RS St. ELISABETH
Tahun 2016
DAFTAR ISI
1
BAB I
DEFINISI
Pengertian keselamatan merupakan bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Pengertian
Hazard/ bahaya1 merupakan suatu keadaan, perubahan atau tindakan yang dapat
meningkatkan risiko kepada pasien.1
Pengertian keselamatan pasien merupakan pasien bebas dari cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/
sosial/ psikologis, cacat, kematian, dan lainnya), terkait dengan pelayanan kesehatan. 1
Pengertian keselamatan pasien Rumah Sakitmerupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien menjadi lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan dan analisa insiden;
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. 1
Harm/ cedera1adalah dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan
fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial, dan psikologis. Harm ini meliputi penyakit, injury,
penderitaan, dan kecacatan.
a. Penyakit: disfungsi fisik atau psikis
b. Injury: kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh agen atau keadaan
c. Penderitaan: pengalaman/ gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri,
malaise, mual, muntah, depresi, agitasi, dan ketakutan.
d. Cacat: segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas
dan/atau restriksi dalam pergaulan sosial yang berhubungan dengan harm yang
terjadi sebelumnya atau saat ini.
Pengertian Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Cedera, dan Kejadian Potensial Cedera.2
a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ adverse eventmerupakan insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien. 2
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/ near missmerupakan terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien. 2
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.2
d. Kondisi Potensial Cedera (KPC) merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetap belum sampai terjadi insiden.
e. Kejadian Sentinel merupakan suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius.2
Laporan insiden keselamatan pasien rumah sakit (internal) merupakan pelaporan secara
tertulis setiap insiden keselamatan yang terjadi pada pasien kepada komite PMKP rumah sakit.
2
Laporan insiden keselamatan pasien KKP-RS (eksternal) merupakan pelaporan secara
anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris
cedera (KNC) yang terjadi pada pasien, telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan
solusinya.1
Faktor kontributor adalah keadaan, tindakan, atau faktor yang mempengaruhi dan
berperan dalam mengembangkan dan atau meningkatkan risiko suatu kejadian (misalnya
pembagian tugas yang tidak sesuai kebutuhan)
Contoh:
a. Faktor kontributor di luar organisasi (eksternal)
b. Faktor kontributor di dalam organisasi (internal) mis. tidak adanya prosedur,
c. Faktor kontributor yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku
yang kurang, lemahnya supervisi, kurangnya teamwork atau komunikasi)
d. Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien
Pengertian penyebab langsung merupakan penyebab yang langsung berhubungan dengan
insiden/ dampak terhadap pasien.1Pengertian akar Masalah merupakan penyebab yang
melatarbelakangi penyebab langsung.1
3
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1 Tujuan
a. Tujuan dari sistem pelaporan IKP adalah untuk mengidentifikasi risiko keselamatan
pasien yang ada.
b. Menjadikan laporan insiden sebagai awal proses pembelajaran untuk mencegah
kejadian yang sama berulang kembali.
2.2 Sasaran
Yang dilaporkan adalah IKP, meliputi KTD, KTC, KNC, KPC, dan kejadian sentinel,
yang terjadi pada pasien rawat inap dan rawat jalan di lingkungan RS St Elisabeth.
2.3 Pelaksana
a. Siapa saja atau semua staf RS yang pertama kali menemukan kejadian wajib membuat
laporan insiden.
b. Atasan di suatu unit kerja sebagai individu yang dilaporkan dan berkewajiban
melakukan grading risiko dan tindak lanjut.
c. Komite PMKP sebagai badan yang menerima pelaporan dan hasil analisa yang
diberikan unit kerja, dan berkewajiban melakukan RCA kepada setiap insiden berisiko
tinggi (hasil grading kuning dan merah).
4
BAB III
TATA LAKSANA
3.1 Pelaporan
Setiap insiden keselamatan pasien (KTD, KTC, KPC, KNC& kejadian sentinel) yang
terjadi di unit kerja dapat ditemukan oleh siapa saja, baik pasien, keluarga pasien,
penunggu pasien, staf medis atau tenaga kesehatan lain, atau tenaga non-kesehatan.
Insiden yang ditemukan berguna untuk proses pembelajaran, sehingga perlu dilaporkan.
Pelaporan dilakukan oleh staf rumah sakit yang pertama kali mengetahui insiden baik itu
dokter, perawat, atau staf lain. Pelaporan dilakukan kepada atasan di lokasi insiden itu
terjadi agar atasan langsung mengetahui tentang insiden tersebut. Pelaporan wajib
dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam dengan mengisi formulir laporan insiden (lihat
lampiran). Atasan langsung yang menerima laporan, memeriksa kelengkapan laporan,
melakukan grading, dan memilih tindak lanjut dari laporan tersebut. Grading biru atau
hijau, laporan dianalisa di unit kerja sendiri dengan melakukan investigasi sederhana.
Untuk insiden dengan grading kuning atau merah, laporan segera diserahkan kepada
komite PMKP untuk dilakukan root cause analysis (RCA).
Hasil dari investigasi sederhana yang dilakukan harus dilaporkan ke komite PMKP
untuk dilakukan analisa atau regrading. Komite dapat menentukan insiden yang telah
dilakukan investigasi sederhana, dilakukan analisa ulang menggunakan RCA. Hasil RCA
ataupun hasil investigasi sederhana, disusun dalam bentuk rekomendasi perbaikan dan
dilaporkan kepada direktur. Direktur dapat melaporkan hasil pembelajaran kepada komite
nasional keselamatan pasien rumah sakit (KKP Persi). Direktur juga memberikan umpan
balik pembelajaran kepada unit-unit kerja atas pelaporan yang dilakukannya. Unit kerja
membuat evaluasi perkembangan angka insiden di unit-unit kerjanya masing-masing.
Jenis insiden medication error (kejadian kesalahan obat) yang perlu dilaporkan:
1) Salah memberikan jenis obat
2) Salah memberikan dosis obat
3) Salah waktu pemberian obat
5
4) Salah meracik obat
5) Salah cara pemberian obat
6) Salah pasien
7) Obat kadaluarsa diberikan kepada pasien
8) Salah input nama obat di sistem informasi
9) Salah label identitas di resep
10) Terapi (obat) tidak diberikan atau tidak sesuai instruksi (contoh: pemberian jalur
IV diberikan IM, terdapat instruksi pemberian obat captopril 1 jam sebelum
operasi namun tidak diberikan)
Reaksi obat yang tidak diharapkan yang serius yang perlu dilaporkan dan dianalisa antara
lain:
1) Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat. Terutama efek samping
yang selama ini tidak pernah / belum pernah dihubungkan dengan obat yang
bersangkutan
2) Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat
3) Setiap reaksi efek samping serius, antara lain :
Reaksi anafilaktik
Diskrasia darah
Perforasi usus
Aritmia jantung
Seluruh jenis efek fatal
Kelainan kongenital
Perdarahan lambung
Efek toksik pada hati
Efek karsinogenik
Kegagalan ginjal
Edema laring
Efek samping berbahaya (sindrom Stevens Johnson
Serangan epilepsi dan neuropati
4) Setiap reaksi ketergantungan sebagai contoh klasik adalah yang berkaitan dengan
obat golongan opiat; walaupun demikian berbagai obat lain dapat menimbulkan
reaksi ketergantungan fisik dan atau psikis.
Medical error secara luas berarti setiap tindakan medik yang dilaksanakan tetapi tidak
sesuai dengan rencana atau prosedur.4
Berdasarkan proses terjadinya, medical error dapat digolongkan sebagai4:
a) Diagnostik, antara lain berupa: kesalahan atau keterlambatan dalam menegakkan
diagnosis, tidak melakukan suatu pemeriksaan padahal ada indikasi untuk itu,
penggunaan uji/pemeriksaan atau terapi yang sudah tergolong usang atau tidak
dianjurkan lagi.
6
b) Treatment, di antaranya adalah kesalahan (error) dalam memberikan obat, dosis
terapi yang keliru, atau melakukan terapi secara tidak tepat (bukan atas indikasi)
c) Preventive, termasuk tidak memberikan profilaksis untuk situasi yang memerlukan
profilaksis, dan pemantauan atau melakukan tindak lanjut terapi secara tidak
adekuat.
d) Lain-lain, misalnya adalah kegagalan dalam komunikasi, alat medik yang digunakan
tidak memadai, atau kesalahan akibat kegagalan sistem (system failure).
7
Bagan 1 - Alur Pelaporan Insiden
8
3.2 Grading Risiko Insiden
Setiap insiden yang dilaporkan wajib dilakukan grading oleh atasan yang dilaporkan.
Grading dilakukan segera setelah atasan menerima laporan untuk menentukan tindak
lanjut insiden yang dilaporkan. Grading dilakukan dengan mengikuti kriteria berikut.
Tingkat
Deskripsi Dampak
Risiko
1 Tidak Signifikan Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan misalnya luka lecet
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
3 Moderat Cedera sedang misalnya luka robek
Berkurangnyafungsi motorik/ sensorik/
psikologis atau intelektual (ireversibel),
tidak berhubungan dengan penyakit
4 Mayor Cedera luas/berat mis cacat, lumpuh
Kehilangan fungsi motorik/ sensorik/
psikologis atau intelektual (ireversibel),
tidak berhubungan dengan penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungn dengan
perjalanan penyakit
9
Tabel 2.3 - Matriks Skor Risiko
10
RCA dilakukan bila unit kerja menentukan bahwa insiden yang terjadi merupakan
insiden dengan grading risiko kuning atau merah, atau merupakan insiden yang masuk
dalam definisi kejadian sentinel, atau hasil regrading oleh tim PMKP terhadap laporan
investigasi sederhana menentukan perlu dilakukan RCA. RCA akan dilakukan oleh tim
PMKP, dan dilakukan sebagai upaya untuk mencari akar masalah. Teknik melakukan
RCA dijelaskan dalam Panduan Root Cause Analysis.
