Anda di halaman 1dari 52

PEDOMAN

PELAYANAN FARMASI

RUMAH SAKIT PERTAMINA PLAJU


2022
DAFTAR ISI

I. BAB I PENDAHULUAN.…………........…………….......................................1
II. BAB II STANDAR KETENAGAAN ..…………....………….............................7
III. BAB III STANDAR FASILITAS………………………......…............................9
IV. BAB IV TATA LAKSANA PELAYANA.................……..……………..............13
V. BAB V LOGISTIK...................……………………..........................................38
VI. BAB VI KESELAMATAN PASIEN................................................................39
VII. BAB VII KESELAMATAN KERJA.................................................................43
VIII. BAB VIII PENGENDALIAN MUTU...............................................................46
IX. BAB X PENUTUP.........................................................................................47
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 1 dari 47

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan
ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia
termasuk rumah sakit.Rumah Sakit Pertamina Plaju (RSPPlj) yang merupakan salah
satu dari sarana kesehatan di Palembang, merupakan rumah sakit rujukan dari
Puskesmas dan Klinik kesehatan sekitarnya.
Pelayanan kefarmasian sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
mempunyai peran penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
dimana Unit farmasi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam mewujudkan kefarmasian yang berkualitas dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,
termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented)
ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care
(pelayanan kefarmasian). Dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kefarmasian
tersebut maka diperlukan pedoman bagi tenaga farmasi dalam melaksanakan
kefarmasian. Dalam pelaksanaanya, diperlukan komitmen yang kuat untuk
memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk kepentingan masyarakat.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 2 dari 47

1.2 Tujuan Pedoman

1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di RSPPlj.

2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di RSPPlj sebagai jaminan


terhadap keselamatan pasien.

3. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.

4. Untuk memperluas fungsi dan peran apoteker Unit Farmasi RSPPlj.

5. Untuk melindungi pasien dari pelayanan yang tidak profesional.

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan

Lokasi:

1. Farmasi Rawat Jalan


2. Farmasi Rawat Inap
3. Perencanaan Farmasi
4. Gudang Farmasi
5. Ruang Rawat
6. Instalasi Gawat Darurat
7. Kamar Bedah

Kegiatan:

1. Pemilihan/seleksi perbekalan farmasi:


a. Pemilihan
b. Perencanaan
c. Pengadaan
d. Penerimaan
2. Penyimpanan perbekalan farmasi
3. Peresepan
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 3 dari 47

a. Pengkajian Instruksi Pengobatan/Resep Pasien


4. Dispensing sediaan farmasi
a. Penyiapan Perbekalan Farmasi
b. Pelabelan
c. Pendistribusian
5. Administrasi
a. Penyerahan Obat
b. Pemberian Obat
6. Pemantauan
a. Pemantauan Efek Terapi
b. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
c. Pelayanan Informasi Obat
d. Konseling
e. Pengkajian Penggunaan Obat
7. Dokumentasi

1.4 Batasan Operasional

Unit Farmasi adalah suatu bagian dari rumah sakit yang bertugas
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan
pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di rumah sakit.

Sistem satu pintu: RS hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk


pembuatan formularium pengadaan dan pendistribusian alat kesehatan, sediaan
farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien.

Berdasarkan definisi tersebut maka Unit Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat
diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah
pimpinan seorang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang
berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar


PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 4 dari 47

pelayanan rumah sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan rumah sakit adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien. Hal tersebut juga terdapat dalam keputusan Menteri
Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, disebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan
di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.

1.5 Landasan Hukum

1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah RI No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan Bab II
Pasal 2.
4. Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
5. Surat Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia No.
002/APTFI/MA/2008 tentang Standar Praktik Kerja Profesi Indonesia.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 573/MenKes/SK/VI/2008 tentang Standar
Profesi Asisten Apoteker.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 679/MenKes/SK/V/03 tentang Registrasi dan
Ijin Kerja Asisten Apoteker.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MenKes/Per/V Tahun 2011 tentang
Registrasi, Ijin Praktik, dan Ijin Kerja Tenaga Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1796/MenKes/Per/VIII/2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 84/Menkes/Per/II/1990 tentang Upaya
Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 068/MenKes/SK II/2006 mengenai
Peraturan Pencantuman Nama Generik pada Label dan Bungkus Obat.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 5 dari 47

15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 924/MenKes/Per/X/1993 tentang Daftar


Obat Wajib Apotek No. 2.
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang Daftar
Obat Wajib Apotik No.3.
17. Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.
18. Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/MenKes/Per/I tahun 1978 tentang
Penyimpanan Narkotika.
20. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
21. Peraturan Pemerintah RI No. 44 thn 2010 tentang Prekursor.
22. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK. 03.01/MenKes/146/I/2010 tentang
Harga Obat Generik.
23. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK. 03.01/MenKes/159/I/2010 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
24. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit oleh Dirjen Binfar
dan Alkes DepKes RI.
25. Kode Etik Apoteker Indonesia dan Implementasi-Jabaran Kode Etik tahun 2009
oleh Ikatan Apoteker Indonesia.
26. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan oleh Dirjen
Binfar Komunitas dan Klinik-Dirjen Binfar dan Alkes tahun 2007.
27. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MenKes/Per/X tahun 1993 tentang Kriteria
Obat yang Dapat Diserahkan tanpa Resep.
28. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2396/A/SK/VIII tahun 1986 tentang Tanda
Khusus Obat Keras Daftar G dan Keputusan Menteri Kesehatan No.
2380/A/SK/VI tahun 1983 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Bebas
Terbatas.
29. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1157/MENKES/SK/XII/2008 tentang Daftar
Alat Kesehatan yang Berfungsi Sebagai Obat Bagi Pelayanan Program
Kesehatan Bagi Pemerintah
30. Peraturan Menteri Kesehatan 755/MenKes/Per/IV tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
31. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK. 02. 02/MenKes/068/I/2010 tentang
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 6 dari 47

Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Pemerintah.
32. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MenKes/Per/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
33. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1747/MenKes/SK/XII/2000 tentang Pedoman
Penetapan Standar Pelayanan Minimal dalam Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota.
34. Akta Perubahan Anggaran Dasar PT. RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA
No.17 tanggal 20 Mei 2002 yang dibuatkan di hadapan notaris Ny. Sulami
Musthofa,SH di Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri
Kehakiman tentang dan Hak Azasi Manusia RI No. C-12195.01.04. Th.2002
tanggal 4 Juli 2012. .
35. Surat Keputusan Direktur Utama PT. PERTAMINA BINA MEDIKA No. Kpts-
0452/A00000/2017-S8 tanggal 30 Maret 2017 tentang mutasi pekerja PT.
Pertamina bina Medika
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 7 dari 47

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Pengawas Farmasi
Pendidikan Formal yang S1 – Apoteker
diperlukan :
Surat Registrasi Surat Tanda Registrasi Apoteker
Surat Izin Praktik Apoteker
BLS, Patient Safety, Hand Hygiene, Fire Safety
Manajemen Farmasi
Kursus, latihan kerja Farmasi klinik
yang harus diikuti Manajemen Logistik
Manajemen Keuangan/Umum
Pengalaman kerja S1 – Apoteker = 3 tahun

2. Penata
Pendidikan Formal yang
diperlukan : D3-Farmasi

Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis


Surat Registrasi Kefarmasian
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis
Kefarmasian
BLS, Patient Safety, Hand Hygiene, Fire
Kursus, latihan kerja Safety
yang harus diikuti Farmasi Klinik Dasar/ Kesehatan
Team Working
Aplikasi Sistem Informasi
Customer Services
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 8 dari 47

Pengalaman kerja D3 – Farmasi = 1 tahun

2.2 Distribusi Ketenagaan


a. Farmasi Rawat Jalan
1) Pws. Unit Farmasi : 1 orang
2) Farmasi Rawat Jalan (FRJ)
a) Penyerahan resep dan Telaah resep : 1 orang
b) Perencanaan Farmasi dan konseling pasien pulang FRI : 1 orang

b. Tenaga Teknis Kefarmasian :


1) Farmasi rawat jalan (FRJ)
a) Dinas harian : 5 orang
2) Farmasi rawat inap (FRI)
a) Dinas harian : 1 orang
b) Dinas shift (layanan 24 jam) : 4 orang
3). Distribusi Farmasi : - orang
TOTAL : 13 orang

2.3 Pengaturan Jaga


Layanan Farmasi Waktu Pengaturan Kualifikasi Anggota
Layanan Jaga Shift
Shift 1 : petugas 1
orang + 1 Apoteker
Senin – Shift 2 : petugas 1
Farmasi Rawat Inap 24 jam Minggu orang
Shift 3 : petugas 1
orang
Libur Petugas 1 orang
Farmasi Rawat Jalan 11 jam Senin- 5 orang
Jum’at
3 Jam Sabtu 2 Orang
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 9 dari 47

BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruang Unit Farmasi (Lihat di Lampiran)


3.2 Standar Fasilitas
3.2.1 Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku :

1. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit.


2. Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di
rumah sakit.
3. Dipisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan
langsung pada pasien dan dispensing.
4. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban,, tekanan dan
keamanan baik dari pencurian maupun binatang pengerat.
5. Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair
untuk obat luar atau dalam.

3.2.2 Pembagian Ruangan


3.2.2.1 Ruang Kantor
Ruang kantor terdiri dari :

 Ruang pimpinan
 Ruang kerja/administrasi
3.2.2.2 Ruang peracikan
Lingkungan kerja ruang peracikan harus rapi, tertib, efisien untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan.

3.2.2.3 Ruang Penyimpanan


Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi, temperatur,
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 10 dari 47

sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi, pemisahan untuk menjamin mutu


produk dan keamanan petugas yang terdiri dari :

a. Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan


Kriteria Penyimpanan Sediaan Farmasi
Suhu (controlled room temperature):  Obat jadi
20-25⁰C  Bahan baku obat
Kelembaban (relative humidity) tidak lebih dari  Alat kesehatan dan
lain-lain
40%

b. Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan


Kriteria Penyimpanan Sediaan Farmasi
Suhu:  Obat dan alat
 Freezer: -25⁰ s.d -10⁰ C kesehatan dengan
 Refrigator: 2⁰ s.d 8⁰ C suhu rendah atau
 Cool: 8⁰ s.d 15⁰ C hangat
 Warm: 30⁰ s.d 40⁰ C
 Bahan disusun berdasarkan jenisnya sesuai  Bahan Berbahaya
dengan label/simbol yang tertera pada dan Beracun (B3)
kemasan dan tidak menimbulkan interaksi
antar bahan berbahaya
 Penyimpanan B3 menggunakan lemari
khusus B3
 Dilengkapi dengan MSDS
 Narkotika disimpan di lemari double lock,  Narkotika dan
dalam kondisi selalu terkunci, kunci dipegang psikotropika
oleh 2 orang petugas (penanggung jawab
atau petugas yang dikuasakan). Obat
Psikotropika disimpan di dalam lemari
terkunci.
 High alert medication disimpan di lemari  Daftar obat high
khusus atau rak khusus. alert terlampir
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 11 dari 47

3.2.2.4 Ruang Distribusi/Pelayanan


Ruang distribusi/pelayanan harus bersih dan tertata dengan rapi
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian.

3.2.2.5 Ruang Konsultasi


Tersedianya ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi
pada pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan
pasien.

3.2.2.6 Ruang Arsip Dokumen


Tersedianya ruangan khusus yang memadai dan aman untuk
memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar
peyimpanan sesuai aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang
baik.

3.2.3 Peralatan
Fasilitas peralatan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama
untuk perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair
untuk obat luar atau dalam.Fasilitas peralatan harus dijamin sensitive pada
pengukuran dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi untuk peralatan
tertentu setiap tahun. Peralatan minimal yang harus tersedia :

a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat baik nonsteril


maupun aseptik
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan informasi obat
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika
e. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan system pembuangan limbah yang baik
Macam-macam Peralatan

1. Peralatan kantor
a. Furniture (meja, kursi, lemari buku/rak, filing cabinet dan lain-lain)
b. Komputer
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 12 dari 47

c. Alat tulis kantor


d. Telpon
2. Peralatan produksi
a. Peralatan farmasi untuk persediaan, peracikan obat non steril.
b. Peralatan harus dapat menunjang persyaratan keamanan cara pembuatan
obat yang baik
3. Peralatan penyimpanan
a. Peralatan Penyimpanan Kondisi Umum
1) Lemari/rak yang rapidan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan
2) Lantai dilengkapi dengan palet
b. Peralatan Peyimpanan Kondisi Khusus
1) Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil. Fasilitas
peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala
2) Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika
4. Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
a. Pelayanan farmasi rawat jalan
b. Pelayanan farmasi rawat inap
5. Peralatan Konsultasi/Ruang Informasi Obat
a. Buku kepustakaan dan bahan-bahan leaflet
b. Meja, kursi untuk apoteker dan 2 orang pasien
c. Komputer
d. Telpon
e. Lemari arsip
f. Kartu arsip
6. Peralatan Ruang Arsip
a. Kartu arsip
b. Lemari arsip
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 13 dari 47

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan/seleksi, penyimpanan, peresepan, dispensing, administrasi, pemantauan,
dokumentasi.
Tujuan:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan

4.1.1 Seleksi dan Pengadaan


4.1.1.1 Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejakmeninjau masalah kesehatan yang terjadi di
rumah sakit, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial
dan standarisasi, sampai pemilihan bentuk sediaan dan kekuatan sediaan.
Seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi
untuk menetapkan kualitas dan efektivitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.

4.1.1.2 Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan, dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi,
serta disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman Perencanaan : Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium
RSPPlj, Panduan Praktik Klinik RSPPlj.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 14 dari 47

1. Anggaran yang tersedia


2. Penetapan prioritas
3. Siklus penyakit
4. Sisa persediaan
5. Data pemakaian periode yang lalu
6. Rencana pengembangan
Sistem perencanaan pengadaan setiap item perbekalan farmasi
dilakukan secara periodicreview system (pengecekan stok dan pemakaian
perbekalan farmasi).

4.1.1.3 Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan
dan disetujui pengadaannya, melalui :

4.1.1.3.1 Pembelian
 Pembelian perbekalan farmasi dilakukan oleh bagian logistik sesuai
usulan perencanaan yang dibuat oleh Unit Farmasi.
 Sumber pembelian perbekalan farmasi :
1. Penyedia Barang / Jasa Resmi
2. Apotek Luar, atau Rumah Sakit Lain
 Kriteria pembelian :
1. Rutin : Dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan 2 minggu.
2. Tidak rutin :
 Insidentil : Dilakukan bila ada resep dari dokter atau permintaan
ruangan melalui prosedur pembelian rutin.
 Cito : Dilakukan bila ada resep dari dokter atau permintaan ruangan
melalui prosedur pembelian cito (barang didatangkan tidak lebih dari
2 x 24 jam ).
4.1.1.3.2 Sampel
Sampel adalah perbekalan farmasi (RSPPlj hanya menerima sampel alat
kesehatan) yang diberikan secara cuma-cuma oleh pihak luar untuk tujuan uji
coba, promosi produk, atau tujuan lain yang disepakati bersama demi kemajuan
RSPPlj. Sampel diberikan pada pasien secara cuma-cuma. Unit farmasi
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 15 dari 47

menerima, mengidentifikasi, menyimpan terpisah dari perbekalan farmasi reguler,


mendistribusikan kepada bagian lain berdasarkan permintaan atau perintah tertulis
manajemen, memantau, dan menerima hasil evaluasi penggunaan sampel
perbekalan farmasi tersebut dari bagian lain yang telah melakukan uji coba. Unit
RSPPlj tidak menerima sampel obat.

4.1.1.3.3 Hibah dari Dinas Kesehatan


Hibah adalah sediaan Farmasi yang diberikan secara Cuma-Cuma oleh Dinas
Kesehatan sebagai bentuk Program dari Pemerintah seperti vacsine tingkat dasar
untuk imunisasi pada Balita.Seperti BCG, DPT, Folio dan vacsine yang lainnya
yang didapatkan dari program pemerintah.

