Anda di halaman 1dari 11

MERINGKAS BUKU KODE ETIK KONSELING

Diajukan Untuk memenuhi Tugas Semester Pendek Matakuliah Kode Etik


Konseling

Dosen Pengampu :

Risna Rogamelia, M.Pd.

Oleh:

Pandu Atmasyah Putra : 1841040407

Jurusan : Bimbingan dan Konseling Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia, kelompok,
atau budaya tertentu.

Etika Profesi Bimbingan dan Konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang


menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidah-
kaidah perilaku yang dimaksud adalah:

1. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai


manusia; dan mendapatkan layanan konseling tanpa melihat suku
bangsa, agama, atau budaya.
2. Setiap orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan
mengarahkan diri.

3. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya.

4. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui


layananbimbingan dan konseling secara profesional.

5. Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang

didasarkan kepada kode etik (etika profesi).

Kode Etik adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang
mengatur mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan,
profesi, atau organisasi bagi para pekerja atau anggotanya, dan interaksi antara
para pekerja atau anggota dengan masyarakat.

1
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan
diamankan oleh setiap anggota profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Kode
Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia wsajib dipatuhi dan diamalkan oleh
pengurus dan anggota organisasi tingkat

2
BAB II

HUBUNGAN KONSELING

A. Kesejahteraan bagi orang yang dilayani konselor

Konselor mendorong pertumbuhan dan perkembangan konseli dengan cara


membantu kesejahteraan konseli dan memajukan pembentukan hubungan yang
sehat. Konselor harus secara aktif untuk memahami perbedaan latar belakang
budaya yang dimiliki konseli yang sedang dilayani. Konselor harus
mengeksplorasi identitas budaya dan dampaknya terhadap nilai dan kepercayaan
dalam proses konseling.

Konselor mendorong konseli untuk dapat berkontribusi pada masyarakat dengan


mendedikasikan kemampuan yang dimilikinya. 3. Tanggung Jawab Konselor

Tanggung jawab konselor adalah menghargai dan meningkatkan kesejahteraan


konseli. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut maka konselor harus
melaksanakan tanggung jawab sebagai berikut. a. Tanggung jawab Konselor
terhadap Siswa

1. Konselor memiliki kewajiban utama untuk memperlakukan siswa sebagai


individu yang unik dengan sikap respek.
2. Konselor secara penuh membantu konseli dalam mengembangkan
potensi atau kebutuhannya (baik yang terkait dengan personal, sosial,
pendidikan, maupun vokasional); dan mendorong konseli untuk mencapai
perkembangan yang optimal.
3. Menahan diri dari upaya menorong siswa untuk menerima nilai, gaya
hidup, dan keyakinan yang menjadi orientasi pribadi konselor sendiri.
4. Bertanggung jawab untuk memelihara hak-hak konseli.
5. Memelihara kerahasiaan data konseli.
6. Memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan konseli.

b. Tanggung Jawab Terhadap Orang Tua

3
1) Melakukan hubungan kerjasama (kolaborsi) dengan orang tua siswa dalam
memfasilitasi perkembangan siswa secara optimal.

2) Memberikan informasi kepada orang tua siswa tentang peranan konselor,

terutama tentang hakikat hubungan konseling yang rahasia antara

konselor dan konseli.

3) Memberikan informasi yang akurat, komprehensif, dan relevan dengan

tujuan.

4) Melakukan sharing informasi tentang konseli.

c. Tanggung jawab terhadap Kolega/Pihak Sekolah

1) Membangun dan memelihara hubungan kooperatif dengan kepala

sekolah, guru-guru, dan staf sekolah dalam rangka memfasilitasi

pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling.

2) Menerima masukan pendapat atau kritikan dari kepala sekolah, dan guru

guru sebagai dasar untuk mengembangkan atau memperbaiki program

Bimbingan dan Konseling.

d. Tanggung Jawab terhadap Dirinya Sendiri

1) Menyadari bahwa karakteristik pribadinya memberikan dampak terhadap

kualitas layanan konseling.

2) Memiliki pemahaman terhadap batas-batas kompetensi yang dimilikinya,

dan menerima tanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukannya.

4
3) Berusaha secara terus menerus untuk mengembangkan kompetensi

(wawasan pengetahuan, dan keahlian) profesionalitas, dan kualitas


kepribadiannya.

e. Tanggung Jawab Terhadap Organisasi Profesi

1) Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya Konselor wajib

mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap konseli dan

profesi sesuai kode etik untuk kepentingan dan kebahagiaan konseli

2) Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai

konselor untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang
merugikan konseli, atau menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang
tidak wajar.

BAB III

KERAHASIAAN DALAM KOMUNIKASI DAN HAL-HAL YANG

BERSIFAT PRIBADI

Konselor menyadari bahwa kepercayaan merupakan hal yang paling utama


dalam hubungan konseling. Konselor berusaha mendapatkan kepercayaan
konseli melalui hubungan konseling, menciptakan batasan dan keleluasan yang
sepatutnya, hingga menjaga kerahasiaan. Konselor mengkomunikasikan tolok
ukur kerahasiaan dengan cara yang baik dan bisa diterima oleh konseli.

1. Menghargai hak-hak konseli

a. Kesadaran konselor akan keberagaman atau hal yang bersifatmultikultural.

b. Menghargai hal-hal yang bersifat pribadi menyangkut kehidupan konseli.

5
c. Menghargai kerahasiaan informasi mengenai konseli.

Dalam hal ini konselor hanya berbagi informasi seizin konseli atau berdasarkan

pertimbangan etis dan hukum.

d. Menjelaskan berbagai keterbatasan kerahasiaan ataupun situasi-situasi

tertentu yang menyebabkan kerahasiaan harus dibuka.

