Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER

KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH
Nama : Robert Satria
NIM : 221014201200
Dosen : Ns. SEPTA NELLI M. Kep.

UNIVERSITAS SUMTERA
BARAT
(UNISBAR)
TAHUN 2022/2023
1. Informasi jurnal
Penulis: Yvonne A. Johansson, Ingrid Bergh, Iréne Ericsson and Elisabeth Kenne
Sarenmalm

2. Judul jurnal :
Delirium in older hospitalized patients—signs and actions: a retrospective patient record
review

3. Latar belakang masalah


Delirium adalah komplikasi paling umum pada pasien lansia yang dirawat di rumah
sakit dan dikaitkan dengan hasil negatif rumah sakit, termasuk peningkatan risiko jatuh,
tinggal berkepanjangan di rumah sakit, penurunan fungsi kognitif dan fungsional,
kematian, peningkatan pemanfaatan layanan kesehatan dan peningkatan biaya. Namun,
delirium sering tidak dikenali atau kurang dipahami oleh rumah sakit.
Delirium pada umumnya terjadi pada orang tua yang terpapar stres, termasuk penyakit
akut dan faktor rawat inap. Frekuensi pasien rawat inap yang lebih tua adalah hingga 30%
dengan tingkat yang lebih tinggi di antara pasien dengan kelemahan, patah tulang pinggul,
kanker stadium lanjut dan penyakit akhir kehidupan.
Delirium dapat didefinisikan sebagai kegagalan otak akut yang terjadi pada orang
dengan kapasitas cadangan berkurang. mis., penuaan otak dengan sensitivitas yang lebih
besar.Biasanya karena penyebab yang mendasarinya dan setidaknya dua pertiga dari
semua kasus delirium terjadi pada pasien dengan gangguan neurokognitif yang sudah ada
sebelumnya (NCD), mis., Penyakit Alzheimer.
Penting untuk memahami faktor klinis delirium, sebagai diagnosis klinis di tempat
tidur. Tanda-tanda delirium adalah gangguan perhatian, kesadaran dan kognisi yang
berkembang dalam waktu singkat dan berubah dalam keparahan. Delirium hiperaktif yang
paling mudah kenali dengan meningkatnya aktivitas psikomotorik dan sering terjadi
perubahan suasana hati, agitasi, penolakan untuk bekerja sama, mengganggu perilaku,
gangguan dalam siklus tidur-bangun dan halusinasi. Delirium hipoaktif, yang lebih banyak
terjadi pada usia tua dan dalam pasien paliatif, ditandai dengan berkurangnya aktivitas
psikomotorik, kelesuan. Perubahan cepat antara aktivitas psikomotorik hiperkatif dan
hipoaktif hipoaktif, serta tingkat aktivitas psikomotorik normal dengan perhatian dan
kesadaran terganggu, menunjukkan indikasi campuran delirium.
Pedoman dalam penelitian internasional menggambarkan bagaimana caranya
mencegah dan mengobati delirium. Meskipun begitu, fakta bahwa hampir 40% dari semua
kasus delirium pada pasien rawat inap mungkin dapat dicegah, mungkin saja tidak diakui
hingga dua pertiga dari kasus, tidak dianggap relevan secara klinis atau NCD, bisa juga
depresi atau kelelahan. Umur sikap dengan harapan 'disorientasi' mungkin berkontribusi
pada diagnosis, serta ketidaktahuan dan kurangnya minat dalam masalah perawatan
geriatri.
Meskipun tanda-tanda delirium dijelaskan dengan jelas dalam Manual Diagnostik dan
Statistik Gangguan Mental (DSM-5), perawatan dan manajemen yang buruk oleh
profesional kesehatan pasien rawat inap dengan tanda-tanda ini. Ada beberapa penelitian
yang tuntas yang melaporkan tanda-tanda dari para profesional kesehatan dalam catatan
pasien delirium dan tindakan apa yang mereka ambil. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tanda-tanda delirium pada pasien rawat inap yang usia
lebih tua dan tindakan yang diambil oleh para profesional kesehatan, sebagaimana
dilaporkan dalam catatan pasien.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat diketahui bahwa faktor risiko
delirium dirumah sakit dapat terjadi karena kurangnya perhatian profesional kessehatan
untuk merawat pasien lansia dengan delirium. Karena hal tersebut bisa menyebabkan
kompilkasi termasuk peningkatan risiko jatuh, tinggal berkepanjangan di rumah sakit,
penurunan fungsi kognitif dan fungsional, kematian, peningkatan pemanfaatan layanan
kesehatan dan peningkatan biaya. Pasien yang berusia tua yang terkena delirium
menunjukkan perubahan seperti: gangguan perhatian, penurunan kesadaran dan kognisi
yang berkembang dalam waktu singkat dan berubah dalam keparahan.
Fokus utama dalam penelitian ini sudah cukup jelas yaitu untuk memuat tentang tanda
dan tindakan delirium pada pasien rawat inap dengan usia yang lebih tua (lansia) dalam
review retrospektif catatan pasien. Dalam latar belakang ini kurangnya data statistik yang
menunjang angka kejadian delirium pasien yang dirawat inap di rumah sakit.

