Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dina Amelia

NPM : 0220101495
Kelas : Manajemen-M

BAB VII
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
7.1 Pengetahuan Ilmu Pengetahuan
Dalam bahasa inggris ada yang di sebut knowledge (pengetahuan) dan scienc (ilmu
pengetahuan) knowledge merupakan pegetahuan biasa. masyarakat umum memiliki
knowledge, tetapi hanya ilmuan yang memiliki ilmu pengetahuan. perbedaan nyata antara
pengetahuan dan ilmu pengetahuan adalah hal sistematika dan metodologi.
Ilmu pengetahuan adalah usaha manusia dalam memahami suatu fenomena dengan
sistematika, struktur, dan hukum. Max schiller (1874-1928) membedakan 3 macam ilmu
pengetahuan. Pertama herrschafis und leistungfsweiswn, yaitu pengetahuan tentang
penguasaan dan prestasi. Kedua, buildungsweissen, yaitu pengetahuan kultular. yang dimaksud
dengan macam pengetahuan ini bukan pengetahuan tentang kurtul, melainkan pengetahuan
yang membuka kemungkinan pemiliknya untuk melakukan perubahan. Ketiga,
erlosungswiessen, yaitu pengetahuan yang membebaskan pemiliknya dari cengkraman dunia
lain. Pengetahuan ini membimbing kearah hikmah dan kebahagian sejati (Anshari,1987) .

7.2 Pengertian Teknologi


Teknologi modern adalah ilmu pengetahuan yang ditranformasikan ke dalam produk,
proses, jasa dan struktur organisasi.
The liang Gie, ,mengumpulkan tujuh perbedaan ilmu dan teknologi. Pertama bertujuan untuk
memahami dan menerangkan fenomena fisik, biologis, psikologis, dan dunia sosial manusia
secara empiris, sedangkan tujuan teknologi adalah memecahkan masalah-masalah material
manusia. Kedua, ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan daya
pikir manusia, sedangkan teknologi memusatkan diri pada manfaat dan tujuannya untuk
menambah kapasitas kerja manusia. Ketiga, tujuan ilmu adalah untuk memajukan
pembangkitan pengetahuan, sedangkan teknologi untuk tujuan tertentu. Ilmuwan “ mencari
tau “ teknologi “mengerjakan”. Kelima, bersifat “supranasional” (melintas batas negara),
sedangkan teknologi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu. Keenam, input
teknologi bermacam-macam jenis, yaitu material alamiah, daya alamiah, keahlian, teknik, alat,
dan mesin. Sementara input ilmu adalah pengetahuan yang telah tersedia. Ketujuh, output/
hasil dari ilmu adalah pengetahuan baru, sedangkan teknologi menghasilkan produk berdimensi
tiga (tim dosen filsafat ilmu universitas gajah mada. 2001).

7.3 Ulul Albab


Ilmuan adalah orang yang mendalami san mengembangkan ilmunya. Dalam kenyataan,
tidak semua sarjana menjadi ilmuwan. Mereka juga bukan sekedar ilmwan yang mendalami dan
mengembangkan ilmu. Mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk
memperbaiki masyarakatnya. Dengan definisi James Mac Gregor Brons intelektual adalah orang
yang terlihat secara kritis dengan nilai, tujuan, dan cita-cita untuk mengatasi kebutuhan praktis
(Rakhmat, 1992).
Ilmuan maupun intelektual, memiliki ciri yang sama yakni memiliki banyak ilmu. Dalam
bahasa arab orang berilmu disebut alim jamaknya adalah ulama. Menurut istilah ulama di
tujukan kepada mereka yang ahli dalam bidang keagamaan saja. Ilmuan, intelektual, dalam
perbendahaaran islam juga dikenal istilah kain yang disebut ulul albab. Kata ulul albab sering
kali dimaknain dengan “orang-orang yang berakal atau berfikir”, karena merujuk pada ayat
dalam surat Ali imran ayat 191, “dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”.
Kemudian menafsirkan bahwa “orang-orang yang berpikir” tersebut adalah para cendikiawan
sebagai pemikir atau ilmuwan.
Ulul albab adalah meliputi : “(yaitu) orang-orang yang mengingat allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi.”