4.1.1.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan oleh bagian Logistik. Petugas penerimaan Gudang Farmasi
menerima perbekalan farmasi dari petugas Logistik di ruang penerimaan
perbekalan farmasi. Petugas Gudang Farmasi mencocokkan antara fisik barang
dengan berita acara serah terima barang dari Logistik.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
1. Barang harus bersumber dari penyedia barang / jasa resmi.
2. Pabrik harus mempunyai sertifikat analisa.
3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) bagi material B3, dan
khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin.
4. Obat dan alkes harus sudah teregistrasi di Depkes RI atau Badan POM.
5. Obat yang tersedia di layanan farmasi adalah obat dengan expired date
minimal 3 bulan. Pengecualian untuk vaksin (terutama vaksin influenza yang
diperbarui setiap tahun sesuai perkembangan strain virus), dan obat dengan
expired date kurang dari 6 bulan, namun sangat dibutuhkan untuk
penggunaan pada saat tersebut, sehingga dapat dipastikan obat habis
digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa.
6. Perbekalan farmasi yang tidak memenuhi persyaratan kualitas (rusak, cacat,
sudah kedaluwarsa) tidak diterima dan dikembalikan ke distribusi.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 16 dari 47

4.1.2 Penyimpanan
Penyimpanan Perbekalan Farmasi adalah proses menyimpan dan memelihara
perbekalan farmasi dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
merusak mutu obat.
Area yang berhak menyimpan perbekalan farmasi meliputi:
1. Gudang induk farmasi
2. Layanan farmasi
3. Rawat jalan (khusus vaksin di poliklinik KIA)
4. Ruang rawat (Troli emergensi; KCl 7,46%, oxytocin, atau MgSO4 di ruang
rawat tertentu) dan bahan habis pakai.
5. Bagian radiologi (kontras, dengan mengikuti standar Material Safety Data
Sheet/MSDS)
6. Instalasi Gawat Darurat
7. Bagian Laboratorium (Reagensia)
8. HD (Comsumable)
Persyaratan yang ditetapkan untuk penyimpanan:
1. Dibedakan menurut suhu penyimpanan, yang terkontrol, dan terdokumentasi.
2. Dibedakan menurut bentuk sediaan.
3. Masing-masing kelompok diurutkan secara alfabetis dengan memperhatikan
prinsip FIFO (first in first out) dan tanggal kedaluwarsa (FEFO, first expired first
out).
4. Mudah tidaknya meledak/terbakar.
5. Obat-obat dengan perhatian khusus (high alert medication) disimpan terpisah
dan diberi label high alert berwarna merah.
6. Obat-obat narkotika disimpan dalam lemari berpintu ganda yang terkunci, obat
psikotropika disimpan dalam lemari terkunci.
7. Obat-obatan di ruang rawat (KCl 7,46%, oksitosin, atau MgSO 4 dan lainnya di
ruang rawat tertentu) disimpan dalam lemari obat yang terkunci.
8. Obat-obat emergensi di ruang rawat, IGD, HD, ICU, Kamar bedah dan MCU
disimpan dalam troli emergensi terkunci.
9. Vaksin memerlukan penyimpanan di suhu khusus dan harus dilindungi dari
kemungkinan putusnya aliran listrik.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 17 dari 47

10. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan di lemari khusus B3. Bahan
disusun berdasarkan jenisnya sesuai dengan MSDS (Material Safety Data
Sheet) dan tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya.
11. Pengecekan tanggal kedaluwarsa dilakukan setiap bulan saat stok opname.
Perbekalan farmasi dikembalikan tiga bulan menjelang tanggal kedaluwarsa ke
gudang farmasi untuk ditukar atau dimusnahkan.
12. Obat dan alat kesehatan yang telah kedaluwarsa/rusak/menjelang
kedaluwarsa disimpan di lemari yang terpisah dan diberi label “PENARIKAN
PERBEKALAN FARMASI-TIDAK UNTUK DIGUNAKAN”.
13. Unit Farmasi RSPPlj tidak melakukan penyimpanan produk Nutrisi, Sitostatika
dan Radioaktif.

4.1.3 Peresepan
Pemesanan dan Peresepan Perbekalan Farmasi adalah penulisan permintaan
perbekalan farmasi oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi
spesialis yang disampaikan ke layanan farmasi (rawat jalan dan rawat inap) untuk
disediakan. Ketentuan Peresepan:
1. Tenaga kesehatan yang kompeten menulis permintaan obat (pada resep atau
catatan pengobatan) adalah dokter yang memiliki surat ijin praktik (SIP), yaitu
dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
Permintaan obat dilakukan sesuai kebijakan dan SPO yang berlaku.
2. Obat/alat kesehatan yang berasal dari Unit Farmasi dan tidak digunakan lagi
oleh pasien dapat dikembalikan, kecuali: obat yang telah kedaluwarsa, obat
racikan, kemasan obat rusak, atau segel obat sudah dibuka, obat sudah tidak
utuh, atau telah digunakan sebagian (inhaler, insulin, turbohaler, salep, krim,
dll).
3. Proses peresepan perbekalan farmasi dilakukan oleh dokter umum/ dokter
gigi/ dokter spesialis/ dokter gigi spesialis, sementara penyediaan obat
dilakukan oleh layanan farmasi baik rawat jalan, instalasi gawat darurat
maupun rawat inap. Peresepan tersebut dilakukan dengan menggunakan
sistem peresepan secara elektronik atau tertulis.
4. Resep yang dapat diterima oleh layanan farmasi adalah resep yang
dikeluarkan oleh RSPPlj.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 18 dari 47

5. Resep hanya dapat ditulis oleh dokter atau dokter gigi yang memiliki Surat Izin
Praktik di Rumah Sakit Pertamina plaju yang masih berlaku.
6. Dalam resep harus tercantum:
a) Identitas pasien secara lengkap (barcode pasien)
b) Nama obat
c) Bentuk sediaan
d) Dosis dan frekuensi
e) Jumlah obat
f) Rute pemberian
g) Nama dokter/dokter gigi penulis resep dan paraf
h) Tanggal penulisan resep
i) Berat badan untuk pasien anak atau jika perlu
j) Alergi obat (jika ada, ditulis menggunakan tinta merah)
7. Nama obat yang ditulis di resep dapat berupa nama generik atau nama dagang
dan ditulis dengan lengkap tanpa disingkat.
8. Satuan dosis obat ditulis dengan lengkap dan jelas.
9. Obat racikan diresepkan hanya jika obat tersebut tidak tersedia bentuk jadinya,
dan terdiri dari maksimal empat bahan aktif.
10. Obat berikut tidak dapat diberikan dalam bentuk racikan:
a) Obat dalam bentuk sediaan khusus yang tidak dapat diracik, seperti bentuk
Sustained Release (SR), higroskopis, Enteric Coated, Extended Release
(XR/ER), Once Daily (OD/CD), dll.
b) Obat dalam bentuk sediaan kombinasi.
c) Antibiotika yang dicampur dengan obat simptomatis.
11. Penulisan resep dilakukan di lembar resep yang terdiri dari resep rawat jalan,
resep rawat inap. Petugas Layanan Farmasi menulis di Kartu Instruksi
Pengobatan (KIP) untuk pemberian harian pasien rawat inap.KIPdilampirkan
dalam rekam medis pasien.
12. Penulisan di KIP dilakukan oleh petugas layanan farmasi sesuai standar prosedur
yang berlaku.
13. Obat yang dibawa pasien dari luar RSPPlj dituliskan di dalam resep rawat inap
oleh dokter jika akan dilanjutkan pemberiannya. Dokter umum/ dokter gigi/ dokter
spesialis/ dokter gigi spesialismelakukan pengkajian terhadap obat-obatan
tersebut untuk ditentukan kelanjutan pemberiannya.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 19 dari 47

14. Dokter umum/ dokter gigi/ dokter spesialis/ dokter gigi spesialis dapat
memberikan instruksi pemberian obat untuk pasien secara lisan, dokter jaga
ruangan mencatat instruksi tersebut dalam resep rawat inap. Dokter melakukan
verifikasi instruksi tersebut secara tertulis dengan membubuhkan paraf maksimal
24 jam setelah instruksi diberikan.
15. Dalam meresepkan obat, sumber informasi yang digunakan adalah Formularium
RSPPlj dan Daftar Fornas.
16. Petugas farmasi harus melakukan telaah resep sebelum memberikan
perbekalan farmasi yang diresepkan.
17. Petugas Layanan Farmasi melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep
untuk:
a. Ketidaklengkapan administrasi
b. Ketidaksesuaian persyaratan farmasetis
c. Ketidaksesuaian persyaratan klinis
18. Peresepan obat narkotika dilakukan oleh dokterumum, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter gigi spesialis yang memiliki surat izin Praktik (SIP) di
RSPPlj.
19. Obat-obat high alert tertentu diberikan dengan menggunakan suatu Protokol
Pemberian Obat High Alert.
20. Penulis resep untuk order pertama kali harus melakukan rekonsiliasi
(membandingkan order obat pertama dengan daftar obat pasien sebelum masuk
rawat yang diperoleh dari anamnesis oleh dokter atau perawat).
21. Obat yang dibawa oleh pasien harus diperiksa oleh tenaga teknis kefarmasian
(TTK/apoteker) untuk memastikan kualitas fisik, identitas obat dan tanggal
kadaluarsa, obat yang dibawa oleh pasien telah disetujui oleh DPJP. Jika DPJP
tidak merekomendasikan maka obat tersebut hanya disimpan oleh pihak farmasi
sampai pasien diperbolehkan pulang dari rawat inap.
22. Penulisan resep harus menggunakan singkatan atau simbol yang diperbolehkan
di lingkungan rumah sakit.
23. Resep yang telah dikerjakan disimpan menurut urutan tanggal penerimaan
resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Resep yang telah
disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan oleh
Kepala Unit Farmasi bersama sekurang-kurangnya satu orang saksi petugas
farmasi. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota dengan
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 20 dari 47

tembusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

4.1.3.1 Pengkajian Instruksi Pengobatan/Resep Pasien


Ketentuan pengkajian instruksi pengobatan/resep pasien:
1. Pengkajian instruksi pengobatan adalah kegiatan dalam pelayanan
kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetis,dan persyaratan klinis, baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan berdasarkan prinsip 7 benar (benar pasien, benar obat,benar dosis,
benar rute pemberian, benar waktu pemberian, benar penyimpanan, dan benar
dokumentasi).
Persyaratan administrasi (ketepatan pasien) meliputi :
 Nama dan tanggal lahir
 Nomor rekam medis
 Nama dan paraf dokter
 Tanggal resep
 Ruang rawat/Poliklinik asal resep
Persyaratan farmasetis meliputi :
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Dosis dan Jumlah obat
 Stabilitas dan ketersediaan
 Aturan, cara, dan teknik penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
 Ketepatan obat (indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat, rute
pemberian)
 Duplikasi pengobatan
 Alergi, interaksi dan efek samping obat
2. Pengkajian persyaratan administratif dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian,
sementara persyaratan farmasetis dan klinis dikaji oleh apoteker.
3. Untuk pasien rawat inap, penelaahan resep dilakukan oleh apoteker berlisensi
terhadap :
1) Ketepatan obat, dosis, frekuensi, dan rute pemberian.
2) Kemungkinan duplikasi terapi.
3) Alergi / reaksi sensitivitas baik yang potensial maupun aktual.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 21 dari 47

4) Interaksi obat-obat atau obat-makanan baik yang potensial maupun aktual.


5) Berat badan pasien dan informasi fisiologis lain.
6) Kontraindikasi yang lain.
4. Untuk pasien rawat jalan, telaah dilakukan pada seluruh resep oleh apoteker
berlisensi dan dititikberatkan terhadap :
1) Ketepatan obat (tepat pasien, dosis, dan rute pemberian).
2) Kemungkinan duplikasi terapi.
5. Pengkajian tidak perlu dilakukan pada keadaan darurat atau pada tindakan
atau pemeriksaan penunjang diagnostik dimana obat merupakan bagian dari
prosedur.

6. Jika pengkajian resep tidak dapat dilakukan seketika oleh Apoteker, maka
pengkajian resep sederhana meliputi persyaratan administrasi dan teknis
farmasi dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian (TTK). Sementara
pengkajian terhadap persyaratan klinis dilakukan saat Apoteker hadir, dan
maksimal dilakukan 24 jam sejak pengerjaan resep.
7. Jika hasil pengkajian resep tidak memenuhi persyaratan, maka harus segera
diklarifikasi kepada dokter penulis resep sesuai SPO yang berlaku.

4.1.4 Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi,
interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat
dengan pemberian informasi obat yang memadai dengan sistem dokumentasi dan
evaluasi yang baik.
Tujuan :
 Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
 Menurunkan total biaya obat
4.1.4.1 Penyiapan Perbekalan Farmasi
Ketentuan penyiapan perbekalan farmasi:
1. Penyiapan perbekalan farmasi dikerjakan oleh apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian yang memiliki Surat Ijin Praktik/ Surat Ijin Kerja yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, dan di bawah pengawasan
penanggung jawab bagian.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 22 dari 47

2. Peracikan obat terdiri dari rekonstitusi non steril (non sitostatika).


3. Obat racikan non steril dikerjakan oleh petugas farmasi dengan
memperhatikan teknik aseptik dan dilakukan di ruangan terpisah / tertutup
dengan sirkulasi udara keluar.
4. Penyiapan obat injeksi di Ruang Rawat dilakukan oleh perawat yang terlatih
dan menggunakan teknik aseptis serta dilaksanakan di ruang yang bersih.
5. Obat racikan non steril dikerjakan oleh TTK dengan menggunakan peralatan
yang memadai.
6. Saat menyiapkan perbekalan farmasi, petugas membaca etiket 3x: saat
pengambilan wadah dari rak, saat mengambil perbekalan farmasi dari
wadah, dan saat mengembalikan wadah ke rak.
7. Saat pengemasan perbekalan farmasi, petugas mengecek kembali
kesesuaian etiket dengan resep (Nama pasien, nama obat, jumlah obat, dan
signa), dan kesesuaian resep dengan perbekalan farmasi.
8. Penggunaan vial/ampul/botol infus lebih dari sekali (multi dose) harus
memenuhi ketentuan beyond use date dari produsen atau data literatur
dengan cara yang dapat menjaga syarat aseptis.
9. Obat / alat kesehatan yang berasal dari unit Farmasi RSPPlj dan tidak
digunakan lagi oleh pasien selama perawatan di RSPPlj dapat dikembalikan
ke Layanan Farmasi untuk mengurangi tagihan rawat pasien, kecuali : obat
racikan, kemasan obat rusak atau segel obat sudah dibuka, obat tidak utuh
atau telah digunakan sebagian (inhaler, insulin, turbohaler, salep, krim, dan
lain-lain), dan obat kedaluwarsa.
10. Sisa obat narkotika dan psikotropika tablet / patch yang tidak utuh dalam
kemasan terkecil, dikembalikan ke Layanan Farmasi dengan tidak
mengurangi tagihan rawat pasien.

4.1.4.2 Pelabelan
Pelabelan perbekalan farmasi adalah pemberian identitas perbekalan
farmasi melalui pencetakan atau penulisan label / etiket yang jelas terbaca dan
melekat pada kemasan perbekalan farmasi untuk menjamin ketepatan
penggunaan perbekalan farmasi yang beredar di RSPPlj.
Ketentuan pelabelan:
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 23 dari 47

1. Semua perbekalan farmasi yang disiapkan Unit farmasi harus diberi


label atau etiket yang berisi identitas pasien, aturan minum atau aturan
penggunaan, dan nama perbekalan farmasi, kecuali alat kesehatan
yang dapat diberikan lebih dari satu hanya dengan menempelkan satu
etiket.
2. Label perbekalan farmasi yang disiapkan di Layanan Farmasi
menggunakan kertas berwarna putih (obat yang diminum / oral) atau
biru (rute pemberian non oral dan alat kesehatan) serta berisi informasi
sebagai berikut :
1) Tanggal etiket (tanggal penerimaan resep).
2) Nama pasien.
3) Tanggal Lahir pasien
4) Signa (cara pakai), peringatan, dan waktu penggunaan.
5) Nama perbekalan farmasi (nama dagang dan / isi generiknya).
6) Kuantitas perbekalan farmasi.
7) Tanggal kadaluarsa atau Beyond Use Date / BUD (khusus untuk
sediaan racikan).
8) Subtitusi obat (bila ada).
3. Nama obat dan tanggal kedaluwarsa obat yang ada di gudang layanan
harus jelas. Jika dalam keadaan terpaksa terdapat blister obat tanpa
identitas (misal karena tergunting), harus diberikan label yang berisi
nama obat dan atau tanggal kedaluwarsa atau keduanya.
4. Semua bahan baku produksi, hasil produksi, atau kemas ulang harus
diberi label/etiket yang berisi: tanggal produksi dan nomor produksi,
nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, cara penyimpanan, tanggal
kedaluwarsa/tanggal buka pertama kali/beyond use date.
5. Obat injeksi yang telah disiapkan atau dilarutkan / dicampur tetapi belum
akan diberikan harus diberi label yang berisi: Identitas pasien (nama
lengkap dan tanggal lahir), identitas obat (nama dan kekuatan), tanggal
dan jam penyiapan/pencampuran, pelarut, dan beyond use date.
6. Etiket dicetak secara manual atau menggunakan perangkat elektronik..
7. Label perbekalan farmasi yang ditarik Layanan Farmasi / Ruang Rawat
harus mencantumkan informasi sebagai berikut :
1) Tanggal penarikan.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 24 dari 47