3.4 Pelaporan
Hasil dari kegiatan pelaporan insiden keselamatan pasien adalah laporan IKP yang
diberikan kepada direktur secara berkala dalam interval 6 bulan. Pelaporan kepada direktur
sudah dalam bentuk laporan yang dianalisa.
11
BAB IV
DOKUMENTASI
Kegiatan pelaporan insiden keselamatan pasien dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan yang
berisikan:
1. Jumlah laporan yang masuk
2. Jumlah laporan yang dapat dilakukan analisa
3. Jumlah KTD, KTC, KPC, KNC, dan sentinel
4. Jumlah akar masalah
5. Analisa PDCA
12
FORMULIR LAPORAN INSIDEN KE KOMITE PMKP
Rumah Sakit St. Elisabeth
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 X 24
LAPORAN
JAM INSIDEN
JAM
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama :....
No RM : .. Ruangan/Kamar : ..
Umur * : 0-1 bulan > 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun > 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun > 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin* : Laki-laki Perempuan
Penanggung biaya pasien*:
Pribadi Asuransi Swasta
JKN/BPJS Perusahaan
Tanggal Masuk RS : Jam .
14
Lampiran 2. Formulir Laporan Investigasi Sederhana
15
Penyebab Insiden (Contoh)
1. Penyebab Langsung :
Individu :
Menggunakan alat tanpa wewenang : Merubah panduan pemakaian alat
Perilaku tidak benar
Alat :
Tidak ada panduan
Menggunakan alat tidak sesuai tujuan
Alat rusak
Konstruksi Alat tidak kuat
Tempat Kerja :
Jalan keluar terhambat
Bising
Terpapar Radiasi berlebihan
Penyinaran buruk
Rungga Buruk
Prosedur:
Mengabaikan prosedur ( SPO )
Mengabaikan tanda keselamatan
16
Lampiran 3. Daftar Indikator Keselamatan Pasien per Unit Kerja
Jika insiden dalam daftar tersebut telah mengakibatkan cedera pada pasien maka
disebut sebagai KTD. Jika insiden yang terjadi belum terpapar ke pasien disebut sebagai
KNC. Dan Jika insiden tersebut telah terpapar ke pasien dan tidak terjadi cedera, disebut
sebagai KTC.
17
INSTALASI RAWAT JALAN
1 Insiden kesalahan pemakaian alat pemeriksaan
2 Insiden pasien jatuh dari tempat pemeriksaan
INSTALASI RADIOLOGI
1 Insiden kesalahan posisi pemeriksaan
2 Insiden kesalahan memberikan hasil pemeriksaan
3 Insiden ketidaksesuaian antara foto dengan hasil ekspertise
4 Insiden pemberian dosis penenang yang melebihi dosis terapi
5 Insiden jatuhnya pasien saat akan memindahkan ke tempat pemeriksaan
6 Insiden kesalahan memberikan informasi
INSTALASI LABORATORIUM
1 Insiden kesalahan penyediaan sampel
2 Insiden salah pasien saat mengambil sampel
3 Insiden kesalahan menginput hasil
4 Insiden kesalahan pengoperasian alat
5 Insiden kesalahan pencampuran reagen
6 Insiden kesalahan golongan darah
7 Insiden kesalahan jenis darah
18
8 Insiden kesalahan menyampaikan hasil
9 Insiden kejadian reaksi tranfusi
10 Insiden kesalahan memberikan informasi
INSTALASI FARMASI
1 Insiden kesalahan penyerahan obat pada pasien rawat jalan
2 Insiden kesalahan penyerahan obat pada pasien rawat inap
3 Insiden kesalahan pembacaan resep
4 Insiden kesalahan penulisan etiket (nama pasien, nama obat, aturan pakai)
5 Insiden kesalahan input obat tidak sesuai resep
6 Insiden kesalahan pengambilan obat
7 Insiden kesalahan melakukan pencatatan di kartu stok obat
8 Insiden kesalahan cara meracik obat
9 Insiden tertukarnya bahan baku obat
10 Insiden kesalahan memberikan informasi kepada dokter
11 Insiden kesalahan memberikan informasi kepada petugas kesehatan lainnya
INSTALASI GIZI
1 Insiden kesalahan pemberian jenis diet
2 Insiden tercemarnya makanan
3 Insiden tercemarnya bahan makanan
4 Insiden tertukarnya makanan antara pasien
5 Insiden tercemarnya bahan baku makanan
6 Insiden kesalahan memberikan informasi diet
19
Lampiran 4. Daftar Kejadian Potensial Cedera
20
39 Kunci hydrant tidak diletakkan pada tempatnya
40 Smoke detector tidak berfungsi
41 Penunjuk jalur evakuasi tidak terpasang dengan baik
42 Peletakan APAR yang tidak terlihat oleh staf RS
43 Tidak memasang gelang tanda pasien jatuh
44 Tidak memasang gelang tanda pasien alergi
45 Tidak tersedia alat bantu evakuasi
46 Data master barang obat dan alat kesehatan yang tulisannya mirip di komputer
47 Tidak memberikan label/stempel asuransi tertentu pada lembar resep
21
Lampiran 5. Daftar Kejadian Sentinel
22
REFERENSI
23