Anda di halaman 1dari 30

KEGAGALAN BANGUNAN

DALAM KONTEKS UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI


(Antara Penerapan dan Implikasinya)

Kusa Bill N. Nope, ST., MT


Dosen Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Kupang

1
Disampaikan dalam rangka Rakernis Tindak Pidana Korupsi
Rupattama Polda NTT, 12 Mei 2014
A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG JASA KONSTRUKSI

• UU No. 18/1999 Tentang Jasa Konstruksi [UUJK]


ü Diundangkan : 7 Mei 1999
ü Berlaku Efektif : 7 Mei 2000

• PP No. 28/2000, sebagaimana terakhir kali telah diubah oleh PP 4/2010


dan PP 92/2010 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi

• PP No. 29/2000 sebagaimana telah diubah oleh PP 59/2010 Tentang


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

• PP No. 30/2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi

2
Outline UUJK

Ketentuan
Ketentuan Umum
Peralihan Azas
dan dan
Penutup Tujuan

Sanksi Usaha Jasa


Konstruksi

UUJK Pengikatan
Penyelesaian Pekerjaan
Sengketa Konstruksi

Penyelenggaraan
Pembinaan Pekerjaan
Konstruksi
Peran Kegagalan
Masyarakat Bangunan 3
Azas UUJK

— Kejujuran dan Keadilan


— Manfaat
— Keserasian
— Keseimbangan
— Kemandirian
— Keterbukaan
— Kemitraan
— Keamanan dan Keselamatan

4
Tujuan UUJK

— Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi


untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing
tinggi, dan hasil pekerjaan yang berkualitas (hubungannya dengan
usaha jasa konstruksi dan pembinaan)

— Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang


menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia
jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (hubungannya
dengan pengikatan perjanjian pekerjaan konstruksi/Kontrak, kegagalan
bangunan, dan penyelesaian sengketa)

— Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi


(hubungannya dengan peran masyarakat)

5
Ruang Lingkup Pengaturan + Pengertian

• Jasa Konstruksi adalah layanan jasa:


- Konsultasi Perencanaan Konstruksi
- Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi [Kontraktor]
- Konsultasi Pengawasan Konstruksi

• Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh atau sebagian


rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan, yang mencakup bidang pekerjaan:
- Arsitektural
- Sipil
- Mekanikal Disingkat: ASMET
- Elektrikal
- Tata lingkungan

• Industri Konstruksi adalah seluruh komponen kegiatan dan


proses untuk penyelenggaraan jasa konstruksi

6
B. USAHA JASA KONSTRUKSI

7
C. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

1. PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MELIPUTI TAHAP


PERENCANAAN DAN TAHAP PELAKSANAAN BESERTA PENGA-
WASANNYA YANG MASING-MASING DILAKSANAKAN MELALUI
KEGIATAN PENYIAPAN, PENGERJAAN, DAN PENGAKHIRAN

2. TAHAPAN DAN KEGIATAN DIMAKSUD HARUS MEMENUHI


KETENTUAN TENTANG :
- KETEKNIKAN
- KETENAGAKERJAAN
- TATA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
- SEMUA KEWAJIBAN LAINNYA YANG DIPERSYARATKAN

CATATAN : URAIAN LEBIH RINCI TENTANG PENYELENGGARAAN


PEKERJAAN KONSTRUKSI DIATUR LEBIH LANJUT DALAM P.P.

8
PERATURAN PEMERINTAH NO 29 TAHUN 2000
TENTANG
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

9
Outline PP 29/2000

Ketentuan
Umum
Pemilihan
Sanksi Penyedia
Jasa

Larangan PP Kontrak Kerja


Persekongkolan 29/2000 Konstruksi

Penyelesaian Penyelenggaraan
Pekerjaan
Sengketa Konstruksi

Kegagalan
Bangunan
10
KEBUTUHAN PENGATURAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

UNTUK APA
“KONSTRUKSI” KEPENTINGN
DIATUR? PERLINDUNGAN
MASYARAKAT
KEGIATAN RESIKO
EKONOMI TINGGI

KEPENTINGAN KEPENTINGAN
PERLINDUNGAN PERLINDUNGAN
PEREKONOMIAN LINGKUNGAN

KONSTRUKSI

PENCIRI PERUBAH
PERADABAN EKOSISTEM

KEPENTINGAN KEPENTINGAN
PERLINDUNGAN LONG LASTING PERLINDUNGAN
PERADABAN ARTEFACT KEBUDAYAAN
NILAI & PRINSIP PENGATURAN PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

