Anda di halaman 1dari 6

FABEL

A. PENGERTIAN FABEL

Fabel adalah cerita rakyat yang difungskan sebagai media hiburan sekaligus
pendidikan untuk anak anak.

B. STRUKTUR FABEL

Struktur fabel yaitu:

1. Orientasi     : orientasi terdapat pada awal cerita, yang fungsinya untuk


pengenalan waktu, tempat, dan karakter tokoh

2. Komplikasi  : bagian dimana ada masalah atau konflik

3. Resolusi      : bagian penyelesaian masalah atau konflik

4. Koda           : pesan moral dari pengarang, tidak semua pengarang


mencantumkan koda pada ceritanya
C. FUNGSI FABEL

Fungsi fabel adalah sebagai media hiburan sekaligus pendidikan untuk anak anak.

D. CONTOH FABEL

Halo aku adalah seekor kancil hidupnya di hutan hujan tropis di Pulau Jawa,
tepatnya di daerah Kabupaten Bandung, di hutan tempat tinggalku belum ada
sistem pemerintahan, dan mungkin tidak pernah ada. Manusia bilang kami
memakai hukum rimba dan hukum alam, entah mengapa padahal kami tidak
pernah menciptakan hukum itu. Di hutan ini aku hidup secara soliter, begitulah
cara hidup kancil. Kecuali sewaktu aku balita, aku hidup dengan ibuku yang
sekarang pergi mengembara mencari makan dan mencari suami baru.
Aku adalah makhluk yang suka makan tumbuh-tumbuhan bahkan tadi aku makan
mentimun segar dari kebun pak tani, sebenarnya aku sangat tertarik makan
daging tapi kata ibuku dulu itu melawan hukum alam. Aneh memang padahal
kami para hewan tidak dituntut untuk taat hukum. Ya sudahlah daripada dijauhi
teman-teman, aku malah makin soliter.
Mungkin nanti aku akan membuat bingung para hewan, mungkin aku dikira
omnivor padahal tidak demikian. Aku kancil yang mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi dan visioner, aku tidak suka mengikuti hal-hal yang umum. Ya aku pun ingin
tampil beda hehehe. Kalau kancil lain suka menipu aku suka berlaku jujur seperti
Yudistira, salah satu personil pandawa yang paling tua. Karena aku yakin makhluk
jujur disayang Tuhan dan rejeki tidak akan lari.

Ya aku sudah diberi jatah rejeki, bagaimana denganmu? Seperti pengalaman yang
pernah kualami. Pengalaman yang sungguh terpuji itu terjadi sebulan yang lalu,
itulah yang membuatku menjadi tampil beda. Pada saat itu hutan kami kian lama
kian berkurang dan sampai sekarang masih terjadi penyusutan hutan. Kami para
hewan kesulitan mencari makan untuk memenuhi nafsu kami. Spesies lain ada
yang mengungsi ke hutan yang lebih dalam dan lebih lebat, ada pula yang masuk
perkampungan Homo Sapiens atau bahasa umumnya manusia. Begitulah caraku
bertahan hidup, ini bukan hanya sekedar untuk memenuhi urusan perut, tapi juga
sebagai bentuk protes, jikalau saja ada advokat, mungkin sudah kami tuntut ke
pengadilan. Sayangnya di hutan kami tidak ada yang sekolah, paling juga si Maung
(macan), yang lulusan sekolah sirkus, sekarang sudah bekerja di Taman Safari
Indonesia bersama pawangnya. Gajinya 10 Kg daging segar.