7.3.2 Tanda-Tanda Ulul Albab


2. Sungguh-Sungguh mencari ilmu

ِ ‫ت اِّل ُولِى ااۡل َ ۡلبَا‬


‫ب‬ ٍ ‫ار اَل ٰ ٰي‬
ِ َ‫ف الَّ ۡي ِل َوالنَّه‬ ۡ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ‫ق السَّمٰ ٰو ِ اۡل‬
ِ ‫ت َوا َ ۡر‬
ۡ
ِ ‫اِ َّن فِ ۡى َخل‬
Artinya : “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantiannya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. ‘(Q.S.Ali Imran: 190).
3. Mampu memisahkan kebaikan dari keburukan

َ ‫ث ۚ فَاتَّقُوا هّٰللا َ ٰۤياُولِى ااۡل‬


‌ِ ‫ك َك ۡث َرةُ ۡال َخبِ ۡي‬ ُ ‫قُلْ اَّل يَ ۡستَ ِوى ۡال َخبِ ۡي‬
َ َ‫و اَ ۡع َجب‬6َۡ‫ث َوالطَّيِّبُ َول‬
ِ ‫ۡلبَا‬
‫ب لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِح ُۡو َن‬
Artinya : “Katakanlah : tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang
buruk itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang brakal, agar kamu
yang keberuntungan. “(Q.S.AL-Maidah : 100).
3. Bersikap Terbuka
Yakni mau menerima hal-hal yang baik yang datang dari pihak lain untuk melengkapi
dan memperbaiki yang sudah ada. Allah berifrman :

{ ْ‫ ِإلَى هَّللا ِ لَهُ ُم ْالبُ ْش َرى فَبَ ِّشر‬6‫وت َأ ْن يَ ْعبُ ُدوهَا َوَأنَابُوا‬
6َ ‫ين اجْ تَنَبُوا الطَّا ُغ‬
6َ ‫َوالَّ ِذ‬
ُ ‫ين هَ َداهُ ُم هَّللا‬ َ ‫ُون َأحْ َسنَهُ ُأولَِئ‬
َ ‫ك الَّ ِذ‬ َ ‫ُون ْالقَ ْو َل فَيَتَّبِع‬ َ ‫) الَّ ِذ‬17( ‫ِعبَا ِد‬
َ ‫ين يَ ْستَ ِمع‬
)18( ‫ب‬ ْ ‫وا‬
ِ ‫األلبَا‬ ْ ُ‫ك هُ ْم ُأول‬
َ ‫} َوُأولَِئ‬
“Dan orang-orang yang menjaui thaugut (yaitu) tidak menyebahnya dan kembali kepada Allah,
bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang terbaik. Mereka itulah orang-orang yang
telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.’(Q.S.Az-
Zumar : 17-18).
4. Memiliki Spirit Tabligh
Artinya memiliki semangat menyebarkan ilmu pengetahua dan kebaikan kepada
masyarakat luas demi kemaslahatan dan kebahagiaan bersama. Nabi Saw bersabda :
“Sampaikanlah (apa yang datang dari ku) walaupun satu ayat saja.’(Al-Hadits).
5. Takut Hanya Kepada Allah

َ ‫ون َمٓا َأ َم َر ٱهَّلل ُ بِ ِٓۦه َأن ي‬


َ ُ‫ُوص َل َويَ ْخ َش ْو َن َربَّهُ ْم َويَ َخاف‬
‫ون س ُٓو َء‬ 6َ ُ‫صل‬ 6َ ‫َوٱلَّ ِذ‬
ِ َ‫ين ي‬
ِ ‫ْٱل ِح َسا‬
‫ب‬
“Dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”(Q.S.Ar-Ra’d: 21).

6. Rajin Bangun Malam

َ‫ُوا َرحْ َمة‬ ۟ ‫اخ َرةَ َويَرْ ج‬ ِ ‫ت َءانَٓا َء ٱلَّي ِْل َس‬
ِ ‫اج ًدا َوقَٓاِئ ًما يَحْ َذ ُر ٱلْ َء‬ ٌ ِ‫َأ َّم ْن هُ َو ٰقَن‬
‫ب‬ 6۟ ُ‫ون ۗ ِإنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر ُأ ۟ول‬
ِ َ‫وا ٱَأْل ْل ٰب‬ 6َ ‫ون َوٱلَّ ِذ‬
َ ‫ين اَل يَ ْعلَ ُم‬ 6َ ‫َربِّ ِهۦ ۗ قُلْ هَلْ يَ ْستَ ِوى ٱلَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ْعلَ ُم‬

“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah di waktu-
waktu dengan sujud dan berdiri, sedangkan takut kepada (Azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: “ Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar: 9).