PRODUK
BERKUALITAS,
BERMANFAAT,
P3 BERKELANJUTAN,

SU
N

MASYARAKAT
IO

STA
AT

IN
GR

AB
TE

KONSTRUKSI

LE
IN

INDONESIA

KAPASITAS EFISIEN,
KOMPETENSI P1 P2 PRODUKTIF,
DAYA SAING KREATIF & INOVATIF
GOVERNANCE BERKEADILAN

PELAKU PROSES
JASA
PENGKAJIAN
JASA
pembong
PEMBONGKARAN pengkajian
karan
JASA MANAJEMEN
PROYEK

JASA
rehabilitasi perencanaan PERENCANAAN
JASA
REHABILITASI

PENYELENGGA- JASA
RAAN KONSTRUKSI PERANCANGAN

pemeliharaan perancangan JASA SUPLAI


JASA PEMELIHARAAN MATERIAL

JASA SUPLAI
TENAGA KERJA
operasi pelaksanaan

JASA OPERATOR JASA PENGKAJI JASA PELAKSANAAN JASA PENGAWASAN JASA SUPLAI
KELAIKAN PERALATAN
KEBUTUHAN PP UNTUK PENGATURAN JASA KONSTRUKSI

KETENTUAN PERATURAN
UU JASA KONSTRUKSI MATERI MUATAN PP PERUNDANG-UNDANGAN YANG HARUS
DI INTEGRASIKAN KEDALAM PP

Bab I Ketentuan Umum PP 28 UU No. 11/67 Pertambangan


(Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi)
Bab II Asas dan Tujuan UU No. 15/85 Ketenagalistrikan
Pasal 7 Jenis Usaha, Bentuk Usaha, Bidang Usaha UU No. 1/95 Perseroan Terbatas
Bab III Usaha Jasa Konstruksi Pasal 10 Perizinan Usaha, Klasifikasi dan Kualifikasi
Usaha, Sertifikasi Keahlian dan Keterampilan UU No. 12/97 Hak Cipta
Bab IV Pengikatan Pekerjaan Pasal 34 Ketentuan mengenai Forum dan Lembaga UU No. 25/97 Ketenagakerjaan
Konstruksi Pasal 42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi UU No. 23/97 Pengelolaan
Bab V Penyelenggaraan Lingkungan Hidup
Pekerjaan Konstruksi
UU No. 24/92 Penataan Ruang
Bab VI Kegagalan Bangunan PP 29
(Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi) UU No. 1/70 Keselamatan Kerja
Bab VII Peran Masyarakat UU No. 3/92 Jamsostek
Pasal 21 Tata cara pemilihan Penyedia Jasa,
UU No. 5/99 Larangan Praktek
Penyiapan Dokumen Pemilihan dan Dokumen
Bab VIII Pembinaan Monopoli & Persaingan
Penawaran, Penetapan Penyedia Jasa
Usaha Tidak Sehat
Pasal 22 (8) Kontrak Kerja Konstruksi
Bab IX Penyelesaian Sengketa UU No. 5/95 Usaha Kecil
Pasal 23 (4) Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
UU No. 8/99 Perlindungan
Pasal 28 Kegagalan Bangunan (Jangka Waktu, Penilai
Konsumen
Bab X Sanksi Ahli, Tanggung Jawab)
Pasal 42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi UU No. 22/99 Pemerintah Daerah
Bab XI Ketentuan Peralihan UU No. 1/87 Organisasi KADIN/
Asosiasi
Bab XII Ketentuan Penutup PP 30 UU No. Perasuransian
(Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi)
Pasal 35 (1) Ketentuan mengenai pembinaan
Pasal 35 (5) Tugas pembinaan oleh Pemerintah bersama
dengan masyarakat jasa konstruksi.
Pasal 35 (6) Tugas Pembinaan oleh Pemda
Pasal 42 (3) Tatalaksana dan penerapan sanksi

14
Ketentuan Pokok Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
(PP No. 29/2000 dan Perubahannya)

A. Standar Keteknikan, Ketenaga Kerjaan, dan Tata Lingkungan


Ø Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,
penyelenggara konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang:
Ø Keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi
bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen
bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan standar atau norma yang
berlaku
Ø Keamanan, keselamatan dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Ø Perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Ø Tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 30 ayat 1)
Ø Ketentuan keteknikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a diatur oleh
Menteri teknis yang bersangkutan (pasal 30 ayat 2)
Ø Ketentuan pembinaan dan pengendalian tentang K3 di 15
tempat kegiatan
konstruksi diatur lebih lanjut oleh Menteri bersama Menteri Teknis yang terkait
Ketentuan Pokok Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
(PP No. 29/2000 dan Perubahannya)

B. Kegagalan Pekerjaan Konstruksi

Ø Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan


konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
sebagaimana disepakai dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau
penyedia jasa (Pasal 31)

Ø Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila


kegagalan pekerjaan konstruksi mengakibatkan kerugian dan atau
gangguan terhadap keselamatan umum (Pasal 33)

16
IDENTIFIKASI KETENTUAN KETEKNIKAN
(CONTOH: JALAN/JEMBATAN)

Jenis masing-masing standar untuk pekerjaan konstruksi jalan/jembatan di


antaranya:
1. Standar konstruksi bangunan:
a) Standar perencanaan geometrik jalan
b) Standar perencanaan perkerasan jalan
c) Standar perencanaan drainase jalan
d) Standar perencanaan bangunan atas jembatan
e) Pedoman/manual pekerjaan tanah dasar
f) Pedoman/manual pekerjaan lapis pondasi jalan
g) Pedoman/manual pekerjaan lapis permukaan jalan
h) Pedoman/manual pekerjaan perlengkapan jalan
i) Pedoman/manual pekerjaan pondasi jembatan
j) Pedoman/manual pekerjaan bangunan bawah jembatan
k) Pedoman/manual pekerjaan bangunan atas jembatan
l) Pedoman/manual pekerjaanperlengkapan jembatan, dst.

17
IDENTIFIKASI KETENTUAN KETEKNIKAN
(CONTOH: JALAN/JEMBATAN)

2. Standar mutu hasil pekerjaan; mutu bahan dan/atau komponen bangunan:


a) Spesifikasi teknis
b) Standar pelayanan minimal jalan
c) Standar-standar pelaksanaan/pengujian dst versi SNI untuk
pekerjaan jalan/jembatan
d) Standar-standar pelaksanaan/pengujian dst versi AASHTO untuk
pekerjaan jalan/jembatan
e) Standar-standar pelaksanaan/pengujian dst versi ASTM untuk
pekerjaan jalan/jembatan

3. Standar mutu peralatan


a) Standar pengoperasian peralatan
b) Standar pemeliharaan dan perbaikan peralatan.

18
D. PENGIKATAN DAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

19
E. KEGAGALAN BANGUNAN

6.1. KETENTUAN UMUM

a. PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA WAJIB BERTANGGUNG JAWAB ATAS


KEGAGALAN BANGUNAN

b. KEGAGALAN BANGUNAN DIHITUNG SEJAK PENYERAHAN


AKHIR PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN SELAMA-LAMANYA 10 TAHUN

c. KEGAGALAN BANGUNAN DITETAPKAN PIHAK KETIGA SELAKU PENILAI AHLI

6.2. KEGAGALAN BANGUNAN KARENA :

a. KESALAHAN PERENCANAAN ATAU PENGAWASAN BANGUNAN, TANGGUNG


JAWAB PERENCANA ATAU PENGAWAS BANGUNAN TSB.

b. KESALAHAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI, TANGGUNG JAWAB PELAKSANA


KONSTRUKSI

c. KESALAHAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN BANGUNAN, TANGGUNG JAWAB


PENGGUNA JASA

CATATAN : URAIAN LEBIH RINCI TENTANG KEGAGALAN BANGUNAN DIATUR


LEBIH LANJUT DALAM P.P.

20
Kedudukan Kegagalan Bangunan
(Intisari PP No. 29/2000 dan Perubahannya)

Kegagalan
Bangunan

Kegagalan
Konstruksi
21
Kegagalan Bangunan
u Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi,
baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, K3, dan
atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau
pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi (Pasal 34)

u Jangka waktu pertanggungjawaban à ditentukan sesuai dengan umur


konstruksi yang direncanakan à maksimal 10 tahun sejak penyerahan akhir
(pasal 35 ayat 1) dan dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja konstruksi
(Pasal 35 ayat 3)

u Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan


tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam
kontrak kerja konstruksi (Pasal 35 ayat 2)

22
Kegagalan bangunan

u Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 atau lebih penilai yang
profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan
mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk paling
lambat 1 bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan
bangunan (Pasal 36 ayat 1)

u Penilai ahli harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga
(Pasal 37)

u Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak


yang menunjuknya dan menyampaikan kepada Lembaga dan instansi yang
mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 bulan setelah
melaksanakan tugasnya (Pasal 38 ayat 2)

