PENDAHULUAN
Pelayanan laboratorium merupakan pelayanan yang penting untuk membantu dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit,
pemberian terapi dan monitoring penyakit maupun terapi yang diberikan. Hasil pemeriksaan laboratorium harus cepat dan akurat
sehingga menggambarkan keadaan pasien yang sesungguhnya pada saat diperiksa. Pada kondisi pasien yang kritis dan mengancam
nyawa Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Dalam
hal ini tentunya hasil pemeriksaan laboratorium kritis menjadi salah satu dasar dalam memberikan terapi maupun tindakan.
Diperlukan suatu mekanisme pelaporan laboratorium sehingga hasil laboratorium harus segera disampaikan ke DPJP agar pasien
dapat segera ditangani. Untuk itu pemerintah menetapkan pelaporan nilai kritis < 30 menit menjadi salah satu Indikator Nasional
Mutu (INM). Kerangka waktu proses pelaporan pelaporan nilai kritis adalah waktu sejak nilai kritis ditemukan dibaca dan divalidasi
petugas laboratorium atau Dokter Spesialis Patologi Klinik diterima oleh perawat ruang peminta sampai dilaporkan Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). Tentunya diperlukan komunikasi efektif dalam melaporkan nilai kritis tersebut.
Pelaporan hasil laboratorium kritis dilakukan untuk semua ruang yang melakukan asuhan pasien baik IGD, rawat inap
maupun rawat jalan. Pelaporan nilai kritis laboratorium masih terkendala pada pasien rawat jalan dimana hasil laboratorium kritis
belum terlaporkan. Sementara pelaporan nilai kritis laboratorium di ruang rawat inap sudah berjalan dengan baik. Hal ini tentunya
mempengaruhi pencapaian pelaporan nilai kritis tidak sesuai target sehingga berisiko terhadap keselamatan pasien. Karena itu perlu
dilakukan suatu analisa menggunakan metode Failure Mode Efect Analysis (FMEA) untuk mengetahui kemungkinan kegagalan proses
dari setiap tahap sejak nilai kritis ditemukan sampai terlaporkan ke DPJP di rawat jalan dan merancang design baru proses
pelaporan nilai kritis, sehingga target waktu sesuai indikator mutu nasional dapat dicapai.
1
Untuk mendapatkan desain baru atau Proses Redesign perlu melibatkan individu yang kompeten terkait pelaporan nilai kritis
laboratorium, yaitu dari Laboratorium, perawat Instalasi Rawat Jalan difasillitasi oleh Sub Komite Manajemen Risiko. Implementasi
redesign dilakukan monitoring dan evaluasi, untuk bisa dilakukan perbaikan jika dipandang perlu.
2
LANGKAH 1: Menetapkan Topik FMEA dan membentuk tim
3
LANGKAH 2. Menetapkan alur proses
1 2 3 4 5 6
Order Input Billing Pengambilan Pemeriksaan Validasi hasil
pemeriksaan dan jenis sampel laboratorium
laboratorium pemeriksaan kritis
Pelaporan hasil
laboratorium
kritis ke poliklinik
8 7
4
SUB PROSES ALUR PELAPORAN NILAI KRITIS
NO PROSES SUB PROSES
1 Order pemeriksaan laboratorium a. Permintaan permintaan laboratorium oleh DPJP
b. Pengiriman blangko permintaan ke laboratorium
2 Input Billing dan jenis pemeriksaan a. Input tarif di SIM RS
b. Input jenis pemeriksaan di LIS
c. Cetak barcode
3 Pengambilan sampel a. Identifikasi pasien
b. Persiapan alat
c. Pengambilan sampel
d. Labelling
4 Pemeriksaan a. Pembuatan serum
b. Pembagian berdasarkan jenis pemeriksaan dan jenis alat
c. Pemeriksaan sesuai permintaan
5 Validasi hasil laboratorium kritis a. Validasi I
b. Validasi II
6 Pelaporan hasil laboratorium kritis ke a. Pelaporan nilai kritis laboratorium dari laboratorium ke poliklinik
poliklinik b. Pencatatan pelaporan nilai kritis di buku bantu nilai kritis di
laboratorium
c. Pencatatan penerimaan laporan nilai kritis dari petugas
laboratorium kepada perawat poliklinik di CPPT/rekam medis oleh
perawat poliklinik dengan cap TBK
5
d. Pelaporan nilai kritis dari perawat ke DPJP
e. Pencatatan pelaporan nilai kritis laboratorium ke DPJP di
CPPT/rekam medis dengan cap TBK
f. Konfirmasi pelaporan nilai kritis oleh DPJP dengan membubuhkan
tanda tangan
g. Konfirmasi pelaporan nilai kritis oleh petugas laboratorium di
CPPT/rekam medis dengan membubuhkan tanda tangan