4. Tujuan utama penelitian


Di dalam artikel ini tidak dijelaskan tujuan penelitian seecara khusus. Hanya secara umum
penulis menjelaskan bahwa penelitian ini untuk mendeskripsikan tanda-tanda delirium
pada pasien lansia yang rawat iinap dan tindakan yang diambil oleh para profesional
kesehatan, sebagaimana dilaporkan dalam catatan pasien.

5. Tujuan penelitian-penelitian
Seharusnya peniulis menambahkan dengan tujuan khusus misalnya :

I. Untuk mengetahui hubungan delirium pada pasien lansia yang dirawat inap dengan
biaya perawatan kesehatan
II. Untuk mengetahui hubungan delirium pada pasien lansia yang dirawat inap dengan
konsekuensi negatif yang diterima pasien dan keluarga.
III. Untuk mengetahui hubungan delirium pasien lansia yang dirawat inap dengan
kelematan pasien
IV. Untuk mengetahui hubungan perubahan emosional delirium pada pasien lansia
rawat inap dengan tindakan yang diberikan profesional kesehatan

6. Variabel penelitian
Variabel Independennya adalah delirium pada pasien lansia ,sementara variabel
dependennya adalah tanda dan tindakan yang diberikan profesional kesehatan dalam
rekam retrospektif pasien. Hal ini sudah sesuai dengan judul penelitian

7. Hipotesis
Penulis tidak menyertakan hipotesis dalam penelitian yang seharusnya ada. Hipotesis yang
mungkin bisa disertakan Ada hubungan yang signifikan antara delirium pada lansia yang
dirawat inap dengan tindakan yang diberikan petugas profesional kesehatan.

8. Definisi Operasional
Penulis tidak menyertakan penjelasan mengenai definisi operasional penelitian.Skala
ukur, kategori, alat ukur yang digunakan pada penelitian langsung muncul dalam
pengolahan dan analisis data.
Sosiodemografi dan Data medis
catatan rekam pasien dikembangkan bersama variabel seperti jenis kelamin, usia,
tempat tinggal, jenis rumah sakit, lama tinggal di rumah sakit, spesialisasi medis saat
kepulangan, kematian selama rawat inap, diagnosis utama, diagnosis komorbiditas dan
demensia. Untuk tanda-tanda delirium menggunakan deskripsi tanda-tanda baik hiperaktif,
hipoaktif dan delirium campuran dalam catatan pasien ditinjau menggunakan protokol
berdasarkan fitur diagnostik delirium dalam DSM-5, mis., gangguan dalam perhatian dan
kesadaran. Waktu tanda-tandanya juga diulas.
Untuk Tindakan yang diambil oleh profesional kesehatann, ulasan termasuk tindakan
yang diambil oleh profesional kesehatan dalam kaitannya dengan tanda-tanda delirium
pasien. Profesional kesehatan yang telah melaporkan pada catatan pasien adalah dokter,
perawat terdaftar (RN), terapis (OT), fisioterapis (PT) dan konsultan terapis.

9. Desain penelitian
Dalam artikel ini menjelaskan bahwa penelitian menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang
memanfaatkan data kualitatif dan dijabarkan sejara deskriptif. Jenis penelitian deskriptif
kualitatif kerap digunakan untuk menganalisis kejadian, fenomena, atau keadaan secara
sosial. Jenis penelitian deskriptif kualitatif merupakan gabungan penelitian deskriptif dan
kualitatif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif menampilkan hasil data apa adanya tanpa
proses manipulasi atau perlakuan lain. Dalam artikel ini menjelaskan mencatat ulasan
rekam medis pasien retrospektif yang dirawat inap, dilakukan di rumah sakit daerah
dengan lebih dari 700 tempat tidur di Swedia barat. Jumlah penduduk yang memiliki
sekitar 260.000 jiwa.

9. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada jurnal ini telah dilengkapi dengan subyek penelitian,
metode, penjelasan populasi dan sampel. Penelitian disertai dengan teknik pengambilan
data dan penjelasan instrumen penelitian. Pada penelitian ini konsistensi antara judul,
permasalahan dan tujuan sudah sesuai dengan prosedur penelitian.Tidak ada koreksi untuk
prosedur penelitian.
Penulis pertama (YJ) melakukan semua tinjauan catatan pasien. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah pasien berusia ≥65, dengan tanda-tanda delirium yang dilaporkan
dalam catatan pasien saat masuk atau / dan selama tinggal di rumah sakit. Pada tahun
2011-2012, 480 catatan ulasan pasien di rumah sakit untuk mengidentifikasi efek samping
delirium dengan metode Alat Pemicu Global. Dari sekitar 2500 catatan rawat inap somatik
bulanan, 20 pasien catatan per bulan dipilih secara acak menggunakan perangkat lunak
statistik Minitab®17. Pasien berusia ≥65 dipilih dari 480 catatan ini, yang menghasilkan
286 pasien rawat inap yang catatannya ditinjau sesuai untuk tanda-tanda delirium dan
tindakan yang diambil oleh para profesional kesehatan dalam kaitannya dengan tanda-
tanda delirium.
Karakteristik sampel dari 286 pasien rawat inap berusia ≥65 tahun, 78 pasien (27%)
memiliki laporan tanda-tanda delirium dalam catatan pasien, dan pasien merupakan
sampel dalam penelitian.

10. Pengolahan dan analisis data


Penyajian hasil pengolahan data menggunakan tabel dengan menggunakan perangkat
lunak statistik Minitab®17.
Dalam penelitian menggunakan dua analisis kualitatif menurut Elo dan Kyngäs
dilakukan dengan cara, pertama analisis induktif melihat tanda-tanda delirium pasien, dan
kemudian analisis deduktif dengan menganalisis tindakan yang diambil oleh profesional
kesehatan terkait untuk tanda-tanda delirium. Dalam kedua analisis, data disusun dalam
proses kategorisasi bertahap. Pertama, teks ditransfer dari protokol peninjauan dibagi
menjadi dua dokumen: tanda dan tindakan. Dalam setiap analisis, teks dibaca beberapa
kali untuk mendapatkan rasa keutuhan konten. Rekan penulis juga membaca teks secara
mandiri. Sepanjang analisis, setiap langkah didiskusikan dengan rekan penulis sampai
konsensus tercapai.
Analisis induktif tanda-tanda pasien delirium termasuk coding terbuka, pembuatan
subkategori dan generik kategori, dan abstraksi. Data dengan kesamaan ditandai dalam
teks sebagai kode awal yang digabung ke dalam subkategori berdasarkan persamaan dan
perbedaan data. Kategori generik terbentuk dari subkategori dengan cara yang sama.
Kode, subkategori dan kategori umum terus dipindahkan bolak-balik, dan diperiksa
terhadap teks asli. Kemudian, kategori generik diabstraksi menjadi kategori utama.
Analisis deduktif kemudian dilakukan dan mengikuti salah satu dari dua cara deduktif
yang dijelaskan oleh Elo and Kyngäs. Pertama, kategori dan subkategori dari analisis
pasien tanda-tanda delirium digunakan sebagai skema pengkodean dan data tindakan
diurutkan dalam skema. Subkategori, kategori umum dan kategori utama kemudian
terbentuk dari isi tindakan, dengan cara yang sama seperti dalam analisis pasien dengan
tanda-tanda delirium.

