Husna Nadia
Universitas Darussalam Gontor Putri
nadiahusna3108@gmail.com
Dewi Salma
Universitas Darussalam Gontor Putri
Salmadewi251@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini akan menulis bagaimana keadaan muslimah yang ada di negeri
eropa, karena banyak dari muslimah di negeri tersebut mengalami kekerasan kultural
sebagai orang muslim dan tidak sedikit dari mereka yang mengkritik serta
mengemukakan pendapat mereka terhadap pemerintahan tentang islam bertujuan supaya
kaum non muslim agar saling menghormati dan memahami makna peran muslimah
tersebut. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif (library research) yaitu
penelitian yang menggunakan cara, langkah,prosedur yang lebih melibatkan data dan
informasi yang diperoleh dari berbagai media baik buku, jurnal, artikel maupun yang
lainnya. Penulisan ini juga bertujuan untuk menyadarkan para kaum non muslim yang
menganggap bahwasanya muslimah di negeri mereka hanyalah perempuan yang sekuler
bahkan di anggap radikal serta menyusahkan bagi Negara mereka serta untuk saling
menghormati sesama satu dengan yang lain. Penulisan ini menyimpulkan bahwa
muslimah bukanlah peran yang sangat direndahkan karena di dalam islam perempuan
adalah sosok manusia yang sangat dihormati dan dimuliakan.
Abstract
This study will write about the condition of Muslim women in European
countries because many Muslim women in these countries experience a lowly role as
Muslims and not a few of them criticize and express their opinions on the government
about Islam for non-Muslims to respect each other and understand the meaning of the
role of Muslim women. This writing uses a qualitative method (library research),
Husna Nadia, Dewi Salma Al Faini
namely research that uses methods, steps, and procedures that involve more data and
information obtained from various media, both books, journals, articles, and others.
This writing also aims to awaken non-Muslims who think that Muslim women in their
country are only secular women and even considered radical and troublesome for their
country to respect each other. This writing concludes that Muslim women are not very
demeaned roles because in Islam women are human figures who are highly respected
and glorified.
Keywords: hardness of cultural, The crisis identity of Muslim Women, european lands
Pendahuluan
Agama Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, akan
tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya bahkan dengan makhluk
lain. Islam juga mengatur seluruh aspek kehidupan diantaranya makan, kesehatan, dan
berpakaian.
Dalam Islam diantara kontrol yang paling ideal dalam menanggulangi dan
menekan tindakantindakan yang menyudutkan kaum wanita adalah Jilbab. Jilbab adalah
suatu bentuk pakaian yang menutupi aurat wanita bila keluar rumah dan berhadapan
dengan laki-laki. Karena jilbab akan menjauhkan wanita dari fitnah serta mengontrol
setiap tindak tanduknya.
Seorang muslimah wajib untuk mengenakan jilbab karena hal tersebut
merupakan perintah agama Islam yang kewajibannya harus ditaati. Penggunaan jilbab
khususnya cadar menjadi suatu topik yang kontroversi bahkan menjadi bahan
perdebatan yang sering terjadi di Negara-negara Eropa. Berbagai macam argumen atau
pendapat telah banyak dilontarkan untuk mendukung pemikiran-pemikiran yang
dikembangkan atau yang diyakini masing-masing, dimulai dari hukum menggunakan
cadar bahkan sampai tradisi penggunaan cadar yang umumnya banyak digunakan oleh
masyarakat Timur Tengah seperti Arab, Mesir, Syuriah dan lain-lain.
Negara-negara yang telah memberlakukan larangan penggunaan jilbab dan cadar
di antaranya Austria, Belgia, Bulgaria, Denmark, Prancis dan Belanda. Perempuan atau
warga negara yang menggunakan jilbab dan cadar didenda sebesar 100 euro di Bulgaria
dan 400 euro di Belanda.1
1
Fuji Eka Permana, Enam Negara di Eropa resmi melarang penggunaaan cadar, (di akses pada
18 Agustus 2018 dari REPBULIKA.co.id) diakses dari REPUBLIKA.co.id pada 15 November 2022
2 Syntax Literate,
Kekerasan kultural dan krisis identitas Muslimah di Negeri Eropa
Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif merupakan metode pendekatan yang menggunakan
data-data yang berbentuk kalimat, skema, gambar, table maupun diagram yang
berfungsi untuk memperkuat argumen yang akan digunakan dalam penelitian. Dan
dalam penulisan ini, juga menggunakan metode teknik pustaka untuk mengumpulkan
data-data yang diperlukan, menggunakan teknik studi pustaka, penulis berusaha untuk
memanfaatkan beberapa jurnal, buku, artikel, maupun beberapa informasi yang dapat
diakses dari beberapa media elektronik.
