Anda di halaman 1dari 4

Modul Praktikum KDM 1&2

IX.2 KANULASI INTRA VENA

TUJUAN:
1. Untuk memberikan cairan ketika klien tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan cairannya melalui oral
2. Untuk memenuhi kebutuhan garam untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit
3. Untuk memenuhi glukosa (dekstrose) sebagai sumber metabolisme
4. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan medikasi
5. Untuk mempertahankan jalan masuk medikasi yang dibutuhkan dalam
waktu cepat.

DEFINISI:
Kanulasi intra vena merupakan tindakan invasif memasukan selang ke
dalam vena

FOKUS PENGKAJIAN:
1. Tanda-tanda vital
2. Turgor kulit
3. alergi terhadap plester atau betadin
4. kerentanan terhadap perdarahan
5. penyakit atau cedera pada ekstremitas
6. Status vena untuk menentukan tempat penusukan yang tepat

JENIS CAIRAN INTRAVENA:


No Tipe/Contoh Implikasi keperawatan
1 Cairan isotonik: Cairan isotonik seperti NaCl dan RL bertahan
NaCl 0,9% (normal saline) di vaskuler pada awalnya, meningkatkan
Ringer Laktat (RL) volume vaskular. Kaji klien dengan hati-hati
terutama tanda hipovolemia: nadi hilang atau
tidak teratur, nafas pendek.
Dekstrose 5% dalam air D5W adalah isotonis untuk pemberian awal
(D5W) yang menghasilkan air saat dekstrose
dimetabolisme, menambah cairan intra dan
ekstraseluler. D5W harus dihindari pada klien
yang beresiko peningkatan tekanan
intrakranial karena menambah edema
cerebral.
2 Cairan hipotonis: Cairan hipotonis digunakan untuk
NaCl 0,45% (half normal memberikan cairan bebas dan mengobati
saline) dehidrasi seluler. Cairan ini meningkatkan
NaCl 0,33% (one-third eliminasi melalui ginjal. Jangan berikan pada
normal saline) klien dengan resiko peningkatan tekanan
intra kranial.
3 Cairan hipertonis: Cairan hipertonis menyeimbangkan cairan
Dekstrose 5% dalam NaCl keluar yang keluar dari intraselular dan

61
Modul Praktikum KDM 1&2

(D5N5) intersisial kedalam vaskular, meningkatkan


Dekstrose 5% dalam 0,45% volume vaskular. Jangan berikan pada klien
NaCl (D51/2NS) dengan penyakit jantung, ginjal atau klien
Dekstrose 5% dalam RL dengan dehidrasi. Perhatikan tanda
(D5RL) hipervolemia.

CARA PENGHITUNGAN TETESAN:


Total volume cairan x faktor tetesan
Tetes per menit= ------------------------------------------------------
Total waktu pemberian infus dalam menit

PERALATAN:
1. Infus set steril & cairan sesuai dengan kebutuhan
2. Jarum atau kateter intravena (abocat, angiocath, Vasopik dll)
3. Sarung tangan bersih
4. Kapas alkohol
5. Kassa steril
6. Salep antiseptik
7. Plester non allergic
8. Torniquet
9. Perlak dan alasnya
10. Penggantung infus/tiang infus
11. Electronic infusion pump jika dibutuhkan
12. Jam dengan penunjuk detik

TINDAKAN/PROSEDUR:
1. Ucaplah Basmallah
2. Cuci tangan
3. Persiapan klien:
• Jelaskan prosedur pada klien. Kanulasi intravena menyebabkan
ketidaknyamanan pada klien, serta beritahukan lama pemberian
cairan.
• Pastikan bahwa baju klien tidak menghalangi area kanulasi.
4. Buka dan siapkan infus set dengan tetap memperhatikan sterilitasnya.
5. Buka cairan infus yang akan diberikan kepada klien dan berikan label
yang berisi lamanya pemberian, waktu awal pemberian, waktu
berakhirnya pemberian, dan inisial perawat.
6. Gantung cairan infus di tiang infus.
7. Sambungkan cairan infus dengan infus set perhatikan sterilitas saat
penyambungan, buka klem infus dan biarkan cairan mengalir
sepanjang selang infus sampai selang infus terbebas dari udara, klem
kembali selang infus dan tutup kembali ujung selang infus.
8. Pilih area vena yang akan dikanulasi.
• Lakukan pada tangan yang nondominan kecuali ada kontraindikasi.
Identifikasi vena yang kuat dan tidak rapuh. Tentukan panjang

