Oleh:
Prof. Dr. Syamsu Yusuf, LN dan tim
profesional
memberikan
layanan
berupa
pendampingan
(advokasi)
(Draft I)
Page 2
A. Pengertian
Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia, kelompok,
atau budaya tertentu.
Etika Profesi Bimbingan dan Konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang
menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidah-kaidah
perilaku yang dimaksud adalah:
1. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai manusia;
dan mendapatkan layanan konseling tanpa melihat suku bangsa, agama, atau
budaya.
2. Setiap orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan mengarahkan
diri.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya.
4. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan
bimbingan dan konseling secara profesional.
5. Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang didasarkan
kepada kode etik (etika profesi).
(Draft I)
Page 3
Kode Etik adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang
mengatur mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan, profesi,
atau organisasi bagi para pekerja atau anggotanya, dan interaksi antara para pekerja
atau anggota dengan masyarakat.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan
oleh setiap anggota profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia. Kode Etik
Bimbingan dan Konseling Indonesia wsajib dipatuhi dan diamalkan oleh pengurus
dan anggota organisasi tingkat nasional , propinsi, dan kebupaten/kota (Anggaran
Rumah Tangga ABKIN, Bab II, Pasal 2)
B.
(Draft I)
Page 4
BAB I
KUALIFIKASI, KOMPETENSI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR
A. Kualifikasi
1. Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
2. Berpendidikan profesi konselor (PPK).
B. Kompetensi
Sosok utuh kompetensi konselor terdiri atas dua komponen yang berbeda
namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu kompetensi
akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi tersebut dijabarkan seperti
tertera pada gambar berikut.
(Draft I)
Page 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(Draft I)
Page 6
(Draft I)
Page 7
BAB II
HUBUNGAN KONSELING
A. KESEJAHTERAAN BAGI ORANG YANG DILAYANI KONSELOR
Konselor mendorong pertumbuhan dan perkembangan konseli dengan cara
membantu kesejahteraan konseli dan memajukan pembentukan hubungan yang
sehat. Konselor harus secara aktif untuk memahami perbedaan latar belakang
budaya yang dimiliki konseli yang sedang dilayani. Konselor harus mengeksplorasi
(Draft I)
Page 8
identitas budaya dan dampaknya terhadap nilai dan kepercayaan dalam proses
konseling.
Konselor mendorong konseli untuk dapat berkontribusi pada masyarakat dengan
mendedikasikan kemampuan yang dimilikinya.
Page 9
pengetahuan,
dan keahlian)
profesionalitas,
dan kualitas
kepribadiannya.
BAB III
KERAHAASIAAN DALAM KOMUNIKASI DAN HAL-HAL YANG BERSIFAT
PRIBADI
Konselor menyadari bahwa kepercayaan merupakan hal yang paling utama dalam
hubungan konseling. Konselor berusaha mendapatkan kepercayaan konseli melalui
hubungan konseling, menciptakan batasan dan keleluasan yang sepatutnya, hingga
menjaga kerahasiaan. Konselor mengkomunikasikan tolok ukur kerahasiaan dengan
cara yang baik dan bisa diterima oleh konseli.
(Draft I)
Page 10
data
yang
menyangkut
konseli
yang
memintanya
dan
tidak
(Draft I)
Page 11
dalam
penelitian,
konselor
menjaga
5. Konsultasi
a. Perjanjian, jika konselor memberikan konsultasi terkait dengan permasalahan
konseli dengan pihak lain, konselor membuat perjanjian dengan setiap individuindividu yang terlibat, dengan memberitahukan bahwa konselini memiliki hak
untuk dijaga kerahasiaannya kepada setiap individu dan menjelaskan akibatakibat yang mungkin terjadi jika kerahasian tersebut dibocorkan ke pihak lain..
b. Menghargai hal-hal yang bersifat pribadi, konselor memberikan konsultasi
ataupun mendiskusikan permasalahan konseli dengan tujuan professional hanya
kepada pihak-pihak yang terkait, dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas
konseli.
(Draft I)
Page 12
BAB IV
EVALUASI, ASESMEN DAN INTERPRETASI
Konselor
komponen dari proses konseli dengan disesuaikan pada pribadi konseli dan
budaya yang dimiliki. Konselor berusaha menciptakan kebermaknaan dari
konseli atau kelompok konseli dengan membangun dan menggunakan
instrument asesmen pendidikan, psikologi dan karir.
1. Asesmen
Tujuan utama dari asesmen karir, psikologi dan pendidikan adalah untuk
menyediakan pengukuran yang valid dan reliable, dalam rangka memperoleh
data yang akurat mengenai konseli dan lingkungannya. Assesmen yang
dilakukan tidak hanya terbatas pada: pengukuran bakat, kepribadian, minat, dan
intelegensi.
2. Kesejahteraan konseli
Konselor tidak diperkenankan untuk menyalahgunakan hasil asesmen
dan interpretasinya, dan konselor harus mencegah terjadinya penyalahgunaan.
Konselor harus menghormati hak konseli untuk mengetahui hasil dan interpretasi
yang dibuat, dan melihat keputusan dan rekomendasi yang dibuat konseli.
(Draft I)
Page 13
BAB V
PELANGGARAN TERHADAP KODE ETIK
A. Pendahuluan
Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya
bahwa ia mentaati kode etik. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa setiap
pelanggaran terhadap kode etik akan merugikan diri sendiri, konseli, lembaga
dan pihak lain yg terkait. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan
sangsi yang mekanismenya menjadi tanggung jawab Dewan Pertimbangan Kode
Etik ABKIN sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ABKIN, Bab X,
Pasal 26 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
(1) Pada organisasi tingkat nasional dan tingkat propinsi dibentuk DEWAN
PERTIMBANGAN KODE ETIK BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA.
(2) Dewan Pertimbangan Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia
sebagaimana yang dimaksud oleh ayat (1) mempunyai fungsi pokok:
a. Menegakkan penghayatan dan pengalaman Kode Etik Bimbingan dan
Konseling Indonesia.
b. Memberikan pertimbangan kepada Pengurus Besar atau Pengurus
Daerah ABKlN atau adanya perbuatan melanggar Kode Etik Bimbingan
dan Konseling oleh Anggota setelah mengadakan penyelidikan yang
seksama dan bertanggungjawab.
c. Bertindak sebagai saksi di pengadilan dalam perkara berkaitan dengan
profesi bimbingan dan konseling.
B. Bentuk Pelanggaran
1. Terhadap Konseli
(Draft I)
Page 14
C. Sangsi Pelanggaran
Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling.
Apabila terjadi pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling
maka kepadanya diberikan sangsi sebagai berikut.
1. Memberikan teguran secara lisan dan tertulis
2. Memberikan peringatan keras secara tertulis
3. Pencabutan keanggotan ABKIN
4. Pencabutan lisensi
5. Apabila
terkait
dengan
permasalahan
hukum/
kriminal
maka
akan
(Draft I)
Page 15
(Draft I)
Page 16