Hasil dan Pembahasan
Pengertian kekerasan kultural
Kata kekerasan menjadi salah satu kata yang lazim dipergunakan untuk
menjelaskan beberapa persoalan yang terkait dengan perlakuan atau tindakan yang
dipandang tidak menyenangkan, tidak manusiawi, bertantangan dengan norma/nilai
tertentu atau hukum, atau sesuatu yang bertentangan dengan kehendak diri kita.2
Kekerasan kultural merupakan suatu bentuk kekerasan permanen. Terwujud
dalam sikap, perasaan, nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat, misalnya: (simbolis
dalam agama, ideologi, bahasa, seni, pengetahuan, hukum, media, pendidikan; gunanya
melegitimasi Kekerasan Langsung dan Kekerasan Struktural kebencian), ketakutan,
rasisme, ketidaktoleranan, aspek-aspek budaya, ranah simbolik yang ditunjukkan oleh
agama dan ideologi, bahasa dan seni, serta ilmu pengetahuan. 3 Dan Fenomena-
fenomena yang sudah terjadi di Uni Eropa merupakan salah satu contoh adanya
pelanggaran hak asasi manusia.4
Dalam konteks ini munculnya kekerasan dapat terjadi oleh beberapa
hal yaitu sebagai berikut :
2
Mufti Makarim, Makna Kekerasan, Artikel Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat, hal.15
3
Muhammad Reza, Kekerasan Social: Pengertian, Konsep, Bentuk-Bentuk Dan Factor
Kekerasan Social (mengakses pada 16 Agustus 2021 dari mandandi.com) diakses dari Mandandi.com
pada 15 November 2022
4
A. M. A. Maqshud, Panduan Ibadah Wanita Muslimah, terj. Abu Humairo, Yogyakarta:
Darussalam, 2004. Hal. 20
Motivasi utama dari kekerasan ini adalah: 1). survival (bertahan hidup); 2).wellbeing
(kesejahteraan); 3). identity (identitas); dan 4). Freedom (kemerdekaan/kebebasan).
Biasanya ini berbentuk aksi „serangan‟ sebagai reaksi atau perlawanan (atas ancaman
aktual/laten atau prediksi ancaman) pada empat aspek di atas.6
Pada zaman dahulu untuk menyebarkan sebuah pengaruh atau ajaran dari
peradabannya suatu masyarakat perlu menkalukkan atau melakukan kekerasan agar
budaya dalam peradabannya bisa diterima oleh peradaban lain. Dan Globalisasi yang
merupakan sebuah fenomena tidak selalu memberikan manfaat atau dampak positif bagi
kehidupan manusia. Karena pada dasarnya setiap fenomena yang ada akan selalu
menimbulkan dua sisi yaitu positif (menguntungkan) atau negatif (merugikan). 7
Secara harfiah al-hijâb diartikan sebagai as-satr (sekat pembatas). Sebuah benda
dikatakan tertutup pandangannya bila benda tersebut berada di balik benda yang lain.
Dan Makna harfiah dari hijab adalah pemisah pergaulan antara laki-laki dan perempuan
Hijab tidak hanya sebagai penutup untuk perempuan dan menjadi pemisah antara jenis
5
A. I. Al-Mahalli, Muslimah Modern Dalam Bingkai AlQur’an Dan Al-Hadith, Yogyakarta:
Mitra Pustaka. 2003, Hal. 28
6
Mufti Makarim, Makna Kekerasan, Artikel Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat, Hal.16
7
Nur Inna Alfiah, Perkembangan Muslim Di Eropa (World Civilization Vs Local Culture) :
Kebijakan Pemerintah Perancis Dalam Menekan Pertumbuhan Muslim, Universitas Wiraraja Sumenep.
Hal. 2
4 Syntax Literate,
Kekerasan kultural dan krisis identitas Muslimah di Negeri Eropa
kelamin, lakilaki dan perempuan, melainkan juga menjadi pembatasan bagi kaum
perempuan. Dengan demikian, hijab dalam pengertian sebelumnya adalah pembatas
atau penutup.8
Series 1
7,00%
6,00%
5,00%
4,00%
3,00%
Series 1
2,00%
1,00%
0,00%
8
Lintang Ratri, Cadar Media Dan Identitas Perempuan Muslim, Hal.35
9
Ali Geno Berutu, Islam di Eropa, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember 2017) Jakarta,
hal.7-8
10
Syarief Husyein, Antropologi Jilboob: Politik Identitas, Life Style, Dan Syari’ah, (Jurnal
Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol.4 No.2 Mei 2015), UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, hal.321-322
Identitas adalah suatu esensi yang dapat dimaknai melalui tanda selera,
kepercayaan, sikap dan gaya hidup. Identitas dianggap bersifat personal sekaligus sosial
yang menandai bahwa “kita sama atau berbeda” dengan yang lain. 11
Identitas diri yang dimaksud disini ialah lebih kepada urusan gender, yaitu jilbab
sebagai alat identifikasi dan simbolisasi kerendahan diri wanita. Identitas diri di sini
merujuk pada kalangan wanita muslim yang menerima gagasan-gagasan modernisme
islam.12
Di dalam pergerakan Islam, jilbab memiliki posisi penting sebagai simbol
identitas dan resistensi. Lebih lanjut, Fedwa menganalisis jilbab dengan meletakkan
jilbab dalam konteks berpakaian multidimensional-secara material, ruang dan
keagamaan-sebagai sebuah mode komunikasi yang dibangun di atas pengetahuan
antarbudaya, antaragama dan antargender serta jilbab dalam Islam sebagai identitas dan
resistensi semata.13
Beberapa penyebab adanya krisis identitas muslim adalah:
1. Munculnya Sekularisme
Negara Eropa
11
Amalia Sofi Iskandar, Konstruksi Identitas Muslimah Bercadar, Universitas Jember, (artikel
Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013), hal.3
12
Hendro Prasetyo dan Ali Munhanif, Islam & civil Society: Pandangan Mulim Indonesia
(Jakarta: PT Gramedia Utama, 2002), hlm. 13
13
Sauri Susanto, Dukungan European Court Of Human Right Bagi Pelarangan Jilbab Di
Sekolah, Serta Niqab Dan Burqa Di Perancis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2013. Hal.125
14
H. Salim, Wanita Islam: Kepribadian dan Perjuangannya. Bandung: Rosda Karya, 1991,
Hal.21
6 Syntax Literate,
Kekerasan kultural dan krisis identitas Muslimah di Negeri Eropa
15
Mochamad Faisal Karim, Proses Munculnya Euro-Islam sebagai Transnational Norms di
kalangan Muslim Eropa, (Jurnal Kajian Wilayah Vol.1 No.1, 2012) hal.56
Kesimpulan
Sebagai umat Islam, kita bersifat terbuka kepada Barat sesuai dengan anjuran
agama. Hal yang mendorong kita untuk memiliki sifat itu adalah:
1. Kita adalah pemilik risalah „alamiyah (global) yang datang untuk seluruh
manusia di seluruh penjuru dunia.
2. Jalan untuk menuju saling pengertian dan berdekatan cukup banyak
3. Dunia yang semakin dekat ini mengharuskan penganut agama-agama samawi
dan pemilik tiap peradaban untuk bertemu, berdialog dan saling memahami.
8 Syntax Literate,
Kekerasan kultural dan krisis identitas Muslimah di Negeri Eropa
BIBLIOGRAFI
Permana, Fuji Eka. Enam Negara di Eropa resmi melarang penggunaaan cadar,
(di akses pada 18 Agustus 2018 dari REPBULIKA.co.id) diakses dari
REPUBLIKA.co.id pada 15 November 2022
Makarim, Mufti. Makna Kekerasan, Artikel Lembaga Studi & Advokasi
Masyarakat
Reza, Muhammad. Kekerasan Social: Pengertian, Konsep, Bentuk-Bentuk Dan
Factor Kekerasan Social (mengakses pada 16 Agustus 2021 dari mandandi.com)
diakses dari Mandandi.com pada 15 November 2022
Maqshud, A. M. A. Panduan Ibadah Wanita Muslimah, terj. Abu Humairo,
Yogyakarta: Darussalam, 2004
Al-Mahalli, A. I. Muslimah Modern Dalam Bingkai AlQur’an Dan Al-Hadith,
Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2003
Makarim, Mufti. Makna Kekerasan, Artikel Lembaga Studi & Advokasi
Masyarakat
Alfiah, Nur Inna. Perkembangan Muslim Di Eropa (World Civilization Vs Local
Culture): Kebijakan Pemerintah Perancis Dalam Menekan Pertumbuhan Muslim,
Universitas Wiraraja Sumenep.
Ratri, Lintang. Cadar Media Dan Identitas Perempuan Muslim
Berutu, Ali Geno. Islam di Eropa, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Desember
2017) Jakarta
Husyein, Syarief. Antropologi Jilboob: Politik Identitas, Life Style, Dan
Syari’ah, (Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol.4 No.2 Mei 2015), UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta
Iskandar, Amalia Sofi. Konstruksi Identitas Muslimah Bercadar, Universitas
Jember, (artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013)
Munhanif, Hendro Prasetyo dan Ali. Islam & civil Society: Pandangan Mulim
Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Utama, 2002)
10 Syntax Literate,