun berdasarkan fakta.

4. Act: Berorientasi pada penciptaan pengalaman melalui perilaku di pihak

pelanggan, baik secara pribadi atau di perusahaan orang lain. Tujuannya adalah

untuk mengubah perilaku dan kebiasaan jangka panjang yang mendukung produk

atau layanan tertentu.

5. Relate: Tipe ini melampaui sensasi, perasaan, kognisi, dan tindakan pribadi

individu dengan menghubungkan diri individu dengan konteks sosial dan budaya

yang lebih luas yang tercermin dalam sebuah merek. Dengan kata lain,

menghubungkan permainan pemasaran atas identifikasi diri dengan konteks dan

asosiasi yang terikat dalam produk atau jasa yang digunakan.

54
BAB 4 ANALISIS PENYEBAB

Setelah masalah prioritas dan target perbaikan ditentukan, maka dilakukan

tahap lanjutan analyze dari DMAIC. Bab ini akan memaparkan analisis yang dilakukan

untuk menemukan akar penyebab berdasarkan pendekatan konseptual yang telah

dilakukan pada bab sebelumnya.

4.1 Teknik Identifikasi Kemungkinan dan Akar Penyebab

Identifikasi terhadap hal yang berpotensi menjadi akar penyebab dan akar

penyebab dari masalah prioritas yang sudah ditentukan dilakukan dengan

menggunakan media fishbone (diagram Ishikawa) dan inter-relation diagram. Konsep

diagram fishbone dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara dalam kemungkinan

isu dan penyebab dari masalah yang ada, sedangkan diagram inter-relation dapat

memperlihatkan hubungan dari penyebab-penyebab yang ada agar dapat ditentukan

akar penyebab yang akan dijadikan patokan dalam membuat alternatif solusi. Kedua

diagram ini dapat mempermudah proses penentuan solusi dan improvement karena

tindakan yang diambil oleh peneliti dapat difokuskan dengan akar penyebab yang

sudah ditentukan dengan menggunakan media diagram tersebut.

Diagram fishbone yang terlihat pada Gambar 4.1.1 pertama kali dikemukakan

oleh ahli di bidang quality control yang berasal dari Jepang, Kaoru Ishikawa, pada

tahun 1960-an (Coccia, 2018). Diagram fishbone (diagram tulang ikan) seperti

namanya, berbentuk seperti tulang ikan. Diagram ini merupakan sebuah alat yang

dapat digunakan untuk menemukan beberapa penyebab yang berhubungan dengan

masalah prioritas pada peristiwa atau fenomena dan sekaligus menampilkan hasil

55
temuan tersebut dalam bentuk grafis. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Watson

(2004), yang mana menurutnya diagram tulang ikan adalah sebuah alat analisis yang

menyediakan cara untuk melihat hubungan sebab-akibat secara sistematis sehingga

alat ini juga disebut dengan cause and effect diagram.

Gambar 4.1.1 Visualisasi diagram fishbone

Diagram ini dapat menjadi ringkasan visual atas seluruh hasil diskusi dan

pengetahuan peneliti sebagai basis untuk mendukung solusi yang dihasilkan. Diagram

fishbone juga dapat digunakan untuk memfasilitasi peneliti dalam menemukan,

menganalisa, dan menentukan hubungan sebab-akibat yang terjadi pada seluruh

penyebab yang sudah ditemukan pada diagram fishbone. Diagram ini dapat menjadi

sangat berguna ketika peneliti mengalami kesulitan dalam memahami hubungan yang

terdapat antara isu-isu yang terjadi dalam sebuah sistem.

Pembuatan diagram fishbone dapat dimulai dengan membuat gambar

berbentuk seperti tulang ikan, yang mana terdapat sebuah kotak pada bagian kanan

gambar sebagai kepala ikan dan dilanjutkan dengan garis panah (tulang) memanjang

pada bagian kiri tersambung dengan kotak (kepala). Kemudian dari garis tengah

56
tersebut sambungkan beberapa garis diagonal yang menjadi cabang untuk

menunjukkan major cause categories (sebab utama) yang terdiri dari unsur atau tahap

yang terjadi pada proses produksi atau layanan yang diberikan. Kategori-kategori yang

digunakan dapat berasal dari teori-teori yang berkaitan dengan masalah prioritas yang

terdapat pada kepala ikan. Pada bagian tulang ikan yang lebih kecil, dapat diisi dengan

beberapa penyebab lebih lanjut (secondary cause) dari isu yang sebelumnya telah

yang ditulis. Beberapa contoh dari major cause yang sering digunakan adalah

machines, methods, materials, dan man/people pada proses produksi serta policies,

procedures, plant, dan people pada proses berbentuk jasa.

Diagram inter-relation adalah diagram yang dapat digunakan dengan setelah

ditemukan beberapa penyebab dasar dari diagram fishbone. Diagram ini dibuat untuk

menentukan hubungan kausal dari masalah yang kompleks agar solusi yang tepat

dapat diidentifikasi (Doggett, 2005). Sesuai dengan contoh yang terdapat pada

Gambar 4.1.2, penyebab yang sudah teridentifikasi diletakkan dalam kotak tersendiri

lalu dari beberapa penyebab tersebut, diberikan panah yang menunjukkan hubungan

antar penyebab yang ada. Setiap jumlah panah keluar dan masuk kemudian dihitung

dan dibandingkan dengan penyebab yang lain. Penyebab dengan jumlah panah keluar

menunjukkan bahwa isu tersebut adalah driver atau akar penyebab yang dicari dan

penyebab dengan jumlah panah masuk terbanyak dapat menjadi indikasi bahwa isu

tersebut dapat menjadi ukuran kesuksesan. Dalam penggambarannya, dikarenakan

diagram ini menunjukkan hubungan sebab-akibat antar isu, maka panah yang

digunakan tidak boleh bermata dua.

57
Gambar 4.1.2 Visualisasi diagram inter-relation

4.2 Kemungkinan Penyebab

Berdasarkan masalah prioritas yang telah dipilih, yaitu kurangnya sponsor

pada acara Live Acoustic, maka dibuatlah diagram fishbone (lihat Gambar 4.2.1).

Dalam menganalisis kemungkinan-kemungkinan penyebab yang dapat mendorong

terjadinya masalah prioritas pada Creative Nest Indonesia, penulis membagi kategori

utama unsur (major bone categories) menjadi 5 bagian sesuai dengan lima kunci yang

sebelumnya telah dijelaskan Bab 3.3. Adapun hal penting yang harus diperhatikan agar

dapat menghasilkan program aktivasi sponsorship yang sukses, diantaranya adalah

asset, resources, channel, target audience, dan objective.

58
Gambar 4.2.1 Diagram Fishbone Masalah Prioritas CNI

59
Gambar 4.2.1 merupakan gambaran dari fishbone diagram yang dihasilkan

melalui diskusi setelah penulis melakukan analisis atas acara Live Acoustic di Creative

Nest Indonesia sesuai dengan prosedur pembuatan diagram. Penulis membagi

menjadi 5 bagian yang dikategorikan menjadi asset, resources, channel, target

audience, dan objective. Dengan penjelasan masing-masing kategori sebagai berikut :

1. Asset

“Sponsor tidak tertarik dengan acara'' menjadi salah satu penyebab

permasalahan yang dihadapi di bagian aset yang disebabkan oleh “kurangnya

exposure bagi sponsor”. Setelah dilakukan analisa, hal tersebut dapat timbul

disebabkan oleh dua hal. Pertama, Live Acoustic “engagement rate Live Acoustic

rendah”, hal ini dapat terjadi dikarenakan “konsep yang ditawarkan Live Acoustic tidak

menarik”. Kedua, “aktivitas pemasaran Live Acoustic belum optimal”, yang

disebabkan oleh “belum dilakukan strategi pemasaran yang terperinci” oleh tim event

di Live Acoustic, hal tersebut terjadi karena dari tim Live Acoustic sendiri tidak ada

diskusi dan juga strategi untuk pemasaran pada pelaksanaan acaranya.

Permasalahan kedua yang dihadapi di bagian asset adalah “belum ada

audience yang loyal” untuk mengikuti acara Live Acoustic yang disebabkan oleh

“peserta yang mendaftar bergantung pada pengisi acara” berdasarkan wawancara

peserta yang sudah mengikuti Live Acoustic, semua peserta mengatakan bahwa

motivasi mereka mendaftar dikarenakan oleh pengisi acaranya, hal ini muncul karena

2 penyebab. Yang pertama, “belum memiliki keterikatan dengan value acara Live

Acoustic” hal ini terjadi karena “value Live Acoustic belum terlalu ditonjolkan” pada

materi pemasaran maupun pada saat acara berlangsung. Kedua, Live Acoustic sendiri

60
“tidak memiliki competitive advantage” pada acaranya, karena “konsep dan value

acara terlalu general” , konsep acara yang dibawakan tidak memiliki tema khusus

sehingga banyak kompetitor lain yang memiliki konsep konser virtual yang serupa.

2. Resources

Terdapat 2 penyebab permasalahan yang terjadi pada bagian resources. Yang

pertama, “proses approach sponsor belum efektif” yang dilakukan oleh anggota tim

Event Live Acoustic, disebabkan oleh “tim tidak mengetahui target sponsor yang

relevan”, dikarenakan tim di Live Acoustic bekerja secara individual sehingga “tidak

melakukan diskusi dan brainstorming antar tim”. Hal ini dapat disebabkan

oleh “kurang pengawasan dari supervisor” dalam setiap pengerjaan jobdesc di Live

Acoustic.

Penyebab kedua yaitu tim Event Live Acoustic “tim kesulitan mendapatkan

sponsorship” dikarenakan “belum ada anggota yang berpengalaman dalam bidang

sponsorship”. Hal ini disebabkan “belum ada training” dari Creative Nest dalam bidang

sponsorship. Tim Event yang biasanya bertugas untuk mengapproach sponsor

merupakan anak magang yang masih belajar dan belum berpengalaman.

3. Channel

“Target sponsor belum mengetahui acara Live Acoustic” menjadi salah satu

penyebab permasalahan yang dihadapi oleh Live Acoustic, dari paparan peserta yang

telah tim penulis wawancarai, peserta mendapatkan informasi dari media sosial

pengisi acara dan grup whatsapp fanbase. Hal ini disebabkan oleh “channel marketing

yang belum optimal” digunakan oleh Live Acoustic. Hal tersebut timbul karena “insta

ads tidak digunakan secara maksimal” hanya digunakan jika target peserta stuck dan

61
peserta yang mengikuti acara masih sedikit dan “engagement media partner yang

rendah”.

Permasalahan kedua yaitu “kurangnya awareness sebelum acara Live

Acoustic” yang terjadi karena “Informasi acara belum tersebar luas”. Setelah dianalisa

pemasaran di instagram menjadi tidak efektif karena “Pemasaran hanya terfokus di

Instagram”. Sudah cukup padat materi-materi promosi acara Creative Nest yang

menunggu untuk diunggah, selain materi penjualan terdapat juga materi harian atau

mingguan yang sudah terjadwal. Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya

pekerjaan yang harus diselesaikan oleh anggota Live Acoustic sehingga tim “belum

menjalankan platform pemasaran lain” Creative Nest juga mengadakan acara yang

cukup banyak dalam waktu yang berdekatan dikarenakan oleh tim event memiliki

target yang harus dipenuhi.

Penyebab terakhir dalam bagian channel yaitu “media pemasaran offline

belum mencakup area yang luas” hal ini dikarenakan “videotron hanya terpasang di

area BSD” hal ini dapat muncul karena “belum ada upaya untuk mencari pemasaran

offline lain”.

4. Target Audience

Terdapat 2 penyebab permasalahan di bagian ini, “jumlah peserta belum

mencapai target” yang disebabkan oleh “pemasaran belum optimal” yang timbul

karena “kurangnya engagement pada pemasaran Live Acoustic”, interaksi kepada

followers kurang dibangun yang disebabkan oleh “konten pemasaran yang kurang

menarik” bagi followers CNI.

62
Penyebab kedua yaitu “audience acara tidak sesuai dengan target audience

sponsor” yang timbul karena “tim tidak mengetahui target market sponsor”. Setelah

dianalisa, hal ini dapat terjadi karena tim “belum melakukan riset terhadap sponsor”

potensial yang ingin di approach. Hal ini disebabkan oleh “tidak melakukan

perencanaan sponsor yang benar” pada Live Acoustic.

5. Objective

Penyebab permasalahan yang terjadi pada bagian objective yaitu “sponsor

tidak tertarik dengan acara” dikarenakan “objective acara tidak sesuai dengan

objective sponsor” proses approach sponsor dilakukan dengan menebarkan email

kepada sponsorship, namun tidak mendapat balasan dari untuk bekerja sama. Hal ini

dapat timbul karena “proses approach sponsor dilakukan tanpa melakukan

kesesuaian” antara objektif yang dimiliki Live Acoustic dan sponsor. Hal ini disebabkan

oleh “belum ada evaluasi terhadap cara approach sponsor” dan “tidak melakukan riset

terhadap sponsor”.

4.2.1 Analisis Kemungkinan Penyebab

Berdasarkan “tulang halus” yang terdapat pada fishbone diagram yang

telah dibuat pada Gambar 4.2.1, ditemukan adanya 14 kemungkinan penyebab

utama (akar penyebab) dari permasalahan yang ada pada tiap kategori

meliputi asset, resources, channel, target audience, dan objective. Berikut

adalah hasil analisis kemungkinan penyebab yang ditemukan oleh penulis

(lihat Tabel 4.2.1.1).

63
Tabel 4.2.1.1 Analisa Kemungkinan Penyebab Masalah Prioritas

Asset Resources Channel Target Audience Objective

Konsep yang Kurang Belum Tidak melakukan Belum ada


ditawarkan Live pengawasan dari menjalankan perencanaan evaluasi terhadap
Acoustic tidak supervisor platform sponsor yang cara approach
menarik pemasaran lain benar sponsor

Belum dilakukan Konten Tidak melakukan


strategi pemasaran riset terhadap
pemasaran yang kurang menarik sponsor
terperinci

Konsep dan value


acara terlalu
general

Value Live
Acoustic belum
terlalu
ditonjolkan

4.3 Identifikasi Akar Penyebab

Inter-relation diagram digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan

mengklasifikasikan hubungan sebab-akibat yang ada di antara semua masalah

sehingga faktor-faktor utama dapat menjadi bagian dari solusi yang efektif. Pada

Gambar 4.3.1 merupakan inter-relation diagram yang menunjukkan hubungan antar

kemungkinan-kemungkinan penyebab yang ada pada acara Live Acoustic yang

sebelumnya telah dijabarkan dengan menggunakan fishbone diagram.

64
Gambar 4.3.1 Diagram Inter-relation Penyebab Masalah Prioritas CNI

Setelah menganalisa beberapa kemungkinan penyebab dengan

mengidentifikasi akar penyebab (root cause) dengan menggunakan tools inter-relation

diagram. Berdasarkan Gambar 4.3.1, penulis mengidentifikasi akar penyebab dari

seluruh permasalahan yang ada yaitu “konsep dan value acara terlalu general”,

dengan tidak ada panah masuk dan tiga panah keluar.

Terdapat tiga panah keluar dari “konsep dan value acara terlalu general” yang

menyebabkan value Live Acoustic belum terlalu ditonjolkan pada media pemasaran

yang digunakan, konsep yang ditawarkan oleh Live Acoustic tidak menarik di mata

konsumen maupun sponsor, dan menyebabkan konten pemasaran kurang menarik.

65
BAB 5 PEMBAHASAN SOLUSI PERBAIKAN

5.1. Alternatif Solusi

Penulis memberikan beberapa alternatif solusi untuk akar penyebab yang

menimbulkan masalah prioritas pada perusahaan Live Acoustic di Creative Nest

Indonesia. Alternatif solusi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan

kurangnya sponsorship serta akar penyebab konsep dan value acara yang terlalu

general adalah penguatan experience melalui kolaborasi antara musik, visual art, dan

performance art, penerapan augmented reality sebagai media immersive stage,

menciptakan value sesuai dengan ekspektasi target market, dan mengaplikasikan

hybrid concert untuk Live Acoustic.

Keempat alternatif solusi yang diberikan oleh Penulis bertujuan untuk

meningkatkan konsep dan value dari sebuah acara yang memiliki pengaruh terhadap

sponsorship berdasarkan teori yang dipaparkan pada Bab 3.4 mengenai perpindahan

citra acara kepada pemberi sponsor. Getz & Chenye (2002) menyatakan bahwa

motivasi utama peserta untuk menghadiri acara hiburan adalah keinginan untuk

keluar (escape) dari rutinitasnya. Hal ini juga membuktikan bahwa konsep dan value

menjadi penting untuk dieksplor karena akan muncul kebutuhan masyarakat untuk

mengalami hiburan dan “dunia” baru. Melihat dari kondisi pandemi Covid-19, konsep

acara virtual sendiri sangat menjanjikan dan berpotensi untuk lebih dikembangkan

kedepannya. Oleh karena itu, keempat alternatif solusi yang diberikan diharapkan

dapat meningkatkan adanya kerjasama sponsorship agar Live Acoustic dapat menjadi

susatainable dengan adanya konsep serta tema yang relevan dan value yang menarik.

66
5.1.1 Alternatif Solusi 1: Penguatan Experience Melalui Kolaborasi antara

Musik, Visual Art, dan Performance Art

Pada alternatif solusi ini, penulis membuat konsep baru untuk Live

Acoustic sebagai wadah berkarya melalui sebuah kolaborasi live streaming

musik, visual art dan performance art. Performance art merupakan sebuah

karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu

tertentu. Performance art melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si

seniman dan hubungan seniman dengan peserta. Menurut Golberg,

performance art merupakan bentuk seni non-tradisional, disajikan secara

langsung di hadapan audience, dengan menggabungkan berbagai disiplin seni

diantaranya seni rupa, peran, puisi, musik, dan tari (Goldberg dalam

Sandstrom, 2010). Karakteristik dari performance art adalah improvisasi dan

spontanitas yang merupakan bentuk spontanitas aksi tubuh sebagai media

ekspresi yang mempresentasikan spiritualitas seniman untuk mengetuk rasa

audience dalam memaknai moralitas.

Seni sendiri merupakan sebuah representasi (penggambaran)

(Aristotle, 330 SM dalam Ackrill, 1997) dan seniman menggunakan seni sebagai

medium untuk menyampaikan ungkapan atau ekspresi. Salah satu jenis seni

adalah visual art, yang mencakup beragam media, alat dan proses. Bidang

yang dikaitkan dengan seni visual termasuk menggambar, melukis, seni grafis,

patung, dan fotografi. Suryahadi (2008) menyebutkan bahwa dalam belajar

seni rupa, ada beberapa hal pokok yang harus dikuasai dan dimiliki, yakni

kepekaan estetik atau keindahan, keterampilan teknik, dan imajinasi kreatif.

67
Kepekaan estetik atau rasa keindahan harus dimiliki oleh setiap orang yang

memilih profesi bidang kesenian karena inti dari seni adalah keindahan.

Adapun contoh dari performance art dan visual art yang ditampilkan pada

acara Live Acoustic dapat dilihat pada Gambar 5.1.1.1.

(a)

(b)

Gambar 5.1.1.1 Visualisasi (a) performance art dan (b) visual art

Pada pre-event acara Live Acoustic peserta akan dilibatkan sebelum

acara dengan adanya kontes untuk membuat karya seni yang berhubungan

dengan tema acara dan karya seni pemenang akan ditampilkan pada saat acara

berlangsung dan di publikasikan ke sosial media instagram. Lalu, peserta juga

diajak membuat challenge tarian menggunakan salah satu lagu bintang tamu,

peserta meng-upload video challenge di TikTok/Instagram Reels dan video

kompilasi challenge ini akan ditampilkan di acara. Hal lain yang akan dilakukan

adalah pengiriman special kit, berisi tiket fisik Live Acoustic dan baju sesuai

dengan tema yang sudah diberi tanda tangan pengisi acara. Baju ini akan

68
menjadi dresscode saat acara berlangsung.

Pada main event Live Acoustic, penulis akan mengajak Yura Yunita

untuk menjadi pengisi acara Live Acoustic dengan membawakan pesan

“Semangat Melangkah” bagi generasi muda Indonesia untuk berani memulai

langkah-langkah kecil dalam mewujudkan impian dan menikmati berbagai

pasang dan surut dalam perjalanan menuju kesuksesan. Melalui konser ini,

penulis juga ingin mengajak masyarakat yang terpuruk dan mengalami

musibah selama pandemi dapat memulai langkah baru dan bersemangat lagi.

Lalu, karya visual art akan berkolaborasi dengan Komunitas Jakarta Illustration

Visual Art (JIVA) sehingga karya-karya mereka yang berkaitan dengan pesan

acara akan disesuaikan dan dapat ditampilkan pada saat acara berlangsung.

Lalu, performance art akan ditampilkan oleh Resiko Berkelompok yang

dipimpin oleh Siko Setyanto sebagai ketua kelompok tari. Pada post event akan

mempublikasikan karya pemenang kontes seni di Instagram dan press release.

Berdasarkan teori dari Pine & Gilmore (2013) mengenai economic

value, secara alami akan muncul perubahan atau penambahan nilai untuk

menguasai pasar. Awalnya hanya berupa komoditas, diubah menjadi lebih

personal dan unik secara terus-menerus sehingga bisa mencapai tahap

experiencex dan transformations bagi konsumen. Pada kasus Live Acoustic

yang mulanya merupakan sebuah service atau sebuah acara live streaming

yang diselenggarakan oleh perusahaan Creative Nest Indonesia, diperlukan

adanya kostumisasi agar bisa memberikan nilai tambah bagi konsumen guna

menguasai pasar.

69
Dalam meningkatkan level services menjadi experiences, penulis

merancang konsep Live Acoustic yang berbeda melalui kolaborasi antara

musik, performance art, dan visual art yang membentuk kesatuan karya seni

yang masing-masing elemennya saling menguatkan agar pesan yang diangkat

dapat tersampaikan dengan lebih baik. Selanjutnya, penulis meningkatkan

kapasitas untuk berinteraksi dengan pengisi acara menggunakan ZOOM

sebagai media berkomunikasi dua arah dan layar proyektor yang berisi

tampilan ZOOM sehingga peserta terlihat memenuhi “bangku peserta” dan

seolah benar-benar berada di hadapan pengisi acara yang sedang tampil. Pada

acara Live Acoustic juga akan ada sesi interaksi dengan pengisi acara bagi

beberapa peserta yang beruntung, yang mana peserta akan diberikan spotlight

view oleh panitia. Dalam memeriahkan acara Live Acoustic, peserta juga akan

diajak menari bersama dengan pengisi acara agar peserta tidak hanya

menonton konser tetapi juga melakukan aktivitas yang menjadi bagian dari

pengalaman mereka. Pengalaman yang diberikan akan disesuaikan dengan

tipe pengalaman yang telah penulis identifikasi dari Schmitt (2010) (lihat Tabel

3.9.1).

Peserta akan mendapatkan tipe pengalaman sense melalui lirik demi

lirik yang dinyanyikan oleh pengisi acara (sound) dan melihat (sight) gerakan

dari performance art dan visualisasi visual art secara berdampingan yang

menggambarkan makna dari lirik tersebut. Peserta juga dapat menyentuh

(touch) baju merchandise yang terdapat tanda tangan pengisi acara.

Selanjutnya, perasaan (feel) yang akan dialami peserta adalah perasaan

70
semangat, terinspirasi, kagum, dan refleksi diri. Melalui pesan dan makna dari

konser Live Acoustic ini, akan membuat peserta berpikir (think) untuk memulai

langkah-langkah kecil dalam menggapai kesuksesan. Peserta juga merasa

kagum dan memikirkan konsep Live Acoustic yang menggabungkan visual art,

tarian, dan musik. Pengalaman act yang akan dilakukan peserta adalah peserta

akan memiliki mindset untuk berjuang dan memulai langkah mereka untuk

mengganti lifestyle mereka untuk melakukan hal yang produktif untuk masa

depan. Selanjutnya, pengalaman relate akan didapatkan oleh peserta setelah

mengikuti acara, masing-masing individu peserta akan merasa di sisi yang sama

dalam memulai mimpi mereka dan saling berdampingan untuk bersemangat

dalam menghadapi pandemi yang berlangsung.

Pada kostumisasi terakhir untuk mencapai level transformasi, para

peserta akan mendapatkan knowledge tentang visual art dan performance art

yang dituangkan pada acara dan peserta yang mendapatkan 5 tipe pengalaman

berbeda akan merasa immerse dan menyatu ke dalam acara tersebut. Peserta

akan memahami arti dan makna lagu yang dibawakan secara utuh sehingga

dapat menginspirasi peserta setelah acara selesai dan mempengaruhi sikap

mereka dalam menghadapi kegiatan sehari-hari.

Melalui kolaborasi visual art, performance art, dan musik, peserta

beralih ke pengalaman The Escapist yang memungkinkan peserta untuk

mendapatkan pengalaman yang paling berkesan dan hanyut ke dalam acara

melalui performance dan kolaborasi yang ditampilkan. Melalui interaksi

singkat dan fitur ZOOM, peserta mengalami perubahan interaksi dari pasif ke

71
aktif. Peserta akan merasa menjadi bagian dari acara karena mereka dapat

berpartisipasi langsung memeriahkan acara dengan tampil pada ruang ZOOM.

Melalui layar proyektor, pengisi cara dapat melihat peserta yang mengikuti

acara dan berinteraksi serta menari dengan peserta yang ada, sehingga peserta

bisa merasa lebih dekat dengan pengisi acara.

5.1.2 Alternatif Solusi 2: Penerapan Augmented Reality sebagai Media

Immersive Stage

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada Bab 3.8, maka Penulis

menemukan bahwa melalui penerapan teknologi extended reality,

penyelenggara acara dapat menciptakan pengalaman immersive bagi peserta

melalui bantuan audio dan visual yang terlihat realistis dan tergabung dengan

dunia nyata. Creative Nest Indonesia dapat mengaplikasikan augmented

reality ke dalam pembuatan Live Acoustic agar mendukung munculnya physical

presence, social/self presence, dan involvement, sehingga peserta bisa

mendapatkan immersive experience. Aspek physical presence bisa diciptakan

dengan adanya rangsangan terhadap panggung konser virtual yang terlihat

nyata dan bervariasi pada layar gadget peserta (lihat Gambar 5.1.2.1).

Teknologi AR yang dirancang dengan baik dapat membantu peserta merasa

masuk ke dalam dan melihat langsung panggung virtual tersebut, seperti

contoh virtual orkestra yang disampaikan pada Bab 3.8 sebelumnya. Visual

yang terlihat dinamis dapat membuat peserta merasa lebih ter-engage

dibandingkan penggunaan panggung fisik yang statis (lihat Gambar 5.1.2.1 (a))

72
dikarenakan visual AR mendorong peserta untuk menggunakan kemampuan

spasial visualnya yang merupakan salah satu faktor utama dalam presence..

Physical presence juga akan didorong dengan integrasi antara ZOOM dan

teknologi AR sehingga video real-time reaksi peserta dapat ditampilkan pada

panggung acara (Lihat Gambar 5.1.2.1 (b)). Penggunaan ZOOM ini juga akan

berpengaruh kepada aspek berikutnya, yaitu social/self presence, yaitu aspek

yang membutuhkan interaksi, baik interaksi antar peserta maupun dengan

pengisi acara. Interaksi ini akan difasilitasi melalui penggunaan ZOOM yang

dapat menampilkan penampilan para peserta lain dan ruang chat yang dapat

digunakan untuk berkomunikasi dengan individu lain dalam acara.

(a) (b)

Gambar 5.1.2.1 Penggunaan Teknologi AR pada Panggung Virtual

Aspek ketiga adalah involvement, yang dapat diciptakan dengan adanya

fokus dan perhatian penuh peserta kepada acara. Untuk menarik fokus

tersebut, Live Acoustic akan menghadirkan konser musik yang memfasilitasi

interaksi antara peserta dan pengisi acara secara langsung. Interaksi langsung

ini akan menjadi atraksi utama bagi peserta yang selama ini merasa lingkungan

sosialnya dibatasi oleh Covid-19. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Getz &

Chenye (2002) bahwa motivasi utama peserta untuk menghadiri acara hiburan

73
adalah karena adanya keinginan untuk keluar (escape) dari rutinitas hariannya.