Seperti biasa, pada malam hari aku biasa beraksi mencuri mentimun di kebun pak
tani, tapi pada malam ke limabelas diriku melihat seekor kura-kura di dalam
kurungan ayam. Tanyaku kepadanya “Apa yang kau lakukan sehingga kau
dikurung wahai kura-kura?”.
“Aku kan sedang menunggu hari spesialku besok” jawabnya.
“Hari spesial apa?” tanyaku lagi.
“Besok pak tani akan memberiku makanan yang sangat lezat” katanya.
Aku ingat akan cerita para orangtua dulu bahwa dulu ada seekor kancil yang
ditipu kura-kura yang berada di dalam kurungan ayam untuk bertukar tempat.
Mengingat akan hal itu, aku berniat meninggalkannya tapi kasihan kepadanya, dia
pun sama sepertiku ingin mencari makan, karena dirinya lambat maka dengan
mudah pak tani menangkapnya. Aku pun berniat membebaskannya. “Sepertinya
kau baru tertangkap karena mencuri, sini kubuka kurunganmu!” kataku
menawarinya.
Air mata kura-kura itu bercucuran ketika kutawarkan bantuan dia pun
berterimakasih kepadaku, “Hu…hu… hiks hiks, terimakasih wahai kancil, padahal
aku mau menjebakmu supaya tidak disembelih besok”. Tiba-tiba pak tani keluar
dari rumah sambil membawa golok, aku terkejut dan tentu saja aku juga kaget.
Seketika itu aku pun pergi dan meninggalkan si kura-kura di rumah pak tani.

Pada saat aku lari terdengar perkataan dari mulut pak tani yang marah-marah
membentak ” G*blog sia anj*ng!!! mun beunang dipencit sia ku aing (G*blok
kamu anj*ng!!! kalau kamu kena disembelih sama saya) “. Entah mengapa dia
memanggilku anjing padahal bukan dan jelas-jelas tadi aku berusaha mencuri
mentimun, dan sungguh malang pula nasib si kura-kura besoknya.

Di tengah-tengah pelarian itu aku berhenti sejenak untuk menghela nafas, di


belakang rumah tetangganya pak tani, jaraknya kalau tidak salah 5 rumah. Pada
saat itu terdengar suara yang menggugah rasa penasaranku, dari arah suara itu
ada pancaran cahaya pula yang mengarah ke jendala. Aku intip ke dalam untuk
melihat sumber suara dan cahaya itu. Oh ternyata ada seorang manusia yang
sedang menonton televisi. Dia sedang menonton film dokumenter tentang
Mahatma Gandhi salah seorang tokoh terkenal dari India. Di film itu disebutkan
bahwa dia seorang pejuang yang tidak mengedepankan kekerasan dalam
perjuangannya, aku merasa itu suatu perbuatan mulia. Tak lama kemudian orang
itu memindahkan cenelnya, dan berganti menjadi film Robin Hood, dia dikisahkan
sebagai pencuri yang suka bersedekah dari hasil curiannya.

Aku pun terinspirasi untuk membuat suatu gerakan pembaharuan dalam


mendapatkan makanan. Setelah menonton dan kembali pulang ke hutan, aku
menyusun sebuah rencana untuk mendapatkan makanan dengan cara meminta
kepada manusia, aku berharap mereka tidak marah dengan kedatanganku yang
cinta damai.

Pada hari besoknya pagi-pagi aku bergegas pergi ke desa dari hutan. Sesampainya
disana, aku mulai mendatangi tempat pertama, disana ada kebun wortel dan
tomat. Ketika ku menginjakkan kaki disana, orang-orang di kebun itu
memandangiku dengan pandangan tajam. Aku mengeluarkan suara yang kalau
diterjemahkan ke bahasa manusia, aku meminta ijin untuk minta sedikit
makanan. Mereka memandangku keheranan, agar tidak heran aku mendekati
tanaman wortel dan mendekatkan mulutku ke wortel sambil mengeluarkan
suaraku yang sama. Mereka seketika jadi marah dan melempariku dengan batu.
Aku pun lari tunggang langgang, lalu aku pun mencari tempat lain atau kebun lain.
Keadaannya masih sama, aku terusir dari sana. Walau begitu aku tidak langsung
menyerah. Di tempat berikutnya aku menemukan sekelompok orang yang
berbeda pakaiannya dengan petani kebanyakan, mereka menggunakan
almamater, terdiri dari pria dan wanita. Mereka sedang belajar bertani agaknya
namun tidak semua, karena ada dua orang dari mereka jaraknya agak jauh sedang
mengadukan bibir mereka kemudian di tengah-tengah itu mereka melakukannya
secara berguling-guling. Ah sudahlah, bangsa kami tidak mengenal itu. Ketika ku
datang, mereka menatapku keheranan namun berkekspresi agak senang
terutama yang wanita. Salah satu dari mereka berteriak “ada kancil!! ada kancil!!
lucu banget”. Mereka pun menghampiriku dan mengerumuniku serta
mengelusku, wow baru kali ini aku mendapat perlakuan teladan dari manusia.