11. Hasil utama penelitian


Karakteristik sampel dari 286 pasien rawat inap berusia ≥65 tahun, 78 pasien (27%)
memiliki laporan tanda-tanda delirium dalam catatan pasien, dan pasien merupakan
sampel dalam penelitian.
Karakteristik rawat inap, alasan untuk masuk rumah sakit 78 pasien, untuk beberapa
pasien hidup dalam perawatan, jatuh berulang, memar, kelesuan, atau retensi karbon
dioksida disebabkan oleh obat tidur, analgesik atau obat penenang. Kebutuhan
perencanaan perawatan mengarah ke rawat inap untuk beberapa pasien dengan situasi
rumah yang tidak berkelanjutan, di mana pasien memburuk dengan disorientasi,
kecemasan, kondisi umum yang buruk, agresi, perubahan kepribadian, masalah memori,
kesulitan tidur dan / atau jatuh. Satu pasien telah berbaring di lantai selama beberapa hari
tanpa ditemukan. Pasien lain telah meninggalkan rumah di malam hari dan kesulitan
menemukan jalan kembali. Satu pasien merawat istrinya yang sakit di rumah, yang
dianggap tidak berkelanjutan, yang paling umum kelompok diagnosis adalah penyakit
pembuluh darah (n = 19) dan cedera (n = 14). Dari pasien yang meninggal di rumah sakit,
tetapi dua orang hidup dalam perawatan yang dilakukan sebelum dirawat inap.
Tanda dan tindakan. Pertama, analisis konten induktif pasien yang lebih tua tanda-
tanda delirium dilaporkan dalam tabel (Tabel 2) dan dalam teks, dengan kategori umum
sebagai judul. Deduktif analisis tindakan yang diambil oleh para profesional kesehatan
kemudian dilaporkan dalam tabel (Tabel 3) dan dalam teks, dengan kategori umum
sebagai judul. Di bawah masing-masing tindakan, kategori umum tanda-tanda pasien
delirium digunakan sebagai judul dan subkategori tindakan yang diambil dijelaskan di
bawah subjudul tersebut.
Tanda-tanda delirium dilaporkan dalam catatan pasien. Analisis konten induktif lansia
yang dirawat di rumah sakit. Tanda-tanda delirium pasien menghasilkan kategori utama:
Mengurangi kemampuan untuk berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri dan untuk
menjaga diri mereka bebas dari bahaya. Kategori utama terdiri dari empat kategori umum
yang saling terkait: (1) Kesulitan menggambarkan situasi mereka; (2) Kesulitan merawat
diri mereka sendiri; (3) Kesulitan menafsirkan realitas, dan (4) Kesulitan menangani
emosi mereka. Kategori generik dihasilkan dari 14 subkategori
Kategori utama: Mengurangi kemampuan untuk berpartisipasi untuk peduli terhadao
diri mereka sendir dan menjaga diri mereka bebas dari bahaya. Tanda-tanda delirium
yang dilaporkan pada pasien lansia yang dirawat inap mengungkapkan bahwa pasien
memiliki berbagai tanda delirium, dengan kesulitan menggambarkan situasi mereka,
merawat diri mereka sendiri, menafsirkan realitas dan menangani emosi mereka. Tanda-
tanda ini menghasilkan kemampuan yang berkurang untuk berpartisipasi dalam
perawatan mereka sendiri dan untuk menjaga diri mereka sendiri bebas dari bahaya.
Kategori umum: Kesulitan menggambarkan situasi mereka. Para pasien memiliki
masalah dalam mengingat sejarah medis, situasi sosial mereka, mengapa mereka berada
di rumah sakit atau sudah berapa lama mereka di sana. Mereka tidak bisa
menggambarkan bagaimana mereka hidup, mis., tata letak rumah mereka atau cara
mereka merawat rumah.
Informasi yang bertentangan dan diragukan diberikan oleh pasien. Informasi mereka
tidak konsisten dengan informasi dari keluarga terdekat mereka, dari anggota staf atau
dalam catatan mereka “Bingung pada saat kedatangan (di rumah sakit). Katanya dia tidur
nyenyak semalam dan berjalan-jalan pagi; Namun, ditemukan di lantai kamar mandi di
pagi hari ” (Dokter). Informasi yang berbeda diberikan kepada yang berbeda profesional
kesehatan dan kadang-kadang pasien mengubah narasi mereka selama percakapan.
Meskipun tanda-tanda, misalnya, gejala dispnea yang kadang-kadang ditolak pasien.
Para pasien memiliki masalah verbalisasi. Dijelaskan bahwa pasien merespons kedaan
yang terpendam, kesulitan menemukan kata-kata, berantakan dan tidak relevan atau
menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali. Beberapa pasien tidak berbicara sama
sekali atau tidak mau menjawab. Yang lain bergumam tidak jelas, kadang-kadang pada
diri mereka sendiri “Pasien menjawab dengan senang ketika diajak bicara, tetapi ternyata
benar benar-benar tidak dapat dipahami ”(Dokter). Para pasien punya tanda-tanda yang
ditafsirkan sebagai rasa sakit, misalnya, agitasi, disorientasi, menangis dan meringis,
“Agak cemas malam itu, berbicara tentang nyeri dada dan kemudian tentang tabung;
abung infus dan tabung oksigen ”(RN). Para pasien menjerit dan memegang bagian tubuh
yang berbeda atau sepenuhnya tidak bergerak setelah analgesik mereka diberikan.
Namun, beberapa dari mereka menyangkal kesakitan dan meskipun mereka meminta
analgesik khusus dan mereka tidak bisa tentukan lokasi nyeri.
Kategori umum: Kesulitan mengurus diri sendiri. Para pasien memiliki masalah
dalam mengelola perawatan pribadi dan mobilisasi. Kebutuhan bantuan besar muncul
tetapi banyak yang menolak bantuan “Ditawari shower tetapi langsung ditolak” (RN).
Para pasien tidak mengerti bagaimana cara menggunakan, lupa apa yang harus dilakukan
atau dilanjutkan dengan aktivitas sampai seseorang menghentikan mereka. Pakaian dalam
yang kotor atau popok tidak diganti dan beberapa pasien mengolesi diri mereka dengan
kotoran “Percaya bahwa dia telah melakukan rutinitas kebersihan pribadinya di pagi hari
tetapi belum ganti bajunya, yang kotor ”(OT). Para pasien memiliki masalah dalam
menangani alat bantu baru dan mengingat dan melakukan latihan, baik dengan dan tanpa
bantuan. Kurangnya inisiatif dilaporkan ketika pasien pasif, apatis, dan sulit untuk
dimobilisasi. Para pasien lebih suka tinggal di tempat tidur dan tidak memulai kegiatan
apa pun.
Kategori umum: Kesulitan menafsirkan realitas. Para pasien bingung terhadap
peristiwa, waktu, tempat, dan orang-orang, Mereka mengalami kesulitan belajar hal-hal
baru dan menggambarkan informasi yang diberikan
Kategori umum: Kesulitan menangani emosi mereka. Para pasien digambarkan
dengan cemas, sedih dan takut, kebanyakan saat malam hari “Memanggil staf dan
khawatir tidak bisa mencapai bel yang dia gunakan di malam hari ”(RN). Para pasien
memiliki kekhawatiran tentang kerabat, pemeriksaan, perawatan, pergantian rumah sakit
bangsal atau rumah sakit dan digambarkan memiliki kebutuhan kontak yang hebat
“Pasien bangun menangis dan ingin suaminya datang ”(RN).Mereka menangis dan
merasa tidak ada seorang punpeduli tentang mereka “Mengatakan bahwa dia tidak ingin
hidup; tidak ada gunanya hidup ”(RN). Selama pemeriksaan dan dalam situasi perawatan,
beberapa pasien menjadi gelisah dan agresif. Mereka juga berteriak, menjerit, meninju,
dan menendang.
Tindakan yang diambil terkait dengan tanda-tanda delirium pasien.Tiga kategori
generik membentuk kategori utama: (1) Diadaptasi peduli; (2) Perawatan yang kurang;
(3) Di luar perawatan biasa. ketegori dihasilkan dari sepuluh subkategori (Tabel 3).
Kategori utama: Variasi dalam tindakan. Tindakan yang dilaporkan diambil oleh
profesional kesehatan terkait tanda delirium pasien lansia dirawat inap terungkap bahwa
ada variasi dalam tindakan dan perawatan.
Kategori umum: Perawatan yang disesuaikan. Ketika pasien mengalami kesulitan
menggambarkan situasi mereka. Profesional kesehatan memberi dukungan dan bantuan
fisik dengan ADL dan latihan dalam program pelatihan. Ketika pasien mengalami
kesulitan menafsirkan kenyataan. Profesional kesehatan terkadang mempertimbangkan
tanda-tanda itu. Obat dapat dianggap sebagai penyebab atau berkontribusi terhadap efek
buruk seperti disorientasi dan agresi, dan pengobatan jangka panjang.Pasien yang
kehilangan arah bisa diberikan minuman panas di malam hari untuk menenangkan
mereka.
Ketika pasien mengalami kesulitan menangani emosinya profesional kesehatan
melakukan komunikasi dengan berbagai cara untuk menenangkan pasien. Dengan
meluangkan waktu untuk berkomunikasi dan berhati-hati dan lembut bisa lebih efektif
daripada obat penenang dan / atau analgesik dan pasien dapat berbicara tentang gejala,
kecemasan, dan pikiran mereka.Ketika pasien mengalami kesulitan menafsirkan
kenyataan. Profesional kesehatan mengabaikan tanda-tanda delirium dan kadang-kadang
pasien diberi banyak informasi.
Ketika pasien agresif dan gelisah dengan melepas perban dan tabungoksigenn , dapat
dimasukkan dan sampel tambahan dapat diambil. Terkadang pasien diawasi secara
berkala tapi pengawasan sepanjang waktu jarang terjadi. Sesekali pasien menarik infus,
kateter kandung kemih dan perangkat pemantauan. Singkatnya, hasilnya mengungkapkan
bahwa variasi dalam tindakan yang diambil oleh profesional kesehatan sehubungan
dengan tanda-tanda delirium pasien lansian yang dirawat inap hanya sebagian yang
merespon untuk kebutuhan perawatan pasien sehubungan dengan tanda-tanda delirium
pasiem. Perawatan itu tidak sistematis dan konsisten.Untuk setiap tanda delirium
perawatan keduanya harus disesuaikan, dengan perawatan di luar perawatan biasa bisa
diberikan.