Selain itu, studi lain oleh Maeng et al. (2016), juga menemukan bahwa faktor

lain yang membuat individu ingin mengikuti acara hiburan adalah novelty, yaitu

keinginan individu untuk menemukan hal unik dan mengalami petualangan

serta kejutan sekaligus untuk memenuhi rasa ingin tahunya (Crompton &

Mckay, 1997). Dalam hal ini, petualangan dan kepuasan atas rasa ingin tahu

tersebut akan dihadirkan melalui teknologi AR.

Melalui teknologi AR, Live Acoustic akan menampilkan venue konser

yang memiliki suasana intimate yang kemudian dapat diubah menjadi tampilan

kumpulan layar kamera peserta pada panggung virtual sehingga peserta

terlihat berada pada space yang sama dengan pengisi acara maupun peserta

lain (lihat Gambar 5.1.2.2). Tampilan pada panggung virtual yang dinamis

dapat diatur sedemikian rupa, baik penggunaan cahaya, pilihan warna, dan

tema AR, agar ketika peserta menonton melalui gadget, batasan antara layar

monitor dan dunia nyata menjadi lebih ‘kabur’. Contohnya adalah ketika

suasana panggung diatur menjadi lebih gelap dan peserta menonton acara

seperti saat sedang menonton bioskop, maka garis antara ruang nyata peserta

dan panggung acara akan ‘hilang’.

Gambar 5.1.2.2 Visualisasi Teknologi AR pada Live Acoustic

74
5.1.3 Alternatif Solusi 3: Menciptakan Value Sesuai dengan Ekspektasi Target

Market

Alternatif solusi ke-2 yang penulis terapkan adalah Value Proposition

Canvas. Value Proposition Canvas digunakan untuk menjelaskan bagaimana

service ingin menciptakan nilai bagi pelanggan dan agar dapat mencapai

kesesuaian (fit) antara keduanya ketika yang satu bertemu dengan yang lain.

Value Proposition Canvas memiliki 2 sisi yaitu value map yang dimiliki

oleh sebuah service atau produk, dengan membuat value yang baik, sebuah

produk atau layanan dapat memberikan sekumpulan manfaat dan nilai yang

dirancang untuk menarik pelanggan. Sisi kedua adalah customer profile yang

menggambarkan segmen pelanggan dalam model bisnis. Melalui alternatif

solusi ini, penulis memberi gambaran tentang pains yang dialami oleh peserta

selama mengikuti acara Live Acoustic dan gains dari peserta dalam mengikuti

acara. Penulis membuat gain creators yang harapannya dapat memuaskan

harapan gains dari peserta maupun melebihi ekspektasi tersebut. Penulis juga

membuat pain relievers bagi peserta yang harapannya dapat mengurangi pains

yang dialami oleh pelanggan sehingga kecocokan (fit) dapat tercapai ketika

pain relievers dan gain creators dapat memenuhi pains dan gains yang

dirasakan oleh pelanggan.

Berdasarkan teori dari Osterwalder (2014) mengenai consumer gains

yang terbagi menjadi beberapa tipe, Live Acoustic memiliki required gains bagi

peserta yaitu dengan adanya Live Acoustic, peserta yang memiliki kegiatan

rutinitas yang membosankan dapat mengikuti konser pada saat pandemi

75
berlangsung. Selanjutnya, expected gains yang dialami peserta adalah

mendapatkan pengalaman baru melalui konser virtual dan live streaming pada

saat pandemi dan dapat terhibur.

Desired gains yang diharapkan peserta adalah harga tiket yang

terjangkau, peserta yang sudah mengikuti acara pun mengungkapkan bahwa

harga Live Acoustic sudah terjangkau untuk sebuah konser online dan peserta

ingin mendapatkan interaksi secara dekat dengan pengisi acara, sehingga gain

creators yang dibuat adalah tim Live Acoustic akan menyediakan ZOOM

Meeting untuk interaksi yang lebih intim dengan pengisi acara sehingga

peserta dapat dilihat langsung oleh pengisi acara. Meskipun tidak hadir secara

fisik, peserta terlihat memenuhi “bangku peserta” melalui layar sehingga

pengisi acara seolah benar-benar tampil di hadapan peserta.

Berangkat dari interaksi, unexpected gains yang diharapkan peserta

adalah ingin di perhatikan (notice) oleh pengisi acara dan ingin berada lebih

dekat dengan pengisi acara. Sehingga, 10 peserta acara akan diberikan

“unexpected moments” untuk dapat diberikan kesempatan khusus lebih dekat

dengan pengisi acara melalui “spotlight view” sehingga seolah-olah mereka

berada di sebelah pengisi acara, dan bisa berbicara langsung dan menyanyikan

lagu Bersama dengan pengisi acara. Kesempatan ini akan dipilih secara acak

oleh tim produksi sehingga peserta bisa mendapatkan element of surprise

karena tidak mengekspektasikan hal tersebut.

Melalui wawancara dengan peserta Live Acoustic, dikatakan bahwa

faktor mereka mengikuti acara karena merupakan penggemar dari pengisi

76
acara dan juga penulis menggali lebih dalam bahwa motif terdalam atau

unexpected gains dari peserta adalah “mendapatkan momen eksklusif yang

tidak bisa dilihat di konser lainnya”. Peserta berharap bahwa dalam mengikuti

Live Acoustic, mereka mendapatkan pengalaman eksklusif dengan pengisi

acara sehingga Penulis merancang sebuah gain creators yang bisa menjadi

hadiah dan value tambah acara Live Acoustic bagi peserta. Selama Live

Acoustic berlangsung, Creative Nest Indonesia akan merekam momen peserta

dan pengisi acara yang kemudian akan digabungkan dan ditampilkan pada usic

video lagu pengisi acara. Melalui ini pula, penonton akan merasa menjadi

bagian dari sesuatu yang menakjubkan, dekat dengan pengisi acara dan juga

merasa tersentuh, baik itu yang bersifat menenangkan, sedih atau makin

semangat sampai terharu menangis.

Penulis membuat dan menganalisis Value Proposition Canvas dari Live

Acoustic dan menemukan terdapat beberapa pains dari peserta (lihat Gambar

5.1.3.1). Pains pertama adalah interaksi yang diberikan bersifat satu arah

dengan melalui chat box sehingga peserta merasa kurang puas dan kurang

terkoneksi dengan pengisi acara. Peserta juga sulit menemukan link untuk

masuk ke live streaming dan yang terakhir, beberapa peserta tidak

mendapatkan informasi mengenai giveaway yang sudah diunggah di

instagram Creative Nest dikarenakan poster acara yang menumpuk sehingga

kemungkinan para peserta untuk melihat post giveaway menjadi lebih kecil.

Melalui hal ini, penulis menganalisis pain relievers yang dilakukan

Creative Nest Indonesia sebelumnya tidak cukup untuk mengatasi pains dari

77
peserta. Sehingga, penulis membuat pain relievers yang baru untuk Live

Acoustic yang dapat menjadi solusi dari pain yang dialami oleh peserta. Yang

pertama adalah live streaming dilakukan melalui zoom meeting, pada saat

peserta diwawancarai, harapan dari beberapa peserta adalah perubahan

bentuk interaksi antara artis dan peserta agar menjadi dua arah. Menurut

peserta yang diwawancarai, interaksi melalui live chat hanya menjadi satu arah

disebabkan bintang tamu tidak dapat membalas dan melihat semua chat yang

diberikan oleh peserta sehingga para peserta yang diwawancarai merasa

kurang puas. Wiwind Sapoetri, salah satu peserta Live Acoustic mengharapkan

terjadinya interaksi dua arah, seperti interaksi menggunakan zoom meeting

sehingga bintang tamu dapat melihat peserta dan sebaliknya, agar acara

menjadi lebih intim.

Adapun pain relievers yang dibuat untuk menyasar pada pain kesulit an

peserta untuk menemukan link masuk ke live streaming adalah tim Creative

Nest Indonesia membuat grup berisikan peserta yang sudah mendaftarkan diri

ke acara Live Acoustic dan mengirimkan whatsapp link live streaming ke grup

yang sudah dibuat. Pain berikutnya adalah peserta Live Acoustic yang

diwawancara menyebutkan bahwa peserta tidak mengetahui maupun

mendapatkan informasi mengenai cara untuk memenangkan kesempatan

panggilan telepon maupun giveaway. Sehingga pain relievers yang penulis buat

adalah untuk membuat instagram terpisah untuk Live Acoustic sehingga post

dan konten yang dibuat tidak tenggelam dan bergabung dengan acara Creative

Nest dan konten yang dibuat bisa lebih menyasar ke Live Acoustic.

78
Gambar 5.1.3.1 Value Proposition Canvas Live Acoustic

79
5.1.4 Alternatif Solusi 4: Mengaplikasikan Hybrid Concert untuk Live Acoustic

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengumumkan bahwa berbagai

event di sektor Parekraf, seperti musik, olahraga, hingga berbagai pagelaran

budaya siap kembali digelar di tengah pandemi COVID-19 (Kemenparekraf,

2021). Beberapa kegiatan yang telah mendapatkan izin antara lain: olahraga,

musik, MICE (Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions). Dalam kondisi

Covid-19, diperlukan adanya pergerakan yang bisa menjadi jalan tengah bagi

masyarakat dan industri untuk berdamai dengan Covid-19. Live Acoustic

merupakan acara online live streaming yang lahir dikarenakan pandemi Covid-

19. Pasalnya, ada perasaan dan interaksi berbeda ketika menghadiri konser

secara langsung.

Melihat kesempatan yang muncul dikarenakan banyak masyarakat

yang “penat” dan membutuhkan hiburan maupun suasana baru selama

pandemi serta merindukan pengalaman untuk terhubung secara langsung

dengan musisi sehingga melalui alternatif ketiga ini, penulis membuat konsep

Live Acoustic baru dengan metode hybrid events, dengan menilai langkah ini

adalah adaptasi dengan pandemi Covid-19. Konser hybrid ini menggabungkan

konser online dan offline, di mana konser offline digelar dengan menerapkan

protokol kesehatan. Bintang tamu atau pengisi acara dan sebagian peserta

dapat hadir langsung di tempat konser dan khalayak tetap dapat menikmati

dari siaran langsung melalui media digital. Hybrid events dapat mendorong

acara menjadi lebih menarik (Morell, 2010) dan melalui penggabungan dari

80
acara tatap muka dan virtual, maka dapat memungkinkan penyelenggara

untuk mendapatkan kerjasama yang lebih luas (Fryatt et al., 2012).

Meskipun begitu, tentu saja kegiatan acara yang diselenggarakan

secara offline akan tetap mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan yang

ketat. Selama menjalankan Live Acoustic secara offline pun diwajibkan untuk

memenuhi unsur CHSE, yaitu Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan),

Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan).

Penulis mengikuti panduan resmi pelaksanaan CHSE saat event di tengah

pandemi yang dibuat oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) yang dapat

diakses melalui situs resmi Daftar Pedoman CHSE (Kemenparekraf,2020).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan CHSE dalam

acara yaitu, pertama, baik tim event, pengunjung, hingga pengisi acara,

maupun petugas kesehatan, harus selalu menjaga kondisi tubuh di bawah 37,3

derajat celcius, membawa perlengkapan sehat, menggunakan masker dan

hand sanitizer, menjaga jarak minimal 1 meter, menerapkan etika bersin dan

batuk di tempat umum, serta menghindari kontak fisik.

Pemilihan tempat juga diperlukan saat menyelenggarakan acara

offline. Pemilihan venue disarankan memiliki area yang luas dan terbuka

sehingga penulis memilih venue Padi Padi yang berlokasi di Tangerang yang

bisa dilihat di Gambar 5.1.4.1. Padi padi merupakan lokasi yang tepat untuk

menyelenggarakan konser outdoor dikarenakan venue tersebut biasa

digunakan untuk tempat piknik privat yang menyajikan nuansa alam dengan

81
pemandangan sawah dan sungai dengan luas picnic ground sekitar 1 hektar.

Tema yang penulis rancang adalah Live Acoustic: Fest in the Valley. Konsep

intimate yang dimiliki Live Acoustic tidak berubah, namun di acara ini akan

ditambahkan dekorasi panggung yang unik yaitu panggung yang berada di

depan camper van sehingga suasana festival di nuansa alam dapat terasa

(Gambar 5.1.4.2). Selanjutnya dapat dilihat juga pada Gambar 5.1.4.2, di area

duduk peserta akan disusun seperti suasana piknik sehingga peserta bisa

menikmati makanan di area duduk masing-masing yang telah disediakan dan

ditentukan sesuai protokol kesehatan sambil menonton pertunjukan Live

Acoustic. Acara juga akan diselenggarakan pada sore hari pada pukul 16.00-

18.00 WIB sehingga peserta dapat menikmati waktu matahari terbenam.

Gambar 5.1.4.1 Venue Padi Padi Tangerang

Gambar 5.1.4.2 Visualisasi Set Panggung dan Area Peserta Live Acoustic

82
Acara ini diselenggarakan dengan memperkirakan kapasitas maksimal

pengunjung adalah 50 orang. Di tempat venue juga akan diterapkan jaga jarak

minimal 1 meter dan memiliki tempat untuk cuci tangan menggunakan sabun.

Berikutnya adalah rute memasuki venue dan di dalam venue. Mulai dari

membuat jalan bersifat satu arah, membuat petunjuk arah, dan

mempersiapkan rute darurat untuk mencegah papasan dengan banyak orang

yang berlalu lalang.

Pelaksanaan acara ini juga akan bekerja sama dan diawasi secara ketat

oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Satuan Tugas Covid-19, Kementerian Kesehatan, dan Pemerintah

Pusat dalam memantau acara yang akan dijalankan. Mengingat klasifikasi

wilayah yang harus diperhatikan yaitu zona hijau, kuning, dan merah yang

nantinya akan menjadi patokan diberlakukannya event dan dikarenakan

kondisi pandemi yang sedang melonjak pada saat penulis merancang alternatif

solusi ini, sehingga penulis membuat alternatif solusi ini untuk pelaksanaan

acara Live Acoustic berikutnya ketika wilayah yang dijadikan tempat venue,

yaitu Tangerang sudah dalam zona hijau, sehingga acara dapat dilakukan

secara terbuka dengan protokol kesehatan yang ketat.

Pelaksanaan acara Live Acoustic online juga akan tetap dilaksanakan

dengan menggunakan produksi live streaming. Yang berarti dalam

pelaksanaan acaranya akan memerlukan beberapa kamera yang memiliki

kualitas yang tinggi untuk merekam di berbagai angle, switcher, microphone,

dan speakers. Melalui alternatif solusi ini, diharapkan bahwa acara Live

83
Acoustic dengan mengusung konsep hybrid akan menarik sponsor untuk

bekerja sama dikarenakan value dan konten yang akan ditawarkan melalui

online dan juga offline. Hybrid event juga akan membantu memuaskan peserta

yang membutuhkan hiburan pada kondisi pandemi.

5.2. Evaluasi Solusi Terbaik

Tahap selanjutnya dalam melakukan improvement terhadap Live Acoustic

adalah membuat diagram keputusan untuk menemukan solusi terbaik. Penulis

memberikan 4 alternatif solusi yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan

permasalahan “kurangnya sponsorship pada acara Live Acoustic”. Dalam upaya

memilih solusi terbaik, penulis menggunakan diagram keputusan untuk seluruh

alternatif solusi yang akan dievaluasi berdasarkan beberapa kriteria dan bobot yang

sudah ditentukan.

Bobot yang diberikan pada setiap kriteria akan dinilai berdasarkan tingkat

kebutuhan terhadap alternatif solusi yang diberikan. Lalu, alternatif solusi yang

memiliki total bobot paling besar akan dipilih menjadi solusi terbaik yang akan

dijalankan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada Live Acoustic. Langkah-

langkah penerapan dalam penilaian diagram keputusan akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Menentukan 4 alternatif solusi untuk diberikan penilaian, kemudian

menentukan kriteria penilaian berdasarkan kebutuhan dan kondisi

perusahaan, yaitu kemudahan penerapan, manfaat bagi peserta, waktu

pengerjaan, efektifitas, dan effort dalam pengerjaan.

84
2. Memberikan bobot penilaian pada masing-masing kriteria berdasarkan

tingkat kebutuhan, total keseluruhan bobot mutlak 1. Kemudian,

pemberian nilai pada masing-masing kriteria dengan nilai 1-10 (1= terjelek,

10 = terbaik).

3. Melakukan analisa menggunakan diagram keputusan dengan melakukan

evaluasi yang dilihat dari akumulasi bobot yang dikalikan dengan nilai pada

setiap kriteria per alternatif solusi, total b(bobot)*n(nilai) akan menjadi

penentuan alternatif solusi yang diimplementasikan pada project

improvement penulis.

4. Tahap terakhir adalah penentuan bobot alternatif tertinggi yang akan

dinilai paling efektif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi tim

event dalam pelaksanaan Live Acoustic di Creative Nest Indonesia.

Dalam penyusunan diagram keputusan, penulis melakukan diskusi bersamaan

dengan supervisor penulis yaitu Elrica Sofridia selaku COO di Creative Nest Indonesia.

Hasil pembobotan dengan menggunakan Diagram Keputusan dari 4 alternatif solusi

yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 5.2.1.

85
Tabel 5.2.1 Evaluasi Solusi Terbaik dengan Diagram Keputusan

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4


Kriteria Bobot
Nilai b*n Nilai b*n Nilai b*n Nilai b*n

Kemudahan Penerapan 0,2 7 1,4 5 1 8 1,6 5 1,4

Manfaat (Experience)
0,25 9 2,25 7 1,75 7 1,75 9 2,25
Bagi Peserta

Waktu Pengerjaan 0,15 7 1,05 5 0,75 8 1,2 6 0,9

Efektifitas 0,3 9 2,7 7 2,1 7 2,1 9 2,7

Effort Dalam Pengerjaan 0,1 6 0,6 5 0,5 8 0,8 6 0,6

Total 1 8 6,1 7,45 7,85

Terdapat 5 kriteria yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Berikut merupakan penjelasan di setiap kriteria yang sudah ditetapkan:

1. Efektivitas

Efektivitas merupakan kriteria terpenting bagi Live Acoustic dengan bobot 0,3.

Efektivitas berarti tujuan atau solusi perbaikan yang telah direncanakan dapat tercapai

atau dalam kata lain sasaran dapat tercapai karena adanya proses kegiatan yang baik.

Semakin banyak rencana yang berhasil dicapai dan berdampak secara baik maka solusi

perbaikan tersebut dianggap efektif.

2. Manfaat Bagi Peserta

Faktor kedua terpenting bagi Live Acoustic adalah manfaat bagi peserta yang

diberikan bobot sebesar 0,25. Perusahaan akan melihat dari ketiga alternatif solusi

tersebut mana yang memiliki manfaat dan dampak paling besar secara experience

yang didapatkan oleh peserta.

86
3. Kemudahan Penerapan

Sebagai perusahaan yang sedang berkembang, kemudahan penerapan

merupakan kriteria ketiga terpenting bagi Live Acoustic, maka dari itu diberikan bobot

sebesar 0,2. Dalam pengambilan keputusan, semakin mudah diterapkan solusinya

maka akan semakin baik bagi tim event dengan harapan akan lebih mudah dipahami

untuk direalisasikan segera dalam mencapai target perbaikan.

4. Waktu Pengerjaan

Waktu pengerjaan menjadi kriteria keempat terpenting dengan bobot sebesar

0,15. Perusahaan melihat dari segi waktu pengerjaan, seberapa lama alternatif solusi

yang diberikan akan dapat terealisasi. Semakin lama waktu untuk realisasinya,

semakin rendah pembobotan yang diberikan.

5. Effort Dalam Pengerjaan

Effort dalam pengerjaan berarti kegiatan dengan mengerahkan tenaga,

pikiran, atau badan untuk mencapai suatu tujuan. Perusahaan menilai effort

merupakan kriteria terendah dengan bobot 0,1. Salah satu aspek dalam tahapan

perencanaan adalah melakukan estimasi atau perkiraan, baik dari segi biaya, waktu

maupun sumber daya. Effort adalah kerja real yang kita lakukan dalam menyelesaikan

suatu proyek. Dari pengertian estimasi dan effort di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa estimasi effort adalah suatu kegiatan melakukan prediksi mengenai berapa

banyak pekerja dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek

tersebut. Semakin lama dan banyak pekerja yang diperlukan pada alternatif solusi

yang dipilih akan memiliki nilai yang rendah dan berlaku sebaliknya.

87
Berdasarkan Tabel 5.2.1 yang merupakan diagram keputusan, dapat dilihat

bahwa alternatif solusi yang dipilih adalah alternatif solusi 1 “penguatan experience

dengan kolaborasi antara musik, visual art, dan performance art” yang memiliki bobot

dikali nilai paling tinggi yaitu 8. Hal tersebut didapatkan dari penilaian 5 kriteria yang

sudah ditentukan. Yang pertama dengan nilai paling tinggi adalah efektivitas dengan

bobot dikali nilai sebesar 2,7 karena dengan adanya konsep ciptaan baru dengan

experience staging terhadap Live Acoustic dapat berdampak bagi kelangsungan acara

dan menarik sponsor. Kriteria kedua tertinggi adalah manfaat bagi peserta yaitu

dengan nilai dikali bobot sebesar 2,25. Alternatif solusi 1 dapat menambahkan

experience yang lebih bagi peserta dengan penambahan interaksi dengan pengisi

acara juga tema yang menarik. Yang ketiga adalah kriteria kemudahan penerapan

dengan poin 1,4 karena diskusi dengan supervisor menghasilkan keputusan alternatif

1 dapat diterapkan dan direalisasikan dengan cukup mudah. Kriteria keempat adalah

waktu pengerjaan dengan poin 1,05 yang mana “menciptakan kesan baru dengan

experience staging” waktu pengerjaannya akan relatif lebih lama dikarenakan tim

event memerlukan sosialisasi, perencanaan konsep, dan pencarian dekorasi. Yang

terakhir adalah effort dalam pengerjaan dengan poin 0,6 dikarenakan solusi yang

dibuat membutuhkan effort dan tenaga kerja yang ekstra untuk merencanakan dan

mengeksekusikan acara.

88
5.3 Manfaat yang diharapkan

Dalam upaya menyelesaikan permasalahan “kurangnya sponsor pada acara

Live Acoustic” yang didapatkan bahwa akar penyebab hal tersebut adalah “konsep

acara yang terlalu general” maka Live Acoustic memerlukan solusi yaitu “penguatan

experience dengan kolaborasi antara musik, visual art, dan performance art” yang

sudah didiskusikan dengan supervisor perusahaan. Sebelumnya, konsep acara yang

Live Acoustic miliki adalah live streaming virtual dan intimate sebagai wadah para

musisi untuk mengadakan konser pada saat pandemi namun konsep ini masih belum

dapat menarik perhatian para sponsor dikarenakan tidak memiliki karakteristik dan

masih banyak acara live streaming lain yang memiliki konsep yang sama.

Diharapkan dengan adanya penguatan experience dengan kolaborasi antara

musik, visual art, dan performance art dapat menarik perhatian sponsor dan

mendapatkan dana sebesar 50 juta pada pelaksanaan Live Acoustic kedepannya.

Usaha untuk mencapai target tersebut tentunya membutuhkan perubahan pada

beberapa hal yaitu penambahan konsep acara yang melibatkan musik, visual art, dan

performance art.

Manfaat utama dari penerapan solusi tersebut adalah agar Live Acoustic

menjadi menarik dimata sponsor dengan konsep dan value tambah yang sudah

dirancang sehingga dapat menghasilkan kerjasama dengan sponsor. Melalui

penambahan konsep tersebut, aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk ditawarkan

ke sponsor juga mengalami penambahan. Live Acoustic dapat menawarkan

kontraprestasi yang lebih untuk sponsor melalui konsep kolaborasi dan juga interaksi

melalui zoom meeting.

89
Manfaat lainnya yaitu economic value dari Live Acoustic dapat meningkat dari

level goods menjadi level transformations. Para peserta akan mendapatkan

knowledge tentang visual art dan performance art yang dituangkan pada acara dan

peserta yang mendapatkan 5 tipe pengalaman berbeda akan merasa immerse dan

menyatu ke dalam acara tersebut. Peserta akan memahami arti dan makna lagu yang

dibawakan secara utuh sehingga dapat menginspirasi peserta setelah acara selesai

dan mempengaruhi sikap mereka dalam menghadapi kegiatan sehari-hari. Melalui

kolaborasi visual art, performance art, dan musik, peserta beralih ke pengalaman The

Escapist yang memungkinkan peserta untuk mendapatkan pengalaman yang paling

aktif dan berkesan hingga hanyut ke dalam acara.

Kemudian, manfaat berikutnya adalah interaksi yang meningkat dari satu arah

menjadi dua arah dengan adanya penggunaan ZOOM, peserta akan merasa menjadi

bagian dari acara karena mereka dapat berpartisipasi langsung memeriahkan acara

dengan tampil pada ruang ZOOM yang akan ditayangkan pada layar proyektor. Dan

melalui layar tersebut, pengisi cara dapat saling melihat peserta yang mengikuti acara

dan berinteraksi dengan peserta yang ada, sehingga peserta bisa merasa lebih dekat

dengan pengisi acara. Tentunya peningkatan yang diberikan untuk Live Acoustic

melalui solusi yang sudah dibuat harapannya akan sangat berdampak terhadap

keberlangsungan acara Live Acoustic dan experience peserta.

90
5.4. Rencana Implementasi

Dalam rencana implementasi, penulis akan membuat Gantt Chart dan

menghitung Benefit Cost Ratio berdasarkan alternatif solusi yang sudah diputuskan,

yaitu “penguatan experience dengan kolaborasi antara musik, visual art, dan

performance art”. Rencana implementasi yang dipaparkan pada bagian ini bertujuan

untuk mengelola proses implementasi dari solusi perbaikan yang sudah dipilih dengan

benar agar kegiatan dari solusi tersebut berjalan sesuai rencana dan pengambilan

keputusan tepat.

5.4.1 Expected Gantt Chart

Dalam bagian ini, penulis menggunakan tools Gantt Chart yang dapat

digunakan untuk membuat jadwal yang menunjukkan kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan dalam rencana implementasi. Jadwal kegiatan dimulai dari

diskusi, perancangan, sampai dengan penerapan solusi perbaikan yang

diberikan pada acara. Timeline perencanaan akan dimulai pada bulan

September sampai dengan Desember. Gambaran lebih lengkap mengenai

rencana jadwal kegiatan pelaksanaan alternatif solusi pada Live Acoustic bisa

dilihat pada Tabel 5.4.1.1.

91
Tabel 5.4.1.1 Perencanaan Gantt Chart

Expected Gantt Chart

September Oktober November Desember


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengadakan meeting untuk berdiskusi


mengenai acara Live Acoustic yang
pernah diselenggarakan

Mempresentasikan solusi “Penguatan


Experience dengan Kolaborasi antara
Musik, Visual Art, dan Performance Art”
untuk Live Acoustic ke producer Live
Acoustic

Berdiskusi dengan perusahaan dan tim


event mengenai solusi yang diberikan

Melakukan perencanaan sesuai konsep


yang telah ditentukan

Mempersiapkan acara Live Acoustic

Menerapkan solusi pada acara Live


Acoustic

Pada perencanaan gantt chart, kegiatan yang pertama tim event

lakukan adalah mengadakan meeting dengan para tim Live Acoustic untuk

berdiskusi mengenai acara Live Acoustic yang sebelumnya dilaksanakan, hal ini

dilakukan untuk mengetahui dan melakukan review terhadap kesalahan yang

dilakukan pada penyelenggaraan acara kemarin. Tahap kedua adalah

mempresentasikan solusi “penguatan experience dengan kolaborasi antara

musik, visual art, dan performance art” untuk Live Acoustic ke producer Live

Acoustic. Jika sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh producer maka

hal tersebut langsung dapat didiskusikan dengan perusahaan dan tim event

92
mengenai solusi yang diberikan sehingga dapat langsung melakukan

perencanaan bersama-sama antar divisi terkait solusi tersebut dan

merencanakan acara Live Acoustic hingga ke tahap penerapan.

5.4.2 Expected Benefit Cost Ratio

Dalam menjalankan sebuah perencanaan untuk menjalankan strategi

implementasi solusi yang dibuat guna menyelesaikan permasalahan yang ada,

perlu diketahui bahwa akan muncul cost yang harus dibayarkan dan sebagai

timbal baliknya, akan ada benefit yang bisa didapatkan. Alternatif solusi yang

dipilih adalah “penguatan experience dengan kolaborasi antara musik, visual

art, dan performance art”. Untuk menjalankan solusi tersebut pada Live

Acoustic berikutnya, Penulis telah membuat rancangan kasar expected benefit

cost ratio pada Tabel 5.4.2.1.

Pada Tabel 5.4.2.1, digambarkan rangkuman singkat mengenai

perkiraan pengeluaran dan keuntungan yang akan didapatkan setelah

perusahaan menjalankan alternatif solusi yang dipilih. Dalam menjalankan

rencana implementasi penguatan konsep, diperlukan beberapa biaya yang

digunakan untuk menyediakan platform meeting, menghadirkan pengisi acara,

special kit, sampai dengan biaya produksi acara. Hal-hal tersebut merupakan

unsur penting untuk menjamin Live Acoustic bisa memberikan konsep yang

baru pada pasar dan peserta potensial. Expected cost dari alternatif solusi yang

dipilih membutuhkan biaya sebesar Rp 156.250.000,00 agar bisa menyediakan

93
perlengkapan dan konten yang mendorong terjadinya pengalaman menarik

saat peserta mengikuti acara Live Acoustic.

Tabel 5.4.2.1 Expected Benefit Cost Ratio

Cost

Detail Cost Cost Amount

Berlangganan ZOOM meeting (up to Rp 19.500.000,00


1000 participants)

Talent performance art Rp 10.000.000,00

Menyediakan special kit Rp 55.000.000,00

Proyektor Rp 2.000.000,00
Penguatan Experience
dengan Kolaborasi Produksi acara Rp 19.750.000,00
antara Musik, Visual Art, Konsumsi: 2.000.000
dan Performance Art Fee crew: 3.750.000
Sound system: 6.000.000
Kamera: 2.000.000
Marketing: 2.000.000 (Instagram
ads) + 1.000.000 (paid promote) +
2.000.000 (Youtube ads)
Switcher kamera: 1.000.000

Pengisi acara Rp 50.000.000,00

Total Cost Rp 156.250.000,00

Benefit

Benefit Amount

Memperoleh kerjasama dengan sponsor Rp 100.000.000,-

Hasil penjualan tiket sebanyak 1000 orang - Harga tiket Rp Rp 175.000.000,-


175.000,00 (harga sudah termasuk special kit)

Total Benefit Rp 275.000.000,-

Benefit Cost Ratio (benefit/cost) 1,76

Expected benefit yang dapat diterima Live Acoustic dengan

dilaksanakannya implementasi solusi adalah Live Acoustic bisa mencapai

target sponsor yang ditetapkan pada Bab 2.5 dan penjualan tiket acara bisa

94
mencapai maksimum target 1.000 orang. Harga tiket yang dimasukkan ke

dalam perkiraan keuntungan adalah hasil penyesuaian yang dilakukan penulis

antara harga tiket acara Live Acoustic sebelumnya dan harga special kit yang

akan diberikan, yang menghasilkan harga tiket di Rp 175.000,00. Penawaran

harga tiket ini juga disesuaikan dengan penjualan tiket bersama merchandise

yang sebelumnya bisa mencapai Rp 190.000,00. Total perkiraan pemasukan

yang bisa dicapai Live Acoustic dengan implementasi alternatif solusi yang

dipilih adalah Rp 275.000.000,00.

Menggunakan rumus Benefit Cost Ratio yang membandingkan antara

benefit dan cost yang ditemukan pada rencana implementasi, maka bisa dilihat

bahwa nilai rasio yang dihasilkan adalah 1,76. Hal ini berarti setiap 1 rupiah

yang menjadi beban biaya bagi Creative Nest Indonesia dapat menghasilkan

1,76 rupiah. Nilai rasio yang lebih dari 1 ini menunjukkan bahwa solusi yang

diberikan dapat mendorong Live Acoustic mendapatkan keuntungan jika

dilaksanakan dengan benar sehingga rencana ini layak untuk dipertimbangkan

dan dilaksanakan kedepannya.

95
5.5 Lembar Approval Perusahaan II

APPROVAL PROJECT IMPROVEMENT PROGRESS


S1- EVENT - SEKOLAH BISNIS DAN EKONOMI
UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA

Melalui surat ini, mahasiswa atas nama:

No Nama NIM

1. Clarista Desentia 01342171023

2. Nini Revalini Gunawan 01342171009

Memilih alternatif solusi dan rencana perbaikan dan telah disepakati akan
dilakukan dalam waktu kedepan adalah sebagai berikut:
1. Alternatif Solusi: Penguatan Experience Melalui Kolaborasi antara Musik,
Visual Art, dan Performance Art, Penerapan Augmented Reality sebagai Media
Immersive Stage, Menciptakan Value Sesuai dengan Ekspektasi Target Market,
dan Mengaplikasikan Hybrid Concert untuk Live Acoustic.
2. Rencana Perbaikan: Penguatan Experience Melalui Kolaborasi antara Musik,
Visual Art, dan Performance Art.

Mengetahui,
Tangerang, 2 Juli 2021

Elrica Hanesman Radityo Susilo Clarista Nini Revalini


Sofridia Alkhair, MM Dwiatmojo, Desentia Gunawan
S.E., MBD.
Mentor FM FM Mahasiswa 1 Mahasiswa 2
Perusahaan Pembimbing 1 Pembimbing 2

96
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Live Acoustic merupakan salah satu rangkaian acara online di Creative Nest

Indonesia yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi para musisi di Indonesia

untuk dapat menyalurkan karya-karya mereka selama pandemi, sekaligus menjangkau

audience yang lebih luas. Dalam project improvement ini, penulis melakukan

perbaikan terhadap acara Live Acoustic menggunakan metode DMAIC. Pada tahap

define dan measure, penulis menemukan dan menetapkan masalah prioritas adalah

kurangnya sponsor yang mendukung acara Live Acoustic. Hal ini karena dengan

terbatasnya dana bantuan sponsor, Creative Nest Indonesia mengalami kesulitan

untuk meningkatkan kualitas Live Acoustic. Kemudian pada tahap analyze, penulis

menggunakan diagram tulang ikan sehingga ditemukan bahwa akar penyebab dari

permasalahan tersebut adalah “konsep dan value acara yang terlalu general”.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada tahap improve, Penulis memilih alternatif

solusi “Penguatan Experience dengan Kolaborasi antara Musik, Visual Art, dan

Performance Art” untuk mengatasi akar penyebab yang menimbulkan masalah

prioritas. Solusi ini dibuat untuk menambahkan konsep dan value pada acara Live

Acoustic tanpa mengubah konsep intimate dan virtual didalamnya.

Manfaat utama dari penerapan solusi tersebut adalah agar Live Acoustic

menjadi menarik dimata sponsor dengan konsep dan value tambah yang sudah

dirancang sehingga dapat menghasilkan kerjasama dengan sponsor. Manfaat lainnya,

yaitu economic value Live Acoustic dapat meningkat dari level goods menjadi level

transformatif. Melalui kolaborasi visual art, performance art, dan musik, peserta

97
beralih ke pengalaman The Escapist yang memungkinkan peserta untuk mendapatkan

pengalaman yang paling aktif dan berkesan hingga ‘hanyut’ ke dalam acara. Manfaat

terakhir adalah interaksi yang menjadi dua arah dengan adanya penggunaan ZOOM,

peserta akan merasa menjadi bagian dari acara karena dapat berpartisipasi langsung

memeriahkan acara dengan tampil pada ruang ZOOM yang akan ditayangkan pada

layar proyektor. Penulis berharap dengan adanya solusi ini, Live Acoustic dapat lebih

berkembang dalam segi perencanaan dan penyelenggaraan acaranya.

Potensi pelaksanaan acara online kedepannya sangat menjanjikan sehingga

dengan adanya perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan acara, Live Acoustic

bisa menjadi konser musik online yang menetapkan trend bagi acara konser online

lainnya. Melalui inovasi dan tema yang diperbarui secara terus-menerus, Live Acoustic

yang menawarkan formula kolaborasi antara visual art, performance art, dan musik

dapat menjadi sebuah acara yang sustainable dan relevan selama beberapa tahun

kedepannya dikarenakan konsep yang ditawarkan berbeda dan belum ditemukan di

konser lainnya.

6.2 Saran & Tindak Lanjut

Proyek improvement ini dilaksanakan dengan batasan untuk melakukan

peningkatan performa pada acara Live Acoustic, khususnya pada lingkup perencanaan

acara, dimulai dari perencanaan konsep, perencanaan anggaran, hingga proses

berjalannya acara hingga selesai. Berdasarkan analisis dan observasi yang

dilaksanakan oleh penulis, untuk proyek perbaikan yang akan dilaksanakan

kedepannya, perusahaan Creative Nest Indonesia dapat lebih memperhatikan dan

98
mengeksplor bidang perencanaan acara secara lebih dalam agar acara yang

dilaksanakan memiliki konsep dan perencanaan yang lebih matang sehingga acara

dapat berjalan lebih sukses. Hal ini terutama dikarenakan pada penelitian kali ini, akar

penyebab yang ditemukan adalah konsep dan value yang masih terlalu umum. Hal ini

menjadi akar penyebab sponsor dan konsumen menjadi kurang tertarik dengan acara

Live Acoustic. Perencanaan konsep acara yang matang tentunya dapat membantu

Creative Nest Indonesia menghadirkan acara yang lebih menarik bagi sponsor agar

bisa mencapai target sponsor.

Selain bisa menerapkan alternatif solusi pertama untuk mengatasi akar

penyebab, Creative Nest Indonesia juga disarankan untuk terus-menerus melakukan

inovasi dan mengeksplor Kembali konsep dan konten acara yang bisa diberikan

kepada sponsor dan konsumen. Salah satu yang bisa dikembangkan adalah

penggunaan extended reality (XR) untuk menghadirkan pengalaman baru dan

pelaksanaan acara secara hybrid sehingga bisa memaksimalkan kapasitas acara.

Bagi peneliti yang akan melakukan analisis pada Live Acoustic, dapat dilakukan

evaluasi kembali terhadap jalannya solusi perbaikan yang diberikan oleh tim penulis.

Jika solusi yang diberikan memberikan dampak yang positif pada acara, maka peneliti

selanjutnya dapat kembali menerapkan solusi dengan ada perubahan sesuai dengan

situasi yang terjadi pada saat peneliti melaksanakan observasinya. Selain itu, peneliti

berikutnya juga bisa mengupas bidang yang lebih luas daripada bidang yang digunakan

oleh penulis agar dapat menemukan masalah-masalah dan akar penyebab lainnya

sehingga kedepannya Creative Nest Indonesia bisa mengetahui hal-hal yang harus

diperbaiki sehubungan dengan operasional maupun produksi kelas dan jasa lainnya.

99
Selain itu, penulis juga memiliki harapan untuk Creative Nest Indonesia di

tengah situasi pandemi, semoga perusahaan dan anggota didalamnya dapat terus

berinovasi dan mengikuti perkembangan dan kebutuhan market sehingga dapat

mempertahankan eksistensinya di dalam industri kreatif.

100
DAFTAR PUSTAKA

Ackrill, J. L. (1997). Essays on Plato and Aristotle. US: Oxford University Press.

Azuma, R.T. (1997). A Survey of Augmented Reality. In Presence: Teleoperators and

Virtual Environments, Vol 6(4),pp. 355-385.

Beech, J., Kaiser, S., & Kaspar, R. (Eds.). (2014). The Business of Events

Managements. Harlow: Pearson Education.

Biocca, F. (1997). The Cyborg’s Dilemma: Progressive Embodiment in Virtual

Environments. Journal of Computer-Mediated Communication, 3(2).

https://doi.org/10.1111/j.1083-6101.1997.tb00070.x.

Bowdin, G., Allen, J., O'Toole, W., Harris, R., & McDonnell, I. (2011). Events

Management (3rd ed.). Oxford: Elsevier.

Brown, E., & Cairns, P. (2004). A Grounded Investigation of Game Immersion.

Conference on Human Factors in Computing Systems - Proceedings. doi:

10.1145/985921.986048.

Busselle, R., & Bilandzic, H. (2009). Measuring Narrative Engagement. Media

Psychology, 12(4). https://doi.org/10.1080/15213260903287259.

101
Coccia, M. (2018). The Fishbone diagram to identify, systematize and analyze the

sources of general purpose Technologies. Journal of Social and

Administrative Sciences, 4(4), 291-303.

Collett, P. & Fenton, W. (2011). The Sponsorship Handbook: Essential Tools, Tips and

Techniques for Sponsors and Sponsorship Seekers. New York: Jossey-Bass.

Crompton, J. L., & McKay, S. L. (1997). Motives of visitors attending festival events.

Annals of Tourism Research, 24(2), 425–439.

Cronemyr, P. (2007). DMAIC and DMADV-differences, similarities and synergies.

International Journal of Six Sigma and Competitive Advantage, 3(3), 193-

209.

De Mast, J., & Lokkerbol, J. (2012). An analysis of the Six Sigma DMAIC method from

the perspective of problem solving. International Journal of Production

Economics, 139(2), 604-614.

Doggett, A. M. (2005). Root cause analysis: a framework for tool selection. Quality

Management Journal, 12(4), 34-45.

102
Ermi, L., & Mäyrä, F. (2005). Fundamental components of the gameplay experience:

Analysing immersion. Worlds in Play: Int. Perspectives on Digital Games

Research.

Eyüboğlu, E. (2011). Augmented reality as an exciting online experience: is it really

beneficial for brands?. International Journal of Social Sciences, 3, 113-123.

Fenich, G. (2016). Meetings, Expositions, Events, and Conventions: An Introduction

to the Industry, Global Edition (4th ed.). Harlow: Pearson Education.

Fryatt, J., Garriga, R., Janssen, R.W., John, R.R., & Smith, S. (2012). How to Guide:

Hybrid Meetings. s.l.: Meeting Professionals International.

Getz, D. (2002). Why Festivals Fail. Event Management, 7, 209-219. doi:

10.3727/152599502108751604.

Getz, D., & Cheyne, J. (2002). Special event motives and behaviour in C. Ryan (Ed.), The

tourist experience (2nd ed., pp. 137–155). London: Continuum.

Goldberg, R. (2014). Performance Art: From Futurism to the Present (3rd ed.). London:

Thames & Hudson.

103
Gwinner, K. (1997). A model of image creation and image transfer in event

sponsorship. International Marketing Review, 14, 145-158.

Hammer, M. (2002). Process management and the future of Six Sigma. MIT Sloan

Management Review, 43(2), 26–32.

Jago, L., Veal, A.J., Allen, J., & Harris, R. (2000). Events beyond 2000: setting the

agenda: proceedings of conference on event evaluation, research and

education, Sydney, July 2000. Lindfield: Australian Centre for Event

Management.

Jalleh, G., Donovan, R., Giles-Corti, B., & Holman, C. (2002). Sponsorship: Impact on

Brand Awareness and Brand Attitudes. Social Marketing Quarterly, 8, 35-45.

doi: 10.1080/15245000212545.

Jones, E. C., Parast, M. M., & Adams, S. G. (2010). A framework for effective Six Sigma

implementation. Total Quality Management & Business Excellence, 21(4),

415-424.

Keller, K. L. (2003). Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing

Brand Equity. New Jersey: Prentice Hall.

104
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2020). Daftar pedoman CHSE. Diakses

pada 10 Juli 2021, dari https://chse.kemenparekraf.go.id/pedoman.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2021). Event parekraf siap digelar

Kembali!. Diakses pada 10 Juli 2021, dari

https://kemenparekraf.go.id/en/ragam-pariwisata/Event-Parekraf-Siap-

Digelar-Kembali%21.

Kumar, U.D., Nowicki, D., Ramirez-Marquez, J.E., & Verma, D. (2008). On the

optimal selection of process alternatives in a six sigma implementation.

International Journal of Production Economics, 111(2), 456–467.

Kwak, Y.H., & Anbari, F.T. (2006). Benefits, obstacles, and future of six sigma

approach. Technovation, 26(5–6), 708–715.

Lee, H. (2020). A Conceptual Model of Immersive Experience in Extended Reality.

https://doi.org/10.31234/osf.io/sefkh.

Maeng, H., Jang, H., & Li, J. (2016). A critical review of the motivational factors for

festival attendance based on meta-analysis. Tourism Management

Perspectives, 17, 16–25.

105
Masterson, R. (2005). The importance of creative match in television sponsorship.

International Journal of Advertising,: The Review of Marketing

Communications, Vol. 24, No.4, 509-530. doi:

10.1080/02650487.2005.11072941.

McCracken, G. (1989). Who Is the Celebrity Endorser? Cultural Foundations of the

Endorsement Process. Journal of Consumer Research, 1, 310-21.

McKay, G. (Ed.). (2015). The Pop Festival: History, Music, Media, Culture,

Introduction. New York: Bloomsbury Academic.

Morell, K., (2010). How to use hybrid meetings to drive attendee engagement. s.l.:

Meetings Today.

Noor, A. (2009). Manajemen Event. Bandung: Alfabeta.

Noor, A. (2013). Manajemen Event. Bandung: Alfabeta.

Osterwalder, A., Pigneur, Y., Bernarda, G., & Smith, A. (2014). Value Proposition

Design: How to Create Products and Services Customers Want. John Wiley

& Sons.

106
Pickton, D. & Broderick, A. (2001). Integrated Marketing Communications. Essex:

Pearson Education.

Pine II, B. J. & Gilmore, J. H. (2013). The experience economy: past, present and future.

Handbook on the Experience Economy, 21-44. doi:

10.4337/9781781004227.00007.

Pine II, B. J. & Gilmore, J. H. (1999). The experience economy: work is theatre & every

business a stage. Harvard Business School Press.

Rowley, J. & Williams, C. (2008). The Impact of Brand Sponsorship of Music Festivals.

Marketing Intelligence & Planning, Vol. 26, No. 7, 781-792. doi:

10.1108/02634500810916717.

Rybarczyk, Y. (Ed.). (2021). Human 4.0 – From Biology to Cybernetic. London:

IntechOpen.

Schmitt, B. (2010). Experience Marketing: Concepts, Frameworks and Consumer

Insights. Foundations and Trends® in Marketing. 5. 55-112.

10.1561/1700000027.

107
Schubert, T., Friedmann, F., & Regenbrecht, H. (2001). The experience of presence:

Factor analytic insights. Presence: Teleoperators and Virtual Environments,

10(3), 266–281. https://doi.org/10.1162/105474601300343603.

Sobitan, A., & Vlachos, P. (2020). Immersive event experience and attendee

motivation: a quantitative analysis using sensory, localisation, and

participatory factors. Journal of Policy Research in Tourism, Leisure and

Events, 1–20. doi:10.1080/19407963.2020.1721638.

Suryahadi, A. (2008). Seni Rupa Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif Jilid

2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Depdiknas.

VanAuken, B. (2002). The Brand Management Checklist: Proven Tools and Techniques

for Creating Winning Brands. London: Kogan Page Limited.

Witmer, B. G., & Singer, M. J. (1998). Measuring presence in virtual environments: A

presence questionnaire. Presence: Teleoperators and Virtual Environments,

7(3), 225–240. https://doi.org/10.1162/105474698565686.

108
LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara Internal

A. Transkrip Elrica Sofridia (COO Creative Nest Indonesia/Producer Live Acoustic)

N: Narasumber

P: Pewawancara

P Halo, jadi gini ci, kita mau interview cici untuk acara Live Acoustic sendiri,

karena kan kita mau membuat improvement untuk acara Live Acoustic ini, jadi

kita perlu beberapa informasi ci.

N Oh iya boleh.

P Objektif dari acara Live Acoustic sendiri apa ya ci?

N Objektifnya sih sebenernya ngasih wadah ya buat para artis ini apalagi di masa

pandemi kemarin kan dia hilang tuh semua panggungnya. Jadi sebenarnya

lebih mempertemukan dan menjadi wadah.

P Wadah gitu?

N Wadah sih, jembatanlah gitu kan. Kayak dari artis ke penikmat musik, terus dari

fansnya istilahnya dia juga bisa ngeliat lagi nih si artisnya manggung gitu. Jadi

sebenernya kayak buat wadah, wadah creative aja sih. Kalo Live Acoustic tuh

dari sisi music berarti ya?

P Iya.

N Jadi artis itu masih bisa tetap berkarya, pesertanya which is fansnya itu ya bisa

interaksi juga lebih deket sih sebenarnya, lebih intimate sama si artisnya.

109
P Interaksinya berarti lewat.. ada kayak komen gitu atau gimana?

N Jadi kita kemarin ada beberapa live comment, live chat, terus abis itu mereka

komen-komen segala macem terus kita ada interaksi via call juga sama video

call.

P Oh jadi kayak lucky guest gitu ya?

N Iya.

P Terus kalo dari objektif itu gak kayak misalnya mau ningkatin brand awareness

nya si Creative Nest atau Live Acoustic ini.

N Ya of course lah, kita mau ningkatin brand awareness Creative Nest juga dan

menjadi wadah untuk musisi.

P Oh ada juga ya. Kalo dari problemnya sendiri Ci, kayak ada masalah gak sih

selama acara itu berlangsung?

N Teknis?

P Gak teknis juga sih, dari customernya ada masalah ga kayak dengan

pengunjung ada masalah gak?

N Penjualan?

P Iya penjualan juga.

N Masalah gak ada sih, maksudnya kayak secara teknis masalah gak ada cuman

mungkin ya kita kan sebelumnya memang belum pernah nih ngadain gini, gitu

kan. Nah memang aim nya kita kemarin mungkin ketinggian juga gitu. Gak

achieve sama target aja sih.

P Gak achieve sama target penjualannya ya?

110
N He’eh.

P Kalo dari internalnya sendiri Ci kayak dari panitia.

N Buat proses perencanaannya gitu Ci.

P Ada problem gak?

N Proses perencanaan.. gak ada sih kalo secara konsep semua aman. Terus artis

juga kooperatif, open juga buat kolaborasi. Karena mereka juga happy lah ada

wadah kayak gini, gitu. Sudah berapa lama gak bisa manggung gitu kan, konser.

Tapi terus ada kayak gini secara online, gitu. Paling sih- apa ya kalo internal ya.

Secara konsep gak ada sih. Paling mentok-mentok ya budget lagi, gitu.

kalaupun ada biaya-biaya tambahan ya, kayak misalnya dekorasi, lighting gitu.

Tapi lighting kita aman sih.

P Pake sponsor gak Ci kalo Live Acoustic?

P1 Ada sponsornya gak?

N Sponsor langsung gak ada, tapi kita di support aja sama sound.

P Didukung sama sound?

N Trijaya apa ya, Trijaya Mandiri.

P Oh ada-ada, Trijaya Mandiri. Kalo kompetitornya sendiri Ci di Live Acoustic kira-

kira ada gak acara yang sama kayak Live Acoustic atau Cici ngerasa ini nih

kompetitornya, gitu.

N Belum ada. Kalo kayak yang konsep kayak gini sih belom, kecuali kamu charity

ya biasanya ada kalo charity kayak nyawer gitu.

P He’eh.

111
N Misalnya kayak, “oh iya Artis ini nyanyi A. Yok bisa yok transfer ke sini-sini,

gitu”. Tapi kayak konsepnya tuh beda sih. Kalo ini kan bener-bener kita tuh

menekan cost production kan supaya ya kita bisa sama-sama apa ya—ya kalo

kalian tau, kalo kayak production live diluar, itu bisa ratusan juta gitu. Nah kita

ngulik gitu, gimana caranya supaya kita tuh live tuh bisa seminimal mungkin.

Makanya juga kenapa acoustic, mungkin karena satu tempat, kedua ya itu, kalo

misalnya kamu full band, wah berapa dong kayak player nya berapa, sound nya

nambah ya gak? Tempat juga pasti gak muatlah gitu mau monitor soundnya

berapa, gitu. Kan kalo kompetitor langsung konsepnya kayak kita belum ada,

gitu.

P Hm gitu. Kalo selama ini kan acara Live Acoustic evaluasinya gimana Ci? Ada

gak evaluasi misalnya udah selesai nih acaranya, terus ada evaluasi per tim gitu

gak kayak divisi ini, ada ini.

N Kerjasama nya?

P1 Lebih ke ini sih Ci misalnya kayak evaluasi dari.. misalnya Cici sebagai COO CNI,

ada kah evaluasi ke panitianya atau apa?

N So far aku cukup happy ya dengan kerja kerasnya mereka ya. Which is in ikan

pengalaman pertama juga buat kita semua gitu kan. Ya kita pasti ada training

segala macam, tapi mereka tuh bisa melakukan dengan baiklah, gitu. Secara

teknis memang awal-awal kita tuh ada masalah. Nah makanya kan kayak lebih

learning by doing sebenarnya. Tapi ini teknis banget gitu kayak internetnya

ngadat, itu pertama kali banget kita bikin yang Unity itu flop. Kenapa? Karena

112
internetnya parah gak bisa ngangkat sama sekali, jadi kita gak bisa live.

Akhirnya ya yaudah kita damage control gitu. Damage controlnya adalah

yaudah kita tetep take, kita record, terus kita tayangin gitu. Jadi itu gak live.

P Gak live jadinya, he’eh.

N Cuma ya kita berusaha semaksimal mungkin gimana caranya mereka ini tetep

happy kan. Jadi waktu itu nonton bareng, ada Unity nya juga, nah terakhir

setelah itu, kita nembak Zoom gitu loh jadi kayak ada kita ngobrol-ngobrol

sama Unity, terus mereka juga bisa liat gitu. Jadi itu yang pertama kali banget,

itu pengalamannya yang sudah parah sih, gitu. Cuma ya dari situ kita belajar

kan. Oh ini yang mesti diperbaiki ini, ini, ini gitu. menurut saya sudah lebih baik

sih, jauh.

P Tapi berarti kalo live streamingnya sendiri tuh ada kerjasama sama pihak

eksternal gak Ci?

N No, semuanya tidak.

P Berarti emang produksi dari..

N Creative Nest full.

P Gak ada pake vendor-vendor Ci?

N Nope.

P Oh. Terus kalo marketing nya Ci, marketing misalnya ada—kalo aku liat sih ada

IG ads sama ada broadcast ya?

N Email broadcast?

P Iya sama ada marketing berbayar lagi atau gimana?

113
N Engga, kita paling kerjasama sama fanbase-fanbase, community, media

partner. Media partner itu juga banyak, listnya ada di Inne lagi. Banyakan dari

media partner kampus, media partner—ya ada beberapa sih, kita undang

mereka juga buat Live Acoustic dia liput kan.

P Oh dateng gitu?

N He’eh dateng, tapi kita batasi cuman paling berapa orang gitu.

P Apalagi ya. Berarti kalo peserta itu ada databasenya semua ya Ci?

N He’eh.

P Peserta Live Acoustic?

N He’eh.

P Boleh gak Ci misalnya kan kita udah ada database pesertanya, kita contact

pesertanya buat di interview gitu, boleh gak?

N Berapa orang?

P Maksimal 5 lah ya harusnya.

N Hm boleh. Yang mana? Live Acoustic banyak banget.

P Ya nanti kita coba liat lagi, nanti kita diskusi sama Cicinya lagi kayak gimana.

N He’eh, boleh. Kalo mau tuh yang ini aja kalo kalian mau yang lebih bisa diulik

tuh kan dia ada yang dapet kesempatan video call dan lain-lain kan. Maksudnya

itu experiencenya harusnya lebih dapet daripada yang cuman nonton doang

gitu. Gitu aja.

114
P Iya boleh sih. Ci kalo dari perusahaannya sendiri, dari Creative Nest sendiri, aku

liat kan ada Visi. Tapi aku gak liat Misi sama tujuannya. Kalo Misi dan tujuan

perusahaan..

N Masa sih? Ada kok.

P Ada ya? Oke nanti aku liat lagi.

N Ya visinya kan jadi wadah kan? Sebenernya untuk orang itu, para creative

orang-orang kreatif di industri ini bisa saling berkolaborasi gitu. Misinya itu

sebenernya mencetak, apa ya bukan mencetak sih. Membentuk lah ya,

membentuk generasi kreatif yang lebih berkualitas gitu. Karena kan kita

awalnya bikin ini karena keresahan juga, kayak banyak content creator apa

segala macam, tapi kalo abal-abal ngerti gak sih kayak alay segala macam, nah

kita tuh pengen bikin something tempat, platform yang bener-bener positive

dan berkualitas biar orang itu bisa, si generasi ini tuh bisa belajarnya tuh yang

bener gitu loh. Gak cuman cari fame doang apa segala macem gitu. Dan pada

awalnya kan memang Creative Nest ini awalnya juga production house kan. Aku

kan ada studio animasi dan segala macem. Makanya kenapa ada kelas ini, dua,

itu tuh sebenernya buat training center gitu. Nge-training orang-orang yang

mau belajar misalnya animasilah, game design dan segala macem itu untuk

nantinya kita bisa tarik, sebenarnya gitu loh. Jadi kayak peluang karir juga lah,

jenjang karir buat mereka, kayak gitu.

P Paling itu aja sih, lo ada ini lagi gak? Yang tadi kan pemangku kepentingannya

bisa diliat dari video credit itu kan?

115
N Yang kalian maksud itunya kan? Maksudnya Executive Produsernya siapa,

blablabla? Itu ada di Credit Title.

P Vendor nya siapa aja, gitu-gitu.

N Vendor gak ada, kita gak pake siapa-siapa. Semua dari Creative Nest Indonesia

kecuali sound, sound itu kita di support. Gak full sponsor sih, tapi ya..

P Yang Trijaya itu?

N He’eh, udah itu doang. Sama kita kerjasamanya sama Kiostix buat penjualan

tiket.

P Kiostix. Oh iya ya karena Creative Nest Indonesia juga ada production house ya

jadinya live stream nya juga bisa dari Creative Nest Indonesia gitu.

N Ya makanya kenapa kita bisa neken cost karena kita semuanya sendiri. Coba

kamu cari vendor diluar nih, “oh saya mau live streaming nih. Udah lo 200 juta,

udah, keluar.”

P Kalo penjualan tiketnya sendiri ada juga kan Ci di itu..

N Harusnya di report ada.

P Tadi aku ada liat sih.

N Harusnya di report ada.

P He’eh aku udah liat sih.

N Kamu mau lihat apanya? Nominalnya?

P Iya sebenarnya kayak buat lebih di analisa sih. Sebenarnya tadi aku ada liat Ci.

Kan ada yang acaranya nya yang gak profit gitu kan Ci. Itu kira-kira gimana Ci?

Kayak dari dianya juga gapapa gitu?

116
N Gapapa. Ya balik lagi sih karena kadang mereka itu gak cuman ngeliatin duit ya,

gue ada wadah aja buat gue bisa berkarir, gue udah happy gitu.

P Buat entertain ya?

N He’eh gitu. Kayak Dead Bachelors tuh mereka kurang supportif apa lagi? Dia

tuh promoin tuh sampe ke podcast, di Radio dan segala macam. Mereka bikin

giveaway juga gitu. Jadi kayak emang cari wadah sih gitu loh, jadi kita tuh gak

melulu liat profitnya gitu. Kalo dia juga happy bisa berkarya, ya sudahlah gitu.

P Buat kedepan nih bakal ada lagi gak Ci Live Acoustic?

N Nah kemarin kan udah sempet tuh kayak mau Rendy Pandugo, tapi belum kan.

Nah kedepannya sih ya pengen sih ada lagi, cuman aku belum approach-

approach lagi, masih fokus buat yang ini. Terus kayak mau event lebaran segala

macem kan.

P Kalo Rendy Pandugo sih rame sih, fix.

N Nah iya tuh, Mikha, Rendy Pandugo pada sibuk banget sih. Susah juga.

P Tapi kemarin udah kayak bilang mau gitu Rendy Pandugo nya?

N He’eh, cuman secara schedule.. makanya kan kayak sama managementnya kita

kayak buat bolak balik applause-an gitu loh, kayak Inne kan juga ngontakin.

Kayak bingung gitu loh mereka, yaudah kalo emang gak bisa tuh ngomong aja

kayak schedule nya. Dia bilang, “iya sorry-sorry Rendy tuh sama Sinka lagi

promo ini BCDF,” udah lah ngomong dari awal kita gak usah buang waktu kan

cari yang lain. Sebenernya kan mereka mau aja. Karena kayak Live Acoustic itu

tuh sebenernya bukan cuman ajang mencari profit sih, mereka tuh kayak keep

117
the existence live gitu kan. Terus kayak sebenernya kalo live itu kita kasih

experience yang berbeda. Dia bisa interaksi lah sama si pesertanya, dimanapun

mereka berada gitu kan. Di pelosok dunia manapun gitu. Terus abis itu kadang

juga karena promo dan marketing nya mereka juga gitu.

P Terus range harganya 50ribu gitu Ci?

N Iya he’eh, kita gak usah jual mahal.

P Jadi emang rata ya?

N He’eh. Pokoknya tuh kita awal-awal emang gak ngerti formulanya kan, kayak

Unity tuh kita masih cuman jual yaudah cuman tiket doang. And then after that,

udah mulai pinter, udah ngerti gitu kayak marketnya tuh dia suka something

yang gak cuman nonton tapi gue dapet apa gitu. Kayak makanya dibanding

bundling kan? Nah di banding bundling itu baru, “banyakan orang tuh beli

bundling ya ternyata,” gitu loh. Gak cuman tiket doang.

P Ada merchandise gitu-gitu ya?

N He’eh, kayak sih siapa kemarin ya, Kiki, itu mostly bundling. Gak ada yang

cuman.. ya ada sih tapi gak banyak, tiket doang gitu misalnya. Kebanyakan itu.

P Paling itu dulu sih Ci, paling itu dulu sih Ci kalo buat ini. Ci El juga mau pulang.

N Oke yaudah nanti kabarin aja.

P Nanti kalo ada nanya-nanya lagi langsung ngontact Ci El.

N Oke, tar kalo kamu sebelum approach ke siapa tuh.. ke pesertanya, kamu info

dulu ke aku ya.

P He’eh.

118
N Soalnya yang kemarin itu ya yang dari Prasmul juga tuh dia gak ngomong apa-

apa loh ke aku. Aku sampe kaget beneran kaget sih kayak, “hah gak ada

permisi, gak ada apa,” gitu. Maksudnya rada gak inilah karena bawa nama

Creative Nest Indonesia kan. Aku takutnya ya aku gak tau gimana gitu kayak

approach dan segala macem. Terus nanya apa aja, apakah mengganggu tidak,

kayak gitu-gitu loh. Terus misalnya kuesioner yang kalian mau tanyain, itu kira-

kira apa aja, list down dulu gitu. Kemarin tuh aku kaget sih kayak—makanya

aku bingung juga sih sebenernya, emang aku yang lupa apa gimana, tapi

perasaan gak ada ngomong apa-apa. Terus tiba-tiba, “iya udah di tanyain.”

“hah kapan nanyanya?” Intinya tuh kayak by pass aja, ngerti gak sih?

P Iya iya.

N Gitu. Kan waktu itu.. Kitin tau kan ya?

P Tau.

N Ya pokoknya by pass, tapi aku tanya Kitin juga, “emang dia nanya ke kamu Tin?”

“engga juga kayaknya” lah? Lah terus nyari-nyari sendiri gitu? Ya maksudnya

gak boleh gitu lah. Terus pertanyaannya apa aja kan aku gak tau kan, gitu.

Yaudah paling itu aja titip pesennya.

P Nanti kita kasih tau Ci El kalo mau langsung kontak pesertanya.

N Iya terus siapa aja, terus kalo mau yang aduh yang menang siapa ya waktu itu

ya. Mungkin kalo kamu ngulik lebih ke experience bisa tuh kayak misalnya yang

video call atau yang menang apa gitu. Emang mau nanya nya apa aja kalo dari

sisi Live Acoustic?

119
P Dari sisi experiences nya sih, dia ngikutin itu ada kendala gak, terus ada

moment apa sih yang dia dapat, gitu-gitu sih.

N Kendala tuh cuman satu biasanya yang paling matters adalah internet. Iya kita

tau internet Indonesia? Internet Indonesia memang ajaib. Kadang itu yang

waktu kapan ya, yang Unity itu aneh banget, bener. Aneh banget. Kita tuh

sebelum live, acara itu tes kan? Aman, aman semua. Terus connect lah segala

macem yakan ada device kan yang harus kita connect-in ke servernya itu kan.

Aman-aman semua, begitu mau live tuh jam 4/5, setengah 5, eh down dong.

kayak bener-bener gak bisa ngangkat gitu loh, gak bisa naik. Mampus gak tuh,

gila paniknya kayak apa, udah di backstage kan, maksudnya kita disana hah

udah parah banget. Terus abis itu pihak Kiostix juga, “ini gimana nih, gimana”

ya udah panik, yaudah akhirnya kita postponed, udah kayak orang gila tuh.

Bunga aja sampe nginep rumahku. Karena ngedit tau gak, karena kita tetap

hajar take, nanti kita kasih re-runnya gitu. Yaudah take, akhirnya blablabla,

udah nih transfer file segala macem, kalo disini kan internetnya lemot kan?

“Yaudah Bung, kamu mau nginep rumahku aja gak?” karena internetnya lebih

oke kan terus aku bisa control juga gitu. Ya begadang, begadang bareng aja.

Yaudah akhirnya Bunga nginep rumah aku. Pokoknya intinya aduh parah

banget. Sampe jam berapa tuh baru bisa.. itupun juga aduh kualitasnya juga

jelek banget. Itu kan satu jam ya kira-kira kan. Convertnya itu rendernya bisa 2

jam 3 jam, video. Ya kan gak mungkin dong kita nungguin sampe tengah malem

baru ditayangkan? Yaudah akhirnya mau gak mau ala kadarnya gitu loh. Kita

120
kayak nge-share screen, kayak Zoom ngerti gak sih? Zoom, share screen,

yaudah lu nonton aja disitu. Tapi kan suka patah-patah, gak baguslah

gambarnya.

P Kayak video awal opening itu aja, Creative Nest Indonesia suka ngelag.

N Iya akhirnya kayak gitu. Yaudah damage controlnya kita re-run lagi, ngerti gak?

Dengan quality yang sudah di render gitu. Tapi ya itu ada.. eh tapi gak sih,

untungnya malam itu tuh si anak Unity masih bisa nge-Zoom kan. Jadi kita

tembak lagi Zoom room gitu ngobrol disitu, jadi kayak at least yaudahlah

damage controlnya kayak gitu. Stres banget itu. si Bunga sampe nginep kan.

Tadinya udah mau pulang, dianterin, aku apa kerjain dirumah aja kak. Udah di

mobil tau gak, “eh Bunga kayaknya kamu nginep aja deh”. Yaudah akhirnya

nginep tau gak, aduh parah banget ya.

P Berarti ka Bunga sebagai production teamnya ya Ci?

N He’eh.

P Nah kalo ticketingnya kan Kiostix, emang milih Kiostix itu kenapa Ci?

N Hmm emang udah ada partnership kan, kita dapet special rate.

P Ohh special rate sama Kiostix?

N Soalnya gini, kalo misalnya kamu cuman.. kan ada beberapa opsi, Kiostix, Loket

kalo deh gak salah ya, Loket, sama Kiostix. Ya Loket itu kan sebenarnya di under

Gojek juga sih sebenernya. Jadi kalo Loket itu, kamu worth it kalo pake Loket,

kalo streamingnya itu minimal 2/3 jam. Kalo di bawah itu gak worth it. Karena

potongannya banyak, gitu. Tapi kalo misalnya kamu ternyata panjang gitu ya

121
bikin conference nya 3 jam minim gitu, itu worth it pake Loket. Karena

potongannya ya dia kan mengambil bandwidth kan, bandwidth nya berapa

blablabla. Nah kalo si Kiostix itu tuh kita sudah deal-deal-an emang gitu. Karena

ya maksimum kan 1,5 jam gak mungkin lebih gila lu mau nyuruh artis 1,5 jam

aja udah empot-empotan gitu. Kayak gitu jadi lebih ke special rate nya dia aja,

gitu. Terus tektok nya juga udah enak kan sama dia.

P Jadi kalo Kiostix itu per persen harga tiket atau memang satu tiket?

N Per tiket sudah ada flat ratenya.

P Oh udah ada flat rate ya. 1 ribu 500 ya Ci kalo gak salah?

N Hah 5000 ya? Eh..

P 1ribu 500 ya.

N Engga, engga. 2,500 ya. Eh kok murah banget sih. Lupa lagi.

P Ada di budgeting nya nanti.

N Iya pokoknya sekitar segituan deh, maksimum 5,000 gak nyampe 5,000

harusnya. Terus kadang kan kita juga dibantuin sama Kiostix, di promosiin sama

dia, gitu. Gitu sih.

P Apalagi?

N Apalagi?

P1 Ada gak sih yang award-award itu?

P Oh yang award, iya prestasi Creative NestCi? Jadi kayak ada award gitu gak yang

didapat buat Creative Nest? Misalnya kemarin kan ada Loket itu loh yang

event..

122
N Oh ya itu doang.

P Yang itu Ci? Itu apa?

N Oh itu engga, itu tuh pas awal kita Grand Opening, gitu.

P Karena masih baru juga ya?

N He’eh. Iya kan baru jalan setahun, pandemi. Mau ngapain kita. Ya paling itu

doang yang dari Loket ya. Waw!

P Kebetulan sih, kok bisa mati.

N Itu sih award belum ada, kita masih jauhlah dari sempurna.

P It’s okay Ci. Sebenarnya ini sih, kita tuh mau petain dulu kayak problem-

problemnya apa gitu dari 3 sisi. Dari 3 sisi kayak dari internal, dari pesertanya

sama dari kompetitor sama eksternal juga sebenarnya. Terus kita buat reach

picturenya, terus baru kita analisis kayak sebenarnya masalah prioritasnya nih

apa sih. Terus kita baru—nanti kita discuss juga sama Ci El kayak sebenarnya

masalah prioritas yang pengen Ci El ambil, yang paling urgent dan juga paling

perlu dibenerin tuh apa, gitu. Terus kita concepting lah buat solusinya gitu.

N Sebenernya ya kalo Creative Nest, kalo kita bisa dapetin sponsor, itu bisa lebih

gede sebenarnya. Cuma kan memang kita belum dapat sponsor sampai saat ini

kan. Itu aja sih. kalo misalnya kita bisa dapet sponsor, minimal kita bisa punya

banyak ruang gerak kan sebenarnya, jadi we can do a lot more gitu loh

sebetulnya. Kalo dari kita sendiri kan emang.. ya kalo secara promo ya kita

memang kerjasama sama artisnya, fanbase nya dan segala macem. Tapi

sebenernya kalo ada sponsorship, ya itu bisa bergeraknya lebih luas gitu, bisa

123
kemana-mana gitu. Kayak media pun juga pasti lebih mudah, begitu. Intinya

begitu sih.

P Iya sih. Paling itu dulu ya.

N Sama kalo online kamu kayak acara gini, aduh emang dimana-mana gak bisa

jual mahal, gitu. Dan kepentok kayak yaudahlah 50 ribu aja udah mahal gitu.

Apalagi buat orang daerah, kan balik lagi target marketnya tuh level apa, yakan.

Kalo kayak Kiki, Aldy itu kan BC sebenarnya. Kayak kamu jual mau diatas 50 gila

lu mahal bener kan.

P Iya iya bener sih.

N Kalo misalkan 25, 25 deh. Cuma kan gak mungkin masalahnya gitu. karena kita

ada cost kan.

P Ada cost production nya juga.

N Tapi aku ngobrol sama yang lain juga kayak gitu, sama. Ya iyalah siapa yang

mau beli lu di 50 aja udah lumayan. Kemarin ada Monita, Monita kan mau bikin

disini kan, ngobrol-ngobrol juga sama si Momon, ya karena waktu itu mepet

banget jadi kan kita gak jadi tuh. “ih mau dijual berapa ya?” dia bilang gitu. “Ya

Mon kalo pengalaman saya kayaknya gak bisa lebih dari 50 ya,” gitu. “Iya iya

setuju emang. 50 aja udah mahal sih kalo buat online.” Dia bilang gitu. Tapi ya

gitu makanya kita kayak kejar-kejaran target apakah kita ketutup sama si

production, gitu. Si Momon aja kemarin mintanya video mapping. Video

mapping 100 juta lu bayangin. Ini lu gak salah? Ini konsep acaranya se-simple

mungkin loh. Kayak sudahlah se-intimate mungkin malah justru, karna yang

124
dibuat adalah experiencenya. Intimasinya gitu lu sama si peserta bisa ngobrol,

dimanapun mereka berada terus lu bisa telponan dan segala macem kan. Kalo

udah heboh-heboh gitu kan udah kayak ini bukan konser gede gitu loh. Ya udah

kecuali lu ada sponsor ya silahkanlah. Kalo kita sendiri ya lu gila aja, gak

sangguplah. Karena kita tau seberapa.. ya buying power nya. ya paling segitu-

segitu aja kan apalagi kayak Monita kamu bisa takerlah, maksudnya kayak apa

ya—gak tau ya seberapa militant fansnya dia.

P1 Monita siapa ya Ci?

N Monita Tahalea, Indonesia Idol.

P1 Oh..

N Suaranya bagus. Tadinya mau bikin disini, Desember. Gue bilang lah, kayaknya

gak mungkin deh kalo Desember. Kalian baru disini kan..

P Baru Januari.

N Iya, dia tadinya mau Desember bikin kayak write Christmas lah, gitu. Which is

itu mepet banget. Aku juga sama Ine, “aduh Ne, kayaknya gak mungkin ya.

Kayaknya gila deh.”

P Waktu itu cuman berdua lagi, Inne sama Abel doang.

N He’eh tapi kayaknya gak mungkin juga maksudnya secara budgeting aja udah

over bener gitu kayak bisa 150 juta sendiri.

P Iya sih.

N Lah gue bilang, lu kalo ada sponsor, yang bisa bayar lu 300 juta, ya silahkan gue

dekorin nih satu ruangan semuanya. Tapi kalo misalnya kayak sendiri ya gak

125
bisalah. Karena kayak production kan sebenarnya aku sistem kerjasama kan

selama ini. Ngerti gak maksudnya?

P Ngerti, ngerti.

N Artis yang bagian yaudah dia sebagai artisnya, gue production nih, aku ikut

tanggung juga kayak misalnya sound segala macam. Ya akan aku bayar duluan,

kayak gitu loh. Terus kayak equipment, lighting, alat buat streamingnya,

internet itu facilities kan semuanya dari aku sebenernya, tempat. Ya jadi gitu

lah. Jujur saya kaget ya. Berapa budgetnya? 150 juta. Saya gak sanggup

kayaknya kalo suruh siapin 75juta, kalo misalnya fifty-fifty ya. Terus yaudah

akhirnya si Rendy Pandugo juga susah kan. Nanti dicari lagi deh.

P Tapi buat kedepannya bakal ada lagi ya Ci Live Acoustic ini?

N Iya hopefully ada, kemarin juga aku nanya si Kunto kan.

P1 Hah Kunto?

N Kunto Aji. Tapi dia juga sebenarnya.. kayaknya dia udah punya acara sendiri

kayak gitu, gitu loh. Jadi dia streaming sendiri. Ya gak tau sih platformnya apa,

aku gak tau. ya terus ngapain gitu kan, maksudnya kan dari sini kita mau

fasilitasi. Intinya adalah itu. Terus kayak Biancadimas kan waktu itu karena ya

satu mereka juga kangen manggung, main bareng sama ajang buat promosi sih.

Karena dia mau ngeluarin single baru waktu itu. Jadi ya udah sekalian promosi

terus videonya yaudah lu mau pake terserah gitu gue kasih. Gitu deh.

P Sebenernya targetnya 2 itu ya, kayak lebih ke promosi sama ke sebagai wadah

juga sih.

126
N He’eh. Ini kan berawalnya kan, terbentuknya kan karena pandemic. Kalo gak

pandemic juga mungkin kita gak akan sampe mikirin kayak begini sih gitu, jujur

aja. Karena banyak orang yang.. maksudnya ibarat kata namanya artis kan,

aduh gak ada panggunglah, suka ngobrol gitu kadang kita kayak yaudah kita

bisa bikin apa nih bareng gitu. Tapi akhirnya ngulik kita nih. Jadi ngulik caranya

gimana supaya bisa streaming dengan terjangkau, gitu. kalo pake vendor lain

udah gak mungkin. Didepan udah pasti 100 200 juta pasti keluar. Kalo kita

production sendiri kan udah lebih ya kalian liat aja kayak gitu.

P Bisa diatur lah kalo production sendiri.

N Ya kan ada servernya memang mesti bayar, lumayan. Tapi dibandingkan

dengan kayak kamu hire jasa profesional di luar untuk kamu live gitu, aduh jauh

banget. kayak gitu sih paling.

P Paling itu dulu sih Ci.

N Tadi aku lagi mikir buat ini sih, live nya itu gak cuman Live Acoustic, charity

program kek, talks atau apa. Sebenernya seru kan. Cuma itu belum kesampean.

Balik lagi pandemic nih, terus buat semua orang nyaman kan. Biancadimas aja

waktu itu sudah sampai wanti-wanti, “boleh gak ya maksimum crewnya 10

orang?” anjir, jangan banyak-banyak. Dia kan waktu itu hamil kan si Bianca.

P Ohhhh..

N Iya sih ngerti maksudnya ngerti gitu karena pandemi kan.

P Iya.

127
N Yaudah kita jagain gak sampe dan memang maksudnya waktu itu dikasih

ruangan itu kan, “dah lu disini aja deh. Jangan keluar-keluar.” Maksudnya

yakan pada seliweran di luar kan, takutnya gak nyaman gitu. Yaudah kita cut

lah tuh banyak banget akhirnya. Yaudah deh, tapi bisa juga akhirnya.

P dan Biancadimas lebih mulus lah productionnya daripada yang si Unity ya Ci?

N Iya Unity yang kacau sih. internetnya parah, aduh gila sampe shock banget. Dan

down banget malam itu aku kayak wah udah down banget. Terus kayak.. ya

kan tapi harus mengambil keputusan kan mau digimanain, gitu. Yaudah aneh

banget, bener aneh banget.

P Terus abis itu buat live berikut-berikutnya gak ada masalah lagi Ci internet atau

masih ada ininya?

N Internetnya semakin baik sih kayaknya. Bianca waktu itu sempet sih kayak

delay gitu, tapi ya aman aja. Tapi kan habis itu kita tetap re-run juga. Terus

sisanya yaudah lebih baik, udah lebih ngerti secara teknis itu kita mesti ngapain

gitu, ngetesnya gimana dan segala macem. Unity aja tuh kacau banget,

mampus gue. Udah kayak mau tenggelam aja udah tuh, ditelan bumi aja udah

gitu. Kayak aduh parah banget sampe malu tau gak sih, bener malu. Bayangin

aja udah nonton, udah pada heboh kan. Kita minta maaf di sosmed. Yaudahlah

mau gimana, udah di admit aja kita yang salah gitu. ya udah gitu.

P Berarti selama Live Acoustic yang paling parah Unity ya Ci?

N He’eh.

P Yang paling oke, mulus, itu?

128
N Kayaknya mulus banget, maksudnya yang paling mending ya dari Kiki ke Aldy

itu udah oke. Maksudnya kita udah tau masalahnya dimana aja, tapi kan mostly

kalau secara ini tuh bukan masalah disini gitu, ngerti gak sih koneksi, teknis

pokoknya teknis banget gitu.

P Yang paling baru berarti Aldi ya Ci?

N Paling terakhir Aldy.

P Aldy yang Desember itu loh yang Abel.

N Aldy paling terakhir. Kalian mau bikin apa lagi?

P Live Acoustic ya. Berarti sampe implementasi?

N Itu merencanakan berarti? Gak harus sampai kejadian.

P Gak harus sampe kejadian, karena masih pandemic kan Ci. Tapi kita kasih

bener-bener detail conceptingnya gitu loh.

N Concepting, alurnya ya sama sih. Ya pasti concept, messagesnya dia maunya

apa. Itu kan yang pertama yang aku tanyain kan. Sebagai artis lu mau ada

promo gak? Kedepannya ada single atau promo atau apa. Kayak Kiki kan

awalnya dia mau bikin single baru, judulnya ya itu yang kemarin jadi judulnya

dia yang Melangkah Lagi itu. Nah dari situ baru dikembangin tuh konsep-

konsep yang lain gitu. Dari give awaynya itu pertanyaannya apa segala macem,

itu tuh kayak bener-bener diarahkan konsepnya kesitu. Terus dekor, dekornya

juga ya itu kita sesimple mungkin sih, sebenernya kalo dibilang tuh kalo kalian

tau.. kalian nonton MTV gak sih? Ngga ya? rusticlah rustic, jadi gak yang terlalu

rapi formal gitu kan. Emang ini kan intimate aja gitu. Baru dipikirin rundownnya

129
seperti apa, alurnya mau kayak gimana, lo ada message yang mau disampein

gak, gitu. Sampe pertanyaan-pertanyaan giveaway itu dipikirin gitu. Terus

metode promosi sama basically kayak IG Live juga. Ada apa ya, giveaway.

P IG Ads.

N IG Ads, giveaway, yaudah paling itu sih. Udah deh. Jadi mau bikin siapa? Gue

juga lagi mikir nih. Soalnya mau lebaran.

P Iya mau lebaran sih pada.

N Puasa aja susah.

P Puasa susah?

N Susah, kayak kalo lagi puasa, aduh pusing.

P Lucy nanti Ci.

N Iya makanya. Kayaknya abis ini kita juga mesti ini deh, ini kan April kartini kan?

Tapi itu kan barengan sama puasa kan. Sebenernya kan udah mulai tanggal

berapa? Iya buat buka puasa, lucu juga sih. Aduh yaampun ini udah kayak gak

ada isinya. Yaudah.

P Yaudah Ci, paling itu dulu. Thank you ya Ci El.

N Makasih.

P Maaf mengganggu waktunya.

B. Transkrip Inneke Bunyamin (Divisi Event/Event Director Live Acoustic)

N: Narasumber

P1: Pewawancara 1

P2: Pewawancara 2

130
P1 Hai Inne, jadi hari ini gue sama Ceta mau wawancara lu sebagai tim event di

Creative Nest Indonesia. Kita mau nanya soal Live Acoustic sih, dari planning

sampai selesai acaranya.

P2 Oh iya tunggu, record, Ni. Inne boleh ya di record?

N Boleh-boleh.

P2 Sip.

N Penting banget gue.

P2 Narasumber lu Ne. Oke lanjut-lanjut.

P1 Iya sih kemaren gue ada baca juga ini lu, laporan magang lu yang bahas yang

Live Acoustic kan. Kayak proses perencanaannya pertama dari CEO atau COO

punya kenalan terus kayak baru diinginkan. Cuman kalau dari lu sendiri nih,

dalam proses planning dari lu sendiri ada gak kayak problem apa gitu?

N Nah jadi waktu.. Abel ada gak ngomong ama lu pada?

P2 Belum Ne.

N Oh ini kurang lebih pokoknya sama sih ama Abel. Kemaren kan kurang lebih

yang ngurusin itu kita berdua. Jadi Abel kan dari Abel kan dari awal Abel satu

tim ama gue kan. Jadi makanya dari awalnya itu kita bareng. Nah baru ke pecah

Abel Sosmed itu karena udah gak ada orang lagi yang megang sosmed. Jadi

baru ke pecah Abel bener-bener fokus di sosmed, gue ke event dan marketing.

Nah tadinya itu kita udah nyari-nyari orang buat Live Acoustic lagi. Karena kita

kan udah, ibaratnya gak tau siapa lagi ni yang mau diajakin Live Acoustic, ya

131
kan. Oke jadinya kita nyari-nyari kemarin itu, nah gue nemu Sivia. Sivia itu

mantan personilnya Blink. Nah Sivia itu, gue tanya-tanya kan, nah gue minta

buat sharing profit gitu. Nah akhirnya ditolak mentah-mentah karena kita

sharing profit. Nah sama si Ashilla, kita juga mau ada sama Budi Doremi. Kita

disuruh kontekkan sama managernya langsung. Oke kita kontakkan, meeting

dan langsung juga ditolak mentah-mentah. Karena mereka bilang kalau

misalnya cuma dapat segitu cuman bisa dapat untuk bayar players doang.

Sedangkan Budi Doremi nya dapat apa, Ashilla nya dapat apa dan lainnya. Jadi

kayak yang pernah, kesalahan yang selalu terjadi di Creative Nest Indonesia itu

kalau menurut gue, kita gak berani ngeluarin duit.

P2 Iya ngerti

N Yaudah kan. Yaudah berbasis karena dari teman ke teman aja. Kenapa Unity,

karena Koh Patrick yang ini in. Kenapa Biancadimas, karena Biancadimas adalah

teman nya Koh Patrick dan Ci Le. Kenapa Kiki, karena Kiki anak didik Ko Patrick,

kenapa Aldy karena anak didiknya Ko Patrick juga. Dan selama itu semuanya

yang Live Acoustic di kita dan narasumber ya banyak orang yang ikut ya karena

itu tadi, karena kenalan. bukan yang pure, oke gue mau bikin ini karena lagi

pengen gini-gini, gak, gitu loh. Dan semuanya itu selalu mepet kalau menurut

gue. Sebenarnya event planner yang bener itu adalah bukan 1 bulan untuk lu

merencanakan bulan selanjutnya. Tapi dari berapa bulan sebelumnya untuk lu

ngerencanain supaya event lu itu matang. Tapi itu tuh, disitu tuh engga

sistemnya keburu-buru gitu loh.

132
P2 Sebenarnya sistem yang buru-buru itu karena Ci El yang minta “oke ini satu

bulan udah selesai ya” atau emang targetnya gitu?

N Oke, bulan depan kita kayak gini ya, gitu.

all Ohh.

P2 Emang yaudah kita harus ini, tapi mepet ngasih taunya, gak dari bulan-

bulan sebelumnya.

N Nah kayak Ci El, gue gak tau sih kita kan ditargetkan satu orang harus ada 2

event ya kan. Dan sebenarnya kalau pas dulu banget kita tuh ditargetkan

sampai 30 juta satu tim.

P1 Dalam berapa lama itu Ne?

N Satu bulan. Terus gue ngerasa kayak ini tuh bebannya cuman ada di tim event

doang. Sedangkan semestinya ini tuh beban dari keseluruhannya, bukan cuma

event doang. Karena menurut gue event disini tuh mati. Ya sekarang gini, lu

mau bergantung semuanya disini, gak akan bisa, gitu loh. Kayak ada yang

bilang, dia bilang, “nih kita mau biaya operasionalnya gimana?” nah oke lu

menuntut kita untuk melakukan hal yang lebih. Tapi untuk kita mengeluarkan

uang yang lebih pun juga lu gak akan mau, gitu loh. Even kita kayak, oke kita

mau ada media partner yang berbayar misalnya untuk istilahnya acara yang di

bulan ini, tapi gak mau gitu loh. Kayak gimana caranya gue maunya gratis. Ya

oke, kalau misalnya mau gratis yaudah. Tapi akhirnya tidak bisa semaksimal tuh

untuk menjangkau orang-orangnya, gitu. Dan dari kemarin–kemarin itu media

partner pun juga gue mengandalkan media partner kampus dan untuk paid

133
promote pun gue juga mengandalkan kampus doang. Gak benar-benar

semuanya kegaet gitu.

P2 Insta ads ada juga ya?

N Insta ads itu kemarin ada, tapi Ci El gak pakai insta ads.

P1 Kenapa tuh?

N Tergantung orangnya siapa yang mau di insta ads. Itu dia bakalan balik profit

atau gak.

P2 Kalau buat yang Live Acoustic itu dia pakai?

N Dia pakai. Cuman gak terlalu yang bener-bener gembar-gembor. Jadi kayak

misalnya, oo ngestalk ni, gara-gara ngestuck penjualannya sudah baru

ngeluarin ads kemarin.

P2 Ngerti-ngerti. Sebenarnya dia tuh gak mau keluar uang karena apa sih? Karena

trauma waktu itu atau gimana?

N Kalau itu sih gue gak tau ya, kenapa dia gitu dan sebagainya. Tapi kurang lebih

karena dia pernah waktu itu ketipu sampai ratusan juta gitu. Gara-gara apa

namanya..

P2 Oh gitu, seinget lu karena apa Ne?

N Ini kalau gak salah tuh, website. Websitenya itu kena ratusan juta gitu,

kayaknya 150 jutaan lebih.

P2 Ooo. Creative Nest Indonesia juga?

N Iya. Akhirnya dia tuh kayak gak mau ngeluarin duit lebih gitu loh. Gue juga

bingung sih. Kenapa.. waktu kemarin kan kita ada masalah gitu kan sama

134
websitenya kita. Tapi itu tu menurut gue ribet banget sih. Soalnya itu kan,

Tadinya gue gak dikasih akses untuk ngeliat berapa jumlah yang gitu-gitu loh.

Nah itu cuma nunggu dari si Yere, untuk update itu. Jadi itu yang naikin tu,

Pokoknya ci Ica, gue cuma nunggu update dari Yere aja. Sedangkan ini tuh lama

banget, sampe tiba-tiba semua event di website tuh ilang. Semua event hilang,

akhirnya masuklah lah kita, tadinya kita pakai Google Form lagi. Nah terus

akhirnya masuk lewat Loket kan sekarang. Terus juga menurut gue, orang-

orang juga sudah pada bosan sama kelas kita yang itu-itu doang, Kayak WD

Willy udah bosen menurut gue.

P1 Dan itu si WD Willy jadinya, kemaren cuma satu doang yang daftar.

N Iya itu gue semalam baru liat kan. Gue tuh udah feeling sebenarnya, ini pasti

banget bakalan nol. Karena WD Willy sekarang tuh lagi banyak-banyaknya. Dan

dia lagi banyak lomba-lomba yang menurut gue orang lebih menarik buat ikut

gitu loh daripada ngikutin kelas kita mulu gitu. Menurut gue meskipun dia

dapat to be printingnya itu tapi kayak menurut gue itu tuh masih belum bisa

menarik orang banget kayak ngikut gitu loh. Banyak yang dari.. maksudnya

semestinya itu dijadikan pelajaran sama kita, tapi jatuhnya itu gak dijadiin

pelajaran gitu loh. Kayak yaudah lah, gue mau duitnya cepet gitu looh.

P2 Iya ya. Gak ada evaluasi juga ya, kita setelah ngadain acara gak ada evaluasi

juga, gak sih

N Gak ada dan itu jadi masukan gue juga kan. Karena percuma gue ngomong

kayak gimana pun ujung-ujungnya keresahan ini cuma jadi keresahan aja.

135
Bukan jadi sebuah evaluasi yang.. kalau misalnya lu pada sadar kayak “oke

kita ngelakuin gini-gini,” itu tuh cuman di awal doang, terus gak dilakuin

lagi kan.

P2 Ya. Kayak weekly meeting hari jumat kita mau ini-ini, lah ujung–ujungnya gak

diituin juga ama ci Ica. Buat next-next kelasnya ya udah, tetap kayak biasa.

N Tapi juga kalau misalnya.. tapi kalau lu pada sadar juga ya, pas ko kent gitu,

lumayan sedikit malas ngomong ketika ada Ci El.

P2 Emang gitu ya? Gue gak nyadar.

N Kalau terakhir kali kita weekly meeting Koh Kent, “gak ada sih kalau dari aku”

P1 Iya gue ngerasa banget yang waktu pertama kali ko ken ngomong ke Ci Ica

pertama kali.

P2 Yaa oh.

P1 Itu kan Ko Kent banyak banget ngasih ide.

P2 Banyak yaa he-eh.. Kenapa kayak gitu ya?

N Karena malas. Gue pun juga kalau mau diomongin banyak yang mau

diomongin. Cuma gue tuh terlalu malas kayak percuma, lu tu gak fokus ke sini.

Jadi tujuan lu disini tu cuman buat nyari profit doang udah.

P2 Kalau ngomongin Live Acousticnya sendiri Ne, kayak ada gak sih kompetitor

Live Acoustic gitu, kalau lu sadari?

N Banyak wey.

P2 Iya kan. Menurut lu siapa aja Ne yang lu tau?

N Nadin Amizah.

136
P1 Oh dia bikin acara sendiri.

N Waktu, dia waktu itu bikin virtual konser juga. Lu tau semua tiketnya sold out.

P2 Uuhh

N Berarti ada yang salah di kita. Gue waktu itu mau beli tapi tiketnya sold out.

P2 Sebenarnya ya kita tu menurut gue salahnya di planning nya gak sih kalau Live

Acoustic. Karena mepet banget kan?

N Iya.

P2 Terus semuanya itu serba ya udah, serba simple, serba produksi sendiri.

Jadinya gak ada effort gitu ya.

N Mmm kalau misalnya dibilang mereka maunya beli bundling gitu, untuk apa

yang mereka bisa kenang gitu di virtual konsernya, itu sebenarnya gak juga gitu

loh. Karena waktu kemarin itu tiket sold outnya si Nadin itu cuman di tiketnya

doang. Sedangkan yang sama bundlingnya gak sold out. Nah beda sama kayak

gini, waktu kemaren itu Ci El benar- benar ngebandingin Unity sama Live

Acoustic selanjut-selanjutnya.

P1 Oke.

N Dia bilang udah ininya segini soalnya Unity dalam waktu 2 jam sudah habis Pre-

salenya. Beda, Unity itu dia lagi in. Makanya orang tu mau yang “yaudah gue

mau nonton karena ini hiburan gue juga” karena itu adalah Unity. Beda sama

kayak Kiki, sama Kiki beda banget. Kayak pre-ale nya itu lama banget dan Dead

Bachelors juga lama banget gitu loh. Kecuali Dead Bachelors ya, kalau Dead

Bachelors kemarin itu karena kenalan dari Josh.

137
P2 Oo kenalan Josh.

N Nah itu aja Ci El aja bete gara-gara yaudah karena gak ada. Yaudah tok sampai

di biaya produksi.

P1 Kemarin kita mancing juga tuh, terus Ci El bilang kayak gitu lah. Initinya di

bilang, kan gue ama ceta udah ngeliat kan Dead Bachelors itu rugi kan. Terus

abis itu kita bawa, kita nanya kalau misalnya Dead Bachelors itu yang gak ada

profitnya gimana ci?” Terus dia bilang yaudah ditanggung bersama aja gitu, dia

bilang. Karena dia bilang, artis-artis itu juga gak melulu tentang uang, kayak

gitu lah dia bilang. Ini tu dia bilang mereka cuma ingin entertain, katanya gitu.

P2 Terus kemarin kita tanya tentang Dead Bachelors, nah gue liat Dead Bachelors

itu minus kan. Minus 20.000.

N Jadinya profit kok.

all Oo jadi profit,

N Profit 80.000.

P2 Oh.. Kok bisa profit, gue ngeliat di laporan nya, budgeting.

N Yang laporan akhirnya itu ada di gue semua.

P2 Oh yaudah. Nanti kita minta sama Inne berarti.

N Karena kadang gue gak update, karena percuma.

P1 Lu gak diliat juga gak sih, Ci El aja gak tau.

P2 Terus Inne kayak soal kata Ci El sih kalau yang Live Acoustic gak ada pakai

vendor sama sekali, jadi pure emang produksi sendiri ya?

138
N Cuma sound. Dekor apa semuanya yaudah kita kerjain sendiri, mau mati

yaudah lo yang kerjain sendiri.

P2 Lu gak ada Live Acoustic lagi ya sekarang?

N Ada.

P1 Yang si konser Nadin Hamirzah yang lu ikutin itu dia jualnya berapa Ne?

N 60 ribu.

P1 Oke. Apalagi ya?

N Banyak kok yang bikin konser, Kunto Aji. Dia ada bikin konser virtual. Kunto Aji

tu konser virtualnya bagus banget. dia itu yang kerja sama tu sama ada tu kita

ada kerja sama juga waktu bikin workshop gratis gitu kemarin sama dia. Gue

lupa sih siapa namanya, tapi itu keren banget. Gue waktu itu request sama Ko

Patrick pengen ngajak pas Live Acousticnya si Kunto. Si Kunto nolak, karena

Kunto tu lagi naik banget anjing, sampai detik ini Kunto tuh.

P2 Iyaa kalau Kunto diundang sih fix asik.

N Terus gue, kayak kemaren kan gue ada ngobrol-ngobrol sama Helmi. Kita

follower naik itu karena Coboy Junior dan karena Unity.

P2 Bener sih

N Bukan segmentnya Creative Nest sih.

P2 Ne kalau peserta Live Acoustic sendiri ada itu gak sih, ada masalah gak

sih misalnya mereka complain? Tapi kemarin gue cek ama Ci El, tentang

koneksi doang ya masalahnya kalau soal peserta.

N Kalo itu pasti koneksi. Kalau Live Acoustic gak ada yang lain-lainnya selain itu.

139
P2 Koneksi.

N Bukan cuma koneksi, dan tapi ada kesalahan ada juga dari Kiostixnya.

P2 Kesalahan apa?

N Mmm kesalahan koneksi dari Kiostix.

P2 Oh kok bisa kesalahan koneksi dari Kiostix?

N Lagi live streaming, terus tiba-tiba dimatikan sama dia

P2 Hah?

N Itu kejadian kayak..

P1 Wah gila. Itu dimatiin karena emang kayak.. apa namanya..

N Jadi dia nanya kita udah kelar belum? Kalau disini sudah kelar, cuma videonya

masih jalan. Karena kan tadi ada delay. Karena ada delay dong, gak mungkin di

reply, karena masih delay. Sama kiostix nya dimatiin.

P2 Wah gila sih.

P1 Terus gimana dong ini nya?

N Untungnya ada videonya kan. Yaudah videonya ditayangkan lagi. Jadi

streaming lagi. Padahal lagu terakhir.

P2 Kalau dari internal sendiri Ne, dari kayak per-divisi lah, ada ini gak sih, ada

keluhan masalah juga gitu loh?

N Kalau dari per divisi menurut gue, divisi-divisi kita tuh udah ngebantu semua

sih. Cuman kalau dulu itu kan pas masih ci Iin, gue ngasih tau mumpung

orangnya udah gak ada. Tadinya kan gue tahan-tahan tu. Setiap kali Live

Acoustic Ci Kitin itu gak mau ikutan.

140
P2 Kenapa?

N Pasti ada aja alasannya gitu. Jadi gue tu gak pernah berharap banyak ketika dia

ikut atau gak gitu loh. Dan ketika kita kayak ada kelas apa segala macam, itu

tuh kerjaannya selalu minta orang untuk gantiin. Untuk kesibukan Gereja nya

dia. Padahal juga kalau ini tuh banyak hal yang gue kerjain.. maksudnya setiap

kita tu punya pekerjaan masing-masing.

P2 Ya sih.

N Divisi.. maksudnya tu ketika kita Live Acoustic juga, divisi yang ngebantuin tuh

pasti banget cuma kak Bunga atau tim videolah. Pastilah kalau nanti ada Live

Acoustic lagi si Pupu pasti akan turun gitu loh. Tapi yang kemarin-kemaren tu

cuman yang terjun langsung ke live akustik itu cuma orang-orang yang terkait.

Orang-orang yang terkait itu gue, waktu kemaren itu karena Live Acousticnya

di geng gue, jadi cuma kita anak-anak magang. Kak Bunga sama Christian dia

anak konten juga, anak video, editor, udah cuman sampai disitu aja.

P2 Udah kayak gitu doang. Terus productionnya, kalau production live

streamingnya gue liat itu tu sebenarnya productionnya pakai yang Majelis Lucu

Indonesia ya?

N Production itu sebenarnya IPad, kita paling pakai ipad, switchernya juga dari

ipad. Karena kalau kita nyewa switcher, itu tuh mahal banget. Jadinya kita

cuman pakai switcher, dari switcher tu ntar nyambung semuanya ke

handphone. Makanya kita tu ngandalin handphone banget, iphone. Nah

nyambung ke handphone, sebagai kameranya itu adalah iphone dan langsung

141
soundnya itu masuk ke ininya langsung. Karena emang, gue tuh sebenarnya

pas banget awal bulan itu gue itu mutusin buat cabut dari CNI sebenarnya.

Karena gue ngerasain sebenarnya udah gak ngapa-ngapain lagi, gue tuh udah

capek. Karena pekerjaannya monoton banget gak sih.

P2 Ya betul monoton banget.

N Dan lu dituntut untuk bereksperimen, ketika lu bereksperimen lu tu dipatahin,

itu tu gak bisa. Jadi kayak.. bikin gue tuh kayak.. sebenarnya buat apa sih

bertahan disini. Ibaratnya tuh gini, kita nih sepantaran, kita ini di divisi dengan

kerja yang sama, tapi bebannya itu tuh cuma diberatin ke satu orang doang

gitu. Apa-apa yang disuruh gue, apa-apa yang disuruh gue, apa-apa yang

disuruh gue. Kayak sampai kemaren itu gue dimarahin sama Ci Ica.

P1 Kenapa?

N Gara-gara yang masalah WD Willy.

P1 Kenapa?

N WD Willy kan salah ngepost posternya kan.

P1 Nah itu tu sebenarnya bukan WD Willy yang salah. Itu tu dari kitanya.

N Nah itu tuh kayak gue dimarahin habis-habisan tuh kemarin. Gue bilang kan “ci

aku tuh udah ngomong sama.. kan ngomong udah ngomong juga kan Ni ke elu.

Kayak nanti kirim share ulang ya Ni. Soalnya posternya udah ganti yang baru

kan”. Nah terus pokoknya gue udah bilang, entar ini semuanya ganti yang baru.

Gue juga udah ngomong ke Helmi masalah video. Gue udah minta buat Vero

tuh diulang. Tapi gue juga gak ngecek karena posisinya adalah gue udah bener-

142
bener lepas semua. Kalau misalnya diperhatikan kita kilas balik lagi, apakah gue

ada menanyakan kayak ini gimana, kan gak ada gitu loh. Karena gue udah

benar-benar pure kayak yaudah gue pengen recovery dulu. Karena jujur aja

kalau misalnya gue ketekan, kapan gue sembuhnya?

P2 Ya si lu gak bakal sembuh sih.

N Karena gue tau nih, ini kerjaan gue ni bikin sangat tertekan. Ibaratnya skripsi

gue aja gue tahan. Maksudnya gue bener-bener gak ngerjain skripsi sama sekali

gitu loh. Kayak bener-bener, hal yang bikin gue stres udah bener bener gue

tinggalin untuk sekarang ini. ini gue udah hampir dua minggu man. Maksudnya

kenapa gue harus dan lu juga udah tau ke siapa udah, kerjaan gue gitu lo. Tapi

kenapa arus balik lagi ke gue lagi-ke gue lagi yang ujung-ujungnya kayak, “kan

aku udah ganti ini-ini”. lah gue mana tau sih, kan yang ngepost story

bukan gue. Maksdunya gue benar-benar lepas ni, tapi ujung-ujungnya ke gue,

gue lagi. Oke, emang lo baik, gue akuin lu baik banget, tapi kayak menurut gue

ini semua sangat tidak worth it. Kayak ibaratnya.. ketika lu sakit, ini gue

dibawah perusahaan yang dimana selama lu bekerja mau lu kena

darimana, perusahaan itu harus tetap nge-cover.

P1 Bener-bener.

N Ini sama sekali gue gak di cover sama perusahaan itu loh. Kayak which is

semuanya itu dari gue sendiri. Oke gapapa ada asuransi yang mengcover, tapi

yang paling bener tuh adalah perusahaan harus juga menanggung karena gue

itu dicover dibantu sama kampus gue. Maksudnya yang notabennya kampus

143
gue tu gak dapat gaji yang gede-gede banget. Tapi gue dibantu recover gitu

setengahnya. Maksudnya walaupun ujung-ujungnya gue pakai asuransi juga

yang bisa dapat lumayan ditanggung. Tapi gue tu ditanggung sama kampus gue

1 kali PCR.

P1 Oke lumayan sih.

N Ditanggung loh. Benar-bener bagus deh bulan ini gue gak harus bayar gaji lu.

Dan kayak oke keluarga, saking keluarganya kayak udah seenaknya sendiri aja

gitu. Gak ngehargain waktu lu juga. Bahkan semestinya banget kita, setiap kali

kita pegang workshop yang overtime seharusnya kita dibayar. Kan waktu itu

gue ngomong sama Abel, Abel bilang ini tuh startup. “Bel! Mau itu start up mau

itu apa pun semestinya kalau itu overtime, itu lo harus dibayar, itu udah jadi

suatu kewajiban lu yang harus dibayar sama perusahaan.” Dan juga lu magang

dan lu part time itu tuh punya waktu jam kerja. Yang dimana selama satu bulan

tuh lu cuma berapa puluh jam doang yang dilewatin. Kalau lu ngelewatin jam

kerjanya itu dalam satu bulan, perusahaan lu bisa aja kalau lu laporin. Karena

itu sudah eksploitasi orang gitu loh ibaratnya gitu. Maksudnya gue ngerasain

banget hari ini gue kerja-kerja, gue tuh gak ada waktu buat diri gue sendiri, gue

gak ada waktu buat pergi main.

P2 Iya sih.

N Kerja terus-kerja terus. Lu disini tu jadi apa sih sebenarnya, event planner kah,

event talent atau jadi apa sih, lu tu jadi kayak serabutan gitu dimari.

144
P2 Gue merasa mungkin.. kayaknya kerjaan Inne sih yang banyak banget emang.

Kayak lu menghandle zoom, lu handle loket, menghandle acara. Lu

menghandle Zoom berarti lu harus handle semua acara dong? Kayak wah gila

sih, pusing gue kalau gue jadi lu. Mental gue drain sih.

N Terus kayak, gak usah itu doang deh gapapa. Terus kayak gue mesti megang

story instagram juga loh. Terus.. oke setiap kali kelas naik gue harus standby

loket. Terus gue tu kadang tu yang gue benar-benar capeknya adalah gapapa

lu ngasih, mau ngasih kerjaan banyak gapapa. Tapi kalau lu bisa ngerjain sendiri

ya lu kerjain gitu loh. Karena kadang gue tuh sebelnya tuh di ini sama Ci Ica,

sama Ci El, gue juga mesti jadi admin WA loh.

P2 Iya sih, he’eh.

N Gue jadi admin WA, terus gue harus jadi.. ibaratnya kalau lu-lu pada nanya,

ibaratnya yang harus menjawab siapa, gue doang. Karenakan disini jatuhnya

bukan siapa atasan lu, tapi siapa yang lebih lama kerja dimari.

P Yaa.

N Jadi secara otomatis kayak kadang tuh gue udah banyak kerjaan, terus gue

kadang mesti menanggapi pertanyaan yang kayak.. kadang tuh gue harus mikir

dulu, kayak gue harus ngerjain ini dulu atau gue harus menjawab ini dulu, gitu

loh. Karena gue tuh, ampe ni kalau gue misalnya tahan gue juga harus jawab

entar gue lupa ni, kayak gitu. Kalau gue udah lupa, gue ngerjain ini, itu entar

gue lupa. Gue kayak benar-benar struggle banget sama otak gue sendiri kayak..

jadi gue kadang bingung juga.

145
P Hmm.. oke, noted Ne. Paling itu dulu sih Ne yang mau kita tanyain.

N Iya, kalau ada yg kurang tinggal info aja.

P2 Okay deh Ne, thankyou buat informasinya, see you di kantor.

C. Transkrip Kent Kusuma (Divisi Design/Graphic Design Live Acoustic)

N: Narasumber

P: Pewawancara

P Halo Ko Kent, terima kasih udah ngeluangin waktunya untuk wawancara hari

ini ko, aku sama Nini bakal nanya seputar Live Acoustic ko, boleh ya?

N Boleh-boleh silakan

P Oke ko, mungkin pertama-tama Ko Kent boleh memperkenalkan diri terlebih

dahulu?

N Nama saya Kent Kusuma, umur 26 tahun dan bekerja di divisi design Creative

Nest Indonesia.

P Oke, untuk jobdesc sendiri Ko Kent kerjain apa aja di Live Acoustic?

N Ya semua yang berhubungan sama design

P Yang berhubungan dengan design?

N Yang berhubungan sama design dan ada beberapa ide-ide design, terus untuk

eksekusi lah intinya. Jadi dari poster, logo, materi promosi, dan lain-lain, semua

yang berkaitan dengan design sih..

P Oke, ada kendala gak kaya pada saat Ko Kent menjalankan di jobdesc nya

tersebut?

146
N Kendalanya sih sejauh ini gak ada ya, jadi dari tim Live Acoustic yang memegang

acara nya itu ngasih briefingnya tuh jelas semua kok,

P Oh.

N Jujur kalau kendala dari bagian design gak ada.

P Kalo design gak ada?

N Dari design gak ada, paling cuma ini doang sih waktu doang sih.

P Waktunya terlalu mepet ya.

N Mepet aja iya.

P Biasanya rinci waktunya berapa lama kalau planning-in?

N Kan biasanya kan Live Acoustic itu beda-beda ya, tapi terakhir-terakhir kaya

paling cuma di siapin 2 minggu gitu kan.

P Oh jadi mendadak gitu?

N He'eh. Pernah ada beberapa.. ini kan live accoustic tuh disini kan gak cuma

sekali kan? Sudah beberapa kali. Nah ada yang mepet cuma dari 2 minggu itu

tuh udah harus di bikin semuanya.

P Ohh.

N Biasanya kan paling night promo tuh, yang promo-promo pada dadakan dari A

dari B tapi ya selesai sih semuanya sih so far.

P Selesai ya?

N He'eh.

P Berarti waktu itu team nya sama semua ya Live Acoustic nya? Inne dan tim

event lainnya yang ngerjain?

147
N Iyaa, he'eh.

P Oh oke-oke. Kalau dari Ko Kent sendiri ada masalah gak kalau misalnya

komunikasi sama team-team lainnya?

N Masalah sih gak ada ya.

P Kaya misalnya miskomunikasi gitu loh.

N Miskomunikasi pasti pernah sih.

P Pasti pernah?

N Pernah. Jadi harus bikin apa dibikin nya apa yang lain, gitu doang sih paling.

P Gitu doang ya miskomunikasi. Proses pembuatan design nya sendiri dari Live

Acoustic tuh gimana sih Ko, kaya prosedurnya gimana?

N Pertama terima briefing dulu dari team event. Nah setelah itu nanti apa yang

dia minta kita garap bareng-bareng biasanya. Kira-kira ingin tema nya seperti

apa abis itu warnanya seperti apa, nah setelah emang itu baru kita lempar lagi

dong ke Ci Ica.

P Ya.

N Jadi kalo udah di approve sama Ci Ica baru di mulai di bikin design nya setelah

itu. Abis kaya gitu design nya jadi dilempar dulu ke artisnya, kalo dapat

approval dari artis yaudah udah boleh.

P Berarti Ko Ken langsung ke Ci Ica ya?

N He'eh.

P Bertektokan langsung. Oke jadi kaya nunggu persetujuan dari Ci Ica juga ya?

148
N Kadang-kadang harus nunggu dulu, kadang-kadang juga begitu dilihat udah oke

aja sih.

P Sama aja kaya workshop biasa ya berarti?

N Iyaa sama, sama semua.

P Nih ini lebih ke pendapat sih, menurut Ko Kent sendiri kaya Live Acoustic tuh

ada kompetitor gak?

N Kompetitor gimana maksudnya?

P Kompetitor kaya.. misalnya Ko Kent tau satu konser virtual yang mirip-mirip

kaya Live Acoustic gitu.

N Oh pasti ada sih, banyak sih.

P Pasti banyak ya?

N Saingan nya banyak.

P Oke.

N Gak cuma disini doang kan kalo di luar-luar juga artis-artis beberapa penyanyi

kan mereka gak ada income kan gara gara gak bisa live? Nah itu ada beberapa

sih yang aku tau. Soalnya kan aku juga pas mau bikin poster nya kan searching-

searching dulu.

P Menurut Ko Kent sendiri ada gak sih yang pengen di improve untuk kaya design

dari Live Acoustic sendiri maupun kaya keseluruhan acara Live Acoustic? Kaya

mungkin menurut Ko Kent planning nya kurang atau gimana. Boleh sih saran,

misalnya dari design gak ada saran tapi buat di sisi lain boleh.

N Paling jangka waktunya aja sih.

149
P Jangka waktunya ya?

N Ke satu jangka waktu, kedua tuh pemasarannya.

P Kenapa tuh pemasarannya?

N He'eh.

P Kenapa Ko emang pemasarannya?

N Karena kan kalau kita lihat selama ini yang di bikin, kita bicarain dalam creative

nest aja ya

P Iya.

N Kebanyakan kan segi apa, audience kita tuh sebagian kita tau kan band Coboy

Junior kan.

P Ah iya.

N Nah itu. Jadi kebanyakan kaya dulu bikin live accoustic buat di yang Ka Dimas

ada.

P He'eh tau.

N Nah itu agak, agak susah.

P Audience Ka Dimas yang pertama atau yang..

N Yang pertama.

P Oh yang pertama.

N Disitu pertama banget nah audience nya agak susah ngumpulin nya aja gitu.

P Jadi dikit ya?

N Gak dikit sih, gak sebanyak Coboy Junior gitu maksudnya. Jadi paling

ditingkatkan lagi sih menurut pemasarannya aja sih.

150
P Kalo dari menurut Koko sendiri nih, sebenernya tuh permasalahannya cuma

karena dari CNI nya sendiri promosi nya belum bagus atau memang kaya

diperlukan juga kaya artis-artis lain yang memang lebih, misalnya lagi lebih naik

daun gitu.

N Itu salah satunya sih, itu salah satunya kalo menurut aku. Kalau pemasaran sih

seharusnya kalau artisnya memang terkenal gitu, yang besar gitu naik daun,

pasti begitu disebar juga pengikutnya mau nonton aja.

P Kaya Kunto Aji misalnya ya?

N Iya. Kan selama ini kan soar-soar kita yang kaya Biancadimas gak semua orang

tau kan terus Coboy Junior sebagai kita tau kan nggak se-booming dulu gitu loh,

P Iya gak se booming dulu. Mungkin penggemar dulu lah yang masih ngikutin

mereka.

N Iya yang dulu dulu.

P Oke. Ko Kent ada harapan gak buat Live Acoustic kedepannya misalnya

kedepannya bakalan ada diadakan lagi gitu. Kira-kira kaya ekspektasi Ko Kent

tuh kaya gimana Live Acoustic?

N Sebelumnya Live Acoustic nya ini tuh yang kita bener-bener di ini kan pake kita

beli tiket untuk online kan?

P Iya, emang online semua kan Live Acoustic.

N He'eh, ya kalo dari aku sih itu doang sih paling.

P Oh.

N Gak, gak ada yang gimana banget, paling tingkatkan ini nya aja sih.

151
P Tingkatkan pemasarannya ya?

N Tingkatkan pemasarannya aja terus sama cari mungkin bisa di cari artis yang

lebih itu, lebih booming lah istilahnya.

P Lebih booming ya?

N Iya.

P Oke. Ada lagi gak?

P1 Kalo dari.. kayanya kalo dari design abisnya gak ada masalah sih ya?

P Iya design gak ada masalah ya?

N Engga, soalnya kalo dari aku pribadi..

P Sesuai briefingnya ya?

N Sesuai briefingnya aja. Soalnya kalo dari teknis gak ada sih. So far aku ngerjain

kaya ya kelar semua lah gak ada yang, gak ada yang gak kelar.

P Kayak workshop lah ya?

N He'eh sama.

P Hampir mirip. Bedanya apa Ko misalnya kaya ada beda gak sama workshop

atau sama aja?

N Beda-beda agak beda sama designnya. Kalo workshop itu justru kan designnya

udah template kan.

P He'eh, oh iya.

N Tinggal masukin, ganti nama segala macem, ganti foto. Tapi kan kalo Live

Acoustic harus konsep baru lagi, dibikin ulang sesuai apa yang di kasih briefing

itu.

152
P Jadi konsepnya itu dari Ci Ica ya?

N Konsep engga. bukan dari Ci Ica. Konsep pertama dari team dulu .

P Oh iya dari team dulu.

N Ngejelasinkan. Nah setelah itu yaudah aku visualisasikan nya kaya gimana.

P Ko Ken kira-kira pernah itu gak sih, ada pengalaman design yang gimana ya

maksudnya.., revisi mulu gak sama spesifik satu artis ini gitu loh?

N Pernah.

P Ada?

N Ada, bentar aku liat dulu namanya siapa ya, kita ada apa aja sih di Live

Acoustic?

P Ada Biancadimas.

N Biancadimas.

P Unity.

N Unity, abis itu?

P Aldy, Kiki.

N Aldy, Kiki.. Aldi sih, Aldi agak banyak rombak-rombaknya itu.

P Oh, oke.

N Jadi kaya si Aldy udah kaya oke gini, eh ganti fotonya dong, ganti fotonya lagi,

udah di bikin lagi kan fotonya harus di cropping-cropping lagi kan.

P Iyaa iyaa.

N Ntar tiba-tiba, eh jangan pake foto yang ini deh.

153
P1 Oh tadi aku mau nanya ini Ko, kaya kalo dari work loadnya sendiri di design itu

sebenernya kaya cukup oke atau kaya terkadang tuh ada yang bener-bener

numpuk banget sampe kaya.. misalnya Koko udah siapin deadline nih, eh tapi

karena terlalu numpuk jadinya kaya gak sesuai sama deadline Koko gitu?

N Sering sih sebenernya, tapi gara-gara ada Rey kan jadi lebih ringan lah, kalo

sebelumnya sih yang menumpuk-numpuk gitu sering banget kadang-kadang

sampe bingung kadang-kadang mau pengen ngerjain yang mana dulu kan.

P1 Untung ada Rey ya kan?

N Iyaa untung ada si Rey.

P Jadi lebih karena kurang ini kali ya, kurang personil.

N He'eh kurang personil gitu.

P1 Berarti pas Live Acoustic yang ngurusin design cuma Ko Kent sendiri?

N Iyaa sendiri.

P Hmm apalagi ya. Oke ini lebih ke pendapat juga sih Ko

N Oke

P Menurut Ko Kent kaya Live Acoustic sendiri tuh brandingnya gimana sih? Kaya

udah sesuai belum sama yang kaya peserta ekspektasikan gitu loh. Menurut Ko

Kent sendiri.

N Tapi cuma pernah pas itu.. aku misalkan taro.. aku nih point of view aku jadi

sebagai peserta ya. Ada beberapa sih aku nonton pas itu yang mana aku lupa

ya, sempet nonton jadi kendala teknis gitu kan.

P Oh iya.

154
N Nah itu, oh iya itu tuh harus di tingkatkan sih kayanya teknis.

P Kendala teknis nya ya?

N Kendala teknis harus ditingkatkan.

P Jadi kaya lebih ke lemotnya gitu ya?

N Unity, oiya unity dulu. Unity jadi kaya harusnya live kan jadi direkam gitu jadi

gak live.

P Karena wifinya juga kan?

N Gara-gara iyaa, nah itu persiapan itu kan harus bener-bener itu.

P He'eh.

N Jadi menurut aku itu lumayan ngeganggu experience sih. Apalagi bagi mereka

yang emang udah antisipasi udah nunggu banget kan

P Udah excited ya?

N Kan kalo live beda gitu loh kesannya. Kamu nonton live sama yang sudah

direkam.

P Iya.

N Chatnya juga kan, kita kan ada live chat gitu kan sama personilnya, kan jadi gak

live gitu.

P Kalo production nya sendiri, kalo Koko liat kaya ada kendala gak?

N Production kaya gimana maksudnya?

P Production misalnya kaya, setau aku kan kalo Live Acoustic ini sendiri kan pake

production sendiri kan?

N He'eh.

155
P Dari Creative Nest gak ada vendor sama sekali kan?

N Gak ada.

P Kecuali sound system.

N He'eh.

P Nah itu kira-kira ada kendala gak sih Ko menurut Koko?

N Aku jujur kalo buat produksi kurang tau ya.

P Kurang tau ya?

N He'eh kurang tau. Cuma sih so far ya itu doang kendalanya kalo dari kita dari

internet aja sih.

P Internet sih ya?

N Internet. Tapi kalo yang lain kayaknya aman-aman aja dari kamera, semua. Abis

itu yang ngurusin buat livenya lah. Kita dimana sih kalo live? loket ya?

P Kios, dari Kiostix.

N Oh iya Kiostix, dari Kiostix nya gitu aman semua sih. gak ada masalah

seharusnya.

P Ko ken udah berapa lama kerja disini?

N Sebenernya gimana ya ngitungnya ya. Dulu udah kerja disini 1 tahun, tapi

sudah keluar kan 2 tahun. Abis itu.. ini buka 2000-2019 kalo gak salah awal-

awal.

P He'eh.

N Nah itu aku setahun tapi aku gak full time, aku part time.

P Ohh..

156
N Aku part time, jadi kaya kerja 2 tempat gitu kan.

P He'eh.

N Nah setelah itu dapat designer, yaudah aku keluar. Nah pandemi kemarin di

tawarin lagi kan.Mau part time gak awalnya yaudah aku part time, yaudah lah

abis itu kaya di perusahaan lalu juga bosen kan, yaudah kesini lagi. Gitu sih

P Sebelumnya dimana?

N Sebelumnya aku di digital agency.

P Ohh.

N Agak jauh makanya jomplang dari agency lompat lagi ke yang..

P Creative.

N He'eh.

P1 Creative Industry. Tapi Koko pernah gak sih datang ke event yang kaya konser

live gitu atau yang jenisnya kayak sama-sama gini lah yang dia ngundang guest

star gitu.

N Pernah.

P1 Pernah?

N Pernah, yang di Creative Nest juga.

P Kalo misalnya selain Creative Nest nya

N Oh kalau itu gak pernah kalo bener-bener langsung pengen dateng gitu ya?

P He'eh.

N Engga sih, gak pernah. Kalo gak sengaja gitu kaya misalnya ada, ada konser

dimana itu pernah. Cuma kalo iseng-iseng gak pernah sih.

157
P Yang pernah Koko datengin apa?

N Eh gak inget kalo itu.

P Oke. Oh iya ini aja menurut Ko Kent kan misalnya marketing dari Creative Nest

sendiri kan kita cuma dari Instagram kan?

N He'eh.

P Iyaa kan, kaya menurut Ko Kent ada saran gak sih, kira-kira marketing dimana

lagi sih yang bisa di explore gitu?

N Kita udah nyoba banyak sih sebenernya, kan dari Instagram abis itu kita pake

iklan-iklan yang di apa..

P Dimana? Oh billboard gitu?

N He'eh, billboard, videotron kaya gitu. Cuma kendalanya menurut aku cuman di

ini doang sih website, website kan itu pengaruh ya?

P He'eh.

N Kalo menurut aku, jadi apa ya sebetulnya.. SEO nya sih paling. Jadi begitu kita

ngeklik apa langsung keluar gitu loh, Creative Nestnya.

P Ohh.

N Ini kan harus ngetik spesifik Creative Nest Indonesia baru keluar.

P Iyaa, iyaa oh.

N Sedangkan kalo kita misalkan ngetik Creative Hub gitu misalkan, itu..

P Langsung keluar ya?

N Langsung keluar gitu Creative Nest Indonesia nomor 1 gitu.

P Ohh..

158
N Itu ngefek sih menurut aku ya.

P Oke.

N Terus kalo dari Instagram kita jarang nge-ads sih.

P Iyaa, he'eh.

N Menurut aku itu penting sih kalo nge ads. Jadi bener-bener yang ngeliat cuma

followers kita doang

P He'eh.

P Sama dari orang-orang dalem kan kalo biasanya kalo ada event apa kita

ngeshare kan? Dan itu menurut aku gak begitu terlalu nolong sih, gak efektif.

N Oke.

P Ada lagi gak?

P1 Kayaknya udah sih.

P Kayanya itu aja sih Ko pertanyaan dari kita.

N He'eh.

P Thank you Ko Kent.

N Thank you.

P1 Makasih Ko, sudah meluangkan waktunya

N Udah? Ada lagi?

P Udah sih.

P1 Belum ada sih.

P Belum ada lagi sih.

N Yaudah misalkan kalo ada kabarin lagi aja yaa..

159
Lampiran 2 Transkrip Wawancara Eksternal

A. Transkrip Narasumber 1 dan 2

Nr: Narasumber 1 (Rahmadia Yunita)

Na: Narasumber 2 (Anggraeni Lestari)

P: Pewawancara

P Halo semuanya, terima kasih sudah meluangkan waktunya hari ini untuk

melakukan wawancara bersama kami Tim Event Creative Nest Indonesia.

Untuk memulai wawancara survey hari ini, mungkin untuk kak Rahmadia

boleh diperkenalkan dulu dirinya dan profilnya.

Nr Aku Rahmadia Dinita, Alovers dari Tenggarong, Kalimantan Timur.

P Oke. Kak Anggreani sendiri dari mana? Boleh perkenalkan diri dulu.

Na Halo aku Anggreani Lestari, aku Alovers dari Bekasi.

P Pertama-tama, kalian itu mengikuti Live Acoustic Aldy sendiri motivasinya

karena apa ya? Boleh tau, dari kak Rahmadia dulu.

Nr Karena dari awal memang suka Aldy. Terus waktu Live Acousticnya bang Kiki

juga ikut terus seru jadi ikut lagi.

P Jadi memang penggemar Coboy Junior ya kak ya?

Nr Iya.

P Oke. Kalau kak Anggreani sendiri?

Na Aku juga awalnya ngefans sama Aldy, jadinya buat waktu-waktu refreshing

karena penat tugas sih, jadi nonton konser.

160
P Oke kak. Selama mengikuti acara sendiri menurut kakak kayak gimana

acaranya secara keseluruhan? Menurut kak Rahmadia?

Nr Acaranya seru tapi kayak kurang interaksi aja. Kayak bang Kiki kemarin

interaksinya interaktif ngajak ngobrol. Pas yang Aldy itu kurang aja gitu

ngobrolnya. Terus musiknya kadang tuh lebih gede daripada suara Aldy nya.

Jadi kurang enak didengar.

P Oke-oke. Jadi emang kak Rahmadia sendiri pernah mengikuti Live Acoustic Kiki

dan Aldy ya? Dua-duanya?

Nr Iya.

P Jadi emang kalau yang tadi kalau gak salah yang Aldy lebih interaktif atau bang

Kiki yang interaktif?

Nr Yang bang Kiki yang lebih interaktif.

P Oh bang Kiki yang lebih interaktif. Tapi pas di music kalau yang pas Kiki

itu musiknya lebih gede daripada suaranya ya?

Nr Bukan, yang Aldy lebih gede suaranya.

P Oke. Menurut kak Anggraini sendiri bagaimana?

Na Kalau menurut aku sih bagus sih konsernya. Seru juga. Ya kurang nya sih

interaktifnya aja yang kurang. Gak ada ngobrol-ngobrolnya gitu.

P Oke-oke. Untuk dari segi pembelian tiket ada masalah gak? Dimulai dari kak

Rahmadia dulu

161
Nr Untuk pembelian tiketnya, ya kayak agak ini ya, susah. Soalnya udah masuk ke

akunnya gitu, tapi pas mau masuk lagi harus log in lagi. Dan itu kadang lupa

akunnya kemarin apa gitu.

P Ya-ya, jadi emang melalui Kiostix kan ya pembelian tiketnya. Jadi emang kayak

susah di akunnya sendiri untuk log in. Kalau kak Anggreani sendiri gimana?

Na Kalau aku gak terkendala apapun sih kak, jadi pas log in juga mudah-mudah

aja sih.

P Oke. Kak Anggraini sendiri bayarnya pakai apa ya kalau boleh tau?

Na Transfer ke ATM kak.

P Langsung bank ya. Kalau kak Rahmadia sendiri?

Nr Pakai Gopay.

P Oke pakai Gopay. Ada gak sih kayak pembelajaran yang kakak dapat selama

mengikuti acara live acoustic sendiri. Kalau kak Anggreani ada gak?

Na Buat have fun aja sih kak.

P Buat have fun aja ya. Oke. Kalau kak Rahmadia?

Nr Sama sih, kayak seru aja, seru-seruan karena memang selama pandemi ini

rasanya gak ada hiburan gitu kak.

P Oke. Buat seru-seru ya. Menurut kak Anggreani sendiri apakah Live Acoustic

itu sudah berjalan dengan baik? Misalnya dari arahan dari panitia sendiri, itu

sudah jelas apa belum atau ada yang menurut kakak-kakak ini kayak kurang

jelas dan kayak membuat bingung gitu, ada gak? Dari kak Rahmadia?

162
Nr Kalau dari akunya sih gak ya. Tapi kayak dari orang-orang Alovers lain chat ke

aku “kak ini gimana ya, soalnya udah beli tiket kadang gak ada di kasih link

atau gimana gitu”. Jadi agak susah juga ngejelasinnya, soalnya gak tau.

P Oh jadi emang kayak pas link untuk live streaming nya susah ya?

Nr Iya, gak dikirim sama Kiostix nya.

P Tapi emang linknya itu terdapat di Kiostix sendiri kan ya?

Nr Ya, di email kan seharusnya, tapi gak ada di email.

P Jadi bagaimana itu pas waktu itu, ada nanya panitia gak?

Nr Ada nanya, terus kata panitianya itu tanya ke pihak kiostiknya. Jadi bingung

juga jadinya dia gak ikut.

P Oh jadi, kakak ujung-ujungnya yang nanya itu gak dapat ya link nya.

Nr Iya gak dapat.

P Padahal udah bayar?

Nr Udah.

P Oke-oke. Kalau kak Anggraini sendiri?

Na Aku juga sama gak ada kesulitan apapun sih kak.

P Oke. Kalau untuk selama live streaming nya sendiri ada kendala gak? Kendala

dari koneksi, wifi dan juga internet misalnya live streaming nya putus-putus,

gimana kak Anggraini?

Na Kemarin sih sempat ada sedikit macet gitu kak pas akhir-akhir acara kayaknya

sih kak.

P Kayak ada macet-macet gitu ya?

163
Na Iya. Harus di refresh lagi, baru bisa.

P Dari koneksi ya berarti. Kalau kak Rahmadia sendiri?

Nr Kalau yang pengguna laptop gak, tapi pas pakai handphone itu kadang suka

keluar sendiri dari livenya. Jadi harus masuk lagi.

P Kalau boleh tau sendiri kak Rahmadia itu kayak yang kepala fanbase nya

Alovers atau emang Alovers aja gitu?

Nr Gak sih, Alovers aja.

P Oke-oke. Menurut kakak Anggreani ni, yang kakak tanggap konsep yang

dibawain pas Live Acoustic itu apa ya? Tema selama menonton.

Na Temanya tentang cinta gitu sih kak, galau-galauan.

P Oke. Kalau kaka Rahmadia sendiri?

Nr Sama sih, lebih ke galau yang lagu-lagunya lebih slow gitu.

P Slow gitu ya pas Aldy nya. Kalau bang Kiki kak?

Nr Yang pas Kiki apa ya? Ya sama sih kayaknya. Tapi lebih ini, lebih bang Kiki lah

gitu

P Lebih flownya sendiri lebih di Kiki lebih mulus ya daripada yang Aldy?

Nr Iya.

P Menurut kaka Rahmadia sendiri, Live Acoustic itu ada gak yang membedakan

dengan konser-konser lainnya? Menurut kakak ada yang lebih gak dari konser

ini?

164
Nr Kalau live acoustic yang lain mungkin lebih nonton yang gak ada interaktifnya,

Cuma nonton aja. kalau yang ini mungkin lebih ada nelpon gitu-gitu, giveaway.

Jadi lebih seru aja.

P Sebelumnya pernah ikut konser lain gak, selain Live Acoustic ini?

Nr Gak, tapi ada waktu itu ada Tulus ikut.

P Oh Tulus. Ini konser online atau offline kak?

Nr Offline. Oh online .

P Oh online ya. Tapi gak ada interaksi sama sekali ya, Cuma nonton doang. Kalau

kak Anggraini sendiri gimana kak?

Na Aku sih belum pernah ikut konser online, baru Aldy doang yang aku nonton.

P Tapi kira-kira pas Aldy menurut kakak apa sih yang beda diantara konser-

konser lainnya. Kan sering liat tu konser lain gimana gitu, menurut kakak Live

Acoustic gimana?

Na Konser lain cuman kayak nonton biasa dari tv atau HP. Kalau ini kayak berasa

ngeliat konsernya beneran.

P Oke. Kakak sendiri ada gak sih, kayak element of surprise, kayak terkejut gitu,

kayak terharu gitu pas nonton konsernya pas kapan, boleh diceritain gak kak?

Dimulai dari Kakak Rahmadia mungkin.

Nr Halo iya, kenapa?

P Ada gak sih yang buat kakak terharu atau kayak terkesan gitu selama

mengikuti acara Live Acoustic ini. Misalnya di notif sama kakak Aldy atau kak

Kiki sendiri gitu.?

165
Nr Ada sih, yang Aldy, yaa karena di notif gitu di snapgram. Terus dibalas juga

waktu itu, jadi kayak surprise aja gitu, kayak gak pernah..

P Gak pernah ya sebelumnya. Kalau Kak Anggreani?

Na Ya dinotis gitu sih kak, lebih surprisenya sama sih.

P Di notisnya kayak gimana kalau Kak Anggreani?

Na Di notis gitu..

P Oke-oke. Baik. Menurut kak Rahmadia nih selama mengikuti acara Live

Acoustic nih liat posternya dulu atau liat iklannya dulu. Nah kira-kira

brandingnya itu sudah tepat belum, kayak apa yang kakak ekspektasikan itu

dengan yang Live Acoustic pas ditampilkan, pas hari hari acara itu sudah sesuai

belum dengan brandingnya.

Nr Udah sih, soalnya udah expect bakal live streaming.

P Nah kira-kira brandingnya itu sudah tepat belum, apa yan kakak expect itu

sudah sesuai dengan yang di Live Acoustic pas ditampilkan pas hari H?

Nr Sudah sih, soalnya udah tau kalau Creative Nest pasti bagus bikin Live Acoustic.

Karena dari yang bang Kiki udah bagus banget. Jadi udah tau lah gitu.

P Kalau kak Anggreani sendiri?

Na Sudah expect juga sih kak kalau bagus. Terus juga di poster ada bonus-bonus

segalanya kan. Jadi makin penasaran sama konsernya gitu.

P Menurut kak Rahmadia sendiri kayak production live streaming dari Live

Acoustic itu udah bagus belum ya? Ada kurang gak menurut kakak yang perlu

166
ditingkatkan. Misalnya koneksinya perlu diperbaiki, karena macet-macet atau

gimana gitu?

Nr Gak sih so far bagus-bagus aja gitu. Yang tadi aja yang kayak keluar –keluar itu

doang dari acara.

P Oke. Kak Anggreani sendiri?

Na Gak ada sih kak, mungkin gara-gara sinyalnya juga kali beda-beda daerah,

jadinya kurang mendukung.

P Oke. Nah aku mau nanya nih soal interaksi, kalau dari Kak Anggreani sendiri

kan tadinya di notis. Nah ada gak sih interaksi lain, misalnya komunikasi

langsung, chat langsung sama Aldinya selama live streaming berlangsung?

Na Gak sih kak.

P Jadi Cuma di notis doang ya

Na Iya Cuma diliat doang.

P Oke. Kalau kaka Rahmadia?

Nr Ada, Cuma dibalas aja. Karena aku ngebalas snapgramnya dia “dah ikutan”,

dan dia balas “wow” gitu doang, gak ada yang lain sih.

P Selama streaming itu interaksinya lewat chat yang disebelah itu kan, kayak live

chat gitu ya.

Nr Ya.

P Itu gak ada dibalas ya kak?

Nr Gak ada.

167
P Oke. Dari kaka Rahmadia sendiri, selama interaksi yang kayak dibalas

snapgramnya itu, perasaannya gimana?

Nr Senang bangetlah pastinya. Karena dibalas sama idola jadi senang.

P Oke. Kalau kak Anggraini sendiri, selama dinotis sama kak Aldy sendiri gimana

kak?

Na Senang sih kak. Walaupun diliat doang sih.

P Oke. Menurut kak Rahmadia sendiri ada gak sih apa namanya.. pas ngikutin

acara kalian ada mengabadikan momen pas acara gak? Dari kak Rahmadia

misalnya instagram story atau gak video–video untuk kenang-kenangan gitu,

salam live streaming?

Nr Oh ada.

P Ada ya. Lebih ke instagram story dan video, kedua-duanya ?

Nr Iya.

P Kalau kak Anggraini?

Na Ada juga kak

P Oke. Kaka Rahmadia, pas menonton Live Acoustic apakah merasa terhubung,

kayak kak Rahmadia ini merasa kayak terkoneksi sama kak Aldy atau sama kak

Kiki sendiri?

Nr Iya sih soalnya lumayan ini, kayak lumayan private jadi kayak nontonnya itu

beneran gitu.

P Jadi merasa nonton konser secara langsung ya. Kalau kak Anggraini?

168
Na Sama sih kak. Kayak berasa orang-orang gak bisa, kayak ngeliat konsernya

secara langsung gitu. Soalnya

P Best moment pas acara Live Acoustic sendiri, menurut kak Anggraini yang

mana, pas dimana gitu?

Na Pas Aldy nyanyi bareng si Devano sih kak.

P Oh kalau kak Rahmadia?

Nr Sama, yang Aldy nyanyi 3 lagu medley itu bareng Devano, itu seru banget.

P Oke, seru banget ya?

Nr Iya.

P Kak Rahmadia ada saran gak buat panitia yang sudah menyelenggarakan Live

Acoustic sendiri?

Nr Apa ya, kayak ditingkatkan aja yang dari kualitas videonya. Karena kadang blur

juga, jadi agak susah. Terus ngadat juga, kadang Aldi suaranya lebih dulu dari

mulutnya gitu.

P Oh jadi delay ya?

Nr Iya.

P Oke. Itu aja kak atau ada yang lain dari arahan panitia misalnya. Ada gak?

Nr Udah sih, gitu aja.

P Kalau Kak Anggreani sendiri ada gak, ada saran?

Na Sama aja sih kak, sama kayak kak Rahmadia tadi. Kayak ditingkatkan terus

video-videonya, kameranya juga ditingkatkan biar gak ngeblur gitu.

169
P Sepertinya cukup sih kak, wawancaranya. Sebentar ya kak. Partner saya mau

nanya untuk beberapa pertanyaan. Nanti saya alih kan saja ya.

P2 Halo kak, aku mau nanya ini, lebih kayak, tadi udah dibilang dari kakak sendiri

lebih udah bagus, tapi kurang interaksi. Nah kalau dari kakak sendiri, kira-kira

apa yang bisa ditambahkan, biar bisa lebih interaktif gitu. Ada gambarannya

harus seperti apa?