Sesuai dengan rencanaku, tidak sedikit dari mereka yang memberiku makan, lezat
sekali. Sebelum aku tidak bisa bergerak karena kekenyangan, aku berusaha
mencari keranjang atau kresek, tidak jauh dari tempatku makan dan menghirup
oksigen, aku melihat kantong kresek. Aku segera bergerak untuk mengambilnya,
setelah mengambil kantong kresek, aku menghampiri manusia-manusia
beralmamater tersebut. “Kayaknya dia mau minta makan buat persediaan deh”,
kata salah seorang manusia berjenggot. Kemudian mereka pun memberikanku
makanan, makanannya pun bermacam-macam ada sayur, ada buah bahkan ada
makanan yang berbentuk kotak berwarna putih pinggirnya berwarna coklat entah
apa warnanya. Tak hanya makanan, salah satu dari mereka ada memberiku
minum tapi bukan air yang biasa aku minum, entah apa namanya, arinya
berwarna merah tapi bukan darah lho, aku tahu ciri-ciri darah bagaimana.

Hari itu aku pulang ke hutan gembira sekali, kantong kresekku penuh makanan
dan 1 jenis air dalam botol. Sesampainya di hutan aku membagikan makanan
yang kubawa pada binatang-binatang. “Wah kau baik sekali, terimakasih kancil”,
kata seekor burung.

Selama sebulan aku melakukan itu, walaupun tidak tiap hari, Hanya satu yang
belum kuberi pada mereka atau kukonsumsi sendiri, yaitu air merah dalam botol,
botolnya warna hijau. Ya nanti sajalah, sepertinya harus diminum di waktu yang
tepat. Begitulah keseharianku sekarang, aku suka bersedekah sesama hewan
darat air dan udara. Sekian ceritaku.
Karena si kancil terlalu baik terhadap hewan-hewan yang ada di hutan, mereka
menjadi semakin malas mencari makan sendiri, banyak dari mereka hanya
menunggu makanan yang dibawa si kancil. Permintaan mereka semakin banyak
dan membuat si Kancil kewalahan. Dia semakin lelah bolak-balik ke hutan dan ke
desa. Suatu hari sekitar jam satu siang dia sangat kelelahan setelah membawa
makanan, dan dia jauh dari sungai yang mengalir. Si kancil ingat akan air di dalam
botol yang ia dapatkan dari mahasiswa, tak pikir panjang dia pun langsung
meneguknya sampai habis. Tak lama setelah ia minum air itu, dia merasa pusing
tujuh keliling, mungkin bila digambarkan ada burung terbang memutari kepalanya
disertai bintang.

Dia jadi berhalusinasi, di dalam pikiran bawah sadarnya keadaan di sekitar dia
menjadi sangat aneh. Dia merasa ada yang memanggil, dia pergi ke arah suara itu.
Semakin dekat suaranya semakin keras, setelah sampai ternyata yang memanggil
adalah orang yang memberikan minuman aneh kepada dia, orang itu sedang
minum dengan minuman yang sama dengan yang diberikan kepada si kancil dan
ia pun mabuk. Ia pun tertawa setelah melihat kedatangan si kancil, “Heh kesini
ada minuman nih biar kuat”, tawar orang itu sambil sempoyongan. Si kancil yang
masih lelah segera mendekat. Begitu mendekat orang itu menjadi punya taring
seperti harimau, matanya bersinar merah, suaranya pun jadi suara harimau. Si
kancil terkejut melihat itu, tapi ia masih ingin meneguk minuman itu. Ketika ia
akan diberi minuman, orang itu malah meminumnya ternyata dia jahil juga.
Seketika setelah ia minum kulitnya mengelupas, dan tulangnya kelihatan.