Hal ini bias dilakukan pada tahap pengenalan dalam proses konseling.

4. Berbagi Informasi dengan pihak lain

a. Pegawai Lembaga, dalam hal ini konselor harus memastikan keamanan

dan kerahasian informasi mengenai data-data konseli yang diurus oleh pegawai
lembaga, termasuk pegawai, mahasiwa, asisten dan tenaga sukarela.

b. Team Konselor, jika penanganan konseli melibatkan sejumlah konselor dengan


peranannya masing-masing, maka konseli terlebih dahulu diberitahukan
mengenai hal tersebut dan informasi-informasi apa saja mengenai dirinya yang
akan dibagi dalam tim tersebut.

c. Pihak ketiga yang membiayai, konselor akan membagi informasi kepada

pihak ketiga mengenai konseli jika konseli membuat perjanjian dengan pihak
yang memiliki otoritas. Memindahkan informasi rahasia, konselor
memperhatikan dan memastikan keamanan pemindahan data-data rahasia
dengan komputer melalui surat elektronik, mesin fax, telepon, dan perlengkapan
teknologi komputer lainnya.

5. Rekaman Data Konseling

a. Kerahasiaan rekaman, terkait dengan proses dan tempat penyimpanan

hingga orang-orang yang memiliki wewenang untuk rekaman tersebut.

b. Izin untuk merekam, konselor meminta izin kepada konseli untuk

6
merekam proses konseling dalam bentuk elektronik maupun bentuk lain.

c. Izin untuk observasi, konselor meminta izin dari konseli dalam rangka

observasi sesi konseling dalam lingkungan pelatihan, seperti meninjau

hasil transkrip bersama peninjau dan fakultas.

d. Rekaman bagi Konseli, konselor hanya memberikan salinan rekaman

kepada konseli yang memang memerlukan. Konselor membatasi pemberian


salinan rekaman atau sebagian salinan kepada konseli hanya jika isi rekaman
tersebut akan mengganggu atau menyakiti perasaan konseli. Dalam situasi
konseling yang melibatkan banyak konseli, maka konselor hanya memberikan
salinan rekaman data yang menyangkut

BAB IV EVALUASI, ASESMEN DAN INTERPRETASI

Konselor menggunakan instrument asesmen sebagai salah satu komponen dari


proses konseli dengan disesuaikan pada pribadi konseli dan budaya yang dimiliki.
Konselor berusaha menciptakan kebermaknaan dari konseli atau kelompok
konseli dengan membangun dan menggunakan instrument asesmen pendidikan,
psikologi dan karir.

1. Asesmen

Tujuan utama dari asesmen karir, psikologi dan pendidikan adalah untuk
menyediakan pengukuran yang valid dan reliable, dalam rangka memperoleh
data yang akurat mengenai konseli dan lingkungannya. Assesmen yang dilakukan
tidak hanya terbatas pada: pengukuran bakat, kepribadian, minat, dan
intelegensi.

2. Kesejahteraan konseli

7
Konselor tidak diperkenankan untuk menyalahgunakan hasil asesmen dan
interpretasinya, dan konselor harus mencegah terjadinya penyalahgunaan.
Konselor harus menghormati hak konseli untuk mengetahui hasil dan
interpretasi yang dibuat, dan melihat keputusan dan rekomendasi yang dibuat
konseli.

a. Kompetensi dalam menggunakan dan menginterpretasi instrumen

asesmen meliputi:

1) Pemahaman terhadap keterbatasan kompetensi

2) Pemahaman terhadap penggunaan hasil asesmen secara tepat

3) Pengambilan keputusan yang berbasis hasil asesmen

b. Pemberian ijin memberi informasi dalam asesmen dilakukan

dengan:

1) Memberikan penjelasan kepada konseli

2) Memberikan penjelasan kepada penerima hasil

BAB V PELANGGARAN TERHADAP KODE ETIK

A. Pendahuluan

Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa ia
mentaati kode etik. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa setiap
pelanggaran terhadap kode etik akan merugikan diri sendiri, konseli, lembaga
dan pihak lain yg terkait.

8
C. Sangsi Pelanggaran

Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila
terjadi pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka
kepadanya diberikan sangsi sebagai berikut.

1. Memberikan teguran secara lisan dan tertulis

2. Memberikan peringatan keras secara tertulis

3. Pencabutan keanggotan ABKIN

4. Pencabutan lisensi

5. Apabila terkait dengan permasalahan hukum/ kriminal maka akan diserahkan


pada pihak yang berwenang.

D. Mekanisme Penerapan Sangsi

Apabila terjadi pelanggaran seperti tercantum diatas maka mekanisme


penerapan sangsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan pengaduan dan informasi dari konseli dan atau masyarakat

2. Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik di tingkat daerah

3. Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relatif ringan maka

penyelesaiannya dilakukan oleh dewan kode etik di tingkat daerah.

4. Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang

disampaikan oleh konseli dan atau masyarakat.

5. Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etik

daerah terbukti kebenarannya maka diterapkan sangsi sesuai dengan


masalahnya.

9
yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd)
bidang bimbingan dan konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan
penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan,
yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi
akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik pendidikan profesi
konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan,
dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan konseling dengan
gelar profesi konselor, disingkat kons.

B. Kualifikasi Akademik Konselor

Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan


pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi bimbingan dan konseling
dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi
individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut
konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal
dan nonformal diselenggarakan oleh konselor.

Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan


formal dan nonformal adalah:

1. Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling.

2. Berpendidikan profesi konselor.

10

Anda mungkin juga menyukai