12. Hasl tambahan penelitian


Temuan utama dalam penelitian ini adalah bahwa dalam tindakan
oleh para profesional kesehatan hanya merespons sebagian saja kebutuhan pasien lansia
rawat inap terkait dengan kebutuhan mereka dengan tanda-tanda delirium. Pasien lansia
yang dirawat di rumah sakit dengan tanda-tanda delirium, seperti dilaporkan dalam catatan
pasien, memiliki kemampuan yang berkurang untuk berpartisipasi dalam perawatan
mereka sendiri dan untuk menjaga diri mereka bebas dari bahaya, dan tindakan profesional
kesehatan bervariasi, karena perawatan diadaptasi, kurang dan di luar perawatan biasa.
Bahkan jika para profesional kesehatan tampaknya mengidentifikasi dan Untuk memenuhi
kebutuhan perawatan fisik pasien, mereka seringkali gagal untuk memenuhi kebutuhan
lain dan menyediakan perawatan yang kurang; misalnya, penyebab disorientasi tidak
dipertimbangkan dan banyak tanda-tanda delirium tampaknya tidak ada tindakan
selanjutnya.
Tanda-tanda delirium digambarkan terjadi lebih sering di malam hari .Diketahui
delirium sering terjadi atau meningkat pada waktu itu. Temuan menunjukkan
bahwa pasien yang lebih tua dengan tanda-tanda delirium menyebabkan beban kerja yang
tinggi bagi para profesional kesehatan, terutama ketika pasien menunjukkan gejala seperti
penolakan dan agresivitas, yang sejalan dengan sebelumnya penelitian sebelumnya.Pasien
dengan tanda-tanda delirium mengalami kesulitan untuk mengucapkan pengalaman dan
perawatan mereka secara verbal . Oleh karena itu, identifikasi dini pasien-pasien dengan
tanda dan gejala, sangat penting dievaluasi dengan menggunakan penilaian dengan alat.
Temuan menunjukkan bahwa para profesional menafsirkan tanda-tanda pasien secara
subjektif, dan kemampuan kognitif, delirium digambarkan dengan rasa sakit dan ekspresi
yang tidak jelas. Banyak pasien memiliki tanda-tanda yang ditafsirkan sebagai rasa sakit
tetapi itu sulit digambarkan untuk mengetahui apakah tanda-tanda tersebut mencerminkan
rasa sakit atau tidak. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa profesional kesehatan
mungkin memiliki pemahaman budaya tentang konsep delirium, sebagaimana umunya
dikaitkan dengan adanya penyalahgunaan alkohol. Penting untuk memastikan keamanan
pasien ini karena, menurut temuan dalam penelitian ini, mereka tidak sengaja
menyebabkan diri mereka sendiri terluka, misalnya, karena jatuh dengan hubungan
cedera dan implikasi negatif dari penolakan mereka
Menurut catatan pasien, sistematis pencegahan dan pengobatan delirium sebagian
besar pasien tidak terlindungi dengan aman. Hampir 40% dari semua kasus delirium
dipertimbangkan dapat dicegah, delirium dan kerusakan selanjutnya harus dilihat sebagai
efek samping yang dapat dicegah. Temuan juga menunjukkan bahwa delirium adalah
peristiwa yang merugikan di semua unit rumah sakit dan tidak hanya di Unit Perawatan
Intensif, seperti dipertimbangkan dalam alat keselamatan pasien yang direkomendasikan
oleh Asosiasi Otoritas Lokal Swedia. Untuk meningkatkan pencegahan dan manajemen
delirium, kondisi ini harus dimasukkan sebagai peristiwa buruk yang dapat dicegah dalam
semuaunit rumah sakit.
Syarat dalam legalisasi pasien harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam perawatan mereka sendiri. Temuan menunjukkan tidak hanya mengkonfirmasi
bahwa pasien lansia dengan tanda-tanda delirium dikelola dengan buruk di rumah sakit.

13. Kesimpulan dan saran


Kesimpulannya, penelitian menunjukkan perspektif sistematis dan holistik dari
perawatan pasien lansia yang dirawat inap dengan tanda-tanda delirium.Perawatan yang
disesuaikan dengan contoh yang baik dari tindakan yang diambil, tetapi umumnya,
profesional kesehatan tidak menanggapi kebutuhan perawatan pasien sehubungan dengan
tanda-tanda delirium. Banyak tindakan yang reaktif bukannya antisipatif dan preventif,
dan bahkan ada perawatan yang kurang.
Seiring bertambahnya populasi dan pasien di rumah sakit, penting untuk
meningkatkan pengetahuan entang delirium dan pencegahan serta manajemennya di antara
para profesional kesehatan. Apalagi untuk mengaktifkan pasien untuk berpartisipasi dalam
perawatan dan perlindungan mereka sendiri agar mereka terhindar dari bahaya, perawatan
yang berpusat pada orang dan pasien keamanan adalah masalah penting. Alat penilaian
yang divalidasi untuk tanda yang berbeda juga harus digunakan. Selain itu, Istilah
"delirium" dapat membantu menekankan disorientasi itu dan tanda-tanda delirium lainnya
bukanlah tanda-tanda normal pada usia yang lebih tua pasien rawat inap.
Delirium harus dilihat sebagai sesuatu yang dapat dicegah terhadap kejadian buruk di
semua unit rumah sakit, dan kejadiannya dapat digunakan sebagai indikator kualitas
seperti, misalnya, di Belanda. Di Swedia sejauh ini belum ada pedoman nasional tentang
pencegahan dan manajemen delirium di rumah sakit, untuk contoh, di Inggris, AS dan
Australia yang telah menerapkan manajemen delirium. Penelitian dan intervensi lebih
lanjut diperlukan dalam kaitannya untuk pencegahan dan pengelolaan delirium di rumah
sakit Indonesia
Penulis pertama melakukan semua tinjauan catatan pasien. Untuk memperkuat
konfirmabilitas, protokol tinjauan terstruktur digunakan untuk memastikan bahwa
informasi yang diperoleh sama dari semua catatan pasien. Diskusi dengan penulis bersama
hingga konsensus penelitian memperkuat kredibilitas dan konfirmabilitas, seperti halnya
kutipan dari pasien dikumpulkan sebanyak mungkin. Selain itu, ukuran sampel penelitian
yang besar, dan pasien dari berbagai spesialisasi medis dengan berbagai diagnosa diwakili
dalam sampel. Semua dokumentasi dalam catatan pasien dengan semua kategori
profesional kesehatan diperiksa. Meskipun ada keterbatasan penelitian, temuan
memberikan wawasan tentang tanda-tanda yang mungkin pasien lansia dengan delirium
alami selama irawat di rumah sakit dan tindakan apa diambil oleh profesional kesehatan
terkait tanda-tanda delirium.
Isi kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Kesimpulan
dalam jurnal ilmiah ini ringkas, jelas dan padat. Dalam penelitian ini peneliti
mencantumkan saran dalam artikel. Saran bagi petugas kesehatan peneliti menyarankan
agar mengembangkan pendidikan supaya ilmu lebih up to date dalam merawat pasien.
Dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan saran, bagi peneliti selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai