INSTRUKSI:
SOAL:
Sebagai pengantar tulisan ini, ada baiknya kita simak kisah kehidupan remaja
dalam tiga novel berikut. Pertama kisah dalam novel Amerika The Color Purple (1983)
karya Alice Walker. Dalam novel ini Celie sebagai tokoh utama adalah seorang
perempuan Kristen yang hidup dalam lingkungan budaya Amerika. Celie adalah sosok
wanita yang menjadi korban pelecehan seksual oleh ayah tirinya sendiri, justru di saat
usianya masih 14 tahun.[2] Setelah memiliki dua orang anak yaitu Olivia dan Adam, ia
dipaksa kawin oleh ayahnya dengan orang laki-laki yang sama sekali tak dicintainya.
Tragisnya, ketika ia hidup dalam ikatan perkawinan pun, ia seringkali dilecehkan oleh
suaminya dalam bentuk pemerkosaan suami terhadap istri (marital rape) dan
penganiayaan suami terhadap istri (wife abuse). Dalam keluarganya sendiri Celie
mendapatkan kekerasan dalam rumah tangganya (KDRT).
Kedua, kisah remaja korban pelecehan seksual dalam novel Arab Imra’a ‘Inda
Nuqthat al-Shifr (1979) karya Nawal El-Sadawi. Novel ini menampilkan tokoh Firdaus
yang mengalami nasib sama dengan tokoh Celie dalam The Color Purple. Firdaus adalah
seorang perempuan Muslim yang hidup di sebuah dusun di pedalaman Mesir yang sarat
dengan kebudayaan Arab.Ia menjadi korban pelecehan seksual oleh pamannya sendiri,
bahkan ketika ia masih usia kanak-kanak. Setelah tamat SMA Firdaus dipaksa pamannya
untuk menikah dengan seorang manula (manusia lanjut usia), bernama Eyang Mahmud.
Sebagaimana Celie, ketika masih dalam ikatan pernikahan itu, Firdaus seringkali
mendapatkan pelecehan seksual dari suaminya sendiri (marital rape) dan tindak
penganiayaan suami terhadap istrinya (wife abuse). Dalam perjalanan hidupnya ia sering
digoda dan dilecehkan laki-laki hingga ajalnya menjelang. Alangkah tragisnya kehidupan
perempuan dalam kedua novel itu.
Ketiga, kasus yang agak lain., ada pada sebuah Novel Indonesia, berjudul Ayat-
Ayat Cinta (2005) karya Habiburrahman El-Shirazy. Novel pesantren ini mengisahkan
seorang pemuda Islam Fahri, seorang santri salaf metropolis dan musafir yang haus
akan ilmu. Fahri sangat menjaga syariat Islam yang dianutnya. Bekal ilmu agamanya
yang sangat dalam membuat novel ini memiliki kekuatan spiritual dan konseptual yang
bergaya esoteric. Fahri kuliah di universitas ternama Al Azhar University Cairo, Mesir.
Sebagaimana remaja pada umumnya ia pandai bergaul dengan sesama dan lain
jenisnya. Ia kebetulan hidup dalam apartemen bersebelahan flatnya dengan Maria,
seorang perempuan Kristen koptik putri Madame Nahed. Keduanya, meski berbeda latar
belakang budaya, bangsa dan agamanya mereka dapat menjalin cinta dan kasih sayang
yang tulus, cinta antar anak manusia yang saling membutuhkan dan merasakan
kemurnian cinta yang tidak ditunggangi nafsu birahi. Sungguh merupakan pertemuan
dua hati yang damai dari dua latar belakang yang sarat dengan multikulturalisme.
Dari prolog cerita tiga novel remaja yang bernuansa Islam sekaligus
multikultural tersebut dapat ditarik hikmah pelajaran untuk memberikan pencerahan dan
discourses pada kaum remaja kita. Bahwa dewasa ini remaja (Islam) sedang dihadapkan
dalam berbagai bentuk tantangan modernitas, baik yang berupa tangan fisikal seperti
pelecehan seksual, penganiayaan, dan pemerkosaan, maupun tantangan ideologis
berupa radikalisme, pluralisme, inklusivisme, liberalisme, dan multikulturalisme. Kedua
novel di atas (The Color Purple dan Imra’a ‘Inda Nuqthat) mencerminkan betapa
rawannya gangguan terhadap perempuan, khususnya maraknya pelecehan seksual.
Bukan hanya menimpa perempuan lajang, akan tetapi juga pelecehan terjadi dalam
rumah tangga, suami istri. Sedang pada novel Ayat-Ayat Cinta, sebaliknya kita
menemukan sebuah romantika kehidupan remaja yang berbeda agama, bangsa, budaya,
namun mampu menjalin hubungan kemanusiaan yang humanis, Islamis, dan romantis.
[2] Yang termasuk dalam kategori pelecehan seksual dalam konteks ini terinci dalam
lima tingkatan, yaitu gender harassment, seductive behavior, sexual bribery, sexual
coercion, dan sexual imposition. Yang masuk kategori pelecehan yang gender
harassment adalah pernyataan dan tingkah laku yang merendahkan seseorang
berdasarkan jenis kelaminnya, seperti gurauan porno, kata-kata porno, kata-kata rayuan
tentang bentuk tubuh, komentar terhadap penampilan seseorang, menatap terus
menerus pada wanita, merendahkan jenis kelamin lain dan lain-lain; Yang kedua,
seduction behavior bentuknya berupa permintaan tidak senonoh yang bersifat seksual,
rayuan gombal kepada lain jenis, pura-pura menolong padahal ada niat seksual yang
jahat dll; Tingkat ketiga sexual bribery, pelecehan bentuk ini misalnya secara halus
menyuap seseorang dengan janji imbalan tertentu secara seksual, seperti mau dicium,
dibelai, atau memeluk tubuh perempuan; Tingkat keempat adalah pelecehan yang
berhubungan dengan sexual threat. Contohnya berupa ancaman dan tekanan untuk
melakukan perilaku seksual, seperti pemerkosaan dengan ancaman dll; Dan tingkat
kelima adalah sexual imposition. Yaitu pelecehan yang lebih serius. Pelecehan ini
dianggap paling berat jika dilihat dari tingkat keseriusannya. Misalnya, berusaha
menyentuh atau menabrak seseorang perempuan, atau memegang tubuh atau anggota
vital perempuan dan sebagainya. Atau memaksa seseorang perempuan untuk mau
melakukan hubungan seksual (lihat, Betz, Nancy dan Fizgerald dalam The Career
Psychology of Women (1978), California : Academic Press, Inc.