Anda di halaman 1dari 4

Misteri Kematian Malcolm X

Posted by artikelmisteri on September 21, 2010 Leave a Comment

Malcolm Little atau dikenal dengan nama Malcolm X. X, nama yang diberikan oleh orang
yang membuatnya menjadi muslim.X suatu cara untuk mengidentifikasikan dirinya dengan
budak-budak hitam Afrika yang diangkut ke Amerika. Dulu, pada abad ke-19, bahkan nama
orang-orang hitam itu tak diacuhkan oleh pedagang-pedagang budak, dan karena itu mereka
hanya disebut sebagai X.

lahir tanggal 19 Mei 1925 adalah tokoh Muslim dari kaum Afrika-Amerika yang
ketokohannya dapat disandingkan dengan Dr. Martin Luther King yang berjuang menghapus
segala macam diskriminasi lebih-lebih yang menimpa kaum Afrika-Amerika yang sering
dikonotasikan dengan kaum negro yang terdiskriminasikan.

Saya tahu masyarakat seringkali membunuh orang-orang yang berusaha mengubah mereka
menjadi lebih baik. Jika saya mati dengan membawa cahaya bagi mereka dengan membawa
kebenaran hakiki yang akan menghancurkan kanker rasisme yang menggerogoti tubuh
Amerika Serikat (AS) semua itu terserah kepada Allah SWT. Sementara itu kesalahan atau
kekhilafan dalam upaya saya itu semata-mata adalah dari saya sendiri. Demikianlah pesan
terakhirnya dalam buku Malcolm X, Sebuah Otobiografi yang ditulis oleh Alex Harley.

Semasa kecilnya Malcolm dan keluarganya sering menjadi sasaran penembakan, pembakaran
rumah pelecehan dan ancaman lantaran ayahnya adalah anggota UNIA yang militan, hingga
semuanya memuncak saat ayahnya dibunuh kelompok rasis kulit putih ketika Malcolm
berusia enam tahun.

Kehilangan ayahnya merubah kehidupannya sehingga menjadi anak yang liar. Sekolahnya
terputus tatkala usianya mencapai 15 tahun. Selanjutnya jalanan dan germerlap dunia hitam
yang membuatnya terjerumus dalam berbagai kehidupan antargank pencurian mariyuana
narkotika minuman keras perjudian dan pelacuran baik selagi di kampungnya maupun setelah
pindah ke Harlem (wilayah terkenal bagi orang Negro) di New York.
Pada usia 20 tahun dia diajukan ke pengadilan atas kasus pencurian dan ditahan hingga
berusian 27 tahun. Seperti layaknya narapidana lainnya, banyak keonaran yang dia lakukan di
penjara namun dia suka menyendiri di balik kamar tahanannya.

Dia menemukan apa yang dinamakan pencerahan diri mulai dari membaca menulis di dalam
penjara Chalestown State. Kemudian terjadi surat-menyurat antara Malcolm dan saudaranya
Philbert serta diskusi dengan saudara kandungnya Hilda yang sering mengunjunginya selama
dipenjara khususnya mengenai ajaran agama Islam tempat kedua saudaranya adalah pengikut
Nation of Islam (NoI). Berawal dari sinilah dia mengenal NoI, masuk Islam dan mengadakan
kontak melalui surat-menyurat dengan Mr Elijah Muhammad, pimpinan sekaligus tokoh yang
dianggap sebagai utusan Allah oleh pengikut NoI. Berkat Elijah-lah ia memahami
ketertindasan dan ketidakadilan yang menimpa ras hitam sepanjang sejarah. Sejak itulah
Malcolm X menjadi seorang napi yang kutu buku mulai dari menekuni sastra, agama, bahasa,
dan filsafat.

Pandangan rasis dari NoI membuat Malcolm kemudian menyadari bahwa hal tersebut sebagai
sebuah ajaran yang tidak rahmatan lil alamin. Karena hal itu Ia pun keluar dari NoI dan
berniat mendirikan organisasi sendiri, selain masalah internal NoI.

Bahkan Malcolm mengatakan, dirinya sering menerima teguran bahwa tuduhan white
indicting yang dia lontarkan tidak memiliki dasar dalam perspektif Islam. Di antaranya yang
memberikan teguran adalah justru dari kalangan Muslim Timur tengah atau Muslim Afrika
Utara. Meski demikian mereka menganggap dia benar-benar memeluk Islam dan mengatakan
jika dia berkesempatan mengenal Islam sejati pasti akan memahami ajarannya dan
memegang teguh ajarannya.

Setelah melakukan perjalanan ibadah haji dia mendapatkan gambaran yang berbeda dari
pandangannya selama ini, apalagi setelah melihat jamaah haji yang berkumpul dari belahan
bumi, dari berbagai ras, bangsa dan warna kulit yang semua memuji Tuhan yang satu dan
tidak saling membedakan

Beliau berkata, Pengalaman haji yang saya alami dan lihat sendiri benar benar memaksa
saya mengubah banyak pola pikir saya sebelumnya dan membuang sebagian pemikiran saya.
Hal itu tidaklah sulit bagi saya. Kata-kata ini sebagai bukti bahwa dirinya mengubah
pandangan dari memperjuangkan hak sipil orang negro ke gagasan internasionalisme dan
humanisme Islam. Malcolm X pun berganti nama menjadi Haji Malik kemudian berkata:

Perjalanan haji telah membuka cakrawala berpikir saya dengan menganugerahkan cara
pandang baru selama dua pekan di Tanah Suci. Saya melihat hal yang tidak pernah saya lihat
selama 39 tahun hidup di Amerika Serikat. Saya melihat semua ras dan warna kulit
bersaudara dan beribadah kepada satu Tuhan tanpa menyekutukannya. Benar pada masa lalu
saya bersikap benci pada semua orang kulit putih namun saya tidak merasa bersalah dengan
sikap itu lagi karena sekarang saya tahu bahwa ada orang kulit putih yang ikhlas dan mau
bersaudara dengan orang negro. Kebenaran Islam telah menunjukkan kepada saya bahwa
kebencian membabi buta kepada semua orang putih adalah sikap yang salah seperti halnya
jika sikap yang sama dilakukan orang kulit putih terhadap orang negro.

Malcolm X akhirnya mendirikan Organization of Afro-American Unity pada 28 Juni 1964.


Pada 21 Februari 1965, pada saat akan memberi ceramah di sebuah hotel di New York,
Malcolm X tewas diujung peluru tiga orang Afrika-Amerika yang ironisnya dia perjuangkan
nilai-nilai dan hak-haknya serta tidak ada yang tahu siapa dan apa di balik kematiannya.
Kendati demikian, impian Malcolm X menyebarkan visi antirasisme dan nilai-nilai Islam
yang humanis, menggugah kalangan Afro-Amerika dan dunia.

Pada 21 Februari 1965, Malcolm mulai berpidato ketika seorang lelaki berlari melalui
kerumunan orang dan menembak Malcolm X dengan sawn-off shotgun. Dua orang lain
bergabung dan Malcolm ditembak total 16 kali. Ketiga orang yang membunuh Malcolm X
semuanya adalah anggota Nation of Islam. Meskipun sering dicap sebagai radikal berhati
dingin dan mengancam, dunia bersimpati terhadap pembunuhan Malcolm X. Malcolm X
meninggal di usia 39.

Anda mungkin juga menyukai