2) Layanan Farmasi / Ruang Rawat asal penarikan perbekalan


farmasi.
3) Tujuan penarikan (penukaran / pemusnahan / ditarik dari
peredaran)
4) Informasi perbekalan farmasi yang ditarik.
8. Obat dengan kategori High Alert Medication diberi label “HIGH ALERT”
(khusus KCl 7,46; MgSO4; Dekstrose 40%; dan NaCl 3%) berwarna
merah pada kemasan luar obat atau stiker "LASA" berwarna hijau pada
kotak obat.
9. Obat injeksi dan infus yang telah disiapkan atau dilarutkan / dicampur
namun belum akan diberikan harus diberi label yang berisi identitas
pasien (nama dan tanggal lahir pasien, nama dan kekuatan obat,
tanggal dan jam penyiapan / pencampuran obat, nama dan waktu
kedaluwarsa stabilitas atau Beyond Use Date (BUD).
10. Label perbekalan farmasi sediaan multidosis harus mencantumkan
tanggal membuka kemasan obat dan BUD.
11. Pelabelan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus jelas terbaca,
melekat pada kemasan bahan dan dinding lokasi penyimpanan, dan
dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet (MSDS).
12. Obat bawaan pasien selama perawatan di Rawat Inap RSPPlj. diberi
barcode / identitas pasien; label "Obat Bawaan Pasien" untuk obat-obat
yang diteruskan penggunaannya; atau label "STOP" untuk obat yang
dihentikan pemakaiannya dan di serahkan kembali kepada keluarga
pasien saat di Rawat Inap RSPPlj.

4.1.5. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis.Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien, dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas
sumber daya yang ada.
Sistem pendistribusian yang ada di RSPPlj :
 Sistem floor stock (alkes dan bahan penunjang pelayanan medis; obat
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 25 dari 47

high alert tertentu, yaitu KCl 7,46%, oksitosin, dan MgSO4).


 Sistem dosis sehari.
 Sistem resep perorangan (untuk pasien rawat jalan dan pasien pulang rawat).
Untuk perbekalan farmasi yang berupa reagensia, gas medis, bahan
radiologi dan beberapa alat kesehatan untuk kebutuhan kamar bedah , dilakukan
distribusi langsung ke bagian terkait setelah barang diterima. Perbekalan farmasi
yang telah diserah terimakan ke bagian lain (di luar Unit Farmasi) di bawah
tanggung jawab bagian tersebut dengan dilakukan supervisi secara periodik oleh
petugas farmasi.

4.1.5.1. PendistribusianPerbekalan Farmasi untuk Menunjang Pelayanan Medis


(Floor Stock)
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Menunjang Pelayanan Medis
merupakan penyaluran perbekalan farmasi dari gudang farmasi ke layanan rawat
jalan, emergensi, ruang perawatan melalui permintaan berupa Bon Permintaan
Barang dari masing-masing user ke gudang farmasi yang telah ditandatangani
oleh penanggung jawab masing-masing bagian dan disahkan oleh kepala bagian
tersebut.

4.1.5.2. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap di RSPPlj baik pasien jaminan maupun tunai yang
diselenggarakan dengan sistem dosis sehari.
Layanan Farmasi rawat inap yaitu:
Farmasi Rawat Inap( 24 jam)
 Melayani resep pasien ruang rawat inap : ICU, Kenanga, Cempaka,
Bungur, IGD dan kebutuhan Kamar bedah.
 Melayani resep pasien rawat jalan IGD

4.1.5.3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan dengan
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 26 dari 47

sistem resep perorangan oleh Farmasi Rawat Jalan.Melayani resep pasien rawat
jalan di RSPPlj mulai pukul 07.00 sampai 18.00.

4.1.5.4. Pendistribusian Perbekalan Farmasi di Luar Jam Kerja


Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh:
a. Layanan farmasi yang mempunyai waktu operasional 24 jam yaitu
Farmasi Rawat Inap.
b. Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
(emergency trolley).

4.1.5.5 Penanganan Ketidaktersediaan Perbekalan Farmasi yang Diresepkan


Dokter
Perbekalan farmasi yang diresepkan dokter namun tidak tersedia di layanan
farmasi maupun gudang farmasi, dan sifatnya tidak dapat disubstitusi dengan
obat lain di formularium RSPPlj atau tidak dapat ditunda pemberiannya, maka
dapat diadakan melalui mekanisme pengadaan cito dari penyedia barang / jasa
resmi, pembelian ke apotek langganan, rumah sakit lain, atau apotek lain.

4.1.5.6 Pengelolaan Perbekalan Farmasi yang Dibawa / Dibeli Pasien dari


Luar RSPPlj
Pasien dapat menggunakan perbekalan farmasi yang diperoleh / dibelinya
sendiri dari luar RSPPlj selama masa terapi di Rawat Jalan / Rawat Inap dengan
mengisi surat pernyataan khusus dan mengikuti cara penanganan Perbekalan
Farmasi yang berlaku di RSPPlj. Untuk pasien Rawat Inap bila masih memiliki
perbekalan farmasi sisa selama masa terapinya di Rawat Jalan atau dari RS /
Klinik lain diwajibkan menyerahkan seluruh perbekalan farmasi tersebut melalui
perawat dan disimpan di Layanan Farmasi Rawat Inap.

4.1.5.7 Pelayanan obat-obatan kemoterapi tidak dilayani di RSPPlj


RSPPlj tidak melayani pasien untuk Kemoterapi sehingga obat Sitostatika
tidak tersedia di RSPPlj.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 27 dari 47

4.1.6. Administrasi

4.1.6.1 Penyerahan Obat


Merupakan penyerahan perbekalan farmasi dari pihak farmasi kepada pasien (di
Farmasi Rawat Jalan) atau perawat (di Farmasi Rawat Inap).
Ketentuan:
1. Penanggung jawab penyerahan perbekalan farmasi pasien adalah
Apoteker.
2. Penyerahan obat disertai pemberian informasi obat yang memadai.
3. Apabila Apoteker berhalangan, maka:
a. Penyerahan perbekalan farmasi pasien dilakukan oleh Tenaga
Teknis Kefarmasian kepada pasien/ keluarga yang mengambil
perbekalan farmasi langsung ke Layanan Farmasi.
b. Pemberian perbekalan farmasi pasien dilakukan oleh Perawat
kepada pasien rawat inap.
4. Penerima perbekalan farmasi membubuhkan paraf pada lembar resep saat
serah terima, khususnya pasien rawat jalan.

4.1.6.2. Pemberian Obat


Merupakan pemberian obat dari dokter/ perawat kepada pasien.
Ketentuan pemberian obat:
1. Kualifikasi petugas kesehatan yang melakukan pemberian obat
yaitu:
a) Dokter, seluruh staf medis fungsional purna waktu dan paruh waktu;
b) Tenaga keperawatan.
2. Pemberian obat dilakukan sesuai prinsip 7 benar dalam pemberian
obat (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar
rute pemberian, benar informasi, dan benar pendokumentasian).
3. Perawat yang memberikan obat menuliskan nama dan paraf pada
lembar Catatan Pemberian Obat (CPO). Untuk double check pemberian
obat dilakukan oleh dua orang perawat.
4. Pemberian obat untuk pertama kali di ruang perawatan segera
diberikan setelah instruksi, selanjutnya mengikuti jadwal pemberian. Kecuali
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 28 dari 47

di Unit Perawatan Intensif sesuai interval awal pemberian.


5. Perawat mendokumentasikan pemberian obat di lembar Catatan
Pemberian Obat (CPO).
6. Obat yang tidak diberikan harus didokumentasikan di Catatan
Pemberian Obat.
7. Untuk obat dengan aplikator yang akan digunakan pasien sendiri di
rumah (self administration drug), perawat memastikan pasien dapat
menggunakan dengan benar, dengan memberikan informasi mengenai
bagian-bagian aplikator obat, cara penggunaan, dan penyimpanan obat
kepada pasien atau pendamping pasien.

4.1.7 Pemantauan
4.1.7.1. PemantauanEfek Terapi
Ketentuan pemantauan efek terapi:
1. Petugas kesehatan (dokter, perawat, apoteker, dll) berkolaborasi untuk
memantau efek obat yang digunakan oleh pasien menyangkut:
a. Efektivitas obat
b. Keluhan pasien berkaitan dengan penggunaan obat
c. Reaksi yang tidak diharapkan (hipersensitivitas, efek samping,
interaksi obat)
d. Toksisitas
2. Pasien dan keluarganya diedukasi untuk dapat memantau efek obat
sesuai dengan jenis obat yang digunakan.
3. Obat yang digunakan untuk pertama kalinya harus dipantau efeknya.
4. Respon pasien terhadap obat-obatan (baik respon yang diharapkan
maupun yang tidak diharapkan) harus dicatat dalam rekam medis.
5. Efek obat yang tidak diharapkan yang dialami pasien segera dilaporkan
oleh petugas ke DPJP/dokter jaga. Pelaporan didokumentasikan di rekam
medis.
6. Petugas melaporkan efek samping obat sesuai dengan SPO Pelaporan
Efek Samping Obat kepada Panitia Farmasi dan Terapi RSPPlj.
7. Hasil pemantauan efek obat digunakan sebagai pertimbangan untuk
melakukan modifikasi terapi.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 29 dari 47

4.1.7.2. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat


Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (reaksi obat yang
merugikan dan tidak dikehendaki) adalah kegiatan pemantauan dan pelaporan
setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi
pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi.
Ketentuan Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat:
1. Pemantauan dan pelaporan ESO, dikoordinasi oleh Panitia Farmasi dan
Terapi (PFT) RSPPlj sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Setiap petugas kesehatan (dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi,
apoteker, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain) yang mengetahui
adanya ESO, wajib melaporkan pada PFT.
3. Reaksi yang dilaporkan adalah reaksi yang sifatnya berat, tidak dikenal,
atau frekuensinya jarang, yang terjadi pada pasien rawat inap dan rawat
jalan, baik belum diketahui hubungan kausalnya, maupun yang sudah
pasti reaksi obat yang merugikan dan tidak dikehendaki.
4. ESO yang perlu dilaporkan adalah:
a. Setiap reaksi yang dicurigai akibat obat terutama reaksi yang
selama ini tidak pernah / belum pernah dihubungkan dengan obat
yang bersangkutan.
b. Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat.
c. Setiap reaksi efek samping serius, antara lain :
1. Reaksi anafilaktik
2. Diskrasia darah
3. Perforasi usus
4. Aritmia jantung
5. Seluruh jenis efek fatal
6. Kelainan congenital
7. Perdarahan lambung
8. Efek toksik pada hati
9. Efek karsinogenik
10. Kegagalan ginjal
11. Edema laring
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 30 dari 47

12. Efek samping berbahaya seperti sindroma Steven Johnson


13. Serangan epilepsi dan neuropati
5. Pelaporan ESO menggunakan lembaran Formulir Pelaporan Efek
Samping Obat yang ditentukan oleh Pusat MESO/Farmakovigilans
Nasional dan diserahkan kepada PFT
6. PFT mendokumentasikan pelaporan monitoring ESO dan mengirim
ke Pusat MESO/Farmakovigilans Nasional.
7. Obat yang diprioritaskan untuk dipantau efek sampingnya adalah
obat baru yang masuk dalam formularium dan obat yang terbukti
dalam literatur menimbulkan efek samping serius.

4.1.7.3. Pelayanan Informasi Obat


Merupakan kegiatan pelayanan informasi yang diberikan oleh Unit Farmasi
RSPPlj untuk memberikan informasi mengenai perbekalan farmasi secara akurat,
tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien.
Tujuan :
 Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit.
 Menyediakan informasi untuk penyusunan kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat bagiPanitia Farmasi dan Terapi.
 Meningkatkan profesionalisme apoteker.
 Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan :
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif
dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatanmelalui
telepon, surat, atau tatap muka.
3. Membuat leaflet informasi obat, mengisi materi di media RSPPlj.
4. Berperan untuk membantu apoteker dalam interpretasi data terkait terapi
pasien.
5. Menyediakan informasi bagi Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan formularium rumah sakit (review obat baru, evaluasi
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 31 dari 47

efek samping, dan efek terapi dalam penggunaan obat) dan penyusunan
panduan terapi.
6. Mendokumentasi MESO.
7. Menyelenggarakan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan
tenaga kesehatan lainnya.
8. Menetapkan dan mengedarkan sumber informasi yang berlaku bagi
seluruh ruang rawat dan poliklinik, yaitu Formularium dan MIMS versi
cetak.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1. Sumber informasi obat (informasi produk seperti MIMS, e-book, akses
internet)
2. Tenaga (Apoteker/Apoteker Farmasi Klinis)
3. Sarana dan Prasarana (komputer, printer)

4.1.7.4. Konseling
Konseling adalah kegiatan aktif apoteker dalam memberikan layanan
kefarmasian kepada pasien dengan mengeksplorasi pemahaman pasien terkait
obat, dan bertujuan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap penggunaan obat.
Tujuan :
1. Meningkatkan keberhasilan terapi
2. Memaksimalkan efek terapi
3. Meminimalkan risiko efek samping
4. Meningkatkan cost effectiveness
5. Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi
Faktor yang perlu diperhatikan :
 Kriteria pasien :
1. Pasien dengan penyakit kronis
2. Pasien yang mendapat obat dengan indeks terapetik sempit dan
polifarmasi (menerima lebih dari 5 item obat)
3. Pasien geriatrik
4. Pasien pediatrik
5. Pasien pulang rawat sesuai dengan kriteria diatas
 Sarana dan Prasarana :
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 32 dari 47

1. Ruangan khusus (untuk pasien rawat jalan dengan kriteria yang


sudah ditentukan)
2. Kartu pasien/catatan konseling
3. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
4.1.7.5. Pengkajian Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. PPO dilakukan secara berkala pada
periode tertentu oleh Panitia Farmasi dan Terapi sesuai prosedur yang
berlaku.
Tujuan:
 Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat di
RSPPlj.
 Merupakan bagian dari teknik pemeliharaan formularium, untuk
menetapkan obat terpilih berdasarkan efektivitas, toksisitas, dan
perbedaan harga dari golongan obat yang sama.
 Digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penambahan atau
penghapusan obat dalam formularium.
 Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik, misal obat kemoterapi
dan narkotika-psikotropika.

4.1.8. Dokumentasi
Pemantauan efek terapi dan efek samping didokumentasikan di kartu
instruksi pengobatan, rekam medis, lembar resep, dan SIM.

4.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi Rumah Sakit


4.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi
4.2.1.1. Batasan Operasional
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) berdasarkan KepMenkes RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari
dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit, dan
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 33 dari 47

apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit serta tenaga kesehatan lainnya.
4.2.1.2 Tujuan
a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat, serta evaluasi.

b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan


terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
dengan kebutuhan

4.2.1.3 Organisasi dan Pertemuan


a. KFT harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter, apoteker, dan
tenaga kesehatan lain.

b. Ketua KFT dipilih dari dokter dalam kepanitiaan. Sekretaris adalah


Apoteker dari Unit farmasi atau apoteker yang ditunjuk.

c. KFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 3 bulan sekali.


Rapat KFT dapat mengundang pakar-pakar dari dalam maupun dari luar
rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan KFT.

4.2.1.4 Fungsi dan Ruang Lingkup


a. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan
obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan, serta harga obat. Selain
itu, pemilihan obat dilakukan dengan meminimalkan duplikasi kandungan
dan kelas farmakologis obat.

b. KFT harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru
atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan


pengelolaan obat yang termasuk dalam kategori khusus.

d. Membantu Unit Farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap


kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 34 dari 47

nasional.

e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan


mengkaji medical record dibandingkan dengan pedoman praktik klinis.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus
penggunaan obat secara rasional.

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

4.2.1.5 Kewajiban
a. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai
budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.

b. Mengkoordinir pembuatan formularium rumah sakit, pedoman penggunaan


antibiotika, dan lain-lain.

c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan


obat terhadap pihak-pihak yang terkait.

d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat serta


memberikan umpan balik atas pengkajian tersebut.

