Anda di halaman 1dari 6

Ada sebuah pepatah Arab yang sarat motivasi, "Tidak ada yang paling berharga dalam hidup ini

selain
kemerdekaan." Kemerdekaan memang sangat mahal dan bernilai karena untuk meraihnya dibutuhkan
perjuangan dan pengorbanan, baik harta maupun nyawa.

Musuh abadi kemerdekaan adalah penjajahan, baik itu penjajahan fisik, mental, kedaulatan negara,
maupun hati. Penjajahan hati oleh hawa nafsu dan setan merupakan penjajahan paling berbahaya
karena dapat menyesatkan manusia dari jalan dan agama Allah yang benar.

Oleh karena itu, kemerdekaan yang paling berharga dan paling penting dalam hidup manusia adalah
kemerdekaan hati. Karena, hati pangkal segala kebaikan dan keburukan. Hati itu sumber energi ketaatan
sekaligus kemaksiatan.

Dalam hal ini, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat segumpal daging. Jika
daging itu baik maka seluruh perilakunya akan baik. Sebaliknya, jika ia buruk maka seluruh perilaku
menjadi buruk. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR Muslim).

Sesungguhnya, visi dan misi profetik para nabi dan rasul adalah memerdekakan hati dari segala bentuk
penyakit dan penjajahan hati. Di antara manusia, ada yang hatinya berpenyakit iri, dengki, dendam, suka
mencuri, tamak, dan korupsi. Sedangkan, jajahan hati yang paling berbahaya adalah hati yang bersikap
dan berperilaku syirik kepada Allah.

Hati yang diliputi syirik senantiasa menjauhkan manusia dari tauhidullah (mengesakan Allah). Karena
itulah, Allah mengutus para Nabi-Nya agar memerdekakan hati umat manusia dari segala bentuk
kemusyrikan, kemaksiatan, dan kemungkaran.

Kisah kemerdakaan hati dinarasikan Alquran dengan indah melalui sebuah dialog Nabi Ibrahim AS.
Dengan fenomena alam raya ketika berupaya mencari Tuhan, sehingga akhirnya beliau menemukan
tauhid sejati. (QS al-An'am [6]:75-78).

Ketika menemukan kebenaran tauhid yang hakiki itu, beliau memproklamasikan kemerdekaan hatinya
dengan menegaskan, "Sungguh, aku merdeka (terbebas) dari apa yang mereka sekutukan. (Karena itu)
sungguh aku orientasikan hidupku (aku hadapkan wajahku) kepada Sang Pencipta langit dan bumi
dengan penuh hanif." (QS al-An'am [6]: 78-79). Jadi, kemerdekaan yang hakiki adalah kemerdekaan hati
dari gelapnya kemusyrikan.
Memerdekakan hati dari kemusyrikan tidak hanya membuat hidup manusia bermakna dan bertujuan,
tetapi juga dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat.

Kisah Abdullah ibn Umar bin al-Khattab yang pernah memerdekakan seorang anak kecil karena memiliki
keteguhan iman menarik dijadikan pelajaran (ibrah). Anak kecil penggembala domba di padang pasir ini
pernah diuji olehnya.

"Nak, bolehkah aku beli seekor domba saja darimu? 'Tidak tuan, ini bukan dombaku,'" jawab anak itu
polos. Abdullah terus merayu, "Majikanmu pasti tidak tahu. Kalaupun majikanmu tahu bahwa domba
berkurang satu, engkau kan bisa mengatakan kepada sang majikan bahwa yang satu itu dimakan srigala
atau terjatuh dari bukit, lalu mati." Abdullah tercengang dan tersentak hatinya ketika sang anak itu
menyatakan dengan suara lantang, "Jika memang majikanku tidak mengetahuinya, Fa aina Allah? (lalu, di
manakah Allah?)"

Dengan menitikkan air mata, Abdullah menyatakan kepada anak kecil itu, "Jawabanmu 'Fa aina Allah', itu
tidak hanya memerdekakanmu dari perbudakan di dunia, tetapi juga memerdekakanmu dari siksa api
neraka di akhirat kelak. Abdullah kemudian memerdekakan anak itu dari status sebagai budak
pengembala kambing dan memberinya kemerdekaan sebagaimana layaknya seorang anak.

Jika manusia dapat selalu memerdekakan hati dari penjajahan kemusyrikan, kedengkian, amarah,
keserakahan, sifat tamak, korup, dan sebagainya, niscaya hidupnya akan penuh kemuliaan, kedamaian,
dan kebahagiaan hakiki. Karena itu, kita perlu terus-menerus merdekakan hati kita dari segala penyakit
hati, sehingga kita dapat mewujudkan kebahagiaan hidup yang sejati.

sehingga kita dapat mewujudkan kebahagiaan hidup yang sejati.

http://img.eramuslim.com/media/2015/08/PetrukYusril2-300x201.jpg

Petruk adalah salah seorang tokoh punakawan, anak Semar, yang merupakan simbolisasi sekaligus
representasi dari rakyat kebanyakan. Tapi, begitu menjadi raja, Petruk lupa akarnya dan bertindak
semena-mena.

Meski hadir dalam lakon Mahabharata, sebagai bagian dari kubu Pandawa, tokoh-tokoh punakawan
tidak ada dalam lakon aslinya yang dari India. Tokoh punakawan, Semar dan anak-anaknya, adalah tokoh
ciptaan pujangga Jawa yang diimbuhkan ke lakon legendaris tersebut.
Yusril mengunggah gambar dan berkomentar itu ketika sedang ramai-ramainya kisruh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, yang awalnya dipicu oleh penetapan calon Kapolri pilihan Joko,
Komisaris Jenderal Budi Gunawan, sebagai tersangka dugaan kasus transaksi mencurigakan. Ada yang
menafsir Yusril sedang menyindir Joko. Tapi, tentu saja, yang tahu maksud sebenarnya hanya Yusril.

MS Kaban: Masalah Utama Bangsa Ini Ada di Jokowi, Bukan Kabinet!

Redaksi Rabu, 5 Zulqa'dah 1436 H / 19 Agustus 2015 08:00 WIB

JokowiBlenyun-300x350Eramuslim.com Reshuffle kabinet diyakini tidak akan membawa perubahan.


Setelah reshuffle, kepercayaan publik terhadap pemerintahan Jokowi-JK tetap tidak akan membaik.

Inti persoalannya ada di presiden dan wakil presiden, bukan di kabinet, ujar Ketua Dewan Syuro Partai
Bulan Bintang, MS Kaban dalam diskusi Reshuffle Ala Jokowi, Ampuhkah? di Sekretariat Humanika,
Jakarta, Selasa (18/8).

Menurut dia, sangat wajar publik tidak percaya pada Jokowi-JK karena kebijakan yang dibuatnya tidak
pro rakyat.

Bukan kesalahan kabinet. Kabinet baru 10 bulan. Diperlukan 1 tahun penuh untuk memahami
kelembagaan di kementeriaan, imbuhnya seperti dimuat Kantor Berita RMOL.

Rakyat, sebut Kaban, mempunyai ekspektasi berlebihan kepada presiden, tetapi tidak terpenuhi. Inilah
yang membuat kepercayaan terhadap Jokowi menurun tak terbendung.

Misalnya, soal tiga kartu yang dikeluarkan presiden sampai sekarang belum teruji, bahkan
kontraproduktif karena realisasinya tidak maksimal di masyarakat, tukasnya.(rz)

Rachmawati: Rezim Penguasa Sekarang Bekerja Demi Kepentingan Aseng dan Asing!

Redaksi Selasa, 4 Zulqa'dah 1436 H / 18 Agustus 2015 14:00 WIB


Rachmawati-Soekarnoputri-1-20140806-johanEramuslim.com Proklamasi Indonesia Merdeka pada 17
Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta merupakan jembatan emas untuk menuju Indonesia adil, makmur
dan berdaulat.

Tapi apa kenyataannya? Rakyat hanya dibohongi, dikhianati oleh penguasa yang antek kapitalis
nekolim, kata politikus senior Rachmawati Soekarnoputri dalam keterangan beberapa saat lalu (18/8).

Tidak tanggung-tanggung, bahkan pengkhianatan sampai kepada mengganti konstitusi Indonesia


merdeka dan jual aset negara plus korupsi yang fantastik Rp 600 trilliun BLBI Megawati, lebih separuh
dari angka RAPBN-nya Jokowi, naudzu billah min dzalik, sambung Rachma lagi.

Menurut Rachmawati, yang merupakan Ketua Yayasan Pendidikan Soekarno, rejim penguasa ini telah
bekerja demi kapitalis asing dan aseng, serta menjadi satelit di bawah negara adi kuasa. Pemerintah kini,
membuka pintu lebar-lebar agar kapitalis masuk bebas menguasai Indonesia, dan pada gilirannya negara
akan dijual bayar utang dan jadi negara bagian, bukan lagi NKRI.

Masihkah Indonesia Merdeka? Indonesia masuk dalam abad proxy war, dan diperlukan pemimpin
revolusi multi-dimensional untuk melawan penjajahan mutakhir. Ayo selamatkan NKRI, demikian
Rachmawati. Semoga Rachmawati tidak hanya berkata-kata, tetapi juga berjuang menghimpun semua
elemen anak bangsa yang masih peduli dengan bangsa ini untuk menyingkirkan rezim penguasa ludruk
dan menggantinya dengan penguasa yang ril. (rz)

Yusril Ingin Hukum Islam Dipakai dalam Hukum Nasional

Pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra menilai agar ada kajian ulang terhadap hukum positif
yang dianut Indonesia. Pasalnya, ia percaya perlu adanya keseimbangan antara hukum Islam dan adat di
dalamnya.

"Kaidah hukum Islam dan adat perlu dipikirkan yang masih relevan jadi kaidah hukum nasional, sebagian
berisi hukum adat dan sebagian lagi Islam," ujar Yusril saat menjadi pembicara di Masjid Al Furqan, Sabtu
(15/8).

Terkait kaidah hukum nasional tersebut, Yusril mengakui mayoritas warga Indonesia adalah Islam.
Sehingga pengaruh agama dalam perumusan peraturan hukum pastinya tidak dapat dihindarkan.
"Pemerintah tidak bisa mengabaikan ini karena mayoritas Islam jadi pengaruh agama pasti terasa,"
ujarnya.

Ia pun mencontohkan hukum di pemerintahan Filipina masih kental dengan pengaruh agama Katolik
sebagai golongan mayoritas. Alhasil, perceraian disana amat dilarang karena tidak sesuai ajaran Katolik.

Yusril pun berharap pemerintahan saat ini mampu menerapkan hukum sesuai syariat Islam. Namun, ia
menilai hambatan pembuatan hukum berdasarkan syariat Islam karena kurangnya pemahaman
pemerintah tentang Islam secara mendalam. Ditambah lagi, ia mengakui masyarakat Islam masih kurang
kekuatan politiknya.

"Kendalanya itu karena pemerintah kurang mengerti dan tidak adanya kekuatan politik," keluhnya.

Prof. Yusril: Ayo Kerja Siapa Yang Enggak Mau Kerja Om? Yang Udah Kerja Kena PHK Malah

Redaksi Rabu, 5 Zulqa'dah 1436 H / 19 Agustus 2015 06:00 WIB

yusrilEramuslim.com Dalam banyak kesempatan, Presiden Joko kerap mengajak rakyat Indonesia untuk
bekerja. Dia pun mencanangkan Gerakan Nasional Ayo Kerja di Kota Sabang, Pulau Weh, Aceh, 10
Agustus lalu. Malah, tema Ulang Tahun Ke-70 Kemerdekaan Indonesia adalah Ayo Kerja.

Guru Besar Hukum Tata Negara yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra, pun
menyindir slogan yang diusung Joko tersebut. Di mana-mana panjenengan bilang Ayo Kerja!. Lapangan
kerjanya mana, Ndoro? Wong kita juga enggak mau menganggur, kata Yusril lewat akun Twitter-nya,
Selasa (18/8) seperti dilansir pribuminews.

Ia juga mengatakan, yang sudah bekerja saja kena pemutusan hubungan kerja (PHK). Ayo Kerja! Siapa
yang enggak mau kerja, Om? Wong cari kerja susah. Yang udah kerjaaja kena PHK, ujar Yusril lagi.

Pada 25 Januari lalu, Yusril lewat akun Twitter-nya juga mengunggah sebuah gambar adegan wayang
dalam lakon Petruk menjadi raja. Selain gambar itu, Yusril pun menulis dalam bahasa Jawa: Ono titi
mongso Petruk Dadi Ratu Jongko Joyoboyo. Maksudnya, kira-kira, menurut jangka (ramalan)
Jayabaya ada masa ketika Petruk menjadi raja.

Anda mungkin juga menyukai