23
Pengertian, Jangka Waktu, Bentuk Tanggungjawab, Penilai Penanggungjawab
Kegagalan Bangunan [UUJK dan peraturan terkait lainnya)

PENGERTIAN JANGKA WAKTU BENTUK TANGGUNG PENILAI


TANGGUNG JAWAB JAWAB PENANGGUNG
JAWAB
PERENCANA/ PENGAWAS
Kegagalan bangunan Maksimum 10 tahun KONSTRUKSI Pihak ketiga
adalah keadaan sejak penyerahan akhir selaku penilai
- Bertanggung jawab
bangunan yang tidak ( FHO ) sesuai bidang profesi ahli
berfungsi, baik - Dikenakan ganti rugi
secara keseluruhan
maupun sebagian PELAKSANA KONSTRUKSI
dan / atau tidak
-Bertanggung jawab sesuai
sesuai ketentuan bidang usaha
kontrak atau -Dikenakan ganti rugi
pemanfaatannya
yang menyimpang, PENGGUNA JASA
sebagai akibat
-Bertanggung jawab dan
kesalahan penyedia dikenakan ganti rugi ( apabila
jasa dan/ atau merugikan pihak lain )
pengguna jasa

UUJK Pasal 1 (6) UUJK Pasal 25 (2) UUJK Ps 21 (2) , 26 (2) dan UUJK Ps 25 (3)
27
24
Sistem Pertanggunjawaban (Khusus Ganti Rugi)
[UUJK dan peraturan terkait lainnya)

MEKANISME PERSYARATAN UNTUK JENIS PERTANGGUGAN


PERTANGGUNGAN MEMPEROLEH JAMINAN YANG DIPERSYARATKAN
ASURANSI

1 Melalui jasa asuransi yang 1 Adanya sertifikat keahlian 1 Jaminan terhadap


pemberlakuannya (profesi ) yang diterbitkan kegagalan konstruksi
disesuaikan dengan tingkat oleh badan terpecaya. à CAR( Constractor’s
pengembangan usaha jasa All Risks )
asuransi dibidang 2 Adanya metode / proses kerja
perencanaan, pengawasan yang baku yang sesuai dengan 2 Jaminan terhadap
dan pelaksanaan pekerjaan kaidah ketehnikan yang kegagalan bangunan
konstruksi berlaku à Professional
Indemnity Insurance
2 Besar ganti rugi iperhitungkan 3 Adanya performance yang dan / atau
dengan mempertimbangkan mendukung dari calon Professional Liability
antara lain tingkat kegagalannya tertanggung. Insurance

UUJK Pasal 26 dan Penjelasan Bagaimana Bila Tidak Ganti Rugi?


Pasal 26

25
Sistem Pertanggunjawaban (Khusus PENYELESAIAN SENGKETA)
[UUJK dan peraturan terkait lainnya)

Kegagalan
Bangunan

26
F. SANKSI UUJK

u Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang


tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan
pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama
5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% dari nilai
kontrak.
u Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang
melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap
ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima)
tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% dari nilai kontrak.

u Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang


bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah
ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau
kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara
atau dikenakan denda paling banyak 5% dari nilai kontrak. (Pasal 43 UUJK)
27
SANKSI PP 29/2000

u Pelanggaran terhadap PP ini dikenakan sanksi administratif yang ditetapkan


oleh Pemerintah kepada Lembaga, berupa peringatan tertulis. (Pasal 56)

u Pelanggaran terhadap PP ini dikenakan sanksi administratif yang ditetapkan


oleh Pemerintah kepada penyedia jasa, berupa :
u peringatan tertulis;
u penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan konstruksi;
u pembekuan izin usaha;
u pencabutan izin usaha;
u pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
u pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
u larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi; atau
u larangan melakukan pekerjaan.

28
SANKSI PP 29/2000

u Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi


administratif yang ditetapkan oleh Pemerintah kepada pengguna jasa,
berupa :
u peringatan tertulis;
u penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan
konstruksi;
u pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
u pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi; atau
u larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi.

u Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi


administratif yang ditetapkan oleh Lembaga kepada penyedia jasa dan
asosiasi, berupa :
u peringatan tertulis; atau
u pembatasan bidang usaha dan atau profesi.

u Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi


administratif yang ditetapkan oleh asosiasi kepada anggota, berupa :
u peringatan tertulis; atau
u pembekuan sertifikat. 29
Terima Kasih

30

Anda mungkin juga menyukai