4.2.1.6 Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi


Peran apoteker dalam Panitia ini sangat strategis dan penting karena
semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di
seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Agar dapat mengemban
tugasnya secara baik dan benar, para apoteker harus secara mendasar dan
mendalam dibekalidengan ilmu-ilmu farmakologi, farmasi klinis,
farmakoepidemologi, dan farmakoekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat
dibutuhkan untuk memperlancar hubungan profesionalnya dengan para petugas
kesehatan lain di rumah sakit.
Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi, antara lain:
a. Menjadi salah seorang anggota panitia (Sekretaris)
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 35 dari 47

b. Menetapkan jadwal pertemuan


c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
pembahasan dalam pertemuan
e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan
pada pimpinan rumah sakit
f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan
kepada seluruh pihak yang terkait
g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam
pertemuan
h. Menyusun formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan
Panitia Farmasi dan Terapi
i. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat

4.2.1.7 Penyusunan Formularium


4.2.1.7.1 Dasar Penyusunan Formularium
1. Keputusan Direktur tentang Formularium Rumah Sakit Pertamina Plaju

2. Kebijakan Formularium RS Pertamina Plaju

4.2.1.7.2 Batasan
Ketentuan mengenai Formularium:
1. Formularium adalah daftar obat yang direkomendasikan oleh Komite
Farmasi dan Terapi (KFT) agar disetujui dan ditetapkan oleh Direktur
untuk digunakan di RSPPlj pada periode waktu tertentu.
2. Formularium berisi nama dagang, nama generik dan informasi penting
lainnya tentang obat yang diperlukan sebagai pertimbangan klinik dokter,
dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dan apoteker dalam
menentukan pengobatan terhadap penyakit pasien.
3. Formularium disusun oleh KFT yang anggotanya terdiri dari dokter,
dokter gigi, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis yang mewakili masing-
masing Staf Medik Fungsional (SMF), apoteker dan perawat, serta
penunjang yang kehadirannya diperlukan secara insidentil.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 36 dari 47

4. Formularium ditelaah keefektifannya setiap tahun berdasarkan ilmu


pengobatan terkini.
5. Formularium direvisi setiap 3 (tiga) tahun atau sesuai dengan terbitnya
Daftar Obat Standar Pertamina (DOSP) dan atau terbitnya Daftar Obat
Standar Pertamina Bina Medika.
6. Obat yang masuk diusulkan oleh SMF dilengkapi dengan minimal 1
(satu) penelitian ilmiahnya.
7. Usulan obat yang masuk adalah usulan terbanyak dari semua SMF,
berkaitan dengan penatalaksanaan terapi penyakit yang dikelola masing-
masing SMF, disetujui oleh PFT.
8. Satu nama generik obat maksimal terdiri dari 5 (lima) produk, yaitu :
a. 1 (satu) produk original atau PMA (Penanaman Modal Asing)
b. 3 (tiga) produk PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)
c. 1 (satu) produk OGB (Obat Generik Berlogo)
9. Dalam menentukan pemilihan obat yang masuk, agar
mempertimbangkan kebutuhan pengobatan bagi pasien Pensiunan
Pertamina Kapitasi, pasien PISA (Pekerja Istri/ Suami dan Anak)
Pertamina dan pasien Non Pertamina Jaminan/Tunai.
10. Jumlah obat dalam Formularium adalah jumlah yang paling efisien.
11. Usulan obat yang masuk harus menggantikan numerik obat yang akan
dikeluarkan, sehingga jumlah obat dalam Formularium tetap sama.
12. Kriteria Obat yang akan dikeluarkan dari Formularium adalah :
a. Obat yang tidak diproduksi lagi.
b. Obat yang ditarik dari peredaran oleh produsennya atau BPOM
(Badan Pengawas Obat dan Makanan).
c. Obat yang mengakibatkan adverse effect yang berakibat fatal di
RSPPlj.
d. Obat dengan kategori slow moving, yaitu obat yang tidak pernah
diresepkan selama 3 (tiga) bulan berurutan.
13. kFT menetapkan nama obat-obat yang akan dikeluarkan dari
Formularium.
14. SMF dan dokter pengusul berkewajibkan menghabiskan sisa persediaan
obat-obat yang akan keluar Formularium.
15. Unit Farmasi menyediakan obat baru yang masuk Formularium segera
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 37 dari 47

setelah persedian obat yang keluar Formularium habis.


16. Dokter, dokter gigi, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis yang
membutuhkan Obat Non Formularium, mengajukan permohonan
persetujuan Wadir Medis melalui Formulir Obat Non Formularium terlebih
dahulu.
17. Obat Non Formularium yang dibutuhkan oleh dokter, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter gigi spesialis adalah :
a. Obat yang tidak dapat disubstitusi oleh obat dalam Formularium.
b. Obat yang dapat memberikan perbaikan kondisi pasien. Sebelumnya
pasien mendapatkan obat dalam Formularium tetapi tidak mengalami
perbaikan.
18. Unit Farmasi melaksanakan pengadaan kebutuhan obat Non
Formularium, segera setelah Wadir Medis menyetujui permohonan
Formulir Obat Non Formularium tersebut.
19. Satu Formulir Obat Non Formularium hanya untuk permohonan
pemakaian satu jenis obat pada seorang penderita.
20. KFT melakukan monitoring efektivitas terapi dan ESO terhadap obat baru
yang masuk dalam Formularium, dan melaporkannya kepada dokter,
dokter gigi, dokter spesialis/ dokter gigi spesialis dan SMF pengusul.
21. KFT melaporkan efek samping obat yang tidak biasa terjadi pada
pemakaian obat tersebut kepada Pusat Monitoring Efek Samping Obat
(MESO) Nasional.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 38 dari 47

BAB V
LOGISTIK

6.1. Pendahuluan
Kegiatan logistik sangat penting dalam menunjang keseluruhan
kegiatan baik di rumah sakit maupun Unit Farmasi sendiri . Untuk pemenuhan
kebutuhan rumah sakit dilakukan melalui Bagian Logistik. Bab ini hanya menjabarkan
distribusi obat dan alat kesehatan dari logistik, serta pemenuhan kebutuhan ATK di Unit
Farmasi sendiri.

6.2. Tujuan
Secara umum kegiatan logistik memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. Bidang operasional: agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah
yang tepat dengan mutuyang baik.
b. B i d a n g k e u a n g a n : d a p a t m e l a k s a n a k a n t u j u a n o p e r a s i o n a l
dengan biaya paling efisien.
c. Bidang pengamanan persediaan: agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan
yang tidak wajar lainnya.

6.3. Kategorisasi Logistik Farmasi


Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di
rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi:
a. Logistik Obat dan Alat Kesehatan
Mencakup penerimaan sampai dengan pendistribusian obat dan alat kesehatan
sesuai yang tertera pada Bab IV Tata Laksana Pelayanan. Termasuk dalam
kategori ini adalah reagen dan agar laboratorium, film radiologi.
b. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan
sebagai bahan habis pakai yang digunakan oleh ruang rawat. Kebutuhan
direncanakan oleh user dan diadakan oleh Unit Farmasi.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 39 dari 47

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

7.1. Definisi
Suatu sistem yang mendorong rumah sakit membuat asuhan pasien menjadi
lebih aman, Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

7.2. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Pertamina Plaju

2. Terwujudnya sistem keselamatan pasien yang kokoh

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

7.3. Tata Laksana


Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, maka RS. Pertamina
Plaju menyusun kegiatan melalui Enam langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit Mengacu Pada International Patient Safety Goals (IPSG) yaitu :
1. Melakukan Identifikasi Pasien Secara tepat
 Saat menyiapkan perbekalan farmasi, petugas membaca etiket 3x: saat
pengambilan wadah dari rak, saat mengambil perbekalan farmasi dari wadah,
dan saat mengembalikan wadah ke rak.
 Saat pengemasan perbekalan farmasi, petugas mengecek kembali kesesuaian
etiket dengan resep (Nama pasien, nama obat, jumlah obat, dan signa), dan
kesesuaian resep dengan perbekalan farmasi (sesuai dengan Sasaran I
Keselamatan Pasien: Ketepatan Identifikasi).
 Identifikasi pasien (sesuai dengan Sasaran I Keselamatan Pasien: Ketepatan
Pada tahap pengemasan tersebut petugas memberikan label-label tambahan
yang dianggap perlu untuk penggunaan (misal “KOCOK DAHULU”) dan
penyimpanan (misal “DISIMPAN DI LEMARI PENDINGIN BUKAN FREEZER”)
untuk menjamin ketepatan penggunaan dan stabilitas sediaan selama
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 40 dari 47

penyimpanan.
 Untuk setiap resep yang telah disiapkan, dilakukan pemeriksaan ulang
kesesuaian resep-etiket-perbekalan farmasi
 Setiap langkah penyiapan resep (Penerimaan dan verifikasi, input data,
pengisian, pengemasan, pemeriksaan ulang, serta penyerahan kepada pasien)
dilakukan oleh petugas yang berbeda. Khusus untuk layanan farmasi dengan
jumlah SDM terbatas: minimal dilakukan oleh dua orang petugas yang berbeda
Identifikasi) minimal dengan dua identitas: Nama ,tanggal lahir dan nomer
Medrec.
2. Meningkatkan Komunikasi Efektif
 Petugas tidak berasumsi saat melakukan interpretasi resep dokter. Untuk
mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep atau singkatan yang
digunakan, hubungi dokter penulis resep. Petugas melakukan penulisan
instruksi baru (write back) pada lembar resep, pembacaan ulang (read back),
dan memastikan dokter melakukan verifikasi lisan terhadap instruksi baru yang
dibaca ulang.
 Untuk pasien tertentu seperti pasien pediatri dimana penghitungan dosis harus
menggunakan berat badan, juga penggunaan obat-obat tertentu yang butuh
perhatian pada pasien geriatri), maka harus diperoleh informasi mengenai
usia, berat badan, atau data laboratoris yang diperlukan.
 Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi,
dan harus diverifikasi oleh dokter yang meminta dalam 1x24 jam.
3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat Yang Perlu Kewaspadaan
Tinggi
 Simpan obat dengan nama, tampilan, dan ucapan mirip (look-alike sound-alike
medication names) secara terpisah (tidak berdampingan) serta diberi label
berwarna hijau bertuliskan “LASA”.
 Meminimalkan perintah secara lisan dan bila instruksi diterima secara lisan
maka dilakukan sesuai kebijakan komunikasi yang efektif yaitu mengeja ulang
nama obat.
 Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat
menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pemberian, disimpan di tempat
khusus, serta diberi label berwarna merah bertuliskan “HIGH ALERT” (daftar
lengkap obat-obatan high alert terlampir).
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 41 dari 47

