Nomor : 060/060/PER/DIR/RSAM/I/2019
TENTANG
Menetapkan :
Ditetapkan : Manado
Pada tanggal : 10 Januari 2019
Direktur,
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima
(5) isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit, yaitu: keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup
rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Namun, harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
ada pasien, karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan
hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumah-sakitan. Harus diakui, rumah sakit
adalah lembaga yang kompleks yang memiliki tugas utama memberikan pelayanan
kesehatan. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan selalu dituntut untuk
berkualitas dan dilakukan oleh staf profesional dan dedikatif. Di rumah sakit terdapat ratusan
macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis
tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus
menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik
dapat terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Karena itu, diperlukan acuan yang jelas
untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut dalam bentuk sistem pelaporan insiden
insiden keselamatan pasien baik internal maupun eksternal.
B. TUJUAN:
1. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden adalah
suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan
solusi untuk pembelajaran.
2. Sistem pelaporan ini diharapkan dapat mendorong individu dalam rumah sakit untuk
peduli akan bahaya atau potensial bahaya yang dapat terjadi pada pasien. Pelaporan juga
penting untuk digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadianya kesalahan
(error) sehingga dapat mendorong dilakukan investigasi.
3. Disisi lain pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali. Maka ada beberapa definisi yang mesti diketahui, antara
lain:
C. PENGERTIAN
BAB II
RUANG LINGKUP
1. KPC (Kondisi Potensial Cedera) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
2. KNC (Kejadian Nyaris Cedera) adalah suatu insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
3. KTC (Kejadian Tidak Cedera) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan” atau “peringanan”.
4. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera
yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak,
bukan karena kondisi pasien.
5. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima.
BAB III
KEBIJAKAN
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi
pasien (contoh: kematian setelah infeksi pasca operasi atau emboli paru)
Kematian bayi aterm
Bunuh diri
b. Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit pasien atau kondisi pasien
c. Operasi salah tempat, salah prosedur, salah pasien
d. Terjangkit penyakit kronik atau penyakit fatal akibat transfusi darah atau produk
darah atau transplantasi organ atau jaringan
e. Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke rumah bukan
rumah orang tuanya
f. Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat kematian atau
kehilangan fungsi secara permanen) atau pembunuhan (yang disengaja) atas pasien,
anggota staf, dokter, mahasiswa kedokteran, siswa latihan, pengunjung atau
vendor/pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan rumah sakit.
4. Rumah sakit melakukan analisis data kejadian tidak diharapkan (KTD) dan mengambil
langkah tindak lanjutnya. Analisis dilakukan pada hal berikut ini
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Pelaporan Insiden
Banyak Metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya adalah dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan
akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang
dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya
pencegahan terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi
selanjutnya.
Mengapa pelaporan insiden penting? Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran
untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
Bagaimana memulainya? Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi
kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan
pada seluruh karyawan.
Apa yang harus dilaporkan? Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi,
potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.
Siapa yang membuat laporan insiden? Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukan
kejadian dan atau yang terlibat dalam kejadian.
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di rumah sakit, wajib segera ditindaklanjuti
(dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindakIanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung (paling lambat 2 x
24 jam); jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor (atasan
langsung disepakati sesuai keputusan manajemen: Kepala Bagian/Kepala
Bidang/Kepala Unit/Kepala Ruangan/Koordinator, Ketua Komite Medis/Ketua SMF).
4. Atasan Iangsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading resiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut:
a. Grade Biru: Investigasi sederhana oleh Atasan Langsung, waktu maksimal 1
minggu.
b. Grade Hijau: Investigasi sederhana oleh Atasan Langsung, waktu maksimal 2
minggu.
c. Grade Kuning: Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Sub
Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
d. Grade Merah: Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Tim KP
di RS, waktu maksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Sub Tim KP di RS.
7. Sub Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden
untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan
melakukan Regrading.
8. Untuk grade Kuning/Merah, Tim KP di RS akan melakukan analisis akar masalah/Root
Cause Analysis (RCA).
9. Setelah melakukan RCA, Sub Tim KP di RS akan membuat laporan dan rekomendasi
untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa: petunjuk/safety alert untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur.
11. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait.
12. Unit Kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
13. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh Sub Tim KP di RS
1. Laporan hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang terjadi pada pasien
dilaporkan oleh Tim PMKP melalui Sub Tim Keselamatan Pasien di RS
(Internal)/Pimpinan RS ke KNKP dengan mengisi Formulir Laporan Insiden
Keselamatan Pasien.