62
Modul Praktikum KDM 1&2

kateter sehingga tidak melewati persendian. Vena yang rapuh


menyulitkan pemasangan infus, dan persendian meningkatkan
resiko iritasi dinding vena oleh kateter infus.
• Jika area kanulasi berrambut banyak, lakukan pencukuran pada
area tersebut.
• Pasang perlak dan alasnya dibawah area kanulasi intravena.
9. Dilatasikan vena
• Tempatkan ekstremitas pada posisi lebih rendah dari jantung.
Gravitasi memperlambat venous return dan menyebabkan distensi
vena. Distensi vena mempermudah insersi kateter.
• Pasang torniquet 15-20cm diatas area kanulasi. Jelaskan bahwa
torniquet akan terasa mengikat. Torniquet harus cukup kencang
tapi jangan sampai menghambat aliran darah arteri. Jika radialis
teraba artinya aliran darah arteri tidak terhambat.
• Jika vena tidak cukup berdilatasi, lakukan:
a. Pijat atau tekan area distal dari vena searah aliran vena ke
jantung.
b. Anjurkan klien untuk membuka dan menggenggam tangan.
Kontraksi otot membantu menekan area distal vena dan
mendorong aliran darah dan mendistensikan vena.
c. Tepuk dengan halus area vena dengan jari-jari. Tepukan
membantu distensi vena.
• Jika seluruh langkah diatas gagal mendistensikan vena, lepaskan
torniquet dan lakukan pemanasan sepanjang akstremitas selama
10-15 menit. Panas mendilatasikan pembuluh darah superfisial.
10. Pakai sarung tangan bersih dan desinfeksi area penusukan
menggunakan kapas alkohol dengan gerakan sirkular dari tengah
keluar dan biarkan cairan kering.
11. Lakukan insersi pada daerah yang sudah di desinfeksi.
• Gunakan tangan yang nondominan untuk menarik kulit dibawah
area penusukan. Hal ini menstabilkan vena dan membuat kulit
kencang dan mengurangi nyeri saat penusukan.
• Pegang jarum/abbocath dengan sudut 15-30 derajat jarum
menghadap keatas, insersikan jarum menembus kulit langsung ke
vena dalam satu gerakan.
• Saat darah keluar kedalam kateter intravena atau jika merasakan
adanya tahanan, kurangi sudut sampai hampir pararel dengan kulit,
dan masukan jarum kateter 0,5-1 cm kedalam vena.
• Lepaskan torniquet
12. Lepaskan penutup infus set dan sambungkan selang dengan kateter
infus, perhatikan sterilitas.
13. Mulai alirkan cairan infus

63
Modul Praktikum KDM 1&2

14. Fiksasi kateter intravena:Plester kateter dengan metode “U” atau


metode kupu-kupu, gunakan tiga strip plester anti alergi sepanjang
7,5cm:
a. Satu strip dibawah kateter dengan kedua ujungnya disamping
kateter membentuk huruf U atau kupu-kupu.
b. Strip kedua diatas kateter bagian bawah dan strip ketiga diatas
selang infus.
15. Balut area penusukan. Oleskan salep betadin pada area penusukan
kemudian tutup dengan kassa steril.
16. Buka sarung tangan. Fiksasi kassa dan selang dengan plester anti
alergi.
17. Beri label pada balutan berisi: tanggal dan waktu insersi, tipe dan
ukuran kateter, dan inisial perawat.
18. Pastikan aliran infus mengalir dengan baik. Atur tetesan infus sesuai
perintah.
19. Kembalikan klien ke posisi nyaman
20. Terminasi dan kontrak selanjutnya
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan: awal pemasangan infus termasuk tanggal dan waktu
penusukan, jumlah dan tipe cairan yang digunakan, jumlah cairan,
kecepatan tetesan, tipe dan ukuran kateter intra vena, area penusukan
dan repon klien.
23. Akhirilah dengan membaca hamdallah.

FOKUS EVALUASI:
1. Status kulit pada area pemasangan intra vena (suhu yang hangat,
tidak adanya nyeri, kemerahan dan pembengkakkan).
2. Status balutan.
3. Konsistensi aliran infus intra vena sesuai perintah.
4. Kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri.
5. Tanda-tanda vital.

64

Anda mungkin juga menyukai