 Obat-obatan high alert tidak disimpan di poliklinik dan ruang perawatan,


kecuali MgSO4 dan oksitosin (hanya boleh di kamar bersalin), KCl 7,46%
(hanya boleh di ICU ), dan epinefrin (hanya boleh di troli emergensi ruang
rawat). MgSO4 dan KCl 7,46% disimpan dalam lemari terkunci.
 Obat-obatan emergensi disimpan dalam trolley yang terkunci.
 Obat-obatan narkotika disimpan dalam lemari khusus dengan pintu ganda
yang terkunci baik.
Obat-obat psikotropika disimpan dalam lemari terkunci.
4. Memastikan Benar Pasien, Benar Prosedur.
Salahprosedur, salah pasien pada saat pemberian obat, adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.
Kesalahan ini adalah akibat dari
a. komunikasi yang tidak efektif
b. kurang / tidak melibatkan pasien di dalam pengenalan identitas
c. asesmen pasien yang tidak akurat
d. budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim
e. Resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)
f. pemakaian singkatan
5. Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
 Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai SPO yang berlaku. Petugas
racik mencuci tangan dan mengenakan alat pelindung diri (sesuai dengan
Sasaran V Keselamatan Pasien: Pengurangan Risiko Infeksi Terkait
Pelayanan)
6. Mengurangi Resiko Pasien Cidera Karena Jatuh.
a. Rumah sakit menetapkan tim pencegahan pasien jatuh
b. Tim bertanggungjawab untuk mengembangkan sistem asesmen dan
melakukan investigasi terhadap pasien yang jatuh
c. Tim pencegahan pasien jatuh perlu berkoordinasi dengan tim tim lain di
lingkungan RS Pertamina Plaju dalam rangka menjamin terselenggaranya
pencegahan pasien jatuh
d. Tim bertanggungjawab menyusun pedoman pencegahan pasien jatuh.
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 42 dari 47

Pelaksanaan yang di lakukan di Farmasi adalah :


a. Melengkapi dan penyediakan cincin kuning untuk dipergunakan di RSPPlj.
b. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai resiko jatuh saat serah visite
pasien

C. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KARS – DepKes)


1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan
meningkatkan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
8. Mencapai Keselamatan Pasien
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 43 dari 47

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

8.1 . Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari perlindungan
bagi tenaga kerja dan secara umum bertujuan untuk mencegah serta mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan agar tercapai pelayanan
kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.

8.2. Tujuan
1.Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahaya.
2.Mengamankan peralatan kerja, bahan baku, dan hasil produksi.
3.Menciptakan alur dan cara bekerja yang baik dan benar.

8.3. Potensi Bahaya dan Langkah Pencegahan/Penanggulangan


Ancaman bahaya di rumah sakit terdiri atas: ancaman bahaya biologi, ancaman
bahaya kimia, ancaman bahaya fisika, ergonomi, serta ancaman bahaya psikososial.
No Jenis Contoh Langkah
Bahaya Pencegahan/Penanggulangan
1 Bahaya Penularan infeksi dari  Cuci tangan untuk mencegah
Biologi pasien lewat infeksi silang.
droplet/kontak  Pemakaian alat pelindung diri jika
langsung diperlukan kontak dengan pasien
infeksius (misal saat penyerahan
obat).
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 44 dari 47

2 Bahaya  Adanya kontak dengan  Bahan berbahaya disimpan di


Kimia bahan berbahaya (di gudang farmasi, terpisah dari
RSPPlj tersedia perbekalan farmasi lain, diberi
formalin 40%) label bahan berbahaya, dan
dilengkapi dengan material safety
data sheet (MSDS).
 Diperlukan SPO untuk
penanganan bila terjadi
kontaminasi bahan berbahaya
3 Bahaya Bising, listrik, panas,  Diperlukan kerjasama dengan
Fisika getaran, radiasi, bagian LK3 dan layanan teknik
cahaya untuk pengendalian sumber
bahaya.
4 Bahaya  Bahaya pada postur  Pengorganisasian kegiatan
Ergonomi (kaku pada tubuh, (bagaimana pekerjaan disusun)
cedera punggung/leher) sehingga terdapat penggiliran
akibat ruang kerja/ beban.
beban kerja yang tidak  Pengaturan ruang kerja dan
ergonomis. desain sarana kerja
 Pemeriksaan kesehatan secara
berkala (setiap tahun)
5 Bahaya  Adanya stres akibat  Mengidentifikasi penyebab stres
Psikososi bentuk tugas yang  Edukasi pekerja dan manajemen
al dan monoton stres pekerjaan
stres  Beban kerja yang  Penyusunan kebijakan dan
terlalu tinggi prosedur yang dapat
 Jam kerja yang ketat, meminimalisir stres
tidak fleksibel, atau
bahkan tidak dapat
diprediksi
 Adanya kendala dalam
pengembangan karir,
status, dan
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 45 dari 47

pembayaran
 Adanya masalah dalam
hubungan antar
individu

8.4. Prosedur Pemeriksaan Tenaga Kerja danKesehatan Kerja


Sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per-02/MEN/1980, maka pemeriksaan kesehatan tenaga kerja terdiri dari:
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, yaitu pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter pada seorang tenaga kerja sebelum diterima untuk
melakukan pekerjaannya.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala, yaitu dimaksudkan untuk mempertahankan
derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta
menilai kemungkinan adanya pengaruh dari pekerjaan sedini mungkin yang
perlu dikendalikan dengan usaha pencegahan, dan sekurang-kurangnya
dilakukan satu tahun sekali.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus, yaitu dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga
kerja tertentu.

8.5. Pelatihan dan Sosialisasi Terkait Keselamatan Kerja


Pekerja Unit Farmasi secara berkala diikutsertakan dalam pelatihan terkait
keselamatan kerja, yaitu:
1. Pelatihan fire safety
2. Pelatihan bantuan hidup dasar
3. Sosialisasi evakuasi jika terjadi bencana
4. Pelatihan pencegahan infeksi nosokomial
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 46 dari 47

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan.
Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan.
Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Untuk menunjang seluruh kegiatan dalam usaha meningkatan mutu tersebut Unit
Farmasi memiliki program sistem monitoring pelaksanaan pengendalian mutu dengan
berdasarkan indikator yang ditetapkan Rumah Sakit Pertamina Plaju yang memuat tiga
(3) faktor yaitu faktor klinis, faktor manajemen dan faktor patient safety.
Untuk faktor manejemen pasient safety sudah masuk di dalam indikator standar
pelayanan minimal rumah sakit seperti yang tersebut di atas.

1. Indikator Klinis 5 : Penggunaan Antibiotik dan obat-obatan lainnya


Kepatuhan penulisan resep sesuai formularium di rawat jalan
Target : 80 %

2. Indikator Manajerial 1 : Pengadaan suplay serta obat-obatan penting bagi pasien


yang membutuhkan secara rutin
Kekosongan stok obat essensial
Target : 0 %
3. Indikator klinis 6 : Kesalahan Obat dan Kejadian Nyaris Cidera
Kesalahan Penulisan resep
Target : 0 %
4. 4. Indikator SKP 3 : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh petugas farmasi.
Target : 100%
PEDOMAN

UNIT USAHA : RUMAH SAKIT PERTAMINA


NOMOR : Kpts-063.1/M00000/2022-S0
PLAJU
REVISI KE : 01
BERLAKU TMT : 18 OKTOBER 2022
JUDUL : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI HALAMAN : 47 dari 47

Anda mungkin juga menyukai