7.3.3 Tanggung Jawab Ulul Albab


Dusebutkan bahwa ulul albab adalah kelompok orang yang memiliki pemahaman
mendalam. Ulul Abab bukan hanya syari’at, tetapi juga hakikat. Oleh karena itu, Ulul Albab
dituntut menjadi lampu yang, menyinari masyarakat.
Inilah yang melatarbelakangi tanggung jawab bagi ulul albab, yaitu :
1. Memiliki komitmen pada nilai ilahiyah dan menjadi integrator/pemersatu.
“Hanya ulul albablah yang dapat mengambil pelajaran. (yaitu) orang-orang yang
memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang
menyambungkan apa-apa yang Allah perintahkan.” yang dimaksud menyambungkan
apa-apa yang diperintah Allah adalah silaturahmi untuk mempersatukan kelompok-
kelompok yang berselisih.
2. Penjaga moral dan pemberi teladan akhlak
Keilmuan Islam ungkapan “Perkara yang wajar bagi kebanyakan orang bisa menjadi
sebuah keburukan bagi orrang-orang yang bermartabat tinggi”.
3. Merujuk Ilmu kepada ahlinya.
4. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa menyembunyikan ilmu dari ahlinya, maka pada
hari kiamat dia akan dipasangi kendali dari api neraka”. (HR.Ibnu’Adi).
7.3.4 Etika Ilmiah Ulul Albab
Ilmu barang yang datang sebagai barang jadi begitu saja. Ilmu seperti pohon: ada bagian
akar, batang, dahan, ranting, daun sampai pucuk. Daunpun tidak ada tanpa ranting. Ranting
tidak akan ada tanpa ada dahan seterusnya. Analogi ini mengisyaratkan bahwa seorang Ulul
Albab harus menyadari bahwa penemuannya dijembatani oleh Ulul Albab-Ulul Albab
sebelumnya. Inilah salah satu latar belakang perlunya etika ilmiah.
Sejumlah etika yang harus dipegang teguh setiap ulul albab, yaitu:
1. Etika Referensi
Referensi (rujukan) merupakan sebuah kemestian dalam keilmuan. “ Barang
siapa yang bertanya tentang suatu ilmu pengetahuan lain (yang ditanya)
menyembunyikan, maka pada hari kiamat dia akan dipasangi kendali dari api
neraka.”

2. Merujuk Suatu Teori Kepada Ahlinya


Ilmu Allah itu sangat luas. Tidak mungkin seorang ulul albab di semua bidang, ulul
albab hanya ahli dalam bidang tertentu saja. Demi keabsahan ilmiah, maka suatu
ilmu harus dirujuk kepada ahlinya. Alquran memberi petunjuk:

َ ‫فَ ْسـَٔلُ ٓو ۟ا َأ ْه َل ٱل ِّذ ْك ِر ِإن ُكنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬


‫ون‬
“Maka tanyakanlah kepada ahlinya, jika kalian tidak.’ (Q.S.An-Nahl: 43).
3. Tidak Memutarbalikkan Kebenaran
Allah berfirman:

َ ‫َواَل تَ ْشتَر ُْوا بِ ٰا ٰيتِ ْي ثَ َمنًا قَلِ ْياًل ۖ َّواِي‬


‫َّاي فَاتَّقُ ْو ِن‬

“......Janganlah kalian menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah, dan
takutlah kepada-ku.” (Q.S.Al-Baqarah: 41).
4. Bersikap Kritis
Sikap kritis dapat dikatakan pembeda antara kelompok ulul albab dan bukan ulul
albab. Islam mengajarkan dengan kuat pentingnya sikap kritis, sedemikian kuatnya
sehingga seorang Matematikawan Amerika Serikat Jeffry Lang memeluk Islam. Ia
menulis sebuah buku berjudul “Even Angels Ask” (Bahkan malaikatpun bertanya).
Dalam banyak hal, Islam tidak menghendaki sesuatu diterima begitu saja. Alquran
menegaskan:
ٰۤ ُ
َ ‫ك َك‬
‫ان‬ 6َ ‫ول ِٕى‬ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
َ َ‫ْس ل‬
َ ‫ف َما لَي‬ ُ ‫َواَل تَ ْق‬
‫َع ْنهُ َم ْسـ ُْٔواًل‬
‘Dan janganlah kalian mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati akan diminta pertanggungjawaban.” (Q.S.Al-Isra:
36).

7.4 Mengintegrasikan Ilmu Ilmu Agama ke dalam Sainus


Menurut Ian G. Barbour,hubungan antar sains dengan agama telah melewati
empat tahap : konflik,indenpedensi,dialog,dan integrasi(Pranggono,2005).
Konflik terjadi ketika sains diaggap menentang agama yang diterjemahkan secara
harfiah pada masanya. Tragedi ilmuwan Galileo Galilei yang dihukum mati tahun 1663
ketika melontarkan teori teosentris dari Nicolaus Copernicus merupakan contohnya.
Hal ini terjadi karena saat itu gereja memberitahukan paham geosentris.
Sains menulusuri hubungan sebab akibat antara penomena alam dan berurusan
dengan fakta-fakta objektif,sedangkan agama berurusan dengn nilai-nilai dan makna
yang luhur.

Anda mungkin juga menyukai