h. Catat waktu pelaporan nilai kritis dari laboratorium sampai
dilaporkan ke DPJP
7 Cetak hasil a. Cetak hasil laboratorium setelah tervalidasi II (warna hijau)
8 Verifikasi hasil laboratorium a. Expertise hasil laboratorium
b. Tanda tangan hasil laboratorium
6
LANGKAH 3. Identifikasi Modus Kegagalan & Dampaknya (Hazard Analysis)
S Potensi Modus Potensi Efek Potensi Current Se O D RPN Rekomendasi Tindak S O D NEW
P Kegagalan Kegagalan Penyebab Kontrol ve cc e Lanjut RPN
Kegagalan rit ur t
y a e
n c
cy t
a
bl
e
6 Pelaporan hasil laboratorium kritis ke poliklinik
7
laporan nilai kritis diterapi, medis pelaporan nilai
dari petugas pegobatan kritis
laboratorium terlambat, data - Usulan
kepada perawat tidak terekap, penambahan
poliklinik di risiko petugas poliklinik
CPPT/rekam keselamatan (perawat/admin)
medis oleh pasien - Pemahaman tujuan
perawat poliklinik pelaporan nilai
dengan cap TBK kritis
belum semua
dilakukan
Load pekerjaan 5 3 5 75 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
tinggi pelaporan nilai
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
Sulit mencari rekam 5 5 5 125 - Sosialisasi SPO 5 3 2 30
medis yang pelaporan nilai
bertumpuk tumpuk kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
Tidak sempat 3 3 5 45 - Sosialisasi SPO 1 1 1 1
mengangkat telpon pelaporan nilai
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
8
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
Pasien sudah pulang 5 2 5 20 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
pelaporan nilai
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
- Edukasi kepada
pasien untuk
menunggu hasil
pemeriksaan
Poliklinik sudah 3 3 5 45 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
tutup pelaporan nilai
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
- Edukasi ke petugas
untuk koordinasi
hasil pemeriksaan
Perawat belum 5 5 5 125 - Sosialisasi SPO 1 1 1 1
paham nilai kritis pelaporan nilai
laboratorium kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
9
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
Belum mendapat 5 1 2 10 - Sosialisasi SPO 1 1 1 1
sosialisasi SPO pelaporan nilai
pelaporan nilai kritis kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
d. Pelaporan Pasien Pasien banyak Rekam 5 4 3 60 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
nilai kritis dari terlambat medis pelaporan nilai
perawat ke DPJP diterapi, risiko kritis
belum semua keselamatan - Usulan
dilaksanakan pasien penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
Dokter sibuk 5 5 3 60 5 1 1 5
Dokter sudah tidak 5 1 3 15 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
di poliklinik pelaporan nilai
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
Perawat sibuk 5 3 3 45 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
pelaporan nilai
10
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
e. Pencatatan Data tidak Perawat sibuk Rekam 5 5 5 125 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
pelaporan nilai terekap medik pelaporan nilai
kritis laboratorium kritis
dari perawat ke - Usulan
DPJP di penambahan
CPPT/rekam medis petugas poliklinik
dengan cap TBK (perawat/admin)
belum semua - Pemahaman tujuan
dilakukan pelaporan nilai
kritis
Pasien banyak 5 5 5 125 - Sosialisasi SPO 5 1 1 5
pelaporan nilai
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
f. Konfirmasi Komunikasi Dokter sibuk Rekam 2 5 3 30 - Sosialisasi SPO 2 1 1 2
pelaporan nilai kurang efektif medis pelaporan nilai
kritis oleh DPJP kritis
dengan - Usulan
membubuhkan penambahan
tanda tangan belum petugas poliklinik
semua dilakukan (perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
11
kritis
g. Konfirmasi Komunikasi Petugas Rekam 2 2 2 8 - Sosialisasi SPO 1 1 1 1
pelaporan nilai kurang efektif laboratorium tidak medis pelaporan nilai
kritis oleh petugas sempat kritis
laboratorium di - Usulan
CPPT/rekam medis penambahan
dengan petugas poliklinik
membubuhkan (perawat/admin)