Nr Mungkin lebih kayak ngebaca komentar ya. Soalnya disediakan roomnya. Tapi

kadang gak dibaca, gitu. Jadi kita kayak ngobrolnya sesama alovers aja.

sebenarnya kan kita pengen kak Aldi lebihnya gitu.

P Oke. Kalau dari kak Anggraini gimana?

Na Sama sih kak lebih baca-baca room chat, jadi gak hanya sesama Alovers doang.

Aldinya juga ikut gabung.

P Terus kalau dari live ininya sendiri, dari kiostiknya kan lebih sulit, dari kak

Rahmadia lebih ke kesulitan di login nya. Tapi kalau untuk pembayarannya

sendiri ada kesulitan gak kak ?

Nr Pembayarannya sih gak ada. Secara banyak banget metodenya, jadi enak juga

milih metode pembayarannya.

P Tadi kan ada sempat juga dibilang kalau kaka Rahmadia pernah ikut ke

konsernya online Yulus. Pernah juga gak sih kak, maksudnya ngeliat konser-

konser lain yang misalnya kalau gak ikut pun, misalnya ngeliat dari media

sosial orang yang menurut kakak lebih menarik nih. Misalnya dari Live

Acoustic Creative Nest nya sendiri kan konsepnya lebih yang intimate kan. Jadi

170
memang tanpa ada panggung yang besar dan segala macam. Nah menurut

kakak lebih menarik konsep yang seperti itu atau konser-konser yang

biasanya yang offline dulu.

Nr Lebih enak yang Creative Nest sih. Karena ya intimate, jadi lebih ini sih, lebih

dekat aja gitu.

P Jadi sebenarnya kalau untuk dari konsepnya sendiri sudah oke ya kak, lebih ke

intimate tanpa harus ada panggung yang besar, atau dekorasi yang terlalu

menonjol gitu ya?

Nr Iya.

P Kalau dari kak Anggreani gimana?

Na Lebih asik yang intimate kayak gini sih kak.

P Oke kalau gitu, ini dulu, sampai sini dulu interview hari ini. Mungkin ada lagi

yang ingin ditanya?

P1 Udah sih cukup itu aja. Makasih banget buat kak Rahmadia sama kak

Anggreani yang udah luangin waktunya hari ini, pendapat kakak-kakak ini

sangat berharga banget buat Creative Nest, jadi kita juga bisa improve untuk

Live Acoustic kedepannya.

P Terima kasih ya kak.

N Iya sama-sama.

B. Transkrip Narasumber 3, 4, dan 5

Nw: Narasumber 3 (Wiwind Sapoetri)

Nt: Narasumber 4 (Triska Siallagan)

171
Nr: Narasumber 5 (Revalina Miftahurrizqa)

P: Pewawancara

P Halo semuanya, sebelumnya aku mau bilang terimakasih juga buat kak Wiwin

dan kak Triska karena udah mau join aku dan tim di interview malam ini. Udah

meluangkan waktunya buat ngasih kita beberapa pendapat mengenai acara

Live Acoustic yang sebelumnya sudah pernah dilaksanakan oleh Creative Nest

Indonesia. Untuk pertanyaannya mungkin lebih, untuk teknis interviewnya

lebih ke kayak seperti diskusi grup sih kak. Misalnya nanti saya akan

memberikan pertanyaannya dan akan diputar gitu ke setiap orangnya.

Misalnya mulai dari kak Wiwin terus kemudian menurut kak Trizka gimana,

gitu paling.

N Oke kak. Boleh request gak nanti jangan aku ya pertama hehe.

P Oh iya boleh-boleh.

N Nervous.

P Iya gapapa. Nanti yang lain aja dulu.

N Oke thank you kak.

P Oke jadi terimakasih kak Wiwin, kak Trizka dan kak Revalina sudah

meluangkan waktunya untuk malam ini. karena sebelumnya satu orang lagi

belum join kita akan mulai aja dulu interviewnya. Dan nanti kalau

misalnya yang satu lagi sudah join akan langsung dilanjutkan aja ya kak.

Mungkin buat pertama-tama aku mau jelasin dulu. Jadi sebenarnya interview

172
ini itu lebih untuk Creative Nest Indonesia bisa mengetahui sih kak

improvement apa saja yang bisa dilaksanakan dalam event Live Acoustic

berikutnya. Kebetulan kakak–kakak disini memang peserta Live Acoustic yang

pernah dilaksanakan di Creative Nest. Baik itu dari acoustic Kiki, Aldy maupun

Dead Bachelors dan kami ingin tau insight dari kakak itu gimana. Mungkin bisa

dimulai dari perkenalan nama lengkapnya gitu. Mungkin bisa dimulai dari kak

Trizka dulu?

Nt Kenalin diri gimana?

P Nama aja gapapa aja sih kaka sama umur mungkin.

Nt Nama Triska Siallagan, umur 21 tahun.

P Oke, mungkin berikut dari kak Wiwin. ee masih di mute kak.

Nw Udah kedengeran ya?

P Udah aman

Nw Halo, aku Wiwin usianya 21 tahun sama.

P Oke. Kalau dari kak Revalina?

Nr Halo kak, perkenalkan nama aku Reva, usia aku 16 tahun

P Oke-oke. Nah mungkin aku pertama mau nanya ini dulu sih. Kayak alasan mau

mengikuti Live Acoustic dari Creative Nest itu kenapa sih ? mungkin bisa dari

kak Revalina dulu.

Nr Oke kak. Alasan aku buat ngikut Live Acoustic yang waktu itu, aku itu gimana

ya udah ngefans sama gitu sama bang Kiki dari jaman coboy junior. Sampai

sekarang pun masih. Terus aku suka banget sama karya-karyanya bang Kiki.

173
Kayak singlenya bang Kiki terus yang singlenya bareng Coboy Junior. Jadi aku

kayak pengen coba gimana sih rasanya ngikut konser gitu kan. Dulu memang

pengen ada niatan gitu kan, gimana sih rasanya ikut-ikutan konser. Jadi salah

satunya gitu kak.

P Oke, berarti memang karena ngefans dan mau cobain ke konsernya ya?

Nr Iya kak.

P Oke kalau dari kak Triska gimana?

Nt Ya mau dibilang bucin Aldy.

P Hehe. Oke. Tapi kalau pengalaman sebelumnya sudah pernah sih kak ngikutin

misalnya kalau Aldy ada konser atau pertunjukan musik gitu pernah ikut gak

sih kak?

Nt Secara online?

P Online atau offline misalnya kalau ada

Nt Baru sekali sih, soalnya saya baru ngerantau ke jawa dan baru disitu bisa

ngikut acara Aldi. Sebelumnya gak pernah.

P Oo berarti baru yang dari Creative Nest yang pertama.

Nt Ya kalau yang online. Kalau yang offlinenya paling Cuma meet and great doang

P Oo oke-oke. Kalau dari kak Wiwin?

Nw Oke, kalau dari aku mungkin dari pertanyaannya kenapa mau nonton ya?

P Ya.

Nw Kalau aku, sorry ya misalnya kalau gak berisik soalnya di pinggir jalan

tempatnya.

174
P Aman kok kak.

Nw Ini sih apa, karena emang udah lama sebenarnya kan itu Dead Bachelors ada

Live Acoustic gitu disitu kan. Nah jadi makanya aku emang seru pengen ikutan

gitu kan. Karena terakhir ketemu Dead Bachelors itu live di playfest dan pas

pandemi ini kan tadinya juga ada, apa sih konser juga Cuma batal karena

pandemi kan. Akhirnya ada deh di Live Acoustic ini di Creative Nest Indonesia.,

jadi bisa ikutan.

P Oke jadi sebenarnya selain dari Live Acoustic juga udah pernah ini ya udah

pernah ikut konser bareng

Nw Tapi kalau untuk online ya, eh gak sorry maksudnya kalau untuk online baru

ini doang. Nah kalau live langsung performance itu baru terakhir 2019. Aku

nyoba online ini baru pertama ini.

P Oke-oke. Tapi udah tau belum kak sebelumnya dari Dead Bachelorsnya

sendiri ada pernah membuat konser online lain atau baru yang sama Creative

Nest Indonesia doang?

Nw Pernah waktu itu. jadi pas konser online itu dia sudah dua kali setau aku ya.

Nah Cuma aku baru nonton lagi, maksudnya baru nonton pertama kali ini

disini di Creative Nest Indonesia, kayak gitu.

P Tapi ada dapat cuplikan gak kak, kayak misalnya ada yang.. biasanya kan ada

yang suka video tuj. Nah ada gak sih keliatan bentuk konsernya itu sendiri

gimana gitu.

175
Nw Oo kalau konsernya setau aku gak jauh beda sama sih sama live-live pada

umumnya gitu. Cuman kayak ada live chat aja gitu. Terus nanti kak Eda sama

kak Marrio itu ngebacain. Kalau setau aku kayak gitu ya.

P Oke. Terus mungkin kita lanjut ke pertanyaan berikutnya di.. mungkin boleh

dikasih tau kayak menurut dari kakak sendiri, acara Live Acoustic yang

dilaksanakan dari Creative Nest Indonesia itu sudah berjalan dengan baik?

Kayak misalnya mulai dari pembelian tiketnya, arahan panitianya, atau

bahkan dari live streamingnya sendiri sudah mulai memuaskan atau gimana?

Mungkin dari kak Triska dulu

Nt Ya lumayan sih kak. Soalnya yang saya alami ya, yang pas kurang interaksi kali

ya, sama Aldy, antara Aldy sama bandnya dan musiknya.

P Oh.

Nt Soalnya kadang itu, suara Aldy lebih gede daripada musik atau sebaliknya.

Tapi lebih sering suara musiknya lebih gede dari Aldy.

P Oke.

Nt Antara sinyal atau gimana juga, gak sinkron bibir Aldy sama suara.

P Oke-oke. Tapi kalau dari interaksi antara Aldy nya ke fansnya gimana kak?

Nt Ya namanya gak ke notice pasti dibilang kurang puas.

P Oke-oke. Tapi sebenarnya ada live chat gak sih kak pas lagi konsernya gitu, di

Live Acousticnya.

Nt Live chat nya antara kita yang, sama nonton doang.

176
P Oke kalau dari pembelian tiketnya sendiri ada permasalahan gak kak misalnya

ada kendala untuk pembayarannya atau pembelian tiketnya gitu?

Nt Buat saya sendiri sih gak ada kak, aman-aman aja.

P Kalau untuk live streamingnya ada masalah gak ya kak? Misalnya Karena

dari beberapa interview yang udah aku lakuin juga memang ada beberapa

permasalahan, kayak misalnya kualitas video yang lumayan blur atau ngadat,

emang ada kayak gitu ya kak?

Nt Iya ngeblur, di saya ngeblur banget padahal sinyalnya bagus. Terus beberapa

kali keluar, jadi klik-klik lagi, gitu-gitu aja.

P Oke, kalau boleh tau kakak menggunakan gadgetnya dari mananya kak? Dari

hp atau laptop misalnya.?

Nt Dari laptop.

P kalau dari kak Revalina, ada kendala lain mungkin tau sama dengan kak

Triska?

Nr Kalau dari aku sih kak, kan kalau bisa dibilang ini konser pertama. Mau online

maupun offline ini konser pertama bagi aku. Jadi untuk pembayaran pun,

untuk administrasinya kurasa sih cukup bagus ya. Cukup mudah gitu,

mungkin kalau untuk kendala dari konsernya mungkin ya seperti

yang dibilang kak Triska tadi. Mungkin ngeblur, ngadat, kemungkinan waktu

itu faktor cuaca di daerah aku, gitu kak.

P Oke-oke. Tapi kalau misalnya dari kendala selain itu berarti gak ada ya?

Misalnya informasi dari panitia atau yang kurang jelas gitu, gak ada?

177
Nr Gak ada. Aku rasa sudah cukup bagus sih.

P Oke. Mungkin boleh dari kak Wiwin?

Nw Kalau aku mungkin ini sih.. kendala yang di akunya kayaknya. Aku kan, kalau

menurut aku sih kendala sinyal di akunya. Kalau untuk yang penyelenggara so

far mereka sudah memberikan yang terbaik sih. Nah karena masalahnya

online, jadi ada beberapa sinyal yang mungkin gak tersalurkan dengan baik.

jadi kadang ya paling sinyalnya kita yang agak gak bagus gitu, jadinya ngeblur

atau gimana. Saya kemarin kendalanya kayak mandet-mandet gitu.

Maksudnya lagi perform terus musiknya berhenti, kayak gitu. Kalau menurut

aku, di akunya sih sinyal agak jelek. Terus pembelian tiketnya itu ini sih apa

namanya gak masalah sih. Kayak pada umumnya.

P Oke. Berarti untuk pembayarannya juga cukup oke ya kak.

Nr Iya..

P Terus selain itu, oh ya untuk mungkin boleh di kasih tau dulu kak, kayak awal

journey kakak bisa tau si acaranya itu darimana, terus kayak sampai akhirnya

kakak membeli tiketnya kayak gimana sih. kayak perasaan kakak pas mulai

dari melihat ada isi poster acaranya misalnya sampai ke daftar dan beli.

Sampai ke mengikuti acaranya. Mungkin boleh kak Wiwin dulu.

Nw Oke. Kalau aku terus terang aku tuh new lovers Dead Bachelors. Dead

Bachelors itu fansnya new lovers. Nah kita tu ada satu wa grup. Nah aku

taunya dari situ. Jadi kayak ada beberapa admnya yang infoin. Ada Live

Acoustic nih di sini, coba di cek di ignya. Jadi tau dari situ sih. Jadi kalau info

178
Dead Bachelors itu dari grup wa. Jadi aku ngikutin dari sana aja, ngeliat aja,

lebih updatenya sih gitu.

P Oke-oke.. perasaanya gimana tuh kak pas Dead Bachelors mau bikin acara

gitu.

Nw Ya awalnya biasa aja, cuman pas udah, kenapa biasa aja soalnya kan udah

mikir kayak gimana ya udah mikir takut sinyalnya nih kayak gitu kan soalnya

online kan. Dan kalau harga sih gak masalah, karena juga udah dibawah rata-

rata segitu kan kalau untuk musik. Terus ya awalnya biasa aja, eh seru sih.

Soalnya yang aku tau Cuma Dead Bachelors doang kan, jadi ya udah gapapa

kayak gitu. Aku kira bakal kayak banyak band lain, ternyata cuma Dead

Bachelors yaudah aku senang. Karena takutnya kalau gabung sama band lain

kita yang gak tau jadi kayak nunggu Dead Bachelors dulu kan.

P Oke-oke.

Nw Jadi ya senang sih, seru ikutan nonton gitu.

P Jadi memang lebih prefer kalau misalnya artisnya cuman 1 aja gitu ya?

Nw Mm karena jadi langsung ketemu fansnya kan. Apalagi yang tambah serunya

itu ada sama kak eda dan kak mario bacain live chatnya. jadi kita yang nonton

main cepet-cepetan bikin chat, gitu. Dari situ juga seru kayak gitu.

P Tapi ada ininya sih kak, pengalaman yang kurang mengenakkan? Misalnya

kakak pernah nanya info dari main Creative Nest Indonesia, pelayanannya

kurang baik gitu gak sih kak?

179
Nw So far kalau menurut aku sih gak ada sih kak. Kita dapat infonya langsung dari

pihak. Nah mungkin pas mau masuk sih agak ada kendala, agak lama untuk

masuk ke join nya, ke live streamingnya agak lama sih. Ya balik lagi itu di sinyal

akunya atau dari sananya, kayak gitu. Cuma ya kesananya gak masalah, Cuma

yang kayak tadi aja sih aku bilang kendalanya. Ya agak mandet-mandet cuman

balik lagi di sinyal, gak tau deh, makanya yaudah.

P Oke-oke. Kalau dari kakak Triska gimana kak? Dapat infonya awalnya

darimana dan kayak journeynya gimana perasaan kakak waktu mendapat

posternya atau dari acara itu dan sampai akhir acaranya, menurut kakak

gimana.

Nt Awalnya itu sih pas tau yang udah bang Kiki. Kan bintang tamunya Aldy. Terus

ada yang bilang ini pasti bakalan ada Aldy juga, soalnya kan yang punya

Creative Nest Indonesia itu yang punya kak patrick. Terus ada yang kirim ke

grup, kita rata-rata alovers follow Creative Nest Indonesia nya sih, jadi taunya

dari sana.

P Oke. Tapi kalau buat dari infonya sendiri berarti sudah cukup baik ya kak?

Nt Ya cukup.

P Terus, sama kayak tadi pertanyaan ke kak Wiwin, ada gak kayak misalnya

kejadian kurang mengenakkan gitu. Dari antara Creative Nest Indonesianya

atau dari Live Acoustic ke kakak sebagai peserta gitu?

Nt Gak ada sih kak .

180
P Gak ada ya. Oke. Kalau dari perasaannya sendiri waktu pertama kali ngeliat

iklannya itu dan pas ngikutin acaranya itu gimana?

Nt Senang aja. soalnya Aldy kan gak ada ilang-ilang .

P Oke-oke. Berarti kayak bisa dibilang ajang reunian ya kak sama si kak Aldynya

gitu.

Nt Ya Aldy nya.

P Oke-oke. Kalau gitu mungkin dari kak Revalina gimana?

Nr Kalau dari aku kak, kalau untuk informasi yang diberikan dari tim Creative

Nest Indonesia gak ada masalah sih. Masih berjalan aman.

P Mungkin boleh diceritain kak awalnya kakak dapat info tentang acaranya dari

mana?

Nr Oo waktu itu aku dapatin infonya tentang Live Acousticnya bang Kiki itu di

sosmednya bang Kiki. Terus juga sempat kan aku pernah nge stalk ignya

Creative Nest Indonesia, juga ada iklan tentang Live Acousticnya bang Kiki.

P Perasaannya gimana tu kak waktu pertama kali tau ada bakal ada event bang

Kiki?

Nr Waktu pertama kali perasaan aku ketika ada promosi tentang live akustiknya

bang Kiki itu aku kayak ngerasa “wah ini ni salah satu yang bakal bisa bikin apa

namanya, bernostalgia gitu, nostalgia CJR”. Bisa ngobatin rindu aku lah sama

cjr gitu kan. Ngeliat kak Aldi sama bang Kiki nyanyi lagi, bareng lagi. Kayak

ngerasa senang banget gitu. Terus aku bilang, aku harus nyoba ni, gitu.

P Oke. Tapi kalau untuk ini misalnya ada kejadian kurang mengenakan?

181
Nr Mm mungkin kalau kurang mengenakkan sih mungkin dari aku sendiri.

Kebetulan waktu itu ada apa namanya, cuaca memang lagi gak bagus. Jadi

jaringan putus-putus.

P Berarti kalau dari pelayanan Creative Nest Indonesia atau acoustics stagenya

sudah cukup bagus ya ?

Nr Yaa cukup bagus.

P Oke. Kalau gitu kakak sendiri pernah gak ikut konser online atau pertunjukkan

musik online, di luar Creative Nest Indonesia? Kalau dari kak Triska mungkin.

Kayaknya pernah, udah pernah ngikutin konser atau pertunjukkan musik

online gak sih kak?selama pandemi ini selain yang Live Acoustic Creative Nest

Indonesia.

Nt Gak. Jarang sih kak.

P Oke-oke. Kalau dari kak Revalina bagaimana.? Pernah ikut konser lain

mungkin?

Nr Kak aku izin gak nampilin wajah dulu ya ada urusan dibelakang. Kalau dari aku

sendiri sih, ikut Live Acoustic cuman ini pertama kali. Cuma Apa namanya,

premiere musik videonya dari unity, cuman itu doang.

P Oo tapi kalau untuk yang premier musik itu bentuknya gimana ya kak?

Lebih ke cuman ke pemutaran video aja atau ada penampilannya juga, live

gitu?

Nr Kalau yang kemaren itu yang aku rasain ada sih yang dia ketemu-temu sama

fans, gitu kak.

182
P Oo tapi ketemuannya online juga?

Nr Gimana kak?

P Ketemuannya online atau offline

Nr Iya kak secara online, melalui zoom.

P Oke-oke. Berarti dipilih beberapa orang yang mendaftar kemudian baru

melaksanakan si meet and greatnya ya kak?

Nr Iya kak.

P Kalau dari kak Wiwin, Gimana? Apakah pernah mengikuti konser online lain?

Nw Ya yang tadi aku bilang, aku gak pernah, baru ini doang, sekali ini gitu.

P Oke-oke. Kalau ada gak sih kak manfaat tertentu yang kakak rasakan setelah

mengikuti Live Acoustic ini? mungkin dari kak Wiwin dulu.

Nw Manfaat ya. Ya manfaatnya seru gitu, terus ketemu kangen juga kan. Karena

hampir setahun gak ngeliat Dead Bachelors, gak ketemu kak eda, kak mario,

kayak gitu. Terus pas udah ketemu dia asik tambah asik setu. Apalagi bentar

lagi ada lagi baru, jadi kayak tambah semangat lagi, gitu.

P Oke-oke. Kalau dari kak Revalina bagaimana kak?

Nr Gimana tadi kak?

P Apasih manfaat yang kakak dapatkan dari acara Live Acoustic ini?

Nr Salah satunya ya bikin terhibur sih kak. Terus bisa tau gimana bentuk dari

salah satu Live Acoustic secara online, konser-konser online.

P Oke, kalau dari kak Triska?

Nt Seru aja kak, bisa ketemu kangen sama Aldy.

183
P Oke. Oh ya terus secara keseluruhan ni, puas gak sih dengan acara Live

Acoustic yang dilaksanakan oleh Creative Nest Indonesia? Kalau dari kak

Triska gimana?

Nt Puas kak.

P Oke, kalau dari kak Wiwin? Masih di mute kak.

Nw Sorry sorry, puas banget.

P Oke. Kalau dari kak Revalina bagaimana?

Nr Aku puas banget kak

P Oh ya kalau dari kakak sendiri kan pertama kali tau acara ini dari ada yang

beda-beda. Ada yang tau dari grup, ada yang tau dari Creative Nest

Indonesianya langsung. Ada yang dari instagram artisnya misalnya. Nah kalau

menurut kakak sendiri pemasaran dari Live Acoustic ini sudah cukup baik gak

sih kak? Kayak apakah menurut kakak misalnya kakak gak masuk kedalam

grup itu kaka bakal tetap tau nih ada si acara ini apakah infonya akan nyampe

ke kakak gitu. Mungkin bisa dimulai dari kak Revalina ya

Nr Kalau untuk informasi yang masalah promosi itu mungkin aku sendiri ya kak..

misalnya aku pengen tau deh gimana rasanya ikut konser, mungkin aku

sendiri yang nyari info walaupun gak dibagiin yang kayak di grup-grup itu atau

di sosial media.

P Oke-oke. Berarti mungkin lebih, kalau kak Revalina lebih ke mencari sendiri

gitu ya kak.

Nr Iya.

184
P Kalau dari kak Wiwin?

Nw kalau aku mungkin balik lagi bisa dari story artisnya Dead Bachelors atau gak

mungkin dari kalau kita apa ngeliatin story-story orang lain, mungkin ada part

yang dimana tu ada kayak apa maksudnya, iklan. Nanti kadang-kadang aku

ada beberapa follow musik kan. Jadi mungkin ada keterkaitannya Creative

Nest Indonesia ini masuk ke apa namanya, iklan. Jadi aku taunya dari iklan

story.

P Oke. Kalau dari kak Triska?

Nt Ya palingan dari artisnya sendiri kali kak.

P Oke. Tapi berarti selama masa sebelum sampai dengan si Live Acousticnya itu

berjalan, kakak pernah gak ngeliat apa misalnya ada berita atau misalnya ada

biasanya kan ada sering ada akun-akun instagram yang misalnya

eventjakarta, event apa gitu kan. Apakah kakak ada niat juga, ada promosi si

acara nya itu?

Nt Paling dari sesama kita fans-fans gitu.

P Berarti tapi gak ada melihat ya kak, berarti gak ada mendapatkan informasi

dari si platform lain itu ya, misalnya media partner gitu?

Nt Gak, mungkin gara-gara gak follow gituan.

P Kalau dari kak Wiwin?

Nw Kalau aku mungkin kalau misalnya dari Creative Nest Indonesianya kurang

apa ya, kurang mempromosikan mungkin dari platformnya ya. Mungkin bisa

di..

185
P Gimana kak mohon maaf tadi suaranya kayak ada gangguannya.

Nw Oh oke, kedengaran gak?

P Ya.

Nw Jadi mungkin kalau dari segi bisnis promosinya ya Creative Nest Indonesianya

ya. Mungkin kalau aku dari Prambors kali ya.

P Oke.

Nw Biasanya kan dia ada tu, atau kadang kak Eda Penyiar disitu. Jadi kadang suka

nyeplos disitu sih. Jadi kayak kadang ada tau dari situ, kayak gitu sih.

P Tapi berarti kalau dari media partner atau platform lain itu gak ada ya kak,

gak ada keliatan?

Nw Gak ada sih, aku kurang kelihatan. Paling dari yaa artisnya sendiri.

P Kalau dari kak Revalina gimana kak?

Nr Kalau dari aku pada umumnya sama sih kak. Mungkin liat dari iklan promosi

dari artisnya langsung gitu. Kalau di platform-platform lain gak ada tu, gitu

kak

P Oke. Berarti misalnya dari berita gitu gak ada ya kak?

Nr Gak kak.

P Oke. Terus kalau misalnya ada satu hal yang harus diperbaiki dari konser Live

Acoustic itu sendiri menurut kakak apa yang harus diperbaiki, mungkin boleh

dari kakak Triska dulu?

Nt Kayaknya interaksi antara band ama apa namanya sama penyanyi.

P Oke. Kalau dari kak Wiwin?

186
Nt Soalnya itu..

P Boleh kak dilanjutin dulu.

Nt Soalnya pas acara bang Kiki bagus, suara ama musiknya itu bagus. Beda ama

Aldi.

P Oke-oke. Berarti kakak ikut juga ya sebenarnya yang konser kak Kiki?

Nt Iya ikut.

P Oke-oke.

P Tapi kalau misalnya kaka dibandingkan keduanya, antara Live Acoustic kak Kiki

sama kak Aldi sebenarnya selain dari suaranya sendiri, ada perbedaan gak

kak?

Nt Jujur aja sih, memang lebih seruan punya bang Kiki kemarin. Videonya juga

HD gak blur, suaranya juga bagus.

P Oke-oke.

P Nah kalau untuk yang Aldy sendiri kakak bilang tadi lumayan blur ya kak?

apakah itu ada pengaruh dari sinyalnya kakak atau gimana kak? Kenapa pas

di bagian Aldy nya blur pas bagian Kiki nya tu HD gitu.

Nt Mungkin aja kak. Cuaca juga disini bagus sih.

P Oke, mungkin berarti dari ininya ya, memang dari penyiarannya kita ya.

Nt Mungkin didalam punya saya juga kali kak.

P Oke. Kalau dari kak Wiwin gimana kak?

N Kalau aku so far gak ada sih. Cuman mungkin kalau misalnya untuk prmosinya

bisa lebih banyak lagi,biar orang-orang jadi lebih tau. Karena kan setau aku

187
orang belum tau ya. Maksudnya kakak tau infonya gitu kalau gak dari grup

gitu sih. Tapi dari beberapa artis sendiri, kak Eda sama kak Mario juga

ngeshare sih.

P Oke. Kalau dari. oh ya boleh. Gimana kak

Nw Paling balik lagi soal sinyal.

P Oke. Kalau dari kak Revalina gimana?

Nr Kalau dari aku sih kak, mungkin promosinya mungkin ya kak. Karena

kayak mungkin belum tau gitu kan. Kalau misalnya ada Live Acoustic yang

kayak kemaren.

P Tapi untuk dari acaranya sendiri, apakah ada yang harus ditingkatkan?

