-1-
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MENTENG
MITRA AFIA TENTANG PANDUAN PERLINDUNGAN
TERHADAP KEKERASAN FISIK DI RUMAH SAKIT
MENTENG MITRA AFIA
Kedua : Mengesahkan peraturan direktur Rumah Sakit Umum Menteng
Mitra Afia tentang Panduan Penanganan Keluhan di Rumah
Sakit Menteng Mitra Afia sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan Ini.
Ketiga : Surat Keputusan Direktur Utama ini berlaku sejak tanggal
dikeluar dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat
kesalahan atau kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana
mestinya
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Juni 2022
RSU MENTENG MITRA AFIA
-2-
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman
kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembagasosial, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementaramaupun berdasarkan penetapan
pengadilan.
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan
secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada
akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikendaki oleh korban.
Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang berarti keganasan,
kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan perkosaan (dikutip Arif
Rohman : 2005).
Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang dapat merugikan orang lain.
Misalnya, pembunuhan, penjarahan, pemukulan, dan lain-lain.Walaupun tindakan
tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar. Pada dasarnya kekerasan diartikan
sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak sengaja (verbal maupun nonverbal) yang
ditujukan untuk mencederai atau merusak orang lain, baik berupa serangan fisik,
mental, sosial, maupun ekonomi yang melanggar hak asasi manusia, bertentangan
dengan nilai - nilai dan norma-norma masyarakat sehingga berdampak trauma
psikologis bagi korban.
-3-
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara
langsung merusak integritas langsung merusak integritas fisik maupun psikologis korban,
ini mencakup antara lain memukul, menendang, menampar, mendorong, menggigit,
mencubit, pelecehan seksual, dan lain-lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun
oleh pasien, staf maupun oleh pengunjung
-4-
B. Tujuan
Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat, anak-
anak dan yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien berisiko dari
kekerasan fisik yang dilakukan oleh pengunjung, staf rumah sakit dan pasien
lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien berisiko yang mendapat
pelayanan di Rumah Sakit.
Panduan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam
melaksanakan pelayanan perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik, usia lanjut,
penderita, anak-anak dan yang berisiko disakiti
-5-
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup panduan ini adalah di seluruh kawasan rumah sakit baik pasien,
pengunjung dan staf rumah sakit karena rumah sakit merupakan salah satu
tempat yang dimungkinkan dapat terjadinya tindak kekerasan.Ketika orang datang
untuk berobat ke rumah sakit, pasti mengharapkan kondisi yang sehat kembali
seperti semula. Namun, selain kesehatan, pasien juga berharap untuk mendapatkan
jaminan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan selama pasien berada di rumah
sakit. Oleh karena itu rumah sakit berkewajiban untuk melindungi hak pasien,
salah satunya adalah rumah sakit wajib melindungi pasien dari tindak kekerasan
serta memiliki Staf yang dapat memahami tanggung jawab mereka dalam proses
perlindungan
B. Batasan Operasional
1. Sumber Kekerasan di Rumah Sakit
Berikut sumber kekerasan yang mungkin terjadi di rumah sakit :
a. Pengunjung Rumah Sakit
b. Pasien Lain
c. Staf Rumah Sakit
-7-
BAB III
TATA LAKSANA
penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib
membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang
sampai proses pelayanan selesai dilakukan.
- Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga
pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai kecatatan yang
disandang.
- Memastikan bel pasien dapat dijangkau oleh pasien dan memastikan
pasien dapat menggunakan bel tersebut
- Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien
- 11 -
3. Perlindungan pasien bayi dan anak – anak
Upaya rumah sakit dalam rangka memberikan perlindungan bagi pasien bayi
dan anak-anak di rumah sakit adalah
- Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan,
ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang
menjaga
- Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua
apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
- Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
- Pemasangan CCTV untuk memantau setiap orang yang keluar masuk dari
ruang tersebut
- Perawat memberikan bayi diruang perinatologi hanya kepada ibu kandung
bayi bukan kepada keluarga yang lain;
- Ruang kebidanan dan perina tertutup dan terkunci mulai jam sembilan
malam;
4. Pasien NAPI , korban dan tersangka tindak pidana
Korban kriminal adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental,
dan / atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak kriminal.
Sehingga rumah sakit perlu memperhatikan pasien yang sakit akibat menjadi
korban kriminal, dengan cara :
a. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan ruang
perawat.
b. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas
diruang perawat, berikut dengan penjaga pasien lain yang satu kamar
perawatan dengan pasien berisiko
c. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau
lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
d. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.
e. Rumah sakit melarang seluruh petugas rumah sakit untuk memberikan
informasi kepada pihak yang tidak berwenang tanpa seijin dari pasien dan
Direktur rumah sakit.
f.
5. Pasien pasca bedah
- Perawat memantau pasien lebih intensif ;
- Memastikan pasien didampingi oleh kelurga terdekat; - 12 -
- 13 -
BAB IV
DOKUMENTASI
- 14 -