Tak lama kemudian dia pun menjadi tangkorak yang bersimbah darah. Si kancil
lari ketakutan tanpa arah yang jelas. Ketika dia mulai merasa aman, dia sampai di
sebuah padang rumput yang luas yang dia tidak pernah lihat sebelumnya. Disana
dia melihat banyak hewan yang belum pernah dia lihat juga keberadaannya di
hutan tempat dia tinggal. Dia melihat kuda tapi belang bagaikan harimau. Melihat
binatang yang sangat panjang lehernya. Dia bertanya kepada hewan berleher
panjang itu, “Dimana ini?”. “Ini adalah savana, kau di benua Afrika”, jawabnya.
Tiba-tiba segerombolan binatang berteriak “BAHAYA… BAHAYA… ada singa !!!”.
Seketika itu pun mereka berlari, dia sangat terkejut melihat hewan yang sangat
banyak berlari, dia pun ikut meyelamatkan diri bersama mereka. Tapi dia kalah
cepat, dan akhirnya tertinggal, dia pun mencari tempat sembunyi dari kejaran
kawanan singa. Dia melihat semak belukar, lalu masuk kesitu. Tetapi tak lama dia
disana, tanaman itu pergi. Si kancil merasa keheranan melihatnya, tak mau
berlama-lama memikirkan itu dia pun masuk semak lagi, dan hal yang sama
terjadi. Berulang kali ia melakukan itu akhirnya ia pasrah, para singa pun sudah
mengepung.
Seekor singa jantan langsung membuka mulutnya lebar sekali, dan langsung
menelan si kancil. Ketika masuk ke dalam tubuh si singa, dia merasa seperti di
dalam sebuah perosotan yang ada di waterboom, sekelilingnya berwarna merah
dan memuncratkan darah. Ketika sampai di ujung perosotan itu, tibalah ia di
sebuah taman bergaya jepang. Di atasnya ada sebuah cahaya, ternyata ada
seekor monyet berbulu putih berekor 9 berwajah merah berambut seperti bob
marley sambil duduk memainkan gitar di atas awan yang mengapung.

“Siapa kamu?” Tanya kancil keheranan. “Hehehe… kau yang siapa wahai binatang
aneh?” jawabnya santai. “Bukannya kamu yang paling aneh? ngaca dong!!!, balas
si kancil. “Hei, lihatlah dirimu kancil tak semestinya kau berbuat begitu kepada
kami” balas si monyet.
“Apa maksudmu?”
“Tidakkah kau sadar, akibat perbuatanmu itu hewan-hewan di hutan menjadi
pemalas”
“Mengapa salah aku? aku tidak meminta mereka seperti itu”
“Sekarang aku Tanya, makhluk apakah engkau wahai kancil?”
“Hewan tulen”
“Hewan apakah engkau?”
“Hewan soliter”
“Kenapa engkau memberi makan kepada hewan lain yang bukan spesiesmu?”
“Aku kasihan, karena mereka susah mencari makan”
“Tahukah engkau, sesungguhnya engkau sudah keluar dari fitrahmu, kancil yang
benar adalah yang penyendiri dan suka menipu. Akibat perbuatanmu hewan-
hewan lain juga sudah keluar dari fitrahnya. Sedekah memang trend di kalangan
manusia, dan kau malah ikut-ikutan seperti mereka. Bagi mereka engkau memang
binatang yang baik, tapi engkau juga binatang yang hilang jati dirinya, karena
kancil yang benar adalah seperti yang aku sebutkan tadi. Apakah harus kuulangi
lagi? Kurasa tidak perlu karena sepertinya kau masih ingat. Hati-hati wahai kancil,
bila semua hewan berbuat sepertimu kehancuran alam semakin dekat.”

Seketika itu monyet itu menghilang dari pandangannya, si kancil pun sadar akan
perbuatannya dan sadar pula dari mabuknya. Tak lama setelah kejadian itu, dia
pun kembali ke jatidirinya dan mengajak hewan lain menjadi dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai