Pramono - 2008 - Fungsi Kapital Social Dalam Program Pemulihan Pasc
Pramono - 2008 - Fungsi Kapital Social Dalam Program Pemulihan Pasc
DISERTASI
RUDY PRAMONO
8902410101
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM SOSIOLOGI
DEPOK
JULI 2008
DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
RUDY PRAMONO
8902410101
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM SOSIOLOGI
DEPOK
JULI 2008
NPM : 8902410101
Tanda Tangan :
Promotor
Ko Promotor
Dengan selesainya disertasi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Prof. Dr. Robert MZ. Lawang selaku promotor,
Imam B. Prasodjo, Ph.D. selaku ko-promotor, Julian Aldrin, Ph.D. sebagai
pimpinan sidang penguji, Francisia SSE. Seda, Ph.D. sebagai Ketua Program
Studi Pasca Sarjana Sosiologi, Prof. Dr. Paulus Wirutomo sebagai Ketua
Departemen Sosiologi, Dr. Linda Darmajanti, MT sebagai penguji internal dan
Dr. Sjamsul Ma’arif sebagai penguji eksternal.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada sebagai sekretaris program Pasca
Sarjana Sosiologi, Mas Santoso dan semua staff program yang telah banyak
membantu, memberikan informasi dan dukungan yang berharga bagi penulis
selama masa-masa kuliah, persiapan ujian dan ujian,
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah
memberikan dana untuk mendukung studi saya seperti Pak Hans Geni (Pesat),
ICDS, Pak Handoko, Pak Billy, Pak Kusmanto, Pak Soen Siregar, Bakornas PB,
Aceh Relief, Drg. Iwan dan yang lainnya. Kepada semua staff Aceh Relief, staf
Bakornas PB, staf BRR, Marlon Lukman, Ugik Kristiono dan istri, Dr. Saleh
Sjafei, Herlina, Hikmah dan mahasiswa Unsyiah yang telah membantu saya dalam
penelitian di lapangan, saya juga mengucapkan terima kasih. Kepada Keuchik dan
staff, semua warga Lampulo yang telah mendukung saya selama penelitian dan
semua informan kunci yang telah memberikan informasi selama penelitian, saya
juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuannya.
Kepada semua Bapak/Ibu dan teman-teman seperjuangan lain yang secara terus
menerus berjuang untuk mencari kebenaran dan mengembangkan ilmu untuk
kesejahteraan bersama, dan semua pihak yang tidak dapat dituliskan namanya
dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan
dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa apa yang tertulis dalam disertasi ini, jauh dari
sempurna, banyak pihak telah dan akan memberikan sumbangan pemikiran
berkenaan dengan tema disertasi ini, yaitu “Fungsi Kapital Sosial dalam Program
Pemulihan Pasca Bencana”, sehingga ilmu yang didapat melalui studi ini
merupakan milik publik yang bisa dikritisi dan diaplikasikan untuk kepentingan
bersama. Oleh karena itu diperlukan usaha terus menerus untuk mengkritisi dan
memperbaiki, sehingga tema kajian ini menjadi lebih jelas dan bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan memublikasikan disertasi saya tanpa meminta izin dari saya selama
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Dibuat di Depok
Pada tanggal 17 Juli 2008
Yang menyatakan
(Rudy Pramono)
Disertasi ini membahas interaksi antara bonding social capital dan bridging social
capital dan fungsinya dalam program pemulihan pasca bencana. Studi ini
merupakan hasil penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan studi kasus
di desa Lampulo, kota Banda Aceh yang terkena dampak bencana tsunami.
Hasil studi ini menunjukkan interaksi antara bridging social capital (organisasi)
dengan bonding social capital (komunitas) menghasilkan kinerja kapital sosial
yang bervariasi. Desa Lampulo mempunyai empat dusun atau setingkat Rukun
Warga (RW) yang disebut Lorong. Di Lorong Satu dan Lorong Tiga, kapital
sosial berfungsi positif sejalan dengan tingkat integrasi sosial yang tinggi dalam
kedua kelompok sosial itu. Sebaliknya, di Lorong Dua, Lorong Empat, kapital
sosial kurang berfungsi sejalan dengan rendahnya integrasi sosial di kedua Lorong
itu.
Kapital sosial yang muncul dari hubungan dengan organisasi luar (bridging social
capital) dalam program pemulihan pasca bencana di Lampulo terbagi dalam dua
kategori. Pertama, organisasi dengan tingkat sinergi tinggi dan integrasi yang
tinggi. Kategori kedua, organisasi yang mempunyai tingkat sinergi yang rendah,
namun dengan integrasi yang sedang. Relasi dengan organisasi luar menghasilkan
kinerja kapital sosial, yang mendukung program dalam pelaksanaannya.
Organisasi dengan tingkat sinergi dan integrasi tinggi menghasilkan kinerja yang
tinggi. Kinerja kapital sosial yang tinggi mempunyai pengaruh positif dalam
keberhasilan program pemulihan pasca bencana. Namun demikian kinerja kapital
sosial juga didukung oleh kapital fisik dan kapital manusia dalam mencapai
keberhasilan program
Lampulo Village has four hamlets (Lorong). The study result shows that
interaction between bonding social capital (community) and bridging social
capital (organization) produces a varied social capital performance. At Lorong
Satu and Tiga, social capital funtions positively in high level of social integration
accordingly. While at Lorong Dua and Empat, social capital does not funtion well
because of lack of social integration.
In Lampulo, social capital that emerges from a relationship with external disaster
recovery program organizations consists of two categories. First, organizations
with high levels of both synergy and integration. Second, organizations with high
levels of synergy but low integration. The performance of relationship between
an external organization’s social capital and a local community’s social capital is
related to the successful implementation of programs.
An organization with high levels of synergy and integration working will support
successful disaster recovery programs.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………….…………………………………….... 2
1.2. Permasalahan Studi ........……….…….………………………........ 9
1.3. Kajian Teori ….…………………………….................................... 10
1.3.1. Beberapa Pemikiran tentang Kapital Sosial .......................... 10
1.3.2. Kritik Terhadap Kapital Sosial .............................................. 14
1.3.3. Kerangka Teori Studi ............................................................ 15
1.3.4. Teori Struktur Sosial ............................................................. 20
1.4. Definisi dan Kerangka Berpikir .………………………………..... 23
1.5. Tujuan Penelitian …….…………………………………................ 24
1.6. Keterbatasan Studi ........................................................................... 24
1.7. Hipotesis Kerja ................................................................................ 25
1.8. Manfaat Penelitian ........................................................................... 25
1.9. Metodologi .…………………………………................................. 26
1.9.1. Pendekatan Penelitian ……………………………………… 26
1.9.2. Jenis Penelitian …………………………………………….. 27
1.9.3. Strategi Penelitian .................................................................. 28
1.9.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 30
1.9.5. Teknik Pengumpulan Data/Informasi .................................... 32
1.9.6. Analisis Data .......................................................................... 35
1.10. Sistematika Penulisan .………………………………................... 36
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ……………….………………….............................. 145
5.2. Rekomendasi …………………….................................................. 146
LAMPIRAN
Tabel 1.1. Program Bantuan pada Korban Bencana Tsunami di Lampulo .... 5
Tabel 1.2. Definisi Kapital Sosial menurut Beberapa Ahli ............................ 12
Tabel 1.3. Kinerja Hasil Relasi antar Kapital Sosial ..............................…… 19
Tabel 1.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 34
Tabel 1.5. Indikasi Pengukuran Kapital Sosial .............................................. 34
Tabel 2.1. Ikatan Komunitas Gampong .......................................................... 49
Tabel 2.2. Analisis Kapital Sosial Bonding Desa Lampulo ........................... 70
Tabel 2.3. Analisis Kapital Sosial Bonding di Lampulo ................................ 79
Tabel 3.1. Analisis Kapital Sosial bridging …………………………... …… 113
Tabel 3.2. Kinerja Program Lembaga Eksternal Lampulo ............................. 114
Tabel 4.1. Proses Kapital Sosial dalam Program ........................................... 137
Tabel 4.2. Kinerja bonding social capital .................................................... 138
Tabel 4.3. Kinerja bridging social capital ………………………………… 139
Tabel 4.4. Relasi kapital sosial bridging dan bonding ................................... 139
Tabel 4.5. Sinergi antar Kapital Program Pasca Bencana .............................. 141
Tabel 4.6. Sinergi antar Kapital dalam Kinerja Program ............................... 142
Gambar 1.1. Daerah yang Kena Dampak Tsunami di Kota Banda Aceh... 4
Gambar 1.2. Jaringan Kapital Sosial ……………………………………. 17
Gambar 1.3. Pembangunan top down dan bottom up dan bentuk kapital 18
sosial ……………………………………………………..
Gambar 1.4. Kerangka Berpikir …………………………………………. 23
Gambar 1.5. Peta Lokasi Desa Lampulo ………………………………... 29
Gambar 2.1. Struktur Pemerintahan Gampong ………………………….. 41
Gambar 2.2. Jaringan Kelembagaan Gampong …………………………. 41
Gambar 2.3. Jaringan Kerja Lembaga Panglima Laot ............................... 50
Gambar 2.4. Pola Perlindungan Anak dalam Masyarakat Lampulo .......... 55
Gambar 2.5. Struktur Pemerintahan Gampong Lampulo .......................... 61
Gambar 2.6. Struktur Dusun/Lorong di Lampulo ...................................... 70
Gambar 2.7. Kapital Sosial Lampulo ............................................... 79
Gambar 2.8. Peta Pemukiman Gampong Lampulo ................................... 83
Gambar 2.9. Peta Pemukiman Lorong Satu ............................................... 84
Gambar 2.10. Peta Pemukiman Lorong Dua ............................................... 85
Gambar 2.11. Peta Pemukiman Lorong Tiga .............................................. 86
Gambar 2.12. Peta Pemukiman Lorong Empat ........................................... 87
Gambar 3.1. Jaringan Posko Korban Tsunami Tahap Tanggap Darurat ... 95
Gambar 3.2. Relasi Kapital Sosial Tahap Tanggap Darurat ............ 96
Gambar 3.3. Pelabuhan yang dibangun Aceh Relief di Lorong Tiga 98
Lampulo ................................................................................
Gambar 3.4. Rumah yang dibangun Aceh Relief di Lorong Tiga ............. 98
Gambar 3.5. Perencanaan Komunitas Partisipatif yang dilakukan Care ... 102
Gambar 3.6. Rumah Care International yang Sudah Selesai di Lorong 103
Satu, Dua, Tiga, Empat .........................................................
Gambar 3.7. Rumah yang dibangun BRR tahap II di Lorong Dua ........... 110
Gambar 3.8. Rumah yang dibangun P2KP di Lorong Satu ....................... 113
Gambar 3.9. Jaringan kerja program rumah non kontraktor ................. 114
Gambar 3.10. Jaringan kerja program rumah melalui kontraktor ................ 115
1.1. Latarbelakang
Setelah bertahun-tahun dilanda konflik yang berkelanjutan, pada tanggal
26 Desember 2004 Aceh dilanda bencana gempa bumi yang berskala sangat kuat
(8,9 skala Richter). Pusat gempa bumi ini terletak di Samudera Hindia pada
posisi barat laut Pulau Sumatera. Dalam sekejap gempa ini menyebabkan
gelombang tsunami yang memporakporandakan sebagian besar wilayah Aceh dan
Nias di wilayah Indonesia. Gelombang tsunami ini juga menerpa sebagian
wilayah Thailand, Srilanka, Maladewa, Bangladesh, Burma, bahkan sampai ke
pantai Somalia di Afrika Timur.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana
dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP) dalam Buku Utama Rencana
Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam lampiran Peraturan Presiden Republik
Indonesia (PPRI) no 30 tahun 2005, jumlah korban yang terkena bencana di 20
kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) diperkirakan mencapai
126.602 orang meninggal dunia, dan 93.638 orang dinyatakan hilang. Sementara
jumlah korban di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 130 orang meninggal dan 24
orang hilang. Bencana ini juga mengakibatkan 514.150 jiwa mengungsi di
berbagai tempat yang tersebar di 21 kabupaten/kota se-provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
Besarnya bencana yang terjadi tidak hanya dapat dilihat dari besarnya
jumlah korban manusia, namun juga dari luasnya daerah yang mengalami
kerusakan. Sebanyak enam belas dari seluruh kabupaten/kota di Nangroe Aceh
mengalami kerusakan terkena gelombang tsunami. Kabupaten/kota yang
mengalami kerusakan terparah antara lain, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh
Jaya, dan Kabupaten Aceh Besar. Desa yang terkena dampak langsung tsunami
adalah sebanyak 654 desa (11,4 persen), dan diperkirakan persentase keluarga
miskin terkena tsunami mencapai 15,16 persen (63.977 KK) (lampiran 1 PPRI,
2005)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
3
juta, yang dikoordinasikan bersama-sama oleh Uni Eropa, Bank Dunia, dan BRR.
Bank Pembangunan Asia meluncurkan proyek Bantuan Darurat Gempa Bumi dan
Tsunami dengan dana bantuannya sendiri sebesar US$300 juta. Program-program
hibah dan pinjaman lunak bilateral juga telah ditawarkan oleh Australia-Indonesia
Partnership for Reconstruction and Development, Pemerintah Jepang dan Jerman,
dan USAID serta beberapa negara lainnya dari seluruh dunia. LSM-LSM
internasional dan organisasi-organisasi seperti Palang Merah/Bulan Sabit Merah,
CARE, CARDI, Catholic Relief Services, Mercy Corps, Oxfam, Save the
Children, World Vision dan lain-lain telah menggalang dana yang sangat besar
untuk mendukung upaya bantuan dan pemulihan agar dapat berlangsung.
Besarnya dana tersebut memberikan harapan bahwa “membangun kembali Aceh
dan Nias yang lebih baik” dapat dilaksanakan dengan baik. Harapan terjadinya
pemulihan berkesinambungan juga ditopang oleh penandatanganan perjanjian
damai di Helsinki antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2005. Perjanjian perdamian ini mengakhiri
konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun dan menelan korban
sekitar 15.000 orang. (Eye on Aceh, 2006).
Dua tahun lebih setelah terjadi bencana, dengan berbagai usaha yang
dilakukan oleh Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) NAD-Nias1 dan
organisasi-organisasi non pemerintah baik dari luar maupun dalam negeri,
berbagai kemajuan telah dicapai. Menurut data BRR (2007), kemajuan yang telah
dicapai selama dua tahun antara lain, lebih dari 65,000 pengungsi dipindahkan
dari tenda ke 15.000 rumah transisi, 57.000 rumah permanen telah dibangun, 623
gedung sekolah telah dibangun kembali, berbagai kegiatan mata pencaharian
korban bencana sudah mulai normal dan berbagai kegiatan pemulihan lainnya
telah dilakukan. Di Banda Aceh, dari total kebutuhan 18.434 rumah untuk korban
tsunami, sudah terbangun sebanyak 10.663 unit rumah.
Bencana tsunami telah mengubah kondisi Lampulo yang semula dihuni
6.322 orang yang tersebar di empat dusun, yakni Tengku Tuan di Pulo,
Malahayati, Tengku di Sayang, dan Teungku di Teungoh, berkurang menjadi
1
Merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia yang diberi tugas untuk melakukan
koordinasi dan usaha-usaha rekonstruksi dan rehabilitasi bencana di NAD dan Nias, dengan masa
kerja 2005 – 2009.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
4
3.694 orang. Sebelum tsunami desa ini dikenal sebagai pusat kegiatan perikanan
di Banda Aceh. Hampir 90 persen pendapatan penduduk di Lampulo bergantung
pada hasil laut. Kerusakan yang terjadi akibat tsunami di Lampulo antara lain
1.200 rumah rusak dihantam gelombang, tambak penduduk yang rata dengan laut
mencapai 127 hektare, dan hancurnya sarana dan prasarana umum lainnya.
Setelah lebih dari dua tahun terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami
menimpa Lampulo dan penyelenggaraan program pemulihan pasca bencana
dilakukan, perlu dikaji pelaksanaan program pemulihan kondisi masyarakat di
desa Lampulo. Berdasarkan data dari kantor desa, kepala lorong dan koordinator
posko bantuan dan program yang telah dijalankan pada warga Lampulo oleh
lembaga-lembaga dari luar Lampulo dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
5
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
6
selesai dibangun dan ditempati dinyatakan tidak layak secara teknis sehingga
perlu dibongkar kembali.
Pada program matapencaharian terjadi perubahan metode penyaluran
bantuan karena permasalahan internal organisasi. Selain itu juga ada
permasalahan dalam kelompok, yaitu kelompok sasaran berpartisipasi secara
semu (hanya untuk mendapatkan bantuan), dan kelompok yang terbentuk tidak
berkelanjutan dan administrasi distribusi bantuan yang tidak berjalan baik. Hasil
yang dicapai untuk program perumahan selama dua tahun lebih baru 30 % yang
sudah selesai dibangun, meskipun sebagian dinyatakan tidak layak secara teknis.
Untuk program mata pencaharian hasil yang dicapai dana tersalurkan, barang
terdistribusi, kelompok terbentuk, sehingga korban bencana dapat melakukan
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan penghasilan.
b. Aceh Relief. Lembaga ini merupakan suatu organisasi konsorsium
antara organisasi non pemerintah nasional dengan organisasi non pemerintah
Compassion International yang berasal dari Amerika Serikat. Aceh Relief mulai
melakukan program pasca bencana sejak Januari 2005. Pada awalnya desa
Lampulo bukanlah daerah yang menjadi sasaran program organisasi ini. Sasaran
program Aceh Relief pada awalnya adalah desa Lhoh dan Lampuyang yang
terletak di Pulau Aceh2. Karena transportasi ke Pulo Aceh hanya dapat dijangkau
dengan menggunakan alat transportasi laut, dan sarana pelabuhan terdekat yang
masih dapat digunakan terletak di dusun Teungku Disayang desa Lampulo (lorong
tiga) desa Lampulo, maka Aceh Relief selalu berinteraksi langsung dengan
masyarakat di lorong tiga.
Pada awalnya melalui posko di lorong tiga, anggota masyarakat terlibat
sebagai tenaga kerja upahan untuk mengangkut bantuan dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk program Aceh Relief di Pulo Aceh. Namun karena sudah terjalin
hubungan yang baik antara staf Aceh Relief dengan ketua posko dan beberapa
warga lorong tiga, sehingga warga lorong tiga meminta agar Aceh Relief dapat
mengalokasikan program untuk desa Lampulo khususnya lorong tiga. Setelah
terjadi penjajakan dan kesepakatan, akhirnya Aceh Relief melakukan program di
lorong tiga dengan membangun rumah mulai Oktober 2005 dan selesai Februari
2
Di Desa Lhoh dan Lampuyang, Aceh Relief membangun rumah sebanyak 110 unit yang
dilakukan sejak Mei 2005 dan diselesaikan pada bulan September 2005
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
7
2006. Program yang dilakukan oleh Aceh Relief di desa Lampulo antara lain
2
pembangunan rumah 36 m sebanyak 91 unit, distribusi alat produksi (perahu
dan alat tangkap, becak motor danmodal usaha) yang diberikan secara perorangan
(bukan kelompok) dan program untuk ibu dan anak.
Pendekatan yang dilakukan Aceh Relief dalam menjalankan program di
lorong tiga menggunakan pendekatan partisipatif semu melalui beberapa orang
warga lorong tiga yang diangkat sebagai staff lapangan. Masalah yang muncul
antara lain beberapa rumah belum ditinggali, kenaikan harga bahan dan ongkos
tukang, kualitas bangunan yang tidak memadai, bantuan perahu dan alat tangkap
dan usaha yang tidak tidak berkelanjutan, dan bantuan tumpang tindih dengan
bantuan lembaga lain. Hasil dari program Aceh Relief di Lampulo sebanyak 91
unit rumah selesai terbangun dalam waktu empat bulan, perahu dan alat tangkap,
becak motor dan bantuan modal usaha dapat disalurkan.
c. Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias. Lembaga ini
merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah pusat, melalui Peraturan
Presiden no 30 tahun 2005 untuk menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana gempa dan tsunami di NAD dan Nias. BRR mulai
melakukan tugasnya sejak Juni 2005. Di Desa Lampulo cakupan program yang
diselenggarakan adalah program rumah, distribusi alat produksi (nelayan, modal
usaha), jalan, saluran, air bersih. Pendekatan yang digunakan pada awalnya non
partisipatif melalui kontraktor dari luar Lampulo (luar Aceh : Jawa, Medan) lalu
berubah menjadi partisipatif karena ada masalah efisiensi dan efektifitas. Masalah
yang dihadapi adalah ketidaksesuaian antara harapan korban dan kemampuan
BRR. Hasil yang dicapai adalah rumah sudah selesai sebanyak 120 rumah dalam
jangka waktu dua tahun. Permasalahan yang muncul penerima bantuan ada yang
mendapat lebih dari satu, sebagian tidak ditempati, tumpang tindih dengan
lembaga lain dan kualitas rumah khususnya tahap pertama tidak memadai.
d. Kata Hati. Lembaga ini merupakan salah satu lembaga non pemerintah
lokal Aceh yang berdiri pada tahun 2001, yang pada awalnya mempunyai
kegiatan untuk isu-isu demokratisasi, tata pemerintahan, formulasi kebijakan yang
partisipatif dan penguatan hak-hak sipil. Namun pada pasca tsunami, dengan
mendapatkan dukungan dana dari lembaga non pemerintah dari Jerman
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
8
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
9
peranan kapital sosial dalam proses pemulihan di desa Lampulo. Oleh sebab itu,
masalah ini juga sangat penting untuk dikaji secara mendalam.
Perhatian terhadap dimensi sosial dalam pemulihan bencana ini juga
berkaitan dengan perubahan pendekatan penanganan bencana yang dicanangkan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selama tahun 1990 – 1999. Dalam
dekade ini terjadi perubahan pendekatan dari kegiatan pemberian bantuan
pascabencana (disaster management) menjadi usaha pencegahan, persiapan
prabencana dan pengelolaan resiko bencana (risk management). Strategi
pengelolaan resiko dalam proses penanganan bencana dilakukan melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat, penguatan pemerintahan lokal, dan keterlibatan
lembaga nonpemerintah dan masyarakat sipil. Pendekatan ini bertujuan untuk
memperkecil kerentanan masyarakat sehingga kapasitasnya meningkat dalam
menghadapi ancaman bencana. Dengan pendekatan ini diharapkan risiko bencana
yang dihadapi oleh masyarakat menjadi berkurang, sehingga diharapkan dapat
memperkecil korban dan kerugian yang terjadi dapat diperkecil. Oleh karena itu
terjadi perubahan orientasi penelitian tentang bencana, berubah dari aspek-aspek
teknis dan penanganan korban bencana menjadi pendekatan yang menekankan
aspek kemasyarakatan (sosiologis), termasuk di dalamnya usulan pengelolaan
pascabencana dalam pengembangan masyarakat secara terpadu (Blaikie dkk,
1994; Twigg and Bhatt, 1998; Quarantelli, 1989; Shaw dan Okazaki, 2003).
Maskrey (1989) menyatakan pengelolaan bencana seharusnya tidak diatasi dengan
pendekatan yang bersifat fisik saja, tetapi juga dikaitkan dengan kegiatan sosio-
ekonomi masyarakat lokal di daerah rawan bencana.
Dalam kaitan dengan pendekatan pendekatan risk management ini, upaya
untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam menghadapi suatu bencana
sering kali dikaitkan kapital sosial, yaitu suatu konsep yang berkaitan dengan
norma dan jaringan yang mendukung tindakan kolektif. Konsep kapital sosial
telah banyak digunakan dalam analisis masalah-masalah tindakan kolektif, antara
lain masalah keluarga, sekolah dan pendidikan, pekerjaan dan organisasi,
demokrasi dan pemerintahan, termasuk isu-isu pembangunan lainnya (Woolcock,
1998). Studi lain menunjukkan bahwa kapital sosial dapat memengaruhi kemajuan
dan kesejahteraan suatu masyarakat (Fukuyama, 1995& 2001; Putnam, 1993;
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
10
Grootaert, 1999, Dasgupta dan Ismael Serageldin, 2000; Heffner, 2000). Namun
berbagai studi tentang kapital sosial yang ada menunjukkan masih sangat sedikit
yang mengaitkan fungsi kapital sosial terhadap penanganan bencana. Karena
itulah dalam studi ini akan mengkaji bagaimana fungsi kapital sosial dalam
mendukung keberhasilan program pemulihan pasca bencana.
Dari uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang hendak dijawab
dalam disertasi ini adalah:
1. Bagaimana wujud kapital sosial di desa Lampulo setelah peristiwa bencana
gempa dan tsunami?
2. Bagaimana fungsi kapital sosial dalam menentukan tingkat keberhasilan
program pemulihan pasca bencana tsunami di desa Lampulo?
3
Ostrom mendefinisikan institusi sebagai seperangkat aturan yang digunakan secara aktual oleh
sekelompok individu dalam mengorganisasi tindakan yang berulang-ulang, yang memengaruhi
para anggotanya.
4
Menurut Bourdieu modal kolektif pertama berbetuk modal ekonomi, yang dapat berupa uang dan
kepemilikan barang (property right); kedua modal budaya dan ketiga berbentuk kapital sosial,
yang terbentuk kewajiban sosial (1986:243).
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
11
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
12
Uphoff (2000), membagi kapital sosial dalam dua kategori yaitu struktural
dan kognitif. Kategori struktural meliputi peran, peraturan, preseden dan prosedur
berbagai jaringan yang memberikan sumbangan untuk bekerja sama, dan
khususnya sebagai tindakan kolektif yang saling menguntungkan. Kategori
kognitif merujuk pada proses mental dan hasil ide-ide, yang menopang
kebudayaan, seperti norma, nilai, sikap dan kepercayaan yang memberikan
sumbangan pada kerja sama dan tindakan kolektif yang saling menguntungkan.
Fukuyama (1993, 1999) mengembangkan kapital sosial sebagai
keberadaan norma-norma atau nilai-nilai informal bersama (terutama trust) yang
terwujud di antara anggota dalam suatu kelompok yang menghasilkan kerja sama
di antara mereka.5
Turner dalam Dasgupta (2000:95) mendefinisikan kapital sosial dengan
melihat kekuatan-kekuatan yang menciptakan dan mempertahankan hubungan
sosial dan pola organisasi sosial yang mengakibatkan peningkatan potensi untuk
perkembangan ekonomi dalam masyarakat. Sedangkan Lawang (2005)
berpendapat bahwa kapital sosial berkembang sesuai dengan derajat integrasinya
dengan kapital-kapital yang lain. Sinergi kapital fisik6, kapital manusia7 dan
kapital sosial tidak dilihat secara terpisah-pisah, karena kapasitas yang terkandung
dalam masing-masing kapital dapat dipergunakan secara bersama-sama menjadi
kekuatan yang berguna untuk pengelolaan suatu program.
Bank Dunia dalam Lawang (2005:213) juga memberikan definisi
berkaitan dengan sosial kapital, yaitu yang menggabungkan norma, institusi dan
hubungan sosial yang mendasari kerja sama di antara individu. Bank Dunia telah
melakukan studi dalam sebelas topik mengenai kapital sosial: kriminalitas dan
kekerasan, ekonomi dan perdagangan, pendidikan, lingkungan, keuangan,
kesehatan, nutrisi, dan kependudukan, teknologi informasi, kemiskinan dan
pembangunan ekonomi, pembangunan pedesaan, pembangunan perkotaan,
5
Yang mempunyai pengaruh sebesar 20 % dalam suatu keberhasilan ekonomi, dalam masyarakat
Amerika berada dalam jaringan organisasi formal sedangkan dalam masyarakat di Cina berada
dalam jaringan kekerabatan dan keluarga.
6
Kapital fisik merupakan suatu bentuk yang sengaja dibuat manusia untuk keperluan tertentu
dalam suatu proses produksi barang atau jasa, yang memungkinkan orang memperoleh keuntungan
pendapatan di masa yang akan datang (Lawang, 2005:11)
7
Kapital manusia menunjuk pada kemampuan yang dimiliki seseorang melalui pendidikan,
pelatihan dan atau pengalaman dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk
melakukan kegiatan tertentu (Lawang, 2005:13)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
13
penyediaan air dan sanitasi (World Bank, 2003). Sedangkan Woolcock (1998)
mencoba melakukan kategorisasi kapital sosial dalam tujuh bidang: teori sosial
dan pembangunan ekonomi, keluarga dan perilaku remaja, pendidikan, kehidupan
kelompok, pekerjaan dan organisasi, demokrasi/pemerintahan dan masalah-
masalah tindakan kolektif
Dari seluruh uraian pembahasan tentang kapital sosial ini dirangkum
dalam Tabel 1.2.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
14
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
15
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
16
capital yang muncul dan berkembang melalui hubungan kelompok dalam dengan
kelompok luar secara horizontal, dan linking social capital yang muncul dan
berkembang melalui hubungan antara kelompok dengan pemerintah.
Woolcock (2000) melakukan analisis dan membagi kapital sosial dalam
tiga kategori, pertama, bonding social capital, yakni ikatan dalam anggota
keluarga, tetangga, sahabat dekat, dan asosiasi bisnis dengan kategori demografis
yang sama. Kedua, bridging social capital, yakni ikatan di antara orang yang
berbeda etnis, geografis, latar belakang pekerjaan tetapi dengan latar belakang
status ekonomi dan pengaruh politik sama. Ketiga, linking social capital, ikatan di
antara komunitas dan pengaruh dalam organisasi formal seperti bank, sekolah,
polisi dsb. Menurut Woolcock orang miskin cenderung mempunyai bonding
social capital lebih kuat, namun kurang kuat dalam bridging social capital, dan
lemah dalam linking social capital, yang justru mempunyai peran penting dalam
memberikan lingkungan untuk perkembangan ekonomi.
Berdasarkan pemikiran Woolcock, pada saat terjadinya bencana peran
bonding capital social dalam mendukung keberadaan masyarakat melemah.
Dalam situasi ini maka peran bridging dan linking capital social dalam
memberikan dukungan terhadap korban bencana menjadi sangat penting. Namun
ini dalam penanganan pasca bencana alam relasi bonding dan bridging social
capital dapat berubah dengan cepat karena relasinya yang berlangsung singkat,
sementara itu bonding social capital belum menguat. Hal ini menjadikan bonding
capital social masih rentan sebagai jaring pengaman dalam jangka panjang.
Dalam kondisi yang demikian linking social capital dapat memainkan peran yang
penting dalam mengurangi kerentanan bonding social capital dalam memberikan
dukungan terhadap anggotanya.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
17
Pemerintah
(Linking Social Capital)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
18
Autonomy
(Integrasi)
Autonomy Embeddedness
(Linkage) (Synergy)
Embeddedness
(Integrasi)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
19
Sinergi dari jaringan atas (bridging dan linking social capital) seharusnya
dapat berinteraksi ke jaringan bawah (bonding social capital), dan sebaliknya
jaringan dari bawah dapat berinteraksi ke jaringan atas. Interaksi antar kedua
kelompok jaringan dapat mencapai hasil optimal, bila integrasi dalam komunitas
lokal didukung oleh korporat yang kohesif dan berkewargaan yang bekerja secara
sinergis dengan pemerintahan yang efektif dan efisien. Interaksi antara kapital
sosial pendekatan “top down” dan “bottom up” menimbulkan persoalan dilematis
karena memunculkan enam belas kemungkinan “kinerja hasil” yang berbeda
dalam pengertian kapital sosial. Kinerja yang terbaik disebut “beneficent
autonomy”, dimana interaksi antar kapital sosial pendekatan “top down” dengan
kapital sosial pendekatan “bottom up” dalam kategori tinggi. Pada sisi yang lain,
kinerja yang terburuk disebut “anarchic individualism”, suatu keadaan dimana
kapital sosial di tingkat akar rumput dan tingkat atas sistem kelembagaan dalam
interaksi atas dan bawah dalam kondisi rendah (lihat Tabel 1.2). Woolcock
mendefinisikan kapital sosial sebagai relasi sosial (jaringan) di dalam komunitas
dengan pendekatan yang bersifat bottom up dan organisasi luar dengan
pendekatan yang bersifat top down. Relasi jaringan dalam komunitas dan
organisasi luar ini dapat memunculkan kinerja kapital sosial yang menciptakan
peluang maupun hambatan dalam suatu program.
Pandangan “top down” dan “bottom up” dalam kerangka kerja kapital
sosial merupakan hal yang dinamis tidak hanya di tingkat bawah (integrasi dan
jejaring) dan di tingkat atas (sinergi dan integrasi ); tetapi juga merupakan proses
yang interaktif diantara komunitas (bawah) dan organisasi atau pemerintah (atas).
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
20
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
21
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
22
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
23
Organisasi non
Pemerintah
Lorong/Dusun
Pendekatan Bottom up
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
24
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
25
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
26
1.9. Metodologi
1.9.1. Pendekatan Penelitian.
Kapital sosial merupakan suatu entitas yang tertambat pada institusi sosial.
Individu menggunakan institusi sosial untuk mencapai tujuannya. Keputusan
individu dipengaruhi oleh kesempatan yang diberikan institusi dan pilihan yang
dilakukan oleh individu berdasarkan pertimbangan produktivitas yang rasional.
Tindakan sosial merupakan bagian yang penting dalam kapital sosial, jika
individu tidak bertindak, maka tidak ada dampak kapital sosial dalam tercapainya
suatu tujuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memberi makna
pada tindakan sosial. Alasan penggunaan pendekatan ini adalah, pertama masalah
yang diteliti merupakan gejala sosial yang dinamis, yakni tindakan-tindakan aktor
dan institusi sosial dalam praktik-praktik menghadapi bencana dan
mempertahankan sistem sosial yang sudah ada. Para aktor mengembangkan
pemikiran dan tindakan mereka dengan melibatkan sistem simbol, struktur sosial
dan sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kedua, tindakan sosial dapat
diamati dan dijelaskan melalui praktik sosial yang memberikan gambaran proses
perubahan relasi aktor dan struktur sosial.
8
Deskriptif kualitatif bertujuan untuk melakukan kritik kelemahan penelitian kuantitatif yang
dianggap terlalu positivistik, serta bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai
kondisi, situasi, fenomena realitas sosial yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik
realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat model, tanda, gambaran tentang kondisi,
situasi, ataupun fenomena tertentu. (Bungin, 2007:68)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
27
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
28
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
29
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
30
Lampulo
Gambar 1.1. Daerah yang terkena dampak tsunami di Kota Banda Aceh
Keterangan :
: Wilayah rusak total (bangunan bahkan pondasi rusak total)
: Wilayah rusak struktur (bangunan tidak seluruh roboh, struktur patah,
miring, dll)
: Wilayah rusak sedang (retak-retak pada dinding dan pagar dll)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
31
Desa Gampong
Jawa
Program
Kata Hati
Prog. BRR
dan P2KP
Desa
Lamdingin
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
32
sementara seluruh anggota keluarganya termasuk orang tuanya hilang pada saat
bencana. Dari data yang ada di catatan kantor desa Lampulo, sedikitnya terdapat
137 anak yatim piatu di Lampulo. Di antara mereka masih ada yang tinggal di
tenda-tenda bersama wali-wali mereka menunggu diselesaikannya pembangunan
rumah.
Penduduk Lampulo pada umumnya berprofesi sebagai nelayan dan penjual
ikan (800 orang), selebihnya adalah pedagang (250 orang), Pegawai Negeri Sipil
(200 orang). Lainnya berprofesi sebagai tukang, wiraswasta, dan sebagainya.
Jarak gampong Lampulo ke kota kecamatan Kuta Alam sejauh 1
kilometer, dan jarak tempuh ke pusat kota Banda Aceh sejauh 6 kilometer.
Adapun batas-batas wilayah desa Lampulo adalah:
Sebelah Utara : Kuta Alam
Sebelah Selatan : Kelurahan Peulanggahan
Sebelah Barat : Kelurahan Kampung Mulia
Sebelah Timur : Keluruhan Lamdingin dan Laut
Berdasarkan laporan bulanan Desa pada November 2006:
Jumlah Perempuan : 1.812 jiwa
Jumlah Laki-laki : 2.160 jiwa
Total Jumlah Penduduk : 3.972 jiwa
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
33
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
34
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
35
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
36
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
37
di desa Lampulo dibahas dalam bab ini dari aspek Integrasi dan sinerginya
dengan organisasi lain dalam program perumahan.
Bab IV merupakan diskusi teoritis dari hasil penelitian berkaitan dengan
dinamika relasi kapital sosial dalam pendekatan bottom up yang berasal dari
komunitas dan kapital sosial dalam pendekatan top down yang melekat pada
organisasi-organisasi yang terlibat dalam program pemulihan perumaha di
Lampulo. Relasi antar kapital sosial tersebut akan dianalisis dalam hubungannya
dengan keberhasilan suatu program dan sinerginya dengan kapital fisik, kapital
manusia dan kapital sosial dalam suatu program pemulihan.
Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang
bermanfaat untuk melakukan studi yang akan datang, khususnya mengenai
hubungan kapital sosial dalam program-program penanggulan bencana. selain itu
dibahas beberapa masukan-masukan dalam kebijakan penanggulangan bencana
yang sering terjadi di Indonesia.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
BAB II
2.1. Pendahuluan
Bab ini membahas kapital sosial yang melekat pada struktur sosial
masyarakat Lampulo yang meliputi institusi gampong, institusi ekonomi panglima
laot, kekerabatan dan institusi lorong. Dalam institusi gampong dan masing-
masing lorong akan dibahas aspek demografis, hubungan keluarga dan
kekerabatan, peta sosial permukiman, tugas kepala lorong dan relasi kepala lorong
dengan keuchik. Dalam bab ini juga membahas program perumahan yang
dilakukan lembaga luar di lorong tersebut. Pokok pembahasan pengendalian sosial
dan ketahanan masyarakat di tingkat lorong dan desa juga akan dipaparkan dalam
bab ini. Berdasarkan interaksi yang muncul dalam struktur sosial ini, akan
dilakukan analisis tingkat integrasi dan jejaring kapital sosial “bottom up” lorong
dan desa Lampulo.
1
Sehingga di Aceh ada pepatah : Hukum ngon adat, lae zat ngon sifeut (hukum dengan adat
seperti zat yang sifatnya tidak terpisah.
2
Fungsi meunasah bagi masyarakat Aceh sangat besar, karena semua kegiatan masyarakat
gampong diadakan di meunasah, seperti tempat rapat, kegiatan keagamaan (kecuali sholat Jum‟at),
dan penyuluhan. Tempat ini kadang-kadang juga dipakai untuk tempat bermalam tamu yang tidak
memiliki keluarga di gampong tersebut.
Meunasah3 dan para orangtua gampong yang disebut Ureung Tuha4 (Hurngronje,
1996:50).
Gampong-gampong yang terletak berdekatan merupakan satu wilayah
yang disebut mukim5, yang dikepalai oleh Imeum Mukim.6 Dialah yang bertindak
sebagai imam sembahyang di sebuah masjid. Dalam perkembangannya, fungsi
dari Imeum Mukim berubah menjadi nama kepala pemerintahan di sebuah
mukim, yang mengoordinasi beberapa kepala gampong. Dengan berubahnya
fungsi ini, sebutannya juga berubah menjadi Kepala Mukim. Sedangkan untuk
pengganti, imam sembahyang diserahkan pada orang lain yang disebut Imeum
Mesjid. (Anonimus, 1992:41).
Berkaitan dengan kepemimpinan di masyarakat Aceh (ulle) di tingkat
gampong atau mukim, biasanya Keuchik atau Kepala Mukim dibantu oleh para
pejabat yang bertanggung jawab sesuai dengan kegiatan mata pencaharian para
warga dari gampong atau mukim tersebut, dalam menjalankan tugasnya sesuai
dengan lokasi di mana mukim atau gampong itu berada. Pejabat yang membantu
pengaturan kegiatan tersebut antara lain :
• Keujreun: pejabat pengatur tanaman pangan dan irigasi (keujreun blang) dan
pengatur pertambangan (keujreun meuih).
• Panglima Kawon: kepala/kepemimpinan suatu keluarga besar.
• Panglima Lhok/Laot: pejabat koordinator kegiatan mata pencaharian di laut
• Petua Seunebok: pejabat pengatur sistem perladangan dan pembukaan ladang
baru.
• Pawang Glee: Pejabat pengatur pemanfaatan areal hutan dan penjaga ekologi
hutan.
• Raja Kuala : Pejabat pengatur tambatan perahu dan pukat di muara.
• Haria Peukan : Pejabat pengelola pasar/pengutip retribusi pasar mukim dan
gampong.
3
Selain itu dikenal juga teungku dayah yang terlibat dalam kegiatan lembaga pendidikan (dayah)
4
Ureung Tuha, sebagai badan penasehat gampong disebut dengan istilah Tuha Peut (empat orang
tua)
5
Pada awalnya tiap-tiap mukim ditetapkan harus berpenduduk 1.000 orang laki-laki yang dapat
memegang senjata. Sehingga mukim selain bersifat keagamaan juga bersifat politis.
6
Gampong-gampong di Banda Aceh, tidak mengenal istilah mukim karena dalam masa kesultanan
mereka langsung di bawah kendali kesultanan di Kutaraja.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
40
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
41
terbentuk kembali karena tergantung pada kebutuhan suatu gampong atau mukim
(lihat Syarief, 2005:148-149). Lihat struktur pemerintahan gampong dan jeringan
keuchik di bawah ini.
Sumber : Wawancara
F‟
D1
E
B2
D2
B
G
C
B1
C1
C2
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
42
A : Keuchik
B : Sekretaris Gampong
B1 : Staff kantor Gampong
B2 : PKK
C : Kepala Lorong
C1 : Imeum Meunasah
C2 : Warga Lorong
D : Imeum Masjid
D1 : Pemuda Masjid
D2 : Pengurus masjid
E : Tuha Peut
F‟ : Kepala Mukim
F : Camat
G : Lembaga adat Gampong (panglima laot, keujruen dsb)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
43
7
Dalam sistem adat, gampong diurus bersama keuchik dengan teungku meunasah dan dibantu oleh
lembaga tuha peut.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
44
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
45
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
46
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
47
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
48
organisasi dari luar seperti Aceh Relief , BRR dan organisasi lainnya mengalami
permasalahan dalam pembagian yang tidak merata dan kondisi alat tangkap yang
tidak sesuai dengan kebutuhan nelayan. Pada umumnya perahu bantuan tersebut
dikerjakan di luar Banda Aceh, sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi perahu
yang biasa digunakan nelayan Lampulo. Hal ini terjadi karena para nelayan tidak
dilibatkan dalam proses pengadaannya. Sehingga banyak perahu bantuan yang
tidak terpakai, rusak atau perlu dimodifikasi ulang.
Akan tetapi tsunami juga memberikan peluang positif bagi pengembangan
sistem pengelolaan perikanan berbasis masyarakat di Aceh ke arah yang lebih
modern dalam hal pengelolaan dan perencanaan. Status hak-hak tangkap ikan dan
wilayah kewenangan adat dapat didokumentasikan dan diuraikan, termasuk
melibatkan aspek hukum dan perlindungan. Pengenalan struktur organisasi
pendukung yang melibatkan banyak pihak dalam mengelola Hukôm Adat Laôt
memberikan terciptanya kesepahaman dan bagi peran dalam praktik sehari-hari.
Komponen-komponen industri perikanan yang belum dilibatkan dalam sistem
lama, seperti budidaya dan pengolahan, akan memberikan peluang peningkatan
kapasitas ekonomi lembaga adat ini sehingga cita-cita sebuah rejim pengelolaan
sumberdaya alam berkelanjutan yang terpadu dapat dicapai.
Peluang yang muncul pasca bencana dalam bidang perikanan dan dengan
semakin terbukanya gampong Lampulo, ditandai dengan munculnya nelayan baru
yang berasal dari luar gampong yang telah mendapatkan bantuan. Hal ini menjadi
ancaman terhadap posisi nelayan Lampulo, sehingga peluang peningkatan
kapasitas ekonomi yang lebih modern pasca bencana bagi masyarakat menjadi
masalah baru. Permasalahan ini terjadi akibat terjadinya pengabaian terhadap
komunitas dimana lokal Lampulo (lihat konflik bantuan antara Panglima Laot
Lhok dan Propinsi)
Kenduri laot merupakan upacara menjelang musim timur atau ketika
musim barat berakhir. Upacara ini dilaksanakan sehubungan dengan turunnya
para nelayan ke laut. Dahulu kenduri laot rutin dilakukan pada setiap desa pantai,
namun saat ini hanya dilakukan apabila dianggap penting atau perlu saja. Apalagi
fungsi panglima laot di lhok krueng (Lampulo) sudah hampir delapan tahun tidak
berjalan efektif, karena konflik yang terjadi antara TNI dan GAM.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
49
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
50
E
2
F
D1
E E1
D
A
B’
D2
C B
B1
B1
C3 C2 C1 C4
B2
Keterangan :
A : Panglima Laot Lhok
B : Pemilik modal (toke bangku)
B1 : Muge (pedagang pengecer)
B1‟ : ASPI (Asosiasi Pedagang Interinsulair)
B2 : Konsumen
C : Pemilik alat tangkap
C1 : Pawang
C2 : ABK (pekerja)
C3 : Nelayan kapal kecil
C4 : Nelayan kecil individual
D : Keuchik/Mukim
D1 : Imeum Meunasah/Masjid
D2 : Tuha peut/lapan
E : Syahbandar
E1 : Dinas Perikanan/Kelautan
E2 : TNI/Polri
F : Panglima Laot Kota/Kabupaten dan Provinsi
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
51
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
52
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
53
kekerabatan lebih intim dengan anggota pihak karong, hal ini disebabkan oleh
adat menetap nikah matrilokal (Umar, 1986:30-31).
Kelompok kekerabatan yang lebih besar adalah kawom, terdiri dari orang-
orang yang yang masih menyadari sebagai satu keturunan garis laki-laki
sepanjang mereka masih berinteraksi satu sama lain. Orang Aceh masih banyak
yang memiliki atau menyimpan silsilah dari kerabat-kerabatnya yang disebut
sarakata. Anggota kelompok ini akan diundang untuk berkumpul ketika ada
kegiatan-kegiatan keluarga terutama dalam upacara yang berhubungan dengan
lingkaran hidup individu seperti pernikahan, melahirkan, kematian dan lain
sebagainya. Dengan demikian, sesama anggota kawom diharapkan saling
membantu baik secara moral, sosial, ekonomis maupun keamanan.
Apabila salah satu anggota kawom akan mengadakan kenduri, misalnya,
anggota kawom lainnya berkewajiban untuk membantu dalam bentuk tenaga,
materi, atau uang dalam adat teumulong. Demikian pula, apabila terjadi musibah
atau gangguan kemanan, biasanya kawom akan mencoba mencarikan jalan keluar.
Namun, peran Kawom saat ini cenderung menurun. Hal ini terjadi karena
antar anggota kawom tidak lagi tinggal dalam satu wilayah sebagai akibat tingkat
mobilitas yang tinggi. Selain itu, karena masing-masing anggota kawom memiliki
kesibukan yang cukup tinggi maka mereka menjadi sulit untuk melakukan
kegiatan-kegiatan bersama.
Bentuk kelompok lain yang tidak berdasarkan garis keturunan adalah
rakan-sahabat. Pada mulanya hubungan antara anggota kelompok terbentuk
karena persamaan kepentingan, sepengajian, seperjuangan, atau persamaan
pekerjaan. Seringkali hubungan sosial ini sedemikian dekat sehingga dapat setara
bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kawom dan diperhitungkan
secara turun-temurun.
Dalam praktik budaya masyarakat Aceh, perlindungan anak dilakukan
secara bertingkat. Jika anak tidak dapat dilindungi oleh orang tuanya, maka
fungsi itu beralih kepada kakek/neneknya baik dari garis bapak maupun dari garis
ibu. Selain itu, fungsi itu dapat juga diambil oleh salah seorang saudara bapak
atau ibunya. Dalam kondisi dimana anak memiliki saudara tua yang mampu maka
perlindungan dilakukan oleh saudaranya. Bahkan kalau semua tidak ada lagi
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
54
perlindungan terhadap anak dapat juga dilakukan oleh saudara sepupunya yang
lebih tua darinya.
Dalam perlindungan seperti ini maka diharapkan kemungkinan anak
terlantar atau tidak terlindungi akan lebih kecil. Anak menjadi tanggungjawab
bersama dari sebuah kawom yang berjumlah lebih besar. Dengan demikian
diharapkan anak akan selalu terlindungi dan dapat hidup normal hingga ia mampu
mandiri.
Pada kasus anak yang tidak memiliki keluarga yang mampu untuk
menghidupinya, maka tanggung jawab beralih pada masyarakat. Dalam
masyarakat fungsi perlindungan pertama diambil oleh petua adat yang mampu
untuk menghidupi si anak sampai ia dewasa. Kalau tidak maka imum chik atau
teungku akan menghidupi si anak dalam dayahnya. Di sana ia dapat tinggal dan
hidup seperti anak teungku sendiri sambil belajar ilmu agama.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
55
Masyarakat
Ulama -
Keuchik Teungku
Petua Adat
Tuha Peut
Ayah Ibu
Orang Tua
Anak
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
56
Nama suatu gampong di Aceh sering kali memiliki sejarah dan asal-usul
sendiri. Secara umum, penamaan ini berhubungan dengan beberapa latar
belakang, di antaranya peristiwa sejarah yang pernah terjadi di tempat itu atau
nama benda tertentu, atau keadaan setempat yang merupakan bagian dari suatu
kawasan dan juga asal-usul penghuninya, atau nama klan atau marga. Nama
gampong Lampulo sering kali dihubungkan dengan lokasi di mana gampong ini
berada, yaitu di pinggiran sungai (krueng) dan tepi laut yang sering kali tenggelam
(lam-pulo) bila musim penghujan atau terjadi pasang air laut
Menurut narasumber8, Lampulo awalnya tergabung di dalam desa
Kampung Mulia. Pada 1951 Kampung Mulia terpecah, di mana desa Lamdingin
menjadi desa sendiri dan selanjutnya pada 1953 terpecah lagi menjadi desa
Lampulo dan desa Peunayong. Kepemilikan tanah di Lampulo dikuasai oleh
beberapa orang diantaranya tanah milik Teungku Dipulo yang merupakan kaki
tangan Belanda (uleebalang) dan juga orang keturunan Cina9. Mereka menguasai
daerah Lampulo secara keseluruhan sehingga disebut sebagai tuan tanah dengan
pengaruh yang kuat di daerah tersebut. Karena uleebalang ini tidak memiliki
interaksi yang baik dengan masyarakat, maka semua area tanahnya pun dipagar
tinggi.
Orang cina yang memiliki tanah di Lampulo terutama di lorong tiga itu
bernama Mok Wan. Mok Wan ini mempunyai tanah yang cukup luas di sebagian
besar tanah desa Lampulo tepatnya di Lorong tiga. Profesi Mok Wan adalah
pedagang yang juga memasok barang illegal dari Sabang ke Aceh. Barang yang
dipasok adalah barang selundupan, seperti bahan makanan, korek api cap
“Semut”, keramik, dan lain-lain. Perdagangan yang dilakukan Mok Wan ini
dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi terhadap pemerintah.
Setelah peristiwa kemerdekaan Republik Indonesia pada 1945, terjadi
peristiwa penangkapan Mok Wan dan selanjutnya tidak diketahui lagi berita
keberadaannya. Dengan hilangnya Mok Wan ini menimbulkan perubahan di
daerah Lampulo, khususnya masalah kepemilikan tanah. Tanah yang dahulunya
8
Ahong, salah satu warga Tionghoa yang yang mengerti perkembangan desa Lampulo dan mantan
Keuchik Lampulo, Abdulah.
9
Keberadaan orang China di Aceh, sudah dapat diidentifikasi dalam jaman Kesultanan terutama
dari suku Hakka (lihat Reid, 2006: 5-6).
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
57
dikuasai Mok Wan diambil alih oleh warga asli yang bernama Yusuf. Lalu Yusuf
memberikan sebagian tanahnya itu kepada masyarakat asli yang sudah menempati
lahan tersebut. Pemberian itu menimbulkan perebutan lahan dari penduduk
lainnya. Kondisi tersebut membuat pemerintah turun tangan, yang dalam hal ini
diwakili Keuchik. Keuchik membuat kebijakan dengan membagikan tanah seluas
15 X 15m kepada penduduk asli yang sudah menikah. Hal ini disepakati warga
sehingga tidak terjadi perebutan tanah dan warga pun membayar sebesar Rp.
25.000,00 sebagai biaya pengurusan sertifikat dan pengukuran kepemilikan tanah.
Kekuatan politik pemerintah pun menjadi semakin kuat untuk menguasai wilayah
ini. Sebagian besar tanah yang diambil alih Yusuf dijual ke dinas perikanan.
Selanjutnya, dinas perikanan membangun pelabuhan perikanan yang dilanjutkan
dengan membangun rumah untuk pegawai-pegawainya.
Jumlah penduduk di desa Lampulo belum banyak dan terkonsentrasi di
wilayah pesisir sungai saja. Penduduk yang tinggal di Lampulo umumnya adalah
penduduk asli. Namun, sejak sekitar tahun 1932 penduduk Lampulo sudah
terdapat suku Jawa dan satu rombongan Cina yang terdiri dari tiga atau empat
keluarga. Tetapi pada tahun 1953 penduduk asli yang tinggal di Lampulo tercatat
berjumlah 28 KK dan secara keseluruhan mereka itu berasal dari satu keluarga.
Sedangkan dari jumlah tersebut, penduduk dari Cina sudah tidak lagi menempati
Lampulo, dan penduduk dari suku Jawa masih ada sedikit yang bertempat tinggal
di pesisir sungai. Dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya
perdagangan di Lampulo maka penduduk yang berasal dari desa-desa sekitar dan
para pendatang yang masuk ke Lampulo, seperti dari Bireun dan Sigli, Pidie
semakin banyak. Pendatang dari Sigli, Pidie ini banyak yang menetap di wilayah
lorong dua dan lorong empat, dimana dahulunya adalah milik Teungku Dipulo.
Lampulo disebut sebagai kampung Bidok yang mempunyai dua makna
yaitu sinonim dari tempat lokalisasi dan juga tempat persinggahan kapal-kapal.
Kedua hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya kapal bersandar di wilayah
Lampulo dan ramainya kegiatan nelayan dan perdagangan di sana.
Norma yang berlaku di desa Lampulo ini terbangun berdasarkan adat
istiadat Aceh yang tetap dipertahankan. Walau banyak pendatang Aceh dari
daerah lain yang masuk ke Lampulo tetapi karena adat istiadatnya sama maka
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
58
norma yang berlaku tidak mengalami perubahan. Yang berbeda adalah cara-cara
dan kebiasaannya saja yang bersifat teknis, seperti cara hidangan pesta di mana
kebiasaan dari luar Lampulo itu terbuka. Untuk kebiasaan Lampulo, hidangan itu
tertutup dan dibuka oleh istri kepala kampung atau istri tua-tua kampung.
Kebiasaan tidak melaut di hari Jumat masih berlaku sampai sekarang. Hal
ini terjadi karena ada larangan dan kalau ada yang melanggar si pelanggar
ditangkap dan didenda oleh Panglima Laot beserta pembantunya. Larangan
melaut di hari Jumat terkait dengan kewajiban menjalankan ibadah sesuai dengan
syariat Islam.
Kebiasaan lain yang masih berlangsung hingga saat ini adalah khanduri
baik untuk kegiatan sosial maupun untuk hajatan warga tertentu. Warga lain
biasanya turut berpartisipasi untuk menyukseskan kegiatan tersebut secara gotong
royong. Jika ada warga yang tidak turut serta di dalam kegiatan sosial tersebut,
maka akan dikenakan sanksi. Sanksi sosial yang diberikan dapat berupa
pengucilan masyarakat.
Kehidupan sehari-hari masyarakat itu dijalani dengan menempati suatu
bangunan rumah di mana mereka bisa berkumpul bersama sebagai suatu keluarga.
Bentuk bangunan rumah yang didiami warga adalah rumah panggung, yang
terbuat dari kayu dengan model ciri khas Aceh.
Sebagian besar penduduk bermata pencarian sebagai nelayan. Mereka
menggunakan sampan tradisional dan pola kehidupan mereka pun masih
sederhana di mana hasil tangkapannya lebih banyak digunakan untuk dikonsumsi
sendiri dan sebagian lagi dijual ke Pasar Aceh. Waktu untuk mencari ikan
dilakukan para nelayan itu kapan saja mereka inginkan, di saat kebutuhan dapur
sudah kosong maka mereka mencari ikan.
Semakin berkembangnya kota maka daerah seperti Lampulo juga menjadi
daerah yang ditata untuk mendukung pengembangan kota. Karena daerah
Lampulo merupakan daerah nelayan maka pemerintah setempat mengembangkan
kawasan perikanan yang pelabuhannya dibangun pada 1980. Dimulai dari tempat
perdagangan ikan dengan transaksi dagang yang tidak terlalu besar, transaksi jual-
beli antara nelayan dan pedagang di tempat pelelangan itu semakin berkembang.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
59
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
60
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
61
PKK
Ketua : Nurhayani Sekretariat Gampong
Sekretaris : Mahdalena Sa‟adah
Bendahara : Erni Munir Staff :
Pokja I, II, III dan IV Zakaria Budiman
Hanisullah
Kiyamudin
Kelompok Pemuda Delvi Meliyana
1. Gampong
2. Masjid
3. Lorong
10
Menurut penuturan keuchik Lampulo, gaji yang diterima dianggap kecil (Rp. 800.000,- dan
sering terlambat, sehingga dia sering melakukan aktivitas lain (seperti makelar tanah dan usaha
serabutan lain) untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Kondisi yang demikian juga menggoda
keuchik untuk mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kegiatan program pemulihan pasca
bencana.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
62
Selain tugas pelimpahan dari pimpinan di atasnya keuchik juga mempunyai tugas
untuk:
a. melaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan;
b. memberdayakan masyarakat;
c. memberikan pelayanan kepada masyarakat;
d. membina terselenggaranya ketenteraman dan ketertiban umum; dan
e. membangun serta memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Demikian beragam dan berat tugas seorang keuchik, baik untuk mengurusi
masalah adat maupun pemerintahan serta permasalahan-permasalahan yang
muncul pasca tsunami. Cukup wajar bila keuchik seringkali mengeluh tentang
dukungan yang diperolehnya. Oleh karena itu, keuchik Lampulo menyerahkan
otonomi permasalahan dan urusan di lorong kepada setiap kepala lorong.
Struktur pemerintahan yang dikembangkan oleh keuchik Lampulo secara
umum difokuskan pada lorong-lorong karena setiap kepala lorong memiliki
otoritas untuk memajukan lorong masing-masing dengan berbagai program,
kebijakan dan pendekatan dengan pihak luar setelah melakukan koordinasi dengan
kepala desa. Seperti juga di seluruh Aceh, kepala Keuchik dibantu oleh tuha peut
yang berperan membantu memberikan masukan kepada kepala desa yang
mengambil kebijakan. Peran mereka cukup signifikan di dalam setiap kebijakan
pemerintah desa karena yang menduduki jabatan tuha peut adalah mereka orang-
orang tua kampung dan telah lama menetap di desa. Di samping itu, ada tuha
lapan, pengurus LKMD yang bertugas sebagai perintis dan pelaksana
pembangunan desa untuk kepentingan masyarakat. Tuha peut dan tuha lapan
selain ada di tingkat desa, juga ada di tingkat lorong, yang bertugas untuk
membantu kepala lorong dalam menjalankan tugasnya.
Informasi tentang GAM secara umum kurang banyak yang bisa
disampaikan oleh informan. GAM sendiri sulit dipisahkan dari masyarakat karena
mereka menjadi satu dengan anggota masyarakat lainnya. Mereka memiliki kartu
tanda pengenal dan bekerja seperti masyarakat lain pada umumnya. Walau
masyarakat sendiri mengalami tekanan yang sangat berat dan merasa khawatir
jika pihak militer atau pihak GAM datang, namun, menghadapi situasi tersebut,
sikap dan tanggapan masyarakat tampak biasa saja. Hal ini dimungkinkan karena
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
63
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
64
(2) Berkurang serta rusak dan musnahnya sarana lembaga agama, adat, dan sosial
pada tingkat mukim dan gampong (meunasah dan bale), menyebabkan
kegiatan sosial dan budaya tidak berjalan sebagaimana mestinya.
(3) Tidak kondusifnya kondisi keamanan sehingga menjadi kendala bagi
berkembangnya lembaga-lembaga tradisional tersebut.
Dalam upaya memfungsikan kembali hubungan kekerabatan antar
masyarakat dan kegiatan sosial lainnya melalui lembaga agama, adat, dan sosial
lainnya tingkat mukim dan gampong, maka perlu ada kebijakan dan strategi
pemberdayaan lembaga agama, adat dan sosial yang ada di Aceh, terutama di
wilayah yang terkena bencana. Kebijakan dan strategi pengembangan
kelembagaan agama, adat dan sosial lainnya dalam rangka pemulihan kembali
masyarakat ini harus didasarkan kepada kondisi sosial masyarakat Aceh sebelum
terkena bencana dan tetap dalam kerangka otonomi khusus sesuai Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2001. Kebijakan yang dilakukan adalah:
(1) Meningkatkan peran serta lembaga agama, adat, dan sosial lainnya tingkat
mukim dan gampong dalam penyusunan rencana dan kebijakan, dengan cara :
a. Pelibatan perangkat mukim dan gampong dalam pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi,
b. Peningkatan peran dewan penasihat mukim dan gampong, serta dewan
ulama mukim dan gampong dalam pengawasan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi serta
c. Peningkatan kapasitas dan peran lembaga agama, adat, dan sosial lainnya
dalam menghadapi ancaman bencana alam dan buatan, berpartisipasi
dalam proses kebijakan publik melalui pelatihan-pelatihan teknis
manajerial, pengembangan sistem deteksi dini, serta pengembangan
ruang dan mekanisme partisipasi.
(2) Memfasilitasi sarana dan prasarana agama, adat, dan sosial lainnya di tingkat
mukim dan gampong, dengan dua cara. Pertama, penyediaan sarana dan
prasarana sosial dan ekonomi lembaga agama, adat, dan sosial lainnya. Di
tingkat mukim dan gampong dilakukan pembangunan meunasah dan bale
sebagai tempat bermusyawarah. Kedua, fokus penguatan dan optimalisasi
fungsi pada kedua lembaga (mukim dan gampong) tersebut karena memiliki
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
65
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
66
masih berharap pada perangkat desa dan pemimpin mereka untuk berperan aktif
dalam rangka membangun desa khususnya dan Aceh pada umumnya.
Munculnya tokoh-tokoh baru untuk membantu para korban di desa relatif
akan lebih membantu proses rehabilitasi dan rekontruksi di tingkat desa.
Masyarakat sangat berharap pada tokoh baru ini untuk dapat terus berperan aktif
mempercepat dan membantu warga masyarakat desa/kelurahan untuk proses-
proses pemulihan kehidupan mereka. Umumnya, kelompok diskusi menyebutkan
bahwa banyak lembaga-lembaga pemerintahan asing, perusahaan, mahasiswa,
partai politik, NGO (lokal, nasional dan internasional) yang telah memberikan
bantuan dalam bentuk pengadaan logistik, pelayanan kesehatan, pendidikan,
bahkan rencana untuk membangun perumahan. Tetapi banyak pula NGO yang
hanya melakukan pendataan dan berjanji akan membantu korban, namun janji-
janji tersebut lambat ditepati.
Kurang berfungsinya pranata sosial menyebabkan banyak warga
masyarakat yang merasa tidak diperhatikan oleh pemerintah dan tidak memiliki
saluran untuk menyampaikan aspirasinya. Dampak berikutnya adalah masyarakat
mulai tidak percaya terhadap peran pengurus atau pelaksana pemerintahan desa.
Kondisi inilah yang menyebabkan mayarakat berjalan secara individual dan akan
menjadi kendala terhadap perencanaan pembangunan desa atau pelaksanaan
proses-proses rehabilitasi dan rekontruksi yang akan dilaksanakan.
Di sisi lain, kurangnya pertemuan atau musyawarah desa yang dilakukan
juga menyebabkan kurangnya peluang masyarakat untuk menyampaikan
aspirasinya. Oleh sebab itulah partisipasi masyarakat dalam proses atau
pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi relatif rendah. Kalaupun ada pertemuan-
pertemuan atau musyawarah desa, hal itu lebih diarahkan untuk pendekatan
proyek, untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan program dari pihak luar seperti
untuk pembagian bantuan dan pembentukan kelompok usaha ekonomi dan
relokasi.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
67
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
68
warga antar dusun, karena pelaksanaan shalat Jumat hanya diadakan di mesjid
desa.
Apabila ada pertandingan antar desa, maka perekrutan peserta yang akan
mengikuti pertandingan dipilih dari semua dusun. Begitu juga dengan kegiatan
ibu-ibu PKK, walaupun setiap dusunnya memiliki organisasi sendiri tapi pada saat
pertandingan antar desa mereka akan bersatu untuk mewakili desa Lampulo.
Penduduk asli desa Lampulo kebanyakan masyarakat dusun Tuan
Dipulo dan Tgk. Teungoh, sedangkan dusun Malahayati dan Tgk. Disayang
didominasi oleh pendatang. Masyarakat lorong dua dan empat kebanyakan
berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, baik sebagai pegawai maupun birokrat.
Sementara itu, warga di lorong satu dan tiga kebanyakan bekerja sebagai nelayan,
pedagang atau penjual ikan.
Lorong yang termiskin adalah lorong tiga yaitu lorong yang letaknya di
belakang TPI. Oleh sebab itulah mereka memperoleh sumbangan dan bantuan
paling banyak. Selain itu, warga lorong satu juga memperoleh sumbangan dan
bantuan yang besar pula. Sementara itu, warga lorong dua dan empat cenderung
lebih apatis dan lebih sering mencari kegiatan sendiri keluar dari desa.
Kekompakan warga Lampulo secara garis besar dapat dibagi dua, yakni:
warga lorong satu dan tiga lebih kompak, sedangkan warga lorong dua kompak
dengan lorong empat. Keadaan tersebut hanya diketahui oleh masyarakat
Lampulo sendiri (internal), masyarakat luar pada umumnya tidak melihat adanya
ketidakkompakan antar dusun di desa ini.
Menurut Keuchik Lampulo, timbulnya otonomi di tingkat dusun terjadi
akibat tuntutan warga di lorong dan keterbatasan kemampuan keuchik dalam
mengatasi berbagai masalah yang muncul di tiap lorong . Permasalahan dapat
muncul karena wilayah Lampulo yang luas dan kepadatan penduduk yang
tinggi.lebih mudah mengumpulkan masyarakat di tingkat dusun dari pada tingkat
desa.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
69
yang lain. Berdasarkan data dari desa sebelum tsunami, jumlah keluarga di lorong
satu sebanyak 510 keluarga. Namun, berdasarkan pendataan bulan november 2006
--setelah tsunami-- jumlah keluarga sudah mencapai 558. Menurut keuchik
Lampulo, kenaikan ini disebabkan terjadinya pemecahan dari keluarga induk, dan
adanya pendatang baru. Pemecahan keluarga dilakukan meskipun keluarga yang
selamat dari tsunami tidak semuanya dalam kondisi lengkap, ada yang tinggal
bapak dan anak, anak dengan ibu, tinggal ibu dan bapak atau tinggal anak saja.
Pemukiman di lorong satu termasuk padat penduduknya dibandingkan
dengan lorong-lorong yang lain (lihat peta pemukiman Gambar 2.9). Sarana
umum yang terdapat di lorong ini antara lain, kantor desa, Puskesmas, Masjid
besar, balai pertemuan, pelabuhan dan pusat pelelangan ikan. Karena letak lorong
satu yang menjadi pusat kegiatan sosial ekonomi, maka lorong ini mempunyai
jaringan yang luas, baik secara internal maupun eksternal. Dengan posisi seperti
itu, sangatlah wajar bila lorong ini banyak ditinggali oleh pendatang dari luar
gampong.
Kepala lorong merupakan jabatan yang dipilih oleh warga secara langsung
untuk jangka waktu lima tahun. Berbeda dengan keuchik yang memperoleh
tunjangan sebagai pegawai negeri, seorang kepala lorong tidak mendapatkan
tunjangan honorer dari pemerintah desa. Oleh karena itu kebanyakan kepala
lorong mempunyai pekerjaan lain, untuk menunjang kehidupan mereka. Sebagai
contoh, kepala lorong satu saat ini dijabat oleh M. Zubir Ali, yang juga bekerja
sebagai pedagang.
Secara umum tugas kepala lorong adalah membantu tugas keuchik di
wilayahnya masing-masing. Selain tugas pelimpahan dari pimpinan di atasnya
(keuchik) yakni melaksanakan kegiatan pemerintahan lorong; kepala lorong juga
bertugas memberdayakan masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat,
membina terselenggaranya ketenteraman dan ketertiban umum, dan membangun
serta memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Selain itu, kepala
lorong juga bertugas untuk menjaga dan memelihara kelestarian adat dan adat-
istiadat, kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan
menyelesaikan konflik yang muncul dalam wilayahnya.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
70
Kelompok
Pemuda Lorong
Kerabat - Tetangga
Keluarga anggota
Lorong
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
71
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
72
Analisis kapital sosial yang tertambat pada lorong dan desa Lampulo dapat
dilihat dalam Tabel 2.2.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
73
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
74
berpendidikan tinggi
dan menjadi pejabat
Panglima - Anggota berasal dari Rendah - Lokasi desa dekat Sedang
Laot berbagai desa di Banda pusat kota .
Aceh - Lokasi berada di
- Berasal dari desa lain pelabuhan dan
- Selama konflik tidak pelelangan ikan
banyak berperan
- Wilayah kerja tumpang
tindih dengan panglima
laot Banda Aceh dan
propinsi
- Pergantian kepemimpinan
diwarnai dengan konflik
Sumber : Hasil analisis dari wawancara dan pengamatan.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
75
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
76
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
77
Terjemahan
Jangan bergantung pada orang lain
Meskipun begitu baik orang membantumu, dia tidak akan dapat menolong ibu
yang tidak mampu mendorong dirinya sendiri
Hidup bersama dan meninggal dalam keadaan baik
Saling membantu, perkuatlah negerimu dengan saudaramu
Kesejahteraan berasal dari kerja keras, dan jangan membuka tanganmu untuk
meminta belas kasihan
Air yang dalam selalu diikuti oleh yang dangkal, setelah kerja keras, akan ada
kemudahan
Kata-kata bijak dalam bahasa Aceh ini menunjukkan bahwa terdapat nilai-
nilai yang mendukung ketahanan dan kemandirian diantara orang Aceh yang
membentuk kapital sosial. Kata-kata ini memampukan orang Aceh dalam
menghadapi konflik dan bencana Tsunami.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
78
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
79
atau hukuman yang akan diterima bagi orang yang tidak melakukan atau
melanggar reusam yang berlaku. Biasanya sanksi yang diperoleh diperkuat
dengan kepercayaan atau agama, karena tidak hanya mendapatkan hukuman di
dunia tetapi juga akan menerima hukuman di neraka setelah meninggal. Sanksi
yang diberlakukan antara lain berupa pengucilan, denda dan diusir dari lembaga
sosial yang ada bahkan dari gampong (Melalatoa, 1980). Pengendalian sosial
dalam masyarakat ini diperkuat dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2000.
Institusi Gampong
Kerabat - kawom
Keluarga Inti
Keuchik - Keplor
Ulama - teungku
E
Panglima Laot
Tuha - peut
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
80
11
BRR and International Partners (2005), hal 45 and World Bank (2006b), hal 23.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
81
12
Anonimus, 2006, Village Survey In Aceh : An Assessment Of Village Infrastructure And Sosial
Conditions, The Kecamatan Development Program
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
82
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
83
Hal ini menjadi kekuatiran banyak pihak mengenai banyak pihak seperti yang
ditunjukkan dalam studi problematika kebudayaan di Aceh (Tripa, 2006). Kondisi
tersebut dapat menjadi lebih parah lagi bila memperoleh pola penanganan pasca
bencana yang kurang tepat. Pola penanganan pascabencana akan dibahas di bab
tiga.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
79
Tabel 2.3. Analisis Kapital Sosial yang Ada (Bonding) di Gampong Lampulo
Aspek kapital sosial Kepala Lorong/Dusun Keuchik/Kepala Meunasah Panglima Laot Kekerabatan
Gampong
Kebutuhan Menjadi wakil keuchik di tingkat Administratif – adat yang Keagamaan – kegiatan yang Ekonomi – kegiatan yang Kegiatan yang berkaitan
lorong, untuk masalah berhubungan dengan kegiatan siklus berhubungan dengan siklus berhubungan dengan mata dengan siklus kehidupan
administratif dan kegiatan adat kehidupan, pengendalian social kehidupan, pengendalian pencaharian sbg nelayan
di tingkat lorong sosial
Proses pemilihan Diplih secara langsung oleh Dipilih secara langsung oleh semua Pimpinan Meunasah/masjid Sebelum kemerdekaan, Melalui keturunan dan
warga lorong untuk periode 6 warga desa untuk periode 6 tahun. diplih dengan cara panglima laot berdasarkan perkawinan
tahun.. Setelah tsunami semua 3 Keuchik yang ada sekarang sudah 30 musyawarah tokoh-tokoh keturunan. Namun sekarang
dari kepala lorong meninggal, tahun lebih sebagai pegawai di desa dipilih secara langsung dari
sehingga sementara ditunjuk pemerintahan desa antara pawang senior yang
oleh keuchik dianggap cakap memimpin
untuk periode 5 tahun
Informasi dan Proses komunikasi yang terjadi Pertemuan secara pribadi Pertemuan secara pribadi Pertemuan secara pribadi Silaturahim, Informasi dan
lewat jalur komunikasi informal Pertemuan rutin dan bila dibutuhkan Pertemuan rutin dan bila Pertemuan bila dibutuhkan komunikasi dalam pertemuan
komunikasi ketetanggaan, karena keplor Informasi lewat media (langsung dibutuhkan (waktu sholat dan Informasi lewat pawing, muge keluarga, dan kegiatan yang
tinggal dalam lorong yang sama. keplor) maupun tulisan perayaan hari besar agama) dsb, lewat tulisan berhubungan dengan siklus
Dan lewat kegiatan-kegiatan di Informasi lewat media hidup keluarga, pertemuan
lorong. informal
Kepercayaan & Harapan
Alasan saling percaya Mengenal dari dekat, karena Terpenuhinya kebutuhan administratif Terpenuhinya kebutuhan Terpenuhinya kebutuhan bidang Terpenuhinya kebutuhan
tinggal di lorong yang sama dan adat, nilai, aturan adat bidang keagamaan, Nilai, ekonomi, Nilai, aturan adat laot keluarga, nilai, aturan kerabat
aturan agama
Cara saling percaya Menghormati, mempercayakan Menjalankan nilai, aturan adat yang Menjalankan nilai, aturan Menjalankan nilai, aturan adat Menjalankan nilai, aturan
aspirasinya utk dipenuhi berlaku agama yang berlaku laot yang berlaku adat keluarga yang berlaku.
Indikator tidak percaya Berbicara mengenai Kekecewaan diantara warga yang Belum nampak kekecewaan Kecewa demonstrasi, mengganti Kecewa dan tidak datang
ketidakpuasannya di belakang dikemukakan lewat lisan dan warga pada pemimpin agama pada acara keluarga
kepala lorong demonstrasi, karena kasus kecurigaan
korupsi
Pola hubungan
Status dan peran Tetangga, pemimpin formal dan Rakyat – penguasa- pemimpin adapt Umat – pemimpin umat Nelayan, pekerja, pawang toke Keluarga batih (wareh) ,
informal bangku, muge , pemilik keluarga besar (kawom)
boat/jarring/modal , panglima
laot
Jaringan
Jaringan antar individu Hubungan langsung antar Antar tetangga lorong (terutama lr 1 Antar individu yang terlibat Antar individu yang saling Antar individu dalam
tetangga dan 3 yang menganggap penduduk alam kegiatan keagamaan. berkaitan dengan mata keluarga batih dan keluarga
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
80
asli) dan gampong, antar individu pencaharian sebagai nelayan besar (wali, karong)
yang mempunyai mata pencaharian
saling berkaitan, antar individu terlibat
dalam kegiatan adat
Jaringan individu dg Individu dengan keplor Individu dengan keplor, keuchik, tuha Individu dengan Imeum Individu, muge, toke, panglima Institusi gampong
peut menasah, imeum masjid, mpu laot, ASPII, Dinas perikanan,
institusi TNI-Polri-GAM
Jaringan antar institusi Lorong dengan gampong, keplor Institusi gampong horizontal Meunasah, masjid, majelis Institusi gampong, panglima laot Institusi gampong
dengan imeum meunasah dan (meunasah, tuhapeut, panglima laot permusyawaran ulama (mpu) kota, provinsi, dinas perikanan,
lembaga gampong lainnya dsb) TNI-Polri
Institusi vertikal (mukim, camat, kota
madia, provinsi, pusat)
Norma – reusam
Hak Diterima dan dihargai Diterima dan dihargai Diterima dan dihargai Melakukan kegiatan pencarian Mendapatkan bantuan
Mendapat bantuan bila Mendapat bantuan bila memerlukan mendapatkan bantuan bila ikan dan menjual di tempat kerabatnya bila memerlukan
memerlukan memerlukan pelelangan ikan
Kewajiban Tidak melakukan kegiatan yang Tidak melakukan kegiatan yang Mengikuti kegiatan-kegiatan Larangan melaut pada hari Memberikan bantuan kepada
bertentangan dengan kebiasaan bertentangan dengan kebiasaan keagamaan Jum‟at dan hari besar lainnya kerabat lain bila dibutuhkan
masyarakat masyarakat Memberikan sumbangan Memberikan sumbangan harta,
Ikut berpartisipasi dalam Ikut berpartisipasi dalam kegiatan materi dan materi tenaga pada kegiatan tertentu.
kegiatan adat/kemasyarakatan adat/kemasyarakatan
Memberikan sumbangan materi Memberikan sumbangan materi dan
dan non materi non materi
Sanksi 13 Didenda Didenda Tidak mendapatkan bantuan Menahan perahu dan alat Tidak mendapat bantuan dari
Diasingkan Diasingkan bila memerlukan tangkap selama tiga hari, hasil kerabatnya bila membutuhkan
Tidak mendapatkan bantuan bila Tidak mendapatkan bantuan bila Diasingkan tangkapannya disita Diasingkan
memerlukan memerlukan
Sumber : Diolah dari hasil wawancara dan diskusi
13
Sesuai dengan pasal 19 no 7 tahun 2000, sanksi untuk menyelesaikan perselisihan di tingkat gampong, menyebutkan penyelesaian perselisihan dapat digunakan:
a. Memberikan nasehat
b. Memberikan peringatan
c. Meminta maaf kepada publik, di meunasah atau mesjid, yang diikuti upacara peusijuk
(pengampunan)
d. Pengampunan
e. Memberikan ganti-Rugi
f. Diasingkan sebagai anggota masyarakat gampong
g. Diusir dari gampong masyarakat
h. Revokation adat sebutan/judul
i. Dan lain format menghukum sejalan dengan adat istiadat setempat
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
81
Lorong dua
Lorong tiga
Lorong empat
Kantor Desa
Lorong satu
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
82
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
83
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
84
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
85
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
BAB III
KAPITAL SOSIAL ORGANISASI
LUAR LAMPULO
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
87
benda fisik dan non fisik. Beberapa narasumber yang selamat1 dari bencana
tsunami menuturkan bahwa, bahwa setelah mendapati diri mereka masih selamat,
mulai mencari anggota keluarga yang lain. Berikut pengalaman dari seorang
korban yang selamat dari bencana tsunami :
Pada saat itu saya sedang minum kopi di Peunayong; tiba-tiba
terjadi gempa keras dan diikuti gempa susulan beberapa kali,
sehingga semua orang yang di kedai kopi berlarian keluar.
Setelah kejadian gempa tersebut saya pergi ke toko untuk
membeli roti dan pulang ke rumah. Sebagai keuchik saya
menyempatkan diri untuk berkeliling gampong dan berbicara
dengan beberapa warga mengenai kejadian gempa dan
kerusakan-kerusakan yang terjadi. Ketika sedang berbicara
dengan warga tiba-tiba ada teriakan adanya gelombang pasang
air laut, sehingga semua orang berlarian pergi ke rumah
masing-masing untuk menyelamatkan diri dengan mengajak
anggota keluarga mereka. Saya sendiri pada waktu itu setelah
pulang ke rumah mengajak istri, anak dan cucu untuk pergi ke
rumah mamak di Kampung Mulia, mengajak mereka
menyelamatkan diri dengan naik mobil. Namun malangnya
sebelum pergi, kami semua terkena gelombang tsunami,
sehingga saya hanyut terkena gelombang sampai tersangkut
pada sebuah rumah yang sudah hancur dindingnya. Namun
karena kuatnya gelombang tsunami, saya hanyut kembali. Pada
saat hanyut kembali saya dapat berpegangan pada batang
kelapa, sehingga masih dapat bernafas, sampai tersangkut pada
kuda-kuda suatu rumah, sampai air surut kembali. Namun
belum sempat saya dapat turun dari pegangan saya di kuda-
kuda, tiba-tiba datang lagi gelombang besar untuk kedua
kalinya, namun saya mampu berpegangan pada kuda-kuda
dimana saya berada sampai air surut kembali. Setelah air
kembali surut saya tidak mampu turun dari kuda-kuda itu,
karena saya merasakan kaki saya lumpuh2. Pada waktu masih
di atas kuda-kuda, saya diketemukan oleh cucu saya, yang
membantu saya untuk turun dan membawa saya ke depan
gedung DPRD Banda Aceh, dan selanjutnya membawa saya ke
tempat adik saya yang pegawai PLN di Lambaro. Kami tidak
berani kembali ke gampong karena merasa tidak aman. Pada
waktu berada di tempat adik saya, muncul isu yang menyatakan
bahwa air naik lagi, sehingga saya melarikan diri lagi ke Blang
1
Orang-orang yang selamat pada umumnya mereka yang pada saat terjadinya gempa dan tsunami
sedang berada di laut dan tidak kembali ke daratan, orang-orang yang berhasil menyelamatkan diri
menjauhi pantai dan orang yang hanyut karena gelombang tsunami namun dapat selamat atau
terselematkan. Gelombang tsunami terjadi dua kali dengan selang waktu 1 menit.
2
10 hari setelah tsunami ketika berobat ke sebuah NGO dari Jepang di Ketapang, dinyatakan
bahwa kelumpuhan dari geuchik pada waktu itu karena mengalami trauma yang berat, sehingga
tidak mampu berjalan.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
88
3
Blang Bintang merupakan lokasi lapangan terbang yang berjarak + 20 km dari gampong
Lampulo, dimana kebanyakan pengungsi melarikan diri, karena daerah tersebut dianggap aman.
4
Narasumber menceritakan pengalaman tersebut dengan mencucurkan air mata, teringat
pengalaman dramatis yang akhirnya menewaskan istri, anak dan cucunya.
5
Wawancara, Maret 2008. Keuchik Lampulo ini pernah diundang oleh Presiden Megawati ke
istana Negara, karena pernah mendapatkan predikat kepala desa teladan dari Nangroe Aceh
Darusalam; dan telah mengabdikan diri sebagai perangkat desa lebih dari 30 tahun.
6
Informasi yang senada juga disampaikan oleh Sabar, Furqan dan beberapa korban lain yang
selamat.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
89
alternatif bagi tetangga dan seluruh anggota lorong tiga yang selamat. Seperti
pengalaman yang dikemukakan oleh Pawang Anwar di bawah ini :
Pada waktu terjadi gempa dan tsunami, saya masih di laut dengan
anak buah kapal lainnya sedang mencari ikan, saya mendengar
adanya dentuman keras sebanyak 2 kali. Bagi saya yang sudah
terbiasa tinggal di daerah konflik dentuman itu merupakan hal
yang biasa, karena seringnya terjadi kontak senjata di sekitar
gampong. Namun beberapa saat setelah dentuman ini, saya
merasakan adanya gelombang yang besar yang mengarah ke
daratan. Berdasarkan naluri saya sebagai pawang, supaya selamat
saya harus mengarahkan kapal menuju tengah laut, agar kapal
dan beserta isinya tidak dihantam ke daratan. Setelah gelombang
mulai berkurang, mulai mengarahkan kapal menuju daratan
untuk melihat sedang terjadi apa di darat. Sepanjang menuju ke
daratan saya melihat banyak mayat dan puing-puing terombang-
ambing di tengah laut, selain itu saya sempat menyelamatkan
beberapa orang yang masih hidup di tengah laut. Melihat
keadaan tersebut, saya mulai bergegas pulang untuk melihat
apakah yang sedang terjadi dengan anggota keluarga saya di
gampong. Sesampainya di gampong, saya mendapati gampong
berantakan dan tidak keruan, banyak mayat dan puing-puing.
Saya berusaha mencari-cari anggota keluarga yang mungkin
masih selamat diantara mayat yang ada, dan mencari informasi
ke kenalan yang telah mengungsi di Beurawe, namun tidak
ketemu dengan mereka. Akhirnya saya pergi ke mertua saya di
Lam Permai (Ulee Kareng), dan mendapati mereka sudah di
sana, kecuali 3 orang anak dan cucu saya yang menjadi korban
tsunami. Kami sekeluarga sementara tinggal di tempat mertua
dan mendapatkan bantuan dari mereka. Beberapa orang warga
dari lorong tiga, mendapatkan informasi bahwa kami selamat dan
aman tinggal di Lam Permai, oleh karena itu mereka minta
persetujuan agar diijinkan mengungsi juga di tempat tersebut.
Setelah mendengar permintaan mereka, saya mulai berbicara
dengan tokoh-tokoh setempat agar mengijinkan warga dari
lorong tiga Lampulo untuk mengungsi di Lam Permai. Setelah
mendapat persetujuan dan tempat yang akan dijadikan tempat
pengungsian, maka lebih dari 150 orang warga lorong tiga yang
selamat mengungsi di Lam Permai. Para pengungsi ini
mendapatkan bantuan dari warga setempat selama 2 hari,
sebelum datangnya bantuan dari luar gampong tersebut. Setelah 2
hari mulai banyak orang dan lembaga yang mengetahui tempat
pengungsian tersebut, dan datang untuk memberikan bantuan.
Mereka tinggal di Lam Permai kurang lebih selama 2 bulan,
sebelum di pindahkan ke barak Bakoy. (Wawancara, Pawang
Anwar, Maret 2008)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
90
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
91
7
Sabar sebelum tsunami bekerja sebagai petugas yang diberikan tugas oleh Geuchik Lampulo
untuk menarik uang masuk bagi orang-orang yang akan masuk ke pelabuhan dan tempat
pelelangan ikan Lampulo. Dalam masa konflik menjalankan tugas ini, tidaklah mudah, karena bila
tidak pandai membawa diri dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat konflik,
bisamenjadi korban tindak kekerasan dan target pembunuhan.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
92
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
93
Posko yang ada pada awalnya hanya ada di satu tempat. Seiring dengan
bertambahnya warga yang tinggal, dan untuk mempermudah penyaluran
bantuan dibentuk koordinator posko untuk setiap lorong. Koordinator posko di
setiap lorong tidak ditunjuk langsung oleh Keuchik, akan tetapi oleh anggota
warga dari lorong yang bersangkutan. Lorong satu, membentuk empat unit :
tanjung, beringin, kamboja, tuan dipulo. Adapun fungsi unit ini adalah untuk
memudahkan penyaluran bantuan-bantuan dari luar, menyalurkan zakat fitrah,
mendata masyarakat yang masih hidup pada masing-masing lorong. Setiap
unitnya ditunjuk seorang koordinator. Koordinator inilah yang menjadi wakil
dari masyarakat yang dibagi dalam unit-unit tertentu. Lembaga kemasyarakatan
yang akan menjalankan programnya untuk membantu masyarakat di desa
Lampulo menyampaikan perijinan melalui keuchik, selanjutnya keuchik
menghubungi setiap kepala lorong.
Gambar 3.1. Jaringan Posko Korban Tsunami
Tahap tanggap darurat
D
B
D1
A1 A2 A3 A4
F F F F F
Keterangan :
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
94
Intitusi
Luar Institusi Mukim -
Komunitas Camat
Non
Pemerintah
Keuchik – Posko
Gampong
Posko
Lorong
Kerabat
Keluarga Inti
Intitusi
Luar
Komunitas
Pemerintah
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
95
permasalahan yang timbul, seperti banyaknya rumah yang sudah mulai retak. Hal
ini terjadi setelah Non Goverment Organisation (NGO) lain masuk dan
membangun rumah dengan kualitas, bentuk dan tipe yang lebih baik dari Aceh
Relief. Secara umum masyarakat mengajukan protes setelah ada perbandingan.
Namun demikian masyarakat menerima dengan iklas karena rumah itu adalah
bantuan.
Awalnya Aceh Relief hanya memiliki program pembangunan rumah di
gampong Lhoh, Lampuyang dan Lhapeng yang terletak di kecamatan Pulo Aceh.
Namun untuk pemasokan logistik pembangunan perumahan ke Pulo Aceh harus
melewati pelabuhan di Lampulo. Semula orang-orang di Lampulo khususnya
lorong tiga hanya menjual jasa tenaga kerja untuk membantu mengangkat pasokan
material untuk dibawa ke Pulo Aceh dan jasa pengamanan, karena pada awal
tsunami daerah Lampulo masih merupakan daerah konflik. Perkembangan
berikutnya, warga lorong tiga meminta “jatah” agar Aceh Relief juga
membangun rumah di lorong tersebut. Permintaan tersebut disampaikan oleh
warga melalui melalui “koordinator jasa pengamanan” di daerah tersebut, yang
merupakan mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka(GAM). Berdasarkan
permintaan warga dan untuk mendukung program di Pulo Aceh, setelah
dipertimbangkan Aceh Relief memutuskan warga Lampulo akan dibangunkan
rumah sebanyak 50 unit. Merealisasikan keputusan tersebut Aceh Relief
mengangkat “koordinator jasa keamanan” dengan inisial (A), yang berasal dari
daerah tersebut sebagai staf organisasi dan koordinator untuk pasokan material,
serta dua orang warga setempat sebagai staf lapangan.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
96
Gambar 3.3. Pelabuhan sementara yang dibangun Aceh Relief di lr tiga Lampulo
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
97
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
98
bencana akan dilakukan secara simultan yang mencakup enam (6) aspek yaitu,
penyediaan tempat tinggal bagi korban tsunami, livelihood (pemulihan dan
pengembangan mata pencaharian), Disaster Risk Reduction (Pengurangan Resiko
Bencana), Water and Sanitation (air dan sanitasi), kesehatan dan peningkatan
kapasitas masyarakat.
Dari rekomendasi program tersebut dikembangkanlah program secara
simultan dengan nama program “Beudoh” (bangkit, bangun). Berdasarkan
pengajuan proposal program dan persetujuan donor, maka program Beudoh mulai
diselenggarakan pada bulan Maret 2005. Setelah itu mulai ditentukan penentuan
wilayah program, yang dilanjutkan dengan penandatanganan surat perjanjian
kerjasama antara masyarakat (yang diwakili oleh keuchik)8 dengan pihak Care.
Sesudah penandatangan perjanjian, kemudian mulai dilakukan persiapan-
persiapan program lebih lanjut melalui sosialisasi dan penyelenggaraan penilaian
kebutuhan secara secara partisipatif.
Tujuan sosialisasi adalah memberikan informasi kepada masyarakat
tentang program Care yang akan dilakukan bersama masyarakat. Peserta
sosialisasi adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, perwakilan pemerintah desa
dan masyarakat yang akan menerima program tersebut. Sebagian besar
masyarakat saat dilakukan sosialisasi masih tinggal di tenda-tenda pengungsian di
berbagai tempat. Sosialisasi yang difasilitasi oleh staf Care, memunculkan
berbagai pertanyaan warga mengenai kesungguhan care dan program apa saja
yang sekiranya akan diberikan.
Berbagai pertanyaan dan keraguan muncul karena pada waktu itu banyak
tawaran program yang diajukan oleh lembaga-lembaga lain. Apalagi gampong
Lampulo terletak di kota Banda Aceh, yang mempunyai kemudahan bagi
lembaga-lembaga untuk menawarkan dan memberitakan bantuan. Kondisi ini
mengakibatkan persaingan antar lembaga-lembaga pemberi bantuan dalam
8
Menurut hasil wawancara Geuchik Lampulo dan beberapa narasumber, mereka dapat menerima
program ditawarkan oleh Care karena program yang ditawarkan dianggap lebih baik dan lebih
banyak jika dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh lembaga lain. Selain itu Care juga
melibatkan warga setempat untuk menjadi staf fasilitator lapangan untuk ikut menjalankan
program tersebut. Sehingga mereka menolak tawaran program bantuan yang diajukan oleh
lembaga lain.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
99
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
100
dari pantai bagi mereka yang selamat namun desa tempat tinggalnya hancur total.
Rekonstruksi perumahan dilakukan oleh kelompok informal kecil, dimana para
anggota masyarakat dan staf konstruksi lokal bekerja sama membangun kembali
rumah. Anggota masyarakat ikut serta dalam semua langkah proses rekonstruksi.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
101
meneruskan pekerjaannya karena antara biaya hidup dan harga borongan yang
didapatkan tidak sebanding. Bisa juga terjadi karena para tenaga kerja tersebut
tidak mendapatkan kontrak langsung dari Care, tetapi mereka dipekerjakan oleh
kontraktor yang sudah mengambil keuntungan dari harga yang ditetapkan oleh
Care. Beberapa rumah berhasil diselesaikan oleh tukang, karena orang yang
dibangunkan rumahnya memberikan uang tambahan dan makanan pada para
pekerja, agar rumahnya bisa terselesaikan denga tuntas.
Menurut pihak Care mula-mula yang menjadi kendala adalah kesulitan
dalam memasok material, karena terbatasnya pasokan material bangunan dan
meningkatnya harga-harga material yang diperlukan untuk pembangunan rumah.
Sehingga harga material untuk pembangunan rumah terus meningkat. Pasokan
material yang kurang lancar juga menghambat pekerja untuk dapat bekerja terus
menyelesaikan rumah, meninggalkan pekerjaannya, dan menyelesaikan pekerjaan
mereka asal-asalan. Ditunjang juga dengan kurangnya pengawasan pekerjaan.
Sehingga setelah dilakukan evaluasi ternyata tidak sesuai dengan harapan Care,
selanjutnya untuk sementara perumahan yang akan dibangun Care International
ditunda dahulu sampai waktu yang tidak ditentukan. Menurut Alta Zaini (Keplor
Dua) saat ini Care International hanya melakukan pelunasan ongkos tukang.
“Uang bantuan itu malah habis di jalan, buat gaji orang CARE dari
bawah sampai atas. Tapi pembangunan rumah seperti sengaja ditunda-
tunda. Sedangkan tukang-tukangnya lari, tidak tahan menunggu bahan
lama-lama. Mereka „kan milih cari tempat lain,” (Wawancara, Zaini).
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
102
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
103
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
104
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
105
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
106
mengenai tujuan dari program ini, agar peserta memahami mekanisme simpan
pinjam dengan menggunakan saham yang didukung dengan bahan-bahan yang
ada. Anggota kelompok yang tertarik dengan ASPD selanjutnya membentuk
komite yang anggotanya terdiri dari anggota kelompok sebelumnya atau
membentuk kelompok baru.
Semula direncanakan 20 kelompok ASPD dibentuk di Banda Aceh.
Akhirnya disepakati dibentuk 7 kelompok saja; dan hanya 1 kelompok yang
terbentuk di gampong Lampulo. Menurut informasi dari staf Care, beberapa
kendala yang dihadapi antara lain, dalam proses sosialisasi yang dilakukan
berulangkali banyak anggota yang tidak hadir sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa anggota yang mengikuti pertemuan, ternyata banyak yang tidak
berminat tergabung dalam ASPD. Menurut mereka ASPD hampir sama dengan
koperasi, dan sebelumnya telah memiliki pandangan negatif terhadap koperasi.
Masalah lain adalah program ASDP dimulai terlambat (Juli 2007 sampai dengan
akhir program Care Januari 2008), sedangkan ASPD masa pembagian keuntungan
dihitung satu tahun.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
107
9
Menurut informasi staf lapangan BRR, kualifikasi peserta tender pada awalnya yang memenuhi
persyaratan hanya 300 kontraktor (yang pada umumnya kontraktor dari luar Aceh). Namun karena
tekanan dari berbagai pihak terutama dari pemerintah dan penguasaha lokal Aceh sehingga pada
akhirnya yang dapat mengikuti tender pembangunan di BRR mencapai 6.000 kontraktor.
Meskipun kebanyakan dari peserta tender ini tidak memenuhi kualifikasi, oleh karena itu tidak
mengherankan bila berbagai program perumahan yang diselenggarakan oleh BRR banyak yang
terbengkelai atau banyak mendapat keluhan penerima program.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
108
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
109
10
Menurut fasilitator lapangan BRR, banyak terjadi tekanan dan permintaan dari warga pada
KP4D maupun pada staf lapangan BRR agar dapat dimasukkan sebagai penerima.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
110
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
111
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
112
merencanakan untuk membangun 75 unit rumah, dan pada tahun 2006 telah
diselesaikan secara keseluruhan dengan kualitas yang memadai, terbukti dengan
tidak adanya tekanan dari masyarakat penerima bantuan. Masalah utama yang
dihadapi dalam menjalankan program di Lampulo adalah rumah yang selesai
dibangun sebagian tidak ditempati para penerima bantuan, karena kecenderungan
pemecahan jumlah Kepala keluarga menjadi beberapa Kepala keluarga. Oleh
sebab itu satu keluarga dimungkinkan memperoleh beberapa rumah. Sehingga
memunculkan beberapa rumah yang tidak ditempati.
F
G
B
C1
C
C2
H
C3
C4
Keterangan :
A : NGO Pelaksana
B : Kelompok kerja program (staf local dan staf dari NGO)
C : Pemasok material
C1 : Pemasok material local
C2 : Pemasok material fabrikasi
C3 : Pemasok tenaga kerja
C4 : Kepala tukang, tukang dan tenaga kerja
D : Kepala lorong
E : Keuchik
F : NGO Donor
G : BRR
H : Penerima bantuan
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
113
A
I
E
C
B
G1
G
G2
D
G3
H
G4
Keterangan :
A : NGO Pelaksana
B : Kelompok kerja program (KP4D)
C : Kontraktor Pelaksana
D : Kepala lorong
E : Keuchik
F : NGO Donor – Pemerintah daerah dan pusat
G : Pemasok
G1 : Pemasok material lokal
C2 : Pemasok material fabrikasi
C3 : Pemasok tenaga kerja
C4 : Kepala tukang, tukang dan tenaga kerja
H : Penerima bantuan
I : Konsultan Pengawas
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
114
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
115
Sumber : Analisis
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
116
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
117
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
118
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
119
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
120
kurang, masalah logistik dan finansial untuk memindahkan dan membeli bahan
baku. Sementara situasi jalanan, jembatan, dan pelabuhan telah rusak dan harga-
harga meningkat secara dramatis.
Seringkali lembaga yang terlibat dalam pemulihan bencana mengalami
dilema. Satu sisi menginginkan hasil yang cepat, membangun secara benar dan
berkelanjutan. Hal ini tentunya memerlukan periode perencanaan yang lama. Sisi
lain, simpati publik, perusahaan, dan pemerintah yang besar dalam bentuk
respons finansial. Oleh karena itu pihak donor dan pelaksana merasakan
kewajiban yang mendesak dan tak dapat ditunda untuk menunjukkan hasil yang
cepat, dapat dilihat, dan berskala luas. Dilema tersebut mengakibatkan
dikeluarkannya sejumlah besar sumber daya secara cepat.
Masalah lain yang dihadapi, adalah pilihan antara rekonstruksi yang
sederhana atau membangun kembali secara lebih baik. Membangun kembali
secara lebih baik, adalah merupakan keinginan semua pihak. Akan tetapi kondisi
infrastruktur Aceh pra-tsunami tidak memadai akibat konflik, investasi
pemerintah yang rendah dan kurangnya investasi pihak swasta karena situasi
keamanan Aceh yang mudah berubah. Upaya rekonstruksi memberikan
kesempatan untuk meningkatkan sistem transportasi, sekolah, klinik, dan
infrastruktur publik lainnya. Selain itu, upaya ini juga kesempatan meningkatkan
pembangunan fasilitas baru seperti perpustakaan, fasilitas taman kanak-kanak, dan
pusat tenaga kerja. Hanya saja perbaikan yang memerlukan perencanaan matang
tersebut memakan waktu panjang, kerja-sama dengan banyak pihak, dana besar.
Sementara masyarakat sudah sangat mendesak dipenuhi kebutuhan mendasarnya.
Pelaksanaan program pembangunan rumah di lingkungan yang sangat
rentan dengan berbagai penyimpangan memunculkan beragam masalah. Meski
para lembaga donor dan pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah
pencegahan dan pemberantasan korupsi pada bantuan kemanusiaan.
Permasalahan tersebut sangat menyita waktu dan sumber daya yang semestinya
difokuskan pada keberhasilan pelaksanaan program.
Problematika bekerja bersama dengan karakter masyarakat yang
mengalami trauma pasca konflik dan bencana tidak mudah. Faktor lain seperti
struktur sosial yang rusak berat, tingkat keterampilan masyarakat yang kurang
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
121
memadai, tidak ada dan atau/ satu sumber daya, keengganan untuk bekerjasama
antar agama, tidak pernah berhubungan dengan badan kemanusiaan dan pekerja
lapangan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), donor bilateral, dan LSM Indonesia.
Penilaian kebutuhan pra program sangat vital untuk kesuksesan
identifikasi dan rancangan aktivitas rehabilitasi dan rekonstruksi. Penilaian ini
membantu donor untuk merancang, membuat skala prioritas program, dan
mengatur anggaran sementara. Organisasi luar jarang berkonsultasi dengan
masyarakat (atau satu sama lainnya) selama proses penilaian praprogram. Karena
konsultasi dimaksud dapat membantu menghindarkan masalah di masa depan,
termasuk menghindarkan pemborosan, ketidak sesuaian program.
Setelah penilaian kebutuhan dilakukan, konsultasi dengan penerima
bantuan mengenai rancangan program juga akan menjamin hasil yang sesuai dan
berkelanjutan. Studi ini menemukan, bahwa ketiadaan konsultasi dengan
penerima bantuan sering membuat program yang berpotensi untuk berhasil malah
gagal, dana keluar sia-sia dan membuat para penerima bantuan merasa frustrasi
serta patah semangat. Sisi lain, donor yang melakukan konsultasi kerap memiliki
hubungan yang harmonis dengan komunitas lokal dan menghasilkan program
yang lebih baik.
Masalah utama yang sering tidak dikoordinasikan oleh para donor dan
pelaksana adalah soal perumahan dan perahu nelayan. Proses penyediaan
perumahan di Lampulo terkesan lamban karena kerumitan tugas ini. Pemilik tanah
harus dikonfirmasi sebelum bangunan bisa didirikan, beberapa tanah terendam
dalam air, pengangkutan bahan baku bangunan sangat sulit, kurangnya sumber
kayu legal, fasilitas air dan sanitasi membutuhkan waktu untuk perencanaan dan
implementasi, dan air bersih sendiri harus dibawa dengan truk ke beberapa
daerah. Semua faktor ini menghambat upaya badan-badan yang terlibat dalam
sektor perumahan. Besarnya masalah logistik dan ketidaksabaran korban bencana
yang terperangkap dalam tenda atau akomodasi barak yang tak memuaskan
menghasilkan apa yang disebut oleh seorang pekerja LSM asing sebagai
“Penderitaan dalam bekerja di bidang perumahan di Aceh.” Sesungguhnya yang
lebih dibutuhkan adalah koordinasi dan kolaborasi antarlembaga. Bukan
kompetisi antar lembaga yang umumnya terjadi. Meski banyak pelaksana
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
122
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
123
kualifikasi berstandar rendah, bahan utama pembuat perahu yang tidak dapat
digunakan di perairan lepas pantai dan laut dalam. Tidak adanya peralatan
penangkap ikan dan dana awal untuk menutupi biaya operasional. Penerima
bantuan mengeluhkan bahwa jenis jaring yang diberikan beserta perahunya
ternyata salah dan harus ditukar sendiri oleh para nelayan. Terlihat di sepanjang
pesisir pantai Krueng Aceh di Lampulo terlihat banyak „perahu bantuan‟ yang
kandas, terlantar dan sama sekali tidak digunakan. Bahkan terlihat compang-
camping cenderung diabaikan masyarakat penerima bantuan. Mesin atau onderdil
lainnya biasanya sudah diambil untuk dipakai di perahu lain atau dijual. Berbagai
upaya dilakukan panglima laot dengan melobi donor internasional, namun sampai
sekarang belum menunjukan hasil positif.
“Hal terpenting bagi lembaga-lembaga itu adalah bisa mengatakan
bahwa mereka telah menyumbangkan perahu, beberapa donor tak
terlalu peduli apakah perahu itu digunakan atau tidak.” (wawancara
Panglima laot)
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
124
telah disisihkan dalam proses pengambilan keputusan yang seiring dengan upaya-
upaya rekonstruksi. Pengabaian pelaku pemulihan dan rekonstruksi tersebut justru
membantu penerapan aspek budaya, menyebabkan kelompok-kelompok ini
menjadi semakin terpinggirkan. Langkah jauh lebih aktif harus dilakukan untuk
melibatkan perempuan dalam dalam program. Perempuan biasanya disisihkan
dalam proses pengambilan keputusan di masyarakat Aceh di hampir semua
tingkatan struktur masyarakat.
Minimnya perwakilan perempuan di tingkat birokrasi lokal mencerminkan
tersisihkannya perempuan dari komunitas tradisional dalam proses pengambilan
keputusan. Di beberapa tempat yang terkena tsunami, bukan saja kaum laki-laki
yang mayoritas bisa selamat dari bencana. Kebanyakan orang yang kembali ke
desa tempat tenda pengungsi telah didirikan sebagian besar dari mereka adalah
laki-laki. Keputusan yang akan diambil dalam pertemuan komunitas, baik untuk
persoalan atau hal yang disampaikan oleh camat atau kepala daerah lainnya yang
lebih tinggi, atau isu mengenai politik desa setempat, dapat dipastikan hanya
melibatkan para laki-laki.. Jika proses pengambilan keputusan membutuhkan
perwakilan struktur pemerintah lokal, kepala desa biasanya akan menggelar
pertemuan. Laki-laki sebagai kepala keluarga diundang dalam pertemuan di
meunasah. Para perempuan sangat jarang diundang pada acara penting, meski
diantaranya ada yang menjadi kepala rumah tangga.
Mereka diberitahu hasil pertemuan tersebut oleh ayah mereka, suami,
saudara laki-laki, atau jaringan masyarakat di pedesaan. Untuk isu-isu internal
desa, pertemuan informal sering kali terjadi di warung kopi. Warung kopi di
Aceh dianggap sebagai rumah kedua para laki-laki. Perempuan Aceh tidak pergi
ke warung kopi. Permasalahan yang diselesaikan di warung kopi akan
disosialisasikan kepada para perempuan saat para laki-laki pulang ke rumah, atau
pertemuan keputusan yang bersifat formal sering kali diadakan seusai shalat isya,
yang juga sebagian besar dihadiri oleh para laki-laki.
Bahkan pertemuan tahunan di tingkat desa biasanya didominasi oleh para
laki-laki. Pengecualian terjadi pada daerah yang terkena bencana tsunami, karena
beberapa badan internasional bersikeras menerapkan kuota dalam kebijakan
diskriminasi positif untuk pertemuan, pelatihan dan fasilitasi pekerja yang
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
125
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
126
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
127
Sebagian besar masalah berakar pada kesalahan para donor dan pelaksana bantuan
yang tidak berkonsultasi terlebih dahulu pada masyarakat, koordinasi, dan
mempertimbangkan dampak potensial dan kelayakan program.
a. Perasaan tak berdaya dan frustasi dari penerima bantuan: kurangnya
konsultasi dan komunikasi dengan penerima bantuan sering kali menambah stres
masyarakat yang mengalami trauma ini.
“Orang luar mendatangi komunitas kami hanya untuk memotret atau
meletakkan batu pondasi. Media datang untuk melaporkan kemajuan
pembangunan, dan ada pula BRR, namun kami tidak diberi
kesempatan untuk mengatakan apapun,” kata seseorang. “Kami
tersenyum manis, dan kemudian mereka semua pergi namun tidak
ada yang terjadi hingga berbulan-bulan kemudian. Ini adalah hidup
kami, kami bukan semata-mata latar belakang sebuah foto atau film,
ini adalah kenyataan.”. (Wawancara, warga Lampulo)
Penerima bantuan yang pasif pada umumnya akan merasa tidak senang
terhadap penyediaan materi bantuan dengan kualitas buruk. Bantuan seperti
rumah yang berkualitas rendah, makanan, obat-obatan dan skema mata
pencaharian atau program lain yang buruk atau asal memasok cenderung akan
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
128
diprotes penerima bantuan. Sebagaimana terlihat dalam ungkapan dari salah satu
responden
“ ...bukan saya tidak tahu terimakasih sudah diberikan rumah, tapi saya
tidak merasa nyaman dengan dinding rumah yang sudah pecah-pecah, saya
takut runtuh... apalagi gempa masih sering datang. Mana perabotan rumah
juga belum lagi lengkap seperti dulu...”
Banyak orang yang memberi reaksi sinis terhadap motif dan tujuan dari
lembaga-lembaga internasional ini.
“Sebenarnya, di sini kami menyebut Care dengan kepanjangan
Cari Repot-artinya mereka mempersulit keadaan untuk diri sendiri.
Anda ingin tahu mengapa Care begitu lamban dalam melaksanakan
program mereka untuk pengadaan rumah di Lampulo? Nah, itu
karena banyak orang dari berbagai daerah yang bekerja untuk Care
di sini, mereka senang dan ingin tinggal lebih lama, jika mereka
melaksanakan program lebih cepat maka mereka akan kehilangan
pekerjaan.” (Wawancara, Kepala lorong satu)
Warga lain lebih menanggapi dengan kemarahan “Jika ada satu lagi LSM yang
datang dan memberi janji tanpa menunjukkan kerja mereka, saya akan
mengejarnya dengan parang,” kata salah seorang kepala lorong. Sebagian besar
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
129
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
130
mereka, individu dan organisasi yang telah bekerja keras untuk membuat program
tersebut dan penerima bantuan itu sendiri.
c. Penciptaan atau memperparah jurang sosial: Bantuan rekonstruksi untuk Aceh
sering menyebabkan “dampak sosial”. Tingkat bantuan yang tidak sama, baik di
dalam ataupun lintas komunitas dan wilayah, serta kemampuan beberapa individu
untuk mendapat keuntungan pribadi dari kehadiran lembaga internasional.
Sementara yang lain berjuang mengalami inflasi berat, telah membakar
kecemburuan sosial. Sementara itu, potensi ketegangan antara masyarakat yang
mengungsi karena tsunami ke wilayah yang penduduknya sudah lama menetap di
sana akan meningkat seiring semakin banyaknya orang yang bermigrasi dari
wilayah tidak terkena tsunami ke wilayah korban tsunami untuk mencari
pekerjaan dan bantuan. Seiring meningkatnya perpecahan antara orang-orang
yang menerima banyak dan yang kurang dalam bantuan rekonstruksi, dan
terkikisnya kapital sosial, kemungkinan terjadinya konflik sosial semakin besar.
Hal ini menandakan bahwa banyak program yang kurang memiliki perspektif
yang sensitif terhadap konflik.
d. Praktek yang tidak berkelanjutan: Hasil penelitian ini memunculkan pertanyaan
serius tentang kemampuan lingkungan fisik dan sosial Aceh akan mampu
menghadapi dampak jangka pendek dan panjang dari berbagai usaha rekonstruksi.
Kegagalan pelaksanaan program untuk mengembangkan kapasitas lokal akan
menyebabkan gagalnya program-program ambisius setelah para lembaga
internasional meninggalkan Aceh. Sementara, penebangan liar yang menyertai
proses rekonstruksi telah merampas hasil adil yang seharusnya diperoleh rakyat
Aceh dari sumber daya publiknya, mengancam keragaman biotik, dan potensi
aktivitas ekonomi seperti ekowisata. Ia bahkan berpotensi menimbulkan bencana
alam yang lebih besar di masa depan.
Masalah lain, tampak ada keengganan dari komunitas internasional untuk
mengenali kapasitas masyarakat Aceh untuk menolong diri mereka sendiri. Di
seluruh Aceh, masyarakat setempat yang telah lelah menunggu bantuan dari luar,
kemudian mendirikan rumah dan sekolah sendiri dari sisa-sisa bahan bangunan
dan menyediakan kebutuhan dasar keluarga mereka. Melalui inisiatif sendiri,
masyarakat Aceh mendirikan dewan masyarakat, memberikan dukungan dan
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
131
dorongan pada orang yang telah kehilangan sangat banyak akibat tsunami. Orang-
orang ini tidak menyatakan “kepemilikan” atau mengharap penghargaan atas
usaha mereka tersebut. Peran masyarakat lokal dalam membangun diri mereka
sendiri merupakan salah satu dukungan dalam keberhasilan program
pascatsunami. Perlu dilakukan sebuah pengenalan lebih jauh oleh donor dan
pelaksana bantuan terhadap peran yang dilakukan masyarakat lokal ini.
Pelajaran utama dari studi ini adalah kesuksesan program harus diukur
bukan hanya secara kuantitatif, namun proses untuk meningkatkan kapital
masyarakat dengan dukungan dari donor. Penilaian atau evaluasi yang difokuskan
secara ekslusif pada faktor kuantitas seperti jumlah penerima bantuan, rumah
yang dibangun, dan sebagainya, akan mengalami kegagalan dalam menghargai
kesuksesan seluruhnya (atau kegagalan) dari program atau konsekuensi jangka
panjang yang dapat diantisipasi ataupun tidak. Sebagai upaya untuk benar-benar
mengetahui dampak program dan untuk menilai apakah fase pemulihan,
rehabilitasi, dan pembangunan saling mendukung secara konstruktif.
Namun demikian orang-orang yang telah diidentifikasi dan dipercaya oleh
suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama ini, dapat menyalahgunakan
kepercayaan untuk tujuan pribadi dan mengabaikan tujuan orang lain atau
kelompok (free rider). Menilik dari kasus bantuan yang diberikan pada keluarga
dekat, atau menerima bantuan lebih dari semestinya. Mendapat keuntungan
pribadi dari selisih harga material, kualitas material rendah atau mengambil
material (baca KKN, korupsi, kolusi dan nepotisme) yang berakibat menurunnya
efisiensi program (bandingkan Hecter, 1987, Coleman, 1990). Hal ini dapat
terjadi bila orang-orang tersebut tidak didukung pengelolaan melalui informasi
dan komunikasi yang terbuka, norma dan sanksi yang tegas. Munculnya free rider
ini bila diketahui oleh orang lain atau kelompok dapat menimbulkan kekecewaan
dan menurunkan kepercayaan kepada yang bersangkutan. Bila komunikasi tidak
diperbaiki dan free rider ini tidak diberi sanksi yang tegas oleh kelompok dapat
menimbulkan ketidakpercayaan satu sama lain. Hal ini akan menurunkan fungsi
kapital sosial. Bila tidak terselesaikan akan menimbulkan hubungan yang bersifat
konflik yang mengancam kerjasama dan tujuan kelompok. Oleh karena itu orang
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
132
yang dipercaya untuk terlibat dalam program kerja dapat menyalahgunakan hanya
untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya saja.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aspinall, E. dan H. Crouch, The Aceh Peace Process: Why It Failed (Policy
Studies 1, 2003), dan
Bauer, M.W, Gaskell, G, Allum, N.C. (2000) Quality, Quantity and Knowledge
Interests: Avoiding Confusions (eds), pp 3-17 in Bauer, M.W, and
Gaskell, G., 2000. Qualitative researching: with text, image and sounds. A
practical handbook. SAGE Publication Ltd. London.
Blaikie, P., Cannon T., Davis I., Wisner B. (1994). At Risk: Natural hazards,
people’s vulnerability, and disasters. London: Routledge
Bourdieu, Piere (1986), The Form of Capital : Hand Book Theory and Research in
Sociologi of Education, J.G. Richardson (edt), West Port : Greenwood
Press
Brown, L., Starke L. (1996). State of the World 1996: A World watch Institute
Report on Progress Toward a Sustainable Society. New York: W.W.
Norton & Company
Browning, C.R., Dietz, R., Feinberg, S.L., 2000 Negative” Social Capital and
Urban Crime: A Negotiated Coexistence Perspective, URAI
Working Paper 00-07, Columbus: The Ohio State University
BRR (2007), Aceh and Nias 2 Year after the Tsunami: The Recovery Effort and
Way Forward. Banda Aceh.
-------(2006), Aceh and Nias 1 Year after the Tsunami: The Recovery Effort and
Way Forward. Banda Aceh.
Bungin, B., 2005. Analisis data penelitian kualitatif (eds). Divisi Buku Perguruan
Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Denzin dan Lincoln (ed) (1994), Hand Book of Qualitative Research, Sage
Publication. Thousan oaks, London. 1994:236-237.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
146
-------, R. R. (1999) The Dialogue Between Voltaire and Rousseau on the Lisbon
Earthquake: The Emergence of a Social Science View, Preliminary Paper
# 294, Newark, DE: Disaster Research Center, University of Delaware
Fine B., Green F. (2000) ―Economics, Social Capital, and the Colonization of the
Social Science.‖ Pp.78-93 in Social Capital: Critical Perspectives.
Oxford: Oxford University Press.
Folke, C., Colding, J., and Berkes, F. (2003). Synthesis: Building resilience and
adaptive capacity in social-ecological systems. In Navigating Social-
Ecological Systems: building resilience for complexity and change (eds),
IV:14, pp. 352-387,
Form, W. and Sigmund Nosow (1958) Community in Disaster, New York: Harper
and Row
Fox, J. 1996. ―How does Civil Society Thicken? The Political Construction of
Social Capital in Rural Mexico.‖ World Development, 24 (6)
Fukuyama, F. (1995). Trust : The Sosial Virtues And The Creation Of Prosperity
New York: Free Press.
Heffner, Robert W Ed), 2000, Budaya Pasar, Masyarakat Dan Moralitas Dalam
Modalisme Asia Baru, Jakarta: LP3ES.
Hobbs, Graham, (2000). Creating and Destroying Social Capital, Economic and
Social Research Foundation.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
147
Hoesein Djayadiningrat, op. cit, hal. 80, dan Rusdi Sufi, Sultan Iskandar Muda,
dalam Dari Sini hal 76.
-------, Snouck, 1996. Aceh di mata Kolonialis, Jakarta. Yayasan Soko Guru
Kappi, Abdul (1987) Kelompok Elit di Pedesaan, Yayasan Ilmu Sosial, Jakarta.
Kell, T., The Roots of the Acehnese Rebellion, 1989 – 1992, (Publication No 74,
Ithaca, N.Y.: Cornell Modern Indonesia Project,
---------. (2002b). Active Social Capital: Tracing the roots of development and
democracy. New York: Columbia University Press
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
148
Lawang, Robert M.Z. (2005). Kapital Sosial : Dalam Perspektif Sosiologik, Fisip
UI Press, Jakarta
Lebar, Frank M (Edt) (1972), Ethnic Groups of Insular Southeast Asia, Vol. I,
Human Relation Area File Press, New Haven.
Levi, M.1996. ―Social and Unsocial Capital: A Review Essay of Robert Putnam‘s
Making Democracy Work.‖ Politics and Society, 24 (1)
Lin, N. (2001). Social Capital: a theory of social structure and action. Cambridge
University Press.
Mahdi, Saiful (2007), Where do IDPs Go? Evidence of Social Capital from Aceh
Conflict and Tsunami IDPs, First International Conference of Aceh and
Indian Ocean Studies
McCulloch, L., (2005) Aceh: Then and Now (Minority Rights Group, 2005);
Melalatoa, Yunus (edt) (1980), Sistem Kesatuan Hidup Setempat Propinsi Daerah
Istimewa Aceh, Depdikbud, Banda Aceh.
Mills, C. Wright. (1956). The Power Elite New York:Oxford University Press.
Nakagawa dan Shaw (2004) Social Capital: A Missing Link to Disaster Recovery
International Journal of Mass Emergencies and Disasters March 2004,
Vol. 22, No. 1,
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
149
Neuman, W. Lawrence. (1997) Sosial Research Methods. 3-th Edition, Allyn and
Bacon, Boston.
Olsson, P., Folke, C., and Berkes, F. (2004). Adaptive Co-management for
Building Resilience in Social-Ecological Systems. Environmental
Management Vol. 34:1, pp. 75-90.
Ostrom, E., R. Gardner, and J. Walker. 1994. Rules, Games, and Common-Pool
Resources. Ann Arbor: University of Michigan Press.
Ostrom, Elinor, 2000, Crossing The Great Divide: Coproduction, Synergy, And
Development,
P2K and World Bank , (2006), Village Survey in Aceh An Assessment of Village
Infrastructure and Social Conditions,Banda Aceh
Panglima Laot (2005). Krue Seumangat Panglima Laot: Pertemuan dan doa
bersama lembaga hukom adat laot/panglima laot se-propinsi NAD (eds).
Yayasan Laut Lestari-Puter-Working group for Aceh recovery-IPB Press.
Patton, M.Q .(1980). Qualitative Evaluation Methods. Baverly Hills, CA. Sage
Publication, Miles, M.B. dan Huberman (1984). Qualitative Data
Analysis: Source Book of New Methods. Baverly Hills. California. Sage
Publication. 1984.
Piekaar, AJ (1977) Aceh dan Peperangan dengan Jepang, 1, (alih bahasa, Abu
Bakar) PDIA, Banda Aceh
Portes, A. (1998). Social Capital: its origin and applications in modern sociology.
Annual Review of Sociology, Vol 24:1-24.
Portes, A. and Landolt, P. (1996), The Downside of Social Capital. The American
Prospect, 26: 18-21
Putnam, R., Leonardi, R., and Nanetti, R. (1993). Making Democracy Work.
Princeton: Princeton University Press.
Quarantelli, E. L. (1978) Disasters: Theory and Research, Beverly Hills, Calif:
Sage Publications.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
150
Schegloff, E.A. (2002). Reflections on Talk and Social Structure, part IV:13, pp.
221-243 in Weinberg, D., (2000). Qualitative research methods (eds).
Blackwell Publishers Ltd. Taylor, M. (1982). Community, Anarchy, and
Liberty. Cambridge University Press, Cambridge.
Schuller T., Baron S., and Field J. (2000). Sosial Capital: A Review and Critique.
Pp. 1-38 in Sosial Capital: Critical Perspectives. Oxford: Oxford
University Press
Schultz, K., (2003) The Free Aceh Movement (GAM): Anatomy of a Separatist
Movement (Policy Studies 2, 2003);
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
151
Siegel, James T., (1969) , The Rope of God, Berkeley: University of California
Press, 1969.
Soeyatno, (1977) Sejarah Sosial Masyarakat Pedesaan Sibreh, Aceh Besar‖ dalam
Alfian (ed) Segi-segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh, LP3ES, Jakarta
1977
Stake, Robert, (1994) Case Studies, dalam Denzin dan Lincoln (ed) Hand Book
of Qualitative Research, Sage Publication. Thousand oaks, London.
Syamsudin, T dkk, (1977) Adat Istiadat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh,
Penelitian Kebudayaan Daerah.
Tasya. TA. (1978) ―Kami Perkenalkan Daerah Istimewa Aceh.‖ Banda Aceh:
Sekretariat Wilayah Daerah Istimewa Aceh.
Tarrow, S. (1996) Making Social Science Work Across Space and Time: A
Critical Reflection on Robert Putnam’s Making Democracy Work.
American Political Science Review 90 (2): 389-397
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
152
Uphoff, N. (2000). Understanding Social Capital: Learning from the Analysis and
Experience of Participation.‖ Pp 215-249 in Sosial Capital: A
Multifaceted Perspective, edited by P. Dasgupta and I. Serageldin.
Washington D.C.: The World Bank.
Usman, A.R. (2003). Sejarah Peradaban Aceh (eds). Yayasan Obor Indonesia
Van Veer, Paul (1977) Perang Belanda di Aceh, (alih bahasa Aboe Bakar), Dinas
P & K Daerah Istimewa Aceh.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
153
Dokumen
UU No. 18/2001
Surat Keputusan Bupati Aceh Besar No. 1/1977 tentang Struktur Organisasi
Pemerintahan di Daerah Pedesaan Aceh Besar)
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1990 tentang Pembinaan dan Pengembangan Adat
Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat beserta Lembaga Adat
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 1. 1
Lampiran 1 :
Profil desa diperoleh melalui serangkaian wawancara terfokus yang dilakukan dalam
komunitas pada awal penelitian lapangan. Profil komunitas akan memberikan
gambaran karakteristik komunitas dan isu-isu yang berkaitan dengan kapital sosial
bagi peneliti untuk pengumpulan data pada tahapan selanjutnya. Kelompok diskusi
berdiskusi bersama tentang definisi komunitas dimana penelitian dilakukan. Definisi
ini akan digunakan selama melakukan pengumpulan data profil komunitas dan akan
menjadi referensi bagi wawancara organisasi. Juga akan memberikan gambaran
daerah cakupan lembaga untuk membuat profil organisasi.
Metode partisipatoris dilakukan untuk mendapatkan profil komunitas. Sebagai
tambahan format fokus group, pengumpulan data termasuk pemetaan komunitas yang
akan diteruskan dengan pendataan diagram kelembagaan. Sumber data primer
diperoleh melalui serangkaian wawancara, pemetaan, dan pembuatan diagram :
1. Pemetaan komunitas, menunjukkan lokasi asset dan layanan komunitas desa.
2. Catatan pengamatan kelompok diskusi dan simpulan masalah-masalah yang
didiskusikan.
3. Daftar karakteristik positif asset dan pelayanan public komunitas.
4. Daftar karakteristik negative assets dan pelayanan public komunitas.
5. Studi kasus tindakan kolektif komunitas.
6. Diagram venn lembaga sosial dari aspek dampak dan kemudahan diakses
7. Diagram (web) relasi jaringan kelembagaan.
Kelompok diskusi dilakukan di setiap lorong 1 kelompok sehingga dalam satu desa 5
kelompok diskusi, setiap kelompok diikuti antara 5 – 12 orang. Paling tidak ada 2
kelompok diskusi dengan melibatkan perempuan dan laki-laki secara terpisah. Setiap
kelompok diklasifikasikan berdasarkan kondisi sosio demografis yang penting dalam
konteks komunitas, seperti usia, pekerjaan, pendidikan, ekonomi (pendapatan).
Setiap kelompok diskusi dipimpin oleh 1 moderator dan 1 pengamat (notulis).
Moderator berperan sebagai fasilitator diskusi, mengangkat isu, mendorong
keterlibatan semua partisipan. Pengamat berperan sebagai notulis untuk merekam
diskusi dan dinamika kelompok.
Tim peneliti harus menyediakan bahan-bahan sebagai berikut: panduan wawancara,
buku catatan, ball point, kertas flip chart, spidol (beberapa warna), selotif, kertas
warna, gunting.
Berikan 1 lembar kertas flip chart dan spidol berwarna. Minta pada kelompok diskusi
untuk menggambarkan desa mereka yang menunjukkan pola pemukiman, tempat
kegiatan produktif, dan lokasi berbagai assets dan jasa layanan public dalam
komunitas. Pada kelompok kedua diminta untuk memodifikasi peta yang sudah
dibuat oleh kelompok pertama, bila perlu bisa digambar di kertas terpisah. Peta
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 1. 2
tersebut sebagai referensi kunci diskusi dan seharusnya digunakan selama proses
diskusi untuk menstimulasi, mengidentifikasi masalah-masalah penting, memperjelas
pokok-pokok diskusi, dan sebagainya.
1.1. Bagaimana anda menjelaskan desa/komunitas anda ?
(Tunjukkan batas-batas geografis, nama tempat, dan petunjuk lainnya. Buatlah
kesepakatan tentang tentang definisi geopolitik tentang definisi komunitas)
1.2. Dimanakah letaknya dan dibangun siapa, masyrakat berpartisipasi dalam hal apa
?
1.2.1. Sekolah playgroup TK, SD, SMTP, SMTA, dan sekolah lainnya
1.2.2. Pelayanan kesehatan (informal dan formal)
1.2.3. Sumber mata air bersih.
1.2.4. Tempat pembuangan sampah
1.2.5. Jaringan listrik
1.2.6. Telepon umum
1.2.7. Jalan utama
1.2.8. Alat transportasi,
1.2.9. Pasar, toko dan pusat perdagangan lainnya.
1.2.10. Meunasah, Masjid
1.2.11. Tempat rekreasi
1.2.12. Tempat-tempat yang tidak aman
1.3. Telah berapa lama desa ini ada ? ceritakan sejarah terbentuknya desa ini ?
Bagaimana dampak tsunami pada desa anda ? Siapakah orang yang paling
sering keluar masuk dalam komunitas ini ?
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 1. 3
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 1. 4
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 2. 1
Lampiran 2 :
Panduan Wawancara
Fungsi Kapital Sosial Dalam Program Pemulihan Pasca Bencana
Profil Lembaga Sosial
Profil lembaga sosial berguna untuk menggambarkan hubungan dan jaringan yang
ada lembaga formal maupun informal yang beroperasi dalam komunitas, untuk
mengukur kapital sosial structural. Terutama, profil ini akan menggambarkan latar
belakang dan perkembangan lembaga (secara historis dan konteks masyarakat, latar
belakang, dan kelangsungan lembaga); kualitas keanggotaan (alasan orang
bergabung, tingkat keterbukaan lembaga); kapasitas lembaga (kualitas
kepemimpinan, partisipasi, budaya lembaga, dan kapasitas kelembagaan), dan
jaringan lembagaonal.
Dipilih tiga sampai enam lembaga per komunitas akan dibuat profilnya. Lembaga
sosial perlu diidentifikasi melalui wawancara pada informan kunci sebagai lembaga
kunci yang paling berpengaruh program pemulihan pasca bencana.
Untuk setiap profil lembaga, wawancara perlu dilakukan pada para pemimpinnya,
anggota-anggotanya, dan bukan anggotanya. Wawancara individual dilakukan pada
pimpinan lembaga ( 2 atau 3 orang per lembaga). Fokus group diskusi dilakukan
diantara anggota dan non anggota, dengan masing-masing group sebaiknya antara 5
sampai 12 peserta tergantung ukuran dan keragaman keanggotaan kelompok, fokus
group diskusi dilakukan 1 kali per lembaga. Setiap fokus group seharusnya dipimpin
oleh 1 moderator dan satu pengamat. Moderator berperan sebagai fasilitator diskusi,
mengangkat isu, mengomentari, memfokuskan isu diskusi. Pengamat berperan
sebagai pencatat isi diskusi dan proses dinamika kelompok. Setelah selesai
wawancara kelompok fokus, moderator dan pengamat harus mendiskusikan ulang
melaporkan penemuan awalnya.
1. Identitas Lembaga
Nama lembaga :
Jenis Lembaga :
Keanggotaan :
Lokasi :
Nama pemimpin dan struktur lembaga :
2. Wawancara Pemimpin :
2A. Asal dan perkembangan lembaga.
2A.1. Bagaimana lembaga terbentuk ? Siapa yang paling bertanggungjawab
dalam pembentukannya (mandate pemerintah, keputusan masyarakat,
saran NGO dari luar)
2A.2. Dalam bidang apakah lembaga bekerja ?
2A.3. Apakah lembaga pernah berubah struktur dan tujuannya ? Mengapa ? Apa
yang menjadi tujuan utama lembaga pada saat ini ?
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 2. 2
2B. Keanggotaan
2B.1. Dapatkah menceritakan bagaimana keterlibatan masyarakat dalam lembaga
ini ? Bagaimana mereka dapat terlibat ? Apakah seluruh anggota
masyarakat terlibat ? Jika tidak, mengapa beberapa anggota masyarakat
tidak terlibat ?
2B.2. Mengapa orang bergabung atau mau terlibat (sebagai pengurus, pegawai
dsb) dalam lembaga ? Apakah sulit untuk meyakinkan orang untuk terlibat
dalam lembaga ? Apakah yang menjadi permintaan atau harapan orang
pada pemimpin dan lembaga ?
2B.3. Apakah anggota yang aktif dalam lembaga ini juga menjadi anggota
lembaga lain dalam kominutas ini ? Apakah orang cenderung hanya
menjadi anggota satu lembaga atau bergabung dengan banyak lembaga
secara bersamaan ? Dapatkah anda menjelaskan mengapa ?
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 2. 3
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 2. 4
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 2. 5
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 2. 6
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 1
Lampiran 3 :
Struktur Sosial Formal Sebelum Tsunami
Keuchik dan Perangkatnya
Pemerintahan Desa Gampong Lampulo (sumber : keuchik dan keplor)
Kondisi Geografis; Desa Lampulo termasuk di dalam wilayah kecamatan Kuta Alam, Kota
Banda Aceh dengan luas area 45 Ha. Desa Lampulo dibagi atas 4 lorong/dusun, yaitu: Lorong
1 (Dusun Tengku Dipulo), Lorong 2 (Dusun Malahayati), Lorong 3 (Dusun Tengku
Disayang), dan Lorong 4 (Dusun Tengku Diteungoh). Jarak desa Lampulo ke ibu kota
kecamatan Kuta Alam sejauh 1 kilometer, dan jarak tempuh ke pusat kota Banda Aceh sejauh
6 kilometer. Ada pun batas-batas wilayah desa Lampulo adalah:
o Sebelah Utara : Kuta Alam
o Sebelah Selatan : Kelurahan Peulanggahan
o Sebelah Barat : Kelurahan Kampung Mulia
o Sebelah Timur : Kelurahan Lamdingin
Kondisi Demografis dan Kependudukan;
Kondisi Sosial Politik dan Ekonomi Masyarakat; Dahulu sebelum bencana gempa bumi
dan tsunami masyarakat Aceh mengalami konflik sosial yang berat di mana konflik antara
militer dan Gerakan Aceh Merdeka berimbas kepada masyarakat yang tidak paham apa yang
sesungguhnya terjadi. Anggota keluarga mereka menjadi korban dari kedua belah pihak
sehingga ketakutan dan kecemasan memengaruhi hidup mereka.
Daerah Aceh pernah menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Status ini merupakan
sumber konflik yang parah untuk kondisi hidup masyarakat. Pernah juga Aceh diberikan
status Darurat Sipil, dan status yang lainnya. Melalui status tadi akses dari berbagai pihak
untuk masuk dan ke luat menjadi hal yang tidak mudah dilakukan, sehingga masyarakat
hidupnya tertutup dan sangat sensitif akan hal-hal yang baru.
Kehidupan mata pencaharian masyarakat desa Lampulo cukup beragam, yaitu sebagai
nelayan, pedagang, buruh bangunan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, TNI/ polri,
dan lain sebagainya. Jika dilihat dari letak desa yang di sisi pantai maka masyarakat yang
cukup banyak bermata pencaharian nelayan adalah warga yang tinggal di Lorong 1 dan
Lorong 3, sedangkan mereka yang tinggal di Lorong 2 dan Lorong 4 lebih banyak bekerja
sebagai pegawai PNS atau swasta.
Desa Lampulo dipimpin oleh Bapak Kepala Keuchik yang sudah bertugas di kantor desa
selama 30 tahun. Jabatan sebelumnya adalah Sekretaris Desa. Artinya, Pak Keuchik paham
akan situasi dan kondisi masyarakat desa Lampulo dengan baik. Sekretaris desa juga sudah
dipegang oleh seorang perempuan. Tampaknya desa Lampulo sudah pula menerapkan
kesetaraan sesuai dengan kemampuan perempuan untuk menduduki jabatan tertentu di tingkat
desa.