tanda tangan belum - Pemahaman tujuan
semua dilakukan pelaporan nilai
kritis
Petugas 2 2 2 8 - Sosialisasi SPO 1 1 1 1
laboratorium lupa pelaporan nilai
kritis
- Usulan
penambahan
petugas poliklinik
(perawat/admin)
- Pemahaman tujuan
pelaporan nilai
kritis
h. pencatatan Data tidak Petugas tidak Rekam 3 2 5 30 - Sosialisasi SPO 1 1 1 1
waktu pelaporan terekap sempat medis, pelaporan nilai
nilai kritis dari buku kritis
laboratorium bantu nilai - Usulan
sampai dilaporkan kritis penambahan
ke DPJP pada buku petugas poliklinik
bantu nilai kritis (perawat/admin)
laboratorium belum - Pemahaman tujuan
semua dilakukan pelaporan nilai
kritis
12
4. Identifikasi Prioritas Modus Kegagalan
Berdasarkan tabel di atas didapatkan prioritas modus kegagalan pelaporan nilai kritis laboratorium yaitu “Pencatatan laporan
nilai kritis dari petugas laboratorium kepada perawat poliklinik di CPPT/rekam medis oleh perawat poliklinik dengan cap TBK belum
semua dilakukan”
Sumber daya
Fasilitas
Manusia
Hasil lab tidak bisa
dibuka di computer Perawat sudah
Perawat tidak sempat mencari dan menulis
rawat jalan Hasil lab lama pulang
LIngkungan Prosedur 13
6. Desain ulang Proses Pelaporan hasil laboratorium kritis rawat jalan
DITEMUKAN HASIL LABORATORIUM
KRITIS YANG SUDAH DI VALIDASI
PETUGAS LABORATORIUM
MENCATAT DI BUKU BANTU
PERAWAT
MELAPORKAN
DPJP
PERAWAT
MENYAMPAIKAN
ADVICE KE PASIEN
PERAWAT/MANAGER/
KA.INSTALASI/MPP/SUPERVISI/
YANMED MENGHUBUNGI PASIEN
UNTUK OPNAME MELALUI IGD
DAN KOORDINASI DENGAN
PETUGAS IGD
15
beberapa kali, tidak mencari cari rekam medis yang telah menumpuk, tidak perlu mencari dan mencatat di lembar CPPT.
Apabila poliklinik telah tutup maka formulir diisi dahulu oleh petugas laboratorium dan dikonfirmasikan pada perawat
poliklinik. Pencatatan dan pengambilan data oleh PIC menjadi lebih mudah. Capaian pelaporan nilai kritis laboratorium
dari 40% menjadi lebih dari 80%. Angka pelaporan nilai kritis diukur dari didapatkan hasil laboratorium kritis yang telah
divalidasi, dilaporkan ke perawat sampai ke DPJP <30 menit dan terdapat dalam rekam medis pasien.
Action
o Membuat SPO pelaporan nilai kritis laboratorium rawat jalan
o Sosialisasi SPO
o Penerapan proses baru secara permanen
16
Proses Potensi efek Potensi penyebab Strategi Severity Occurancy RPN
kegagalan kegagalan
17
nama poliklinik, - Sosialisasi SPO
nama DPJP, Hasil pelaporan nilai kritis
laboratorium, nama rawat jalan
petugas lab , jam
lapor, nama
petugas ruangan,
jam lapor, dan jam
lapor DPJP
18
6. DPJP/ Dokter Dokter tidak Dokter sudah tidak di - Mengingatkan dokter 1 1 1
melakukan melakukan poliklinik untuk konfirmasi
konfirmasi laporan konfirmasi - Sosialisasi SPO
nilai kritis dengan pelaporan nilai kritis
memberikan tanda rawat jalan
tangan pada
formulir pelaporan
nilai kritis
7. Petugas Petugas - Poliklinik sudah - Mengingatkan 1 1 1
laboratorium laboratorium tutup petugas laboratorium
melakukan lupa/tidak - Pasien banyak untuk konfirmasi
konfirmasi mengkonfirmasi - Sosialisasi SPO
pelaporan nilai pelaporan nilai kritis
kritis dengan rawat jalan
memberikan tanda
tangan pada
formulir pelaporan
nilai kritis
8. Petugas Petugas Petugas sibuk - Mengingatkan 1 1 1
laboratorium laboratorium lupa petugas laboratorium
mencatat nama mencatat untuk mencatat
perawat dan jam - Sosialisasi SPO
pelaporan ke DPJP pelaporan nilai kritis
rawat jalan
19
9. Petugas Petugas Petugas sibuk - Mengingatkan 1 1 1
laboratorium laboratorium lupa petugas laboratorium
mencatat rekapan mencatat untuk mencatat
waktu pelaporan di - Sosialisasi SPO
buku bantu nilai pelaporan nilai kritis
kritis rawat jalan
10. Perawat Perawat lupa/tidak Pasien banyak, rekam - Mengingatkan
memasukkan memasukkan ke medis sudah perawat untuk
formulir pelaporan rekam medis dikembalikan memasukkan
nilai kritis pada formulir ke dalam
rekam medis pasien rekam medis
- Sosialisasi SPO
pelaporan nilai kritis
rawat jalan
20
proses baru
21
ruangan, jam lapor, dan jam lapor DPJP
22