2. Laporan dikirim ke KNKP
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisis kualitatif untuk menentukan derajat risiko
suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna Bands risiko.
a. Skor Risiko
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko (tabel 3):
b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu: Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna Bands akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan: (Tabel 3).
Warna Bands: Hasil pertemuan antara nilai dampak yang diurut kebawah dan nilai probabilitas
yang diurut ke samping kanan.
Contoh: Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi pada 2
tahun yang lalu.
Tabel 4 Tindakan
Tabel 5
BAB V
DOKUMENTASILAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)
(INTERNAL DAN EKSTERNAL)
Formulir Laporan yang dilaporkan ke Sub Tim KP di RSdalam waktu maksimal 2 x 24 jam/akhir
jam kerja/shift. Laporan berisi: data pasien, rincian kejadian, tindakan yang akan dilakukan saat
terjadi insiden, akibat insiden, Pelapor dan penilaian grading (Formulir: Lampiran 3).
Laporan hasil investigasi sederhana/analisis akar masalah/RCA yang terjadi pada pasien
dilaporkan oleh Tim KP RS (internal) ke Pimpinan RS untuk selanjutnya dilaporkan ke KKP-RS
dengan mengisi Formulir Laporan Eksternal Insiden Keselamatan Pasien. Laporan dikirim ke
KKP-RS lewat POS atau KURIR ke alamat:
Sekretariat KKP-RS
d/a Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 9, Lantai 5 Ruang 507, Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta
12950 Telepon / fax: (021) 5274915
Laporan insiden secara elektronik (e-reporting) ke KKP-RS dapat dilakukan melalui website
resmi KKPRS: www.buk.depkes.go.id
1. KODE RS
Kode RS bersifat unik dan confidential. Setiap RS akan diberikan kode khusus untuk
dapat mengakses dan mengirimkan laporan insiden ke KKP-RS PERSI. Cara
mendapatkan Kode RS:
a. Rumah Sakit harus mengisi terlebih dahulu form data RS yang dapat diakses
lewat http://www.inapat-safety.or.id
b. Kode RS akan dikirimkan lewat SMS atau email oleh KKPRS PERSI.
2. DATA RS (Form Laporan IKP Eksternal)
a. Kepemilikan RS Dipilih salah satu sesuai Kepemilikan RS: (Jelas)
b. Tipe RS Dipilih salah satu sesuai Tipe RS: Umum atau Khusus, Bila Khusus pilih
lagi: mis, RSIA, RS khusus THT, RS khusus Ortopedi
c. Kelas RS Dipilih salah satu sesuai kelas RS.Untuk RS Swasta menyesuaikan mis,
RS Pratama setara dengan RS kelas D, RS Madya setara dengan RS Kelas C dan
seterusnya.
d. Kapasitas tempat tidur Diisi jumlah tempat tidur dengan box bayi
e. Propinsi (lokasi RS) Diisi nama propinsi dimana lokasi RS berada.
f. Tanggal Laporan dikirim ke KNKP Diisi tanggal saat laporan dikirim via
pos/kurir/e-report ke KNKP
3. DATA PASIEN
a. Data Pasien: Nama, No.MR, dan No.Ruangan (hanya diisi di Form Laporan
Internal)
b. Nama Pasien: (bisa diisi inisial misal: Tn. AR atau Ny. SY)
c. No MR (Jelas)
d. Ruangan: diisi nama ruangan dan nomor kamar, misal: Ruangan Yordan No.bed 5
e. Data pasien: Umur, Jenis kelamin penanggung biaya, Tgl masuk RS RS dan jam
diisi di Form Laporan Internal dan Eksternal (lihat lampiran form laporan IKP)
f. Umur: pilih salah satu (jelas)
g. Penanggung biaya pasien: pilih salah satu (jelas)
h. Tanggal masuk RS dan jam: pilih salah satu (jelas)
4. DATA INSIDEN
a. Tanggal dan waktu insiden
1. Diisi tanggal dan waktu saat insiden (KTD/KTC) terjadi
2. Buat prosedur pelaporan agar tanggal dan waktu insiden tidak lupa: insiden
harus dilaporkan paling lambat 2 x 24 jam atau pada akhir jam kerja/shift
b. Insiden
Diisi insiden misalnya: pasien jatuh, salah identifikasi pasien, salah
pemberian obat, salah dosis obat, salah bagian yang dioperasi
c. Kronologis insiden
Diisi ringkasan insiden mulai saat sebelum kejadian sampai terjadinya insiden
Kronologis harus sesuai kejaidan yang sebenarnya, bukan pendapat/asumsi
pelapor
d. Jenis Insiden
Pilih salah satu Insiden Keselamatan Pasien (IKP): KTD/KNC
e. Orang pertama yang melaporkan insiden
Pilih salah satu pelapor yang paling pertama melaporkan terjadinya insiden
Misal: petugas/keluarga pasien
f. Kejadian terjadi pada
Jika insiden terjadi pasien: laporkan KKP –RS
Jika insiden terjadi pada karyawan/keluarga pasien/pengunjung dilaporkan
internal ke tim K3RS
g. Insiden menyangkut pasien:
Pilih salah satu: rawat inap/pasien rawat jalan/pasien UGD
h. Tempat/lokasi
Tempat pasien berada, misal: ruang rawat inap, rawat jalan, atau UGD
i. Insiden sesuai kasus penyakit/spesialisasi
Pasien dirawat oleh spesialisasi? (pilih salah satu)
Bila kasus penyakit/spesialisasi lebih dari satu, pilih salah satu yang
menyebabkan insiden, misal: pasien gastritis kronis dirawat oleh internis,
dikonsulkan ke bedah dengan susp. Appendicitis. Saat appendictomy terjadi
insiden, tertinggal kasa maka penanggung jawab kasus adalah bedah.