Misalnya interaksi di acaranya sendiri kan masih lewat live chat, dan live

chatnya kan hanya antara fans ya. Apakah ada perlu interaksi lain, misalnya

dari artisnya juga bisa ngebalas chat atau misalnya ada interaksi lain. Kira-kira

apa yang harus ditingkatkan lagi? Apakah perlu meningkatkan interaksinya

lagi dan kalau perlu, apa yang bisa interaksi dilakukan, mungkin dimulai dari

kak Wiwin dulu ya.

Nw Aku ya. Kalau aku kayakna waktu itu gak cuman live chat deh. Ada satu sesi,

maksudnya kak Eda sama kak Mario itu nelpon newlovers. Disitu sih aku gak

tau mereka itu maksudnya gimana caranya biar di telpon. Jadi kayak

prambors, kayak di telpon, kayak gitu. Nah itu sih yang aku kurang tau.bisa

ada sesi itu dari mana. Jadi aku kurangnya disitu.

188
P Cuman kalau untuk gimana untuk ditambahin apa tadi, maksudnya

ditambahin kayak, apakah ada perlu kayak interaksi lain gitu.

Nw Kayak yang aku bilang tadi paling, ngasih tau untuk ada sesi meet and greet,

kayak gitu. Jadi bisa, atau kita bisa foto bareng kan, online. Jadi kayak ada

momen tersendiri lah dari pandemi ini, kita ada online, gitu sih.

P Oke-oke. Kalau dari kak Triska gimana kak?

Nt Kalau misalnya dibilang balas-balas chat gak mungkin ya, bakalan susah buat

artisnya. Tadi itu, interaksi setidaknya baca gitu aja sih.

P Mungkin ada kayak harapan lain, kayak kak Wiwin tadi misalnya. Apakah ada

dibuat meet and greet, menurut kakak gimana?

Nt Iya sih pengennya dibuat lagi lebih bagus gitu diadakan. Kalau bisa jangan ada,

biar fokus ke artisnya, jangan ada bintang tamu.

P Oke. Berarti sama kayak kak Wiwin tadi ya berarti. Lebih ke prefer ke satu

artis aja.

Nt Ya. Lebih bagus, biar lebih fokus aja

P Oke-oke. Terus berarti secara interaksi udah oke, mungkin lebih ke kayak

boleh dibuat meet and greet, gitu ya

Nt Iya kak.

P Oh ya untuk acara Live Acoustic sendiri kan ada beberapa yang giveaway.

Untuk info giveawaynya sendiri sudah cukup jelas gak menurut kakak?

Nt Itu aku kurang tau, taunya dari teman yang menang giveaway dari bang Kiki.

P Tapi sebelum itu berarti belum tau infonya ya kak?

189
Nt Belum.

P Kalau dari kak Revalina sendiri tau gak ada info giveaway?

Nr Nah, kalau aku sendiri kak, sempat kaget yang pas waktu Live Acoustic itu.

“wah ada giveaway”, gitu kan. Kalau tau kayak gitu aku bakalan ikut gituin.

Aku udah taunya pas akhir acara Live Acousticnya.

P Oke. Kalau buat waktu berjalannya acara itu sendiri itu berkisar berapa jam

ya kak untuk Live Acoustic yang kakak ikutan. Dan menurut kakak apakah

sudah cukup waktunya sama itu atau misalnya kurang. Kalau menurut dari

kak Reva gimana?

Nr Kalau untuk masalah waktu live nya, aku sendiri sih kurang merasa puas ya

kak, karena kurang lama. Terus kan terbatas waktu kemarin itu, jadi kayak

kurang interaksi waktu. Jadi kalau untuk masalah waktu aman aja sih. Cuman

kalau bisa durasinya dipanjangin gitu.

P Tapi kalau buat misalnya waktu tetap sama apakah lebih baik menurut kakak

misalnya penampilan lagunya yang waktunya dipotong agar lebih banyak

interaksi atau biar aja waktunya, misalnya waktunya gak diperpanjang dan

waktu lagunya tetap sama, gimana?

Nr Kalau di aku sih, tetap full lagunya, mungkin interaksinya diperbanyak.

P Oke. Siap. kalau dari kak Triska gimana kak?

Nt Ya kak, juga boleh diulang

P Lebih ke ini sih kak, kan waktunya berbeda-beda buat, mungkin hampir sama

untuk Live Acousticnya. Nah kalau boleh tau, si Live Acoustic kak Aldy berapa

190
lama dana apakah menurut kakak udah cukup waktunya untuk si Live

Acousticnya itu dilaksanakan? Apakah perlu ada tambahan waktu?

Nt Yang ngefans sama dia pasti lebih dibilang kurang lah. Sewajarnya itu

mungkin udah pas kali ya kak, secara online waktunya.

P Oke, berarti kalau secara misalnya penampilan dan juga interaksinya sudah

cukup menurut kakak?

Nt Kayaknya lebih diperbaiki interaksi.

P Kalau dari kak Wiwin gimana kak?

Nw Kalau aku mungkin ini, kalau misal durasi gak papa sih gak masalah. Cuma

kalau misalnya ditambahin ya gapapa, boleh. Cuma kalau misalnya lebih

bagus lagi, di manage lagi aja, kayak gitu. Waktunya untuk apa-apa, sesi apa

aja gitu

P Tapi kalau buat.. gimana kak?

Nw Aku tadi kepikiran kalau misalnya lebih bagus karena kan kita kan jatuhnya

kayak live ngeliat kan. Kalau gak online kan kita bisa ngeliat mereka secara

langsung kan. Berarti kalau misalnya dia dan apa, idola, kayak dead

bachelors bisa ngeliat kita juga, kayak gitu kan. Mungkin nanti bisa kayak

zoom meeting. Kaka bisa ngeliat aku, aku bisa geliat kakak. Itu kan kayak

Cuma live chat aja. itu sih paling, aku kepikirannya kayak gitu tadi sebenarnya.

P Tapi kalau misalnya secara dari ininya sendiri dari waktunya udah cukup ya

kak?

191
Nw Kalau kelamaan kan juga nanti ya kalau menurut aku jadi gimana gitu. Ya

meskipun, walaupun artisnya pun bisa ngebawa kita have fun ya tetap asyik

juga.

P Tapi berarti secara alurnya sendiri misalnya rundownnya, waktu

acara kemaren udah cukup oke ya kak.

Nw Udah oke kak

P Kalau dari kak Triska gimana menurut kakak? Apakah rundown ataupun alur

acaranya sudah cukup oke misalnya. Atau sempat terlambat, atau pas acara

tiba-tiba ada kejadian apa yang misalnya membuat kayak experiencenya

kurang bagus gitu?

Nt Kalau urutan acaranya sudah bagus sih menurut saya.

P Berarti gak ada delay ataupun gangguan lain waktu acaranya berjalan ya.

Nt Ya kalau urutannya sih udah bagus

P Oke. Kalau dari kak Revalina gimana kak?

Nr Kalau dari aku sih sudah bagus juga sih, udah aman. Dan gak gimana gitu, dah

baguslah gitu.

P Oke. Kalau menurut kakak sendiri nih. Sebenarnya konsep yang ingin

dibawakan oleh Creativeness melalui Live Acoustic itu apa sih kak? Mungkin

boleh dari kak Triska dulu.

Nt Kenapa kak?

P Kayak menurut kakak konsep yang ingin dibawakan Creative Nest Indonesia

melalui Live Acoustic itu apa?

192
Nt Bingung ya

P Mungkin apakah lebih dia mau ke mengajak, memberikan hiburan atau

misalnya dia mau lebih ke membuat sebuah tempat bagi fans dan

juga artisnya bisa lebih intimate dalam pelaksanaan acaranya, gitu. Kalau

menurut kakak gimana?

Nt Ya mungkin kakak bilang yang kedua deh.

P Yang lebih intimate ya.

Nt Yaa. Karena kan kita pastinya ingin interaksinya lebih kuat sama idolanya.

Kalau masalah ikut-ikut event kayak gitu, gara-gara itu. terus menikmati apa

yang diberikan idola gitu.

P Oke. Kalau dari kak Wiwin gimana kak?

Nw Ya hampir sama sih kayak kak Triska, sama kayak yang tadi aku bilang.

Tambahannya kalau mau dibuat kayak zoom meeting gitu sih. Jadi idolanya

bisa ngeliat kita, kita bisa ngeliat dia.

P Oke. Kalau dari kak Revalina gimana kak?

Nr Kalau dari aku sih kak juga sama kayak kak Wiwin dan kak Triska. Lebih ke

intimate gitu kan, terus kayak lebih ke konsep meet great gitu loh kak. Ada 2

interaksi satu sama lain.

P Tapi kalau misalnya secara harga ni. Kalau menurut kakak, harga yang

dibayarkan kemaren waktu, untuk Live Acousticnya itu udah worth it belum

sih? Dan misalnya kakak udah ngerasa worth it, berapa sih jumlah maksimal

193
harga yang bakal kakak keluarin untuk mendapatkan kesempatan ikut acara

kemarin? Mungkin dari kak Reva dulu

Nr Kalau dari aku sih, udah ya kak.. udah worth it gitu. Karenakan yang kemarin

itu kalau gak salah harganya yang 100 ribu. Kalau gak salah plus merchandise,

kalau menurut aku sih udah. Tapi kalau misalnya kalau untuk harga yang

paling aku paling mahal lah ya, paling mahal mungkin 150-200 an.

P Oke. Dan kalau misalnya ada meet and greet gitu, kira-kira kakak berharap

nya itu lebih ke exclusive untuk beberapa orang saja yang terpilih atau dibuat

kayak memang ada tiket khusus untuk meet and greet?

Nr Kalau di aku sih kak terserah sih, cuma kalau lebih bagusnya memang yang

lebih bisa berinteraksi banyak, kayak gitu.

P Berarti lebih penting ke interaksinya ya daripada ke kuantitasnya.

Nr Iya kak

p Kalau dari kak, oh ya dan kalau dijual lagi sebagai, memang tiket khusus kayak

untuk tiket yang bersama meet and greet, menurut kakak berapa sih harga

yang worth? kak Reva.

Nr Kalau dari aku mungkin kalau dari kantong pelajar ya kak, dari aku sendiri ya

mungkin 200an lah paling keras, mahalan, kalau menurut aku sendiri sih.

P Oke. Kalau dari kak Triska gimana tanggapan atas, apakah tiketnya cukup

worth it?

Nt Kalau masalah tiket, menurut aku pribadi worth it sih kak, udah wajar gitu.

194
P Tapi misalnya tadi kayak mau ada dijadikan meet and greet, apakah menurut

kakak lebih baik ada exclusive atau misalnya kayak, yaudah memang ada tiket

khusus untuk orang-orang yang mau ikut meet and greet. Dan kalau misalnya

ada modelan tiket, menurut kakak yang worth it itu berapa?

Nt Menurut saya lebih baik exclusive gitu. Kalau harga nya ya paling ringan

sekantong anak sekolahan dulu. Yang belum kerja dibawah 200 gitu.

P Tapi kalau buat yang exclusive sendiri menurut kakak apakah tetap dijual tiket

terpisah, atau lebih ke kayak misalnya peserta yang mendaftar bisa dipilih

secara acak atau misalnya ada ketentuan khusus gitu?

Nt Lebih baik ada ketentuan khusus saja, kalau diacak kan pasti kayak gak pasti

gitu.

P Kalau dari kak Wiwin gimana?

Nw Kalau aku mungkin ini, kalau untuk harga itu sudah worth it banget. kalau

kayak kemaren aja, kita Cuma bisa ngeliat live chat, mungkin bisa di 50 ribu

lah. Soalnya kebanyakan Alovers itu emang anak-anak usia yang gimana ya,

anak smp gitu-gitu. Kalau misalnya mau dibuat meet and greet, dibikin 2 jenis

tiket aja. jadi Cuma ngeliat performance mereka sama nanti yang satunya lagi

bikin buat meet and greet. Cuman harganya beda, kayak gitu.

P Oke kalau menurut kakak berapa tu kak harga yang cocok buat meet and

greetnya?

Nw Harga meet and greetnya mungkin 100-150 aja. soalnya takutnya

nanti mereka juga ada yang kebanyakan gak mau. Ya diperkirakan aja sekitar,

195
aku bukan yang gimana-gimana ya. Kan bede ini baru memulai ya,belum

dikenal. Balik lagi ni dari artisnya aja, artisnya, maksudnya aku aja bersyukur

loh Dead Bachelors bisa Live Acoustic kayak gini. Karena kan jarang band baru

yang bisa.. maksudnya ada Live Acoustic kayak gini, maksudnya paham kan

ya. Makanya aku ada ini jadi ya ikutan nonton kayak gitu. Cuman kalau

misalnya mau ada meet and greet, balik lagi harganya coba dipikirin baik-baik

lagi. Jangan terlalu mahal, mereka juga mau apa ya, mau beli tiket itu, kayak

gitu. Kecuali kalau misalnya udah terkenal bisa dinaikkin.

P Terus kalau dari kakak sendiri ada gak sih element of surprise, waktu acaranya

yang berjalan yang membuat kakak terkejut “wah ternyata ada ini”.

Nw Ini, yang disebutkan giveawaynya, karena aku menang

P Oh kebetulan kakak yang menang ya?

Nw Iya aku dapat kaus Dead Bachelors, kebetulan aku gak punya, jadi yaudah.

P Untuk pengiriman giv awaynya sendiri itu ada masalah gak sih, kayak

misalnya panitia minta data kakak?

Nw Gak ada sih, so far kalau kayak gitu sih kan udah di DM ya. Terus gak terlalu

lama juga, kalau gak salah gak sampai seminggu kok, itu sudah ada.

P Oke.

Nw Seingat aku ya.

P Kalau dari kak Triska bagaimana kak?

Nt Boleh diulang kak?

196
P Apakah ada element of surprise yang terjadi waktu acara. Misalnya yang buat

kakak terkejut pas acara. “Bagus juga ni kayak gini”

Nt Gak ada sih.

P O gak ada ya. Kalau boleh tau kakak sendiri beli tiketnya yang bundling bukan

kak.

Nt Iya.

P Nah untuk pengiriman merchnya itu sudah baik atau ada yang perlu

ditingkatkan lagi menurut kakak?

Nt Udah baik sih kak, cepat.

P Oke-oke. Untuk waktu permintaan datanya dari Creative Nestnya juga berarti

sudah cukup baik ya kak?

Nt Udah cukup kak, udah bagus.

P Kalau dari kak Revalina gimana?

Nr Kalau dari aku sih kak yang waktu itu ada yang ditelpon gitu loh kak, sama

yang giveaway. Kalau untuk masalah pengiriman aku kan yang spesial

bundling. Kalau untuk pengiriman udah aman, sudah bagus.

P Tadi kan kakak bilangnya moment of surprisenya mungkin lebih ke yang ikut,

dapat ini ya. kalau dari kakak sendiri ada gak sih moment kaya gitu?

Nr Aku pribadi udah nyoba waktu itu ya, tapi gak dapat.

P Oh berarti selama acaranya gak ada ya kak yang bikin terkejut, yang sampai

terkejut.

Nr Belum sih kak.

197
P Oke. Terus kalau tadi kan dari kak Triska ada permasalahan soundnya ya

suaranya kadang-kadang suara musik nya lebih besar dari suara Aldinya.

Kalau dari kak Wiwin sama kak Revalina ada gak sih kak permasalahannya.

Dari kak Wiwin dulu

Nw Dari aku. Kalau aku kayaknya gak deh. Udah bagus karena mereka kan Live

Acoustic lewat gitar sama ya itulah namanya yang buat drum yang didudukin,

gak masalah sih, balance musiknya.

P Kalau dari kak Revalina ada gak permasalahan?

Nr Kalau dari aku pribadi sih gak ada kak udah bagus, sudah seimbang antara

pengiring sama bang Kikinya.

P Oh ya kak ngomong-ngomong tentang giveaway aku mau nanya sama kak

Wiwin gimana perasaannya dan pengalamannya waktu tau dapat si

giveawaynya gitu.

Nw Senang lah, senang banget. karena itu hadiah sebenarnya, itu kan awalnya

ada dari Creative Nest Indonesia ya. Dia post gitu bikin giveaway kaus gitu

kan. Ya aku ikutan dari situ. Terus apa namanya yaa senang aja karena aku

awalnya Cuma iseng –iseng. Karena aku belum punya kaus itu, jadi kayak

mau. Dan itu edisi terbaru, jadi mau ikutan deh, dan ternyata menang, ya

senang banget.

P Oke.

198
Nw Jadi gak sabar kalau udah gak ada covid, cepat-cepat lah kita bikin ketemu

lagi. Kadang ada beberapa new lovers itu datang ke prambors, kadang dari

situ dapat temannya.

P Oke-oke. Terus kalau menurut sebenarnya kan dari judulnya keliatan nih Live

Acoustic, kayak sebenarnya ekspektasi waktu kakak ngeliat post itu sama pas

udah ngejalanin itu apakah sesuai ekspektasi atau kayak ooh harusnya Live

Acoustic harusnya lebih kayak gini deh. Mungkin dari kak Wiwin dulu.

Nw Maksunya judul Creative Nest Indonesianya gitu?

P Ya kann kalau dari kita ngasih judulnya Live Acoustic siapa gitu artisnya.

Menurut kakak, kan pasti waktu kakak ngeliat judulnya mungkin ada

ekspektasi” ohh mungkin Live Acoustic itu kayak gini”. Apakah waktu kakak

udah ngejalaninnya ekspektasi dan harapan itu sesuai.

Nw Sesuai sih.. kan memang Live Acoustic kan. pas diliat emang si kak edanya

main gitar, terus kak marionya main apa. Jadi ya udah sesuai kayak gitu, gak

pakai, istilahnya gak pake elektronika atau pakai drum yang gede gitu. Jadi ya

lebih cocok kayak gitu menurut aku ya memang seharusnya .

P Oke. Kalau dari kak Reva gimana?

Nr Kalau dari judul sama ekspektasinya aku sudah sesuai sih kak, udah kebayang

gitukan yang aku bayangin kayak gini, dan terus keliatan memang kayak gitu.

Jadi sudah sesuai ekspektasi sih.

P Kalau dari kak Triska?

199
Nt Kalau menurut aku sudah sesuai sih kak. Cuman balik lagi yang kadang

musiknya lebih gede, suara Aldi yang kadang lebih gede, itu aja sih kak.

p Oke, itu berarti ada gak sih harapan misalnya kalau Live Acoustic dari kita

sendiri kan lebih gak ada panggung dan benar-benar, kalau bisa se-intimate

mungkin kan. Nah apakah ada harapan kayak misalnya mau ada panggung

tertentu atau area tertentu dan ada dekorasi segala macamnya. Kayak konser

biasanya gitu. Kalau dari kak Triska gimana?

Nt Interaksinya udah bagus sih kak.

P Oke berarti yang penting lebih ke kayak interaksinya yang ditingkatkan

daripada untuk panggung dan dekorasinya.

Nt Pas panggungnya juga udah bagus kok kak, udah cantik.

P Oke. Kalau dari kak Wiwin gimana?

Nw Kalau aku mungkin gak ada sih udah bagus kayak gitu. Karenakan kita kan

seharusnya di indoor kan bukan di outdoor karena lagi pandemi. Jadi ya itu

sudah bagus sih. Itu emang di indoor kan, aku ngeliatnya gitu

P Iya.

Nw Ya itu its okay gak ada masalah.

P Kalau dari kak Reva gimana?

Nr Kalau dari aku udah bagus sih ka.

P Oke. Kalau gitu. oh ya, selama konsernya itu apa aja sih yang kakak lakukan

untuk mengabadikan konser-konsernya, apakah kaak videoin atau kakak

share ke sosial media gitu. Kalau dari kak Triska gimana? Halo kak Triska?

200
Nt Iya kak.

P Kalau pas acaranya sendiri berjalan, kayak apa aja yang kakak lakukan untuk

mengabdikan acaranya. Apakah kaak membuat video atau kakak share ke

sosial media untuk bentuk ig feed, maupun story, apa aja yang kakak lakuin..

Nt Video sih di IGs.

P Selain itu apakah ada?

Nt Apa kak?

P Apa selain dari story sendiri ada gak hal lain yang kakak lakuin untuk

mengabadikan momennya?

Nt Gak ada sih, fokus nikmatin aja.

P Oke-oke. Kalau dari kak Wiwin gimana kak?

Nw Kalau dari aku, eh sorry tadi gimana pertanyaanya maaf.

P Ini kak, lebih ke kayak apa aja yang kaka lakukan buat mengabadikan

momentnya?

Nw Di screenshoot sih, di ss. Ya kayak foto gitu. Pas aku bikin, kan ada live chat

tu. Aku semangatin Dead Bachelors mainnya. Terus aku ss bareng

mereka. Karena aku sih juga terlalu bikin video.

P Oke-oke. Terus kalau dari kak Reva gimana kak?

Nr Sama sih kak kayak ss videoin, bikin insta story, sama sih

P Oh ya berarti interaksi di Live Acousticnya itu sendiri berarti memang cha-chat

yang dikasih dari peserta itu ada yang dibacain ya kak, bukan cuman diantara

201
peserta aja yang ini. kalau dari kak Wiwin? Kalau waktu pas Dead

Bachelorsnya gimana

Nw Kalau aku ada sih, ada kak Eda ngebacain.

P Oke-oke. Kalau dari kak Reva gimana kak?

Nr Kalau dari aku juga ada waktu itu dibacakan beberapa yang dipilih gitu kak.

P Nah untuk dipilihnya itu sendiri, dipilih oleh panitia atau dari kak Kikinya

sendiri misalnya yang ngescroll chatnya?

Nw Langsung dari bang Kikinya langsung kak.

P Oke. kalau dari kak Triska gimana kak?

Nt Kayaknya gak ada sih kak. Rata-rata komennya bilang ngelag, suaranya gede,

gitu-gitu aja. Terus yang masukin nomer.

P Oke. Terus, waktu kakak nonton ngikutin si Live Acousticnya kakak ngerasa

terhubung gak sih sama artisnya. Kalau misalnya terhubung kayak

terhubungnya dalam hal apa? Mungkin boleh dari kak Triska duluan.

Nt Coba diulang kak.

P Kayak waktu acaranya berlangsung, kayak ada ngerasa gak sih kakak dan kak

Aldinya sendiri terhubung gitu. Dan kalau misalnya kakak ngerasa terhubung,

berhubungan dalam hal apa gitu?

Nt Kayaknya gak ada dehhh.

P Oke. Kalau dari kak Wiwin gimana ?

Nw Maksudnya terhubung itu kayak gimana ya, terhubung interaksi kah?

P Iya lebih ke interaksi itu mungkin sebagai medianya sih kak.

202
Nw Iya itu aja sih paling yang live chat itu ada beberapa kali. Ada beberapa kali

kak eda ngebacain kayak git. Itu jadi tambah seru, jadi kayak bikin cepat-

cepatan bikin komen biar dibaca.

P Oke. Kalau dari kak Reva gimana kak?

Nr Kalau dari aku sih kak sama sih dari kak Wiwin. Karena biasanya kan kalau

konser offline mungkin kita bisa merasa terhubung karena kita ada di suatu

stage yang sama. Dan kalau misalnya artisnya suruh angkat tangan atau

lompat-lompat kita bisa melakukan itu kan.

P Nah kalau dari selama online ini kayak menurut kakak experience cukup gak

menurut kakak? Atau karena online itu sendiri jadi kayak ada hambatan buat

si konsernya secara oline ini, gimaana menurut kak Wiwin?

Nw Kalau aku sih cukup karena memang online kan, jadi apa yang mau kita

harapkan. Paling ya kalau misalnya bikin surprise, tadi yang aku bilang, Kak

Eda ngebacain komennya, gitu. Jadi ya kayak seru. Soalnya kalau interaksi

lebih gak bisa kan, mau gimana lagi. Soalnya emang susah, online juga, dan

gak begitu berharap banyak sih. Udah Kak Eda udah ngebaca gitu aja kita udah

senang, ah seru banget ni. Kita ada beberapa chat aku, maksudnya komena

aku yang dibaca, jadi ya seru sih

P Berarti komen kaka sempat dibaca ya kak, perasaannya waktu komennya diba

gimana kak?

Nw Seru, kayak dia nyapa aku “hai Wiwin”. langsung kayak senang, langsung

dibalas. Yang lain langsung “kak eda panggil dong”.

203
P Oke-oke. Kalau dari kak Triska gimana kak?

Nt Ya kak,

P Kalau dari kak Reva gimana? Tadi kak Triska udah kan, kalau kak Reva apakah

ada ini yang membuat lebih merasa terhubung, misalnya melalui chat atau

gimana?

Nr Kalau dari aku sih kak, udah ngerasa terhubung mungkin untuk live chatnya,

tapi kurang merasa puas aja. karena intekasinya Cuma satu arah, kalau 2 arah

kan lebih berasa.

P Berarti buat experiencenya sendiri ada perbedaan yang cukup gede gak

menurut kakak antara konser offline atau online. Kalau offline kan bisa

lompat-lompat bareng.

Nr Kalau dari aku sih ada perbedaanya. Kalau yang online ini kayak kita tu

Cuma, misalkan online itu hanya satu akses gitu kak, yang akses cuma satu

orang untuk satu link. Kalau offline bisa kayak bareng-bareng sama teman

juga, gitu.

P Tapi kalau untuk pelaksanaannya Live Acoustic online dari Creative Nestnya

sendiri udah cukup puas sih kak

Nr Kalau dari aku sih cukup puas.

P Kalau dari kak Triska gimana? Apakah sudah cukup puas dengan pelaksanaan

Live Acoustic Indonesia yang kayak offline kan bisa lompat-lompat breng, bisa

nyanyi bareng gitu.

204
Nt Cukup puas sih kak.. tapi mau gimana pun yang offline pasti akan lebih seru.

Bisa ekspresikan gimana, menikmati acara.

P Oke, mungkin pertanyaan terakhir ni kak, kalau dari kak Triska saran buat Live

Acoustic kedepannya gimana, ada saran gak?

Nt Kayaknya lebih meningkatkan interaksinya aja sih kak dan promo-promonya.

P Oke. Kalau dari kak Wiwin gimana?

Nw Kalau aku so far gak ada. Cuman ya aku mau ngucapin terima kasih aja gitu

karena ada event kayak gini jarang-jarang karena masih pandemi. Apalagikan

kayak musisi yang kayak Dead Bachelors yang masih baru mulai bisa ada event

ini tu udah senang banget. Berarti kan mereka bisa memberi hasil musik

mereka kayak gitu kan istilahnya lewat program ini. Udah bagus banget si

Creative Nest Indonesia, udah positif banget sih, udah sangat menghibur. Itu

sih paling, karena kan ini online kan, jadi kendalanya di online, maksudnya

kendalanya di sinyal kalau menurut aku pribadi kayak gitu sih

P Kalau dari kak Reva gimana kak?

Nr Kalau dari aku sendiri sih kak udah bagus sih, yaa kalau bisa sih kayak

yang untuk pembelian tiketnya mungkin, pembagian tiketnya gitu ya kak,

yang meet and great dibedain, atau yang cuma Live Acoustic kayak

kemarin juga dibedakan, gitu aja

P Oke. Jadi lebih pengen ada tiket khusus meet and greet ya kak?

Nr Iya.

205
P Oke-oke deh. Mungkin interview kali ini sampai disini aja dulu. Makasih

banget kak Wiwin, kak Triska, dan kak Reva udah ngeluarin waktunya untuk

ikut interview bareng Creative Nest bareng malam ini. semoga ada

kesempatan lagi Creative Nest kolaborasi dengan artis-artis lainnya. Makasih

banyak ya kak.

N Iya sama-sama, makasih juga kak.

206
Lampiran 3 Lembar Penilaian Magang dari Penyelia Perusahaan

A. Penilaian Clarista Desentia

207
208
209
210
B. Penilaian Nini Revalini Gunawan

211
212
213
214
Lampiran 4 Kartu Bimbingan

A. Kartu Bimbingan Clarista Desentia

215
216
217
B. Kartu Bimbingan Nini Revalini Gunawan

218
219
220

Anda mungkin juga menyukai