Bila dirawat oleh dokter umum: isi lain-lain : umum
j. Unit/departemen yang menjadi penyebab terjadinya insiden
Contoh 1:
pasien DHF ke UGD, diperiksa laboratorium, ternyata hasilnya salah.
Interpretasi:
- Insiden: salah hasil lab pada pasien DHF
- Jenis insiden: KNC (tidak terjadi cidera)
- Tempat lokasi: UGD
- Spesialisasi: kasus penyakit dalam
- Unit penyebab: laboratorium
Contoh 2:
Pasien anak berobat ke poliklinik diberikan resep, ternyata kesalahan
pemberian obat oleh petugas farmasi. Hali ini diketahui setelah pasien
pulang, Ibu pasien kembali ke Farmasi untuk menyanyakan obat tersebut.
Interpretasi:
- Insiden: salah pemberian obat untuk pasien anak
- Jenis insiden: KNC (tidak terjadi cedera)
- Tempat/lokasi: Farmasi
- Spesialisasi: kasus anak
- Unit penyebab: farmasi
Contoh 3: Pasien THT akan dioperasi telinga kiri ternyata yang dioperasi
telinga kanan. Hal ini terjadi karena tidak dilakukan pengecekan ulang
bagian yang akan dioperasi oleh petugas kamar operasi. Interpretasi:
- Insiden: salah bagian yang dioperasi telinga kiri seharusnya kanan
- Jenis insiden: KTD (terjadi cedera)
- Tempat/lokasi: kamar operasi
- Spesialisasi: kasus THT
- Unit penyebab: Instalasi bedah
k. Akibat insiden
Pilih salah satu: (lihat tabel matrik grading resiko)
- Kematian: jelas
- Cedera irreversible/cedera berat: kehilangan fungsi mototrik,
sensorik, atau psikologis secara permanen. Misalnya: lumpuh,
cacat
- Cedera irreversible/cedera sedang: kehilangan fungsi motorik,
sensorik atau psikologis tidak permanen. Misalnya: luka robek
- Cedera ringan: cedera/luka yang dapat diatasi dengan pertolongan
pertama tanpa harus dirawat. Misalnya: luka lecet
- Tidak ada cedera, tidak ada luka
l. Tindakan yang dilakukan segera setelah insiden
Ceritakan penanganan/tindakan yang saat itu dilakukan agar insiden yang
sama tidak terulang lagi
m. Tindakan dilakukan oleh:
• Pilih salah satu:
- Bila dilakukan oleh tim: sebutkan timnya terdiri dari siapa saja.
Misalnya: dokter, perawat
- Bila dilakukan petugas lain: sebutkan misal: analis, asisten
apoteker, radiografer, bidan, fisioterapis, TPP
n. Apakah insiden yang sama terjadi di unit kerja lain?
Jika ya, lanjutkan dengan mengisi pertanyaan dibawahnya:
- Waktu kejadian: isi dalam bulan/tahun
- Tindakan yang telah dilakukan pada unit kerja tersebut untuk
mencegah terjadinya kejadian yang sama. Jelaskan
5. TIPE INSIDEN
Untuk mengisi tipe insiden, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu.
Insiden terdiri dari: tipe insiden dan sub tipe insiden yang dapat dilihat pada table dibawah
ini
(lampiran 1).
Contoh :
c. Rekomendasi/Solusi
- Jangka pendek
- Jangka menengah
- Jangka panjang
DAFTAR REFERENSI
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien 2. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP), Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, Jakarta, 2015
3. Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko di Rumah Sakit, 22-23 Maret 2018,