Desa Lampulo pernah mendapat anugerah sebagai desa teladan pada 2004. Untuk
mendapatkan penghargaan tersebut Kepala desa/ Keuchik Gampong Lampulo M. Yusuf
Zakaria diundang Presiden Megawati Soekarnoputri langsung ke Istana Negara. Peristiwa itu
terjadi pada tanggal 13 Agustus 2004.
Struktur organisasi pemerintahan desa Lampulo adalah:
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 2
Periode struktur desa ini akan berakhir di tahun 2008. Oleh karena itu masyarakat desa
Lampulo akan mengadakan pemilihan Kepala Keuchik di tahun tesebut.
Di samping struktur desa ini, ada juga struktur yang membantu kegiatan masyarakat yaitu
struktur PKK. Struktur PKK ini digambarkan sebagai berikut:
WK. KETUA I
WK. KETUA II
BENDAHARA SEKRETARIS
WK. SEKRETARIS II
Pemilihan Kepala Keuchik dan Kepala Lorong dilakukan melalui proses pemilihan yang
dilakukan oleh warga desa. Kadang kala pemilihan ini pun bisa terjadi penunjukkan langsung
dari pihak pimpinan di atasnya.
Kebijakan dan fungsi pemerintahan desa Lampulo sudah mengacu kepada Undang-Undang
Pemerintahan Desa yang berlaku setelah masa reformasi yang membuat kebijakan Otonomi
Daerah bagi Pemerintah Daerah Tingkat II, termasuk pemberlakukan bahwa Aceh sebagai
Daerah Istimewa yang menerapkan Syariat Islam.
Di samping struktur formal dari pemerintahan desa, struktur yang sangat memengaruhi
masyarakat adalah pihak militer. Pihak ini bisa sangat berpengaruh untuk menentukan
kebijakan tersendiri mengingat operasi kegiatan keamanan yang mereka lakukan akan
memberikan trauma yang mendalam kepada masyarakat.
Setelah masa Orde Baru jatuh, masa reformasi sudah memungkinkan sistem politik di
Indonesia menjadi multipartai politik. Partai-partai politik ini bisa menjadi kendaraan politik
untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Partai politik yang cukup berpengaruh kepada warga
desa Lampulo adalah PPP, Golkar
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 3
Ada struktur Informal non adat//Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang cukup berperan di
dalam masyarakat Aceh pada umumnya, termasuk juga di desa Lampulo. Kekuatan struktur
informal non adat/ GAM ini sangat kuat memengaruhi masyarakat karena di satu sisi
perjuangan struktur informal non adat ini mewakili perjuangan warga sendiri. Warga
merasakan ketidakadilan dari pihak pemerintah dan masyarakat mengalami kehilangan
keluarga dekatnya akibat konflik yang dilakukan oleh pihak militer. Kekejaman akibat konflik
sangat kental dialami oleh warga yang langsung merasakan akibatnya sehingga tidak heran
bahwa masyarakat akan condong ikut sebagai pendukung terselubung struktur GAM tersebut.
GAM pun memberikan tekanan psikologis kepada warga yang propemerintah dengan
ancaman kepada keluarga warga yang dekat kepada pihak militer tersebut. Pengaruhnya
sangat kuat karena bagaimanapun orang-orang GAM memiliki asal yang sama dengan warga.
Hasil Wawancara
Penelitian “Fungsi Kapital Sosial Dalam Program Pemulihan Pascabencana”
Dusun Malahayati:
Aset-aset yang ada di dusun Malahayati
1. Hotel Rajawali
2. Mushalla
3. Polsek Kuta Alam
Informan :
Ketua pemuda dusun Tgk.Tuan dipulo: Saiful Wahdi, Hp 085277500077
“Desa Lampulo sebahagian besarnya itu terletak di dusun Tgk. Tuan dipulo ini. TPI
merupakan aset terbesar yang ada di desa ini secara letak geografis TPI masuk ke dusun
Tgk. Disayang, akan tetapi secara penguasaan tunduk di bawah dusun Tgk. Tuan Dipulo.”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 4
Di TPI ini banyak terdapat organisasi-organisasi kecil misalnya ada PSM (Pekerja Sosial
Masyarakat), ASPI (Asosiasi Pedagang Ikan), dan banyak organisasi lainnya yang dibentuk oleh
pemuda-pemuda yang bekerja di TPI tersebut. TPI sangat banyak memberikan lapangan pekerjaan
kepada pencari kerja di Lampulo.
Di Lampulo ini ada yang disebut Panglima Laot Lhok (Kuala). Dialah yang mengepalai
atau yang menjadi pemimpin bagi nelayan yang ada di Lampulo ini
Lampulo ini sebelum tsunami terkenal sebagai tempat persembunyian GAM (Gerakan Aceh
Merdeka), bahkan sering sekali “digerebek” oleh aparat pada saat operasi darurat militer dengan
alasan mencari anggota GAM. Daerah ini juga banyak dijadikan tempat transaksi penjualan ganja.
Kita juga ketahui bahwa panglima GAM wilayah kotamadya yaitu Panglima Abu Salam itu
berkedudukan di Lampulo.
Mengenai NGO-NGO yang pernah menangani rehab-rekon di desa Lampulo :
1. CARE
2. BRR
3. KATA HATI
Kalau CARE itu banyak masalah dengan perumahan yang mereka bangun. Ada yang
tukangnya lari karena tidak dibayar, ada yang rumahnya tidak bisa ditempati karena kualitasnya
kurang bagus, ada juga yang sudah didata tapi tidak dibangun-bangun.
3. KATA HATI
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 5
Suatu fenomena yang terjadi di desa Lampulo yaitu setiap dusunnya memiliki otonomi
untuk mengurus diri masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan setiap dusun dalam
mengoordinir masyarakatnya. Setiap dusun mempunyai ketua dusun dan ketua pemuda masing-
masing, sehingga pemimpin-pemimpin inilah yang selalu diajak berunding apabila terjadi sengketa
atau masalah di tingkat dusun. Jarang sekali sengketa yang terjadi di dusun sampai naik ke tingkat
desa karena sudah lebih dahulu selesai di tingkat dusun.
Efeknya masyarakat melihat peran aparatur desa sangat kurang, memang keuchik sudah
menyerahkan kewenangan kepada kepala dusun untuk mengurus dusunnya masing-masing. Akan
tetapi dari satu segi aparatur desa (keuchik dan perangkat-perangkatnya) juga menangani hal-hal
yang seharusnya mereka bermain peran.
Keadaan seperti ini sudah berjalan dari sebelum tsunami di mana independensi setiap
dusun sangat kuat. Yang dirasakan masyarakat sesaat setelah tsunami, para aktor-aktor yang aktif
untuk membantu mereka adalah pengurus-pengurus dusun sendiri. Jadi, solidaritas tingkat dusun
sangat tinggi.
Hubungan di antara keempat dusun ini dapat dikatakan hampir tidak ada, seakan-akan
setiap dusunnya berdiri sendiri seperti layaknya sebuah desa. Untuk kegiatan gotong-royong,
panitia perkawinan, Maulid, Isra’ Mi’raj dan kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan lainnya
masing-masing dusun melaksanakan dan membentuk panitianya sendiri, yang terdiri dari orang –
orang dari satu dusun tersebut.
Akan tetapi, untuk peringatan Maulid Nabi meskipun setiap dusun membuat acara
masing-masing, acara puncaknya tetaplah diadakan bersama yaitu di mesjid desa. Biasanya acara
puncak ini berupa ceramah umum yang mengundang masyarakat dari keempat dusun tersebut.
Pada saat shalat Jumat, mesjid juga mempersatukan setiap dusun, karena pelaksanaan shalat Jumat
hanya diadakan di mesjid desa.Sehingga seluruh warga pada tiap-tiap dusun shalat pada mesjid
desa.
Apabila ada pertandingan antardesa, maka perekrutan peserta yang akan mengikuti
pertandingan dipilih dari semua dusun. Begitu juga dengan kegiatan ibu-ibu PKK, walaupun setiap
dusunnya memiliki organisasi sendiri tapi pada saat pertandingan antardesa mereka akan bersatu
untuk mewakili desa Lampulo.
Ketua pemuda yang sebelumnya disebut karang taruna adalah organisasi kepemudaan
yang berada di bawah kepala desa. Apabila kita merujuk pada undang-undang No.11, maka
sebutannya diganti menjadi “Pageu Gampoeng”. Akan tetapi dalam masyarakat Lampulo masih
menggunakan ketua pemuda.
Setiap dusun/lorong di desa Lampulo memiliki ketua pemuda masing-masing. Mereka
dipilih dengan cara yang sangat partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat. Oleh
sebab itu ketua pemuda tingkat dusun sangat diterima dan diakui oleh masyarakat. Berbeda dengan
ketua pemuda tingkat desa yang dipilih oleh keuchik dengan cara penunjukan tanpa melibatkan
masyarakat sehingga keberadaanya kurang diakui.
Sebenarnya ketua pemuda tingkat dusun harus berkoordinasi dan memberikan laporan
serta perkembangan kepada ketua pemuda tingkat desa. Akan tetapi mekanisme ini tidak berjalan
karena alasan tadi. Bahkan ketua pemuda tingkat desa ini seakan-akan tidak berfungsi.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 6
Ketua pemuda tingkat dusun sangat berfungsi untuk mengontrol kegiatan-kegitan serta
transparansi keuangan di tingkat desa seperti dana bantuan, kejelasan rumah, dan program-
program yang ditawarkan NGO.
Salah satu aksi yang pernah dilakukan oleh organisasi pemuda ini adalah pernah
menurunkan keuchik dengan demonstrasi karena alasan transparansi keuangan
yang tidak jelas. Kejadian ini terjadi sekali sebelum tsunami dan sekali lagi setelah tsunami.
Pascabencana Tsunami
Adapun fungsi unit ini adalah untuk menyalurkan bantuan-bantuan dari NGO,
menyalurkan zakat fitrah, mendata masyarakat yang masih hidup untuk tingkat lorong.
Untuk setiap unitnya ditunjuk seorang koordinator. Koordinator inilah yang menjadi
wakil dari mayarakat yang dibagi dalam unit-unit tertentu. Merekalah yang menerima bantuan dan
menyalurkannya pada masyarakat.
Koordinator ini sekarang sudah hilang tetapi untuk unitnya sekarang masih ada.
Penduduk asli desa Lampulo kebanyakan masyarakat dusun Tuan Dipulo dan Tgk.
Teungoh, sedangkan dusun Malahayati dan Tgk. Disayang dominannya pendatang.
Lorong 2 dan 4 kebanyakan profesi masyarakatnya merupakan PNS, pegawai dan
birokrat, sedangkan lorong 1 dan 3 kebanyakan nelayan, pedagang dan penjual ikan. Lorong yang
termiskin adalah lorong 3 yaitu lorong yang letaknya di belakang TPI dan untuk masalah
sumbangan dan bantuan lorong 1 dan 3 yang paling banyak mendapatkannya. Sedangkan lorong 2
dan 4 masyarakatnya lebih apatis dan sering mencari sendiri keluar dari desa.
Untuk kekompakan masyarakat, warga Lampulo terpecah menjadi dua, lorong 1 dan 3
lebih kompak, sedangkan lorong 2 kompak dengan lorong 3. Akan tetapi keadaan ini hanya
diketahui oleh masyarakat Lampulo sendiri (internal) masyarakat luar tidak melihat adanya
ketidakkompakan antar dusun didesa ini.
Penyebab timbulnya otonomi di tingkat dusun karena wilayah yang luas dan kepadatan
penduduk sehingga lebih mudah mengumpulkan masyarakat di tingkat dusun dari pada tingkat
desa.
Pada zaman Belanda wilayah ini bernama Lampulo Ujung Peunayong. Daerahnya
mencakup: Kp. Mulia, Lamdingin, Lampulo, Lambaro Skep. Kemudian terjadi pemekaran,
tinggallah Lampulo, Lamdingin dan Kp. Mulia. Setelah itu Lamdingin berdiri sendiri dan
tinggallah Lampulo dan Kp. Mulia. Pada tahun 1963, terjadi pelebaran kota sehingga Kp. Mulia
berdiri sendiri menjadi bagian kotamadya Banda Aceh, sedangkan Lampulo menjadi wilayah Aceh
Besar. Fase terakhir adalah pada saat Lampulo dikeluarkan dari wilayah Aceh Besar dan menjadi
bagian dari kota Banda Aceh.
Kepala Desa
Kepala desa (keuchik) yang memimpin desa Lampulo sekarang dipilih sangat
partisipatif. Dalam kepemimpinannya, fungsi pelayanan publik sudah cukup bagus, urusan surat-
menyurat cepat, mudah dan murah. Jadi dari segi administratif pencapaiannya sudah cukup bagus.
Akan tetapi untuk masalah transparansi keuangan, laporan pertanggungjawaban dan
akuntabilitas publik sangat kurang bahkan sering dipertanyakan oleh masyarakat.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 7
Tuha Peut
Tuha Peut terdiri dari 15 orang tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang dituakan dan
dihormati di desa. Mereka berfungsi untuk menyelesaikan sengketa di tingkat yang kecil. Setelah
tsunami ini dari segi tugas belum banyak yang dicapai oleh tuha peut, misalnya saja melahirkan
qanun ditingkat gampong.
Di desa Lampulo terdapat sebuah mesjid, tiga mushalla dan empat buah TPA.
Begitulah keadaan mesjid dan TPA di desa Lampulo sebelum tsunami. Mesjid desa Lampulo
(Mesjid Al-Hidayah) terletak di dusun Tgk. Tuan Dipulo/ lorong 1. sebelum tsunami mesjid ini
lebih besar daripada saat ini (setelah Tsunami) karena bangunannya berlantai dua karena lantai dua
diperuntukkan untuk tempat belajar-mengajar TPA.
Pada saat tsunami, mesjid ini hancur dan dibangun kembali dari dana hibah masyarakat
Lampung. Desa ini satu-satunya desa yang memiliki empat TPA. Setiap dusunnya memiliki TPA
sendiri. TPA di Lampulo sangat maju sebelum tsunami karena selain mengaji mereka juga
mempunyai sanggar seni.
1. Aparatur Desa
2. Tuha Peut
3. Remaja Mesjid
4. PKK
5. BKM (Badan Kepengurusan Mesjid) setelah tsunami tidak ada lagi.
6. Kepala Dusun
7. ketua Pemuda
8. TPA
9. AsPI (Asosiasi Pedagang Ikan)
10. PSM (Pekerja Sosial Masyarakat)
Untuk bangunan rumah sangat bagus sebelum tsunami. Bangunannya bagus dan indah.
Sedangkan setelah tsunami rumah yang dibangun adalah tipe RSSSS. Mesjid, sebelum tsunami
lebar, luas dan berlantai dua. Setelah tsunami menjadi lebih kecil. Puskesmas sebelum tsunami
bangunannya tidak bagus, akan tetapi pelayanannya lebih baik, setelah tsunami bangunannya
sangat bagus, lengkap dan terbagus di Asia. Akan tetapi pemda merasa kesulitan menangani
pembiayaan dan perawatan gedung tersebut. TPA, sebelum tsunami sangat bagus dan maju,
setelah tsunami banyak penurunan karena tidak ada bangunan (ruangan) tetap untuk menjalankan
aktifitas ini.
Karena sangat otonom, kebutuhan untuk bersama dalam satu desa kurang dibutuhkan.
Untuk permasalahan yang terjadi dalam masyarakat lebih sering selesai ditingkat dusun, sehingga
tidak sampai dibahas ditingkat desa.
Aksi kolektif yang biasa berjalan adalah pada tingkat dusun yaitu dalam kelompok ibu-
ibu PKK dan koperasi . Ada kelompok-kelompok usaha pengolahan ikan (membuat abon, ikan
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 8
kering, dll) untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga, yang kemudian hasilnya
dipasarkan, dan biasanya ini adalah kegiatan bersama dari para ibu-ibu yang suaminya nelayan.
Aksi kolektif masyarakat di desa ini lebih mudah digerakkan dalam bidang sosial
keagamaan. Misalnya: dalam mengumpulkan dana untuk anak yatim, memindahkan “balee” saat
akan membangun mesjid, dll.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 9
Wawancara
Fungsi Kapital Sosial dalam Program Pemulihan Pasca Bencana
Profil Lembaga Sosial
1. Identitas lembaga
Nama Lembaga :Asosiasi Pedagang Ikan Intersulair
Jenis Lembaga :Organisasi Masyarakat
Keanggotaan :Masyarakat penjual/pedagang ikan
Lokasi :Jalan Sisingamangaraja No.2 TPI Lampulo, Kecamatan
Kuta Alam Banda Aceh
Nama pemimpin dan struktur lembaga :
Ketua :Suherman
Wakil ketua :Ibrahim
Sekretaris :Sharifuddin
Bendahara :Fajri
Bidang-Bidang:
Humas :T.Tarmizi
Pemberdayaan :Gunawan
Sosial Masyarakat :T.Rusdi
Pemasaran :Suherman
Keanggotaan :Hendra
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 10
“ Kalau dari unsur pemerintah dinas perikanan yang ada hubungan dengan ASPI, itu dalam
bidang-bidang informasi.”
Apa keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh lembaga berkaitan dengan hal ini?
“ Kalau dari segi kerugian tidak ada menurut saya , karena konsep kami dari awal bergerak
untuk masyarakat, apalagi membantu menyalurkan bantuan, sudah ada yang mau
memberikan bantuan. Gak etis kan kalau untuk menyalurkan saja kita tidak mau membantu.
Keuntungan yang kami peroleh ada kolega dan ada dana yang bisa masuk ke ASPI apabila
NGO ini mempunyai dana untuk program yang berhubungan dengan nelayan.”
Keanggotaan
Apa yang menjadi permintaan atau harapan orang pada pemimpin lembaga?
“Awal-awalnya cuma ketetapan harga jual ikan kepada semua pedagang atau boat kepada
pengecer. Kalau sekarang banyak kegiatan yang kita buat misalnya beasiswa untuk anak-
anak nelayan dan pengecer ikan, yang jelas yang memang layak dibantu.”
3. Apa anggota aktif di lembaga ini juga jadi anggota di lembaga lain?
“Kalau mengenai hal itu tergantung dan terserah kepada pribadi. Kita tidak pernah
membatasi hal-hal demikian.”
Kapasitas Kelembagaan
1. Bagaimana bapak menjabarkan kualitas kepemimpinan lembaga ini dalam hal stabilitas,
kualitas, dan keterampilan kepemimpinan?
“Hari ini, yang menjadi pemimpin adalah orang yang dihormati dan cara beliau memimpin
juga sangat bagus, apalagi dalam hal penyelesaian sengketa-sengketa antar para pedagang
dan para awak-awak boat, keputusan yang beliau berikan selalu dipatuhi oleh para pihak.
Dari pertama terbentuk pemilihan pemimpin memang selalu atas kesepakatan bersama.”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 11
sangat diakui. Pemimpin ASPI dari awal hingga sekarang adalah orang-orang yang selalu
baik di mata para anggota organisasi dan masyarakat.”
“Kalau dalam urusan rapat-rapat, biasanya hanya pengurus saja. Sementara nanti
hasilnya akan diberitahukan dalam bentuk pengumuman.”
“ Ada musyawarah yang dibuat untuk memutuskan sesuatu atau mengambil keputusan,
semua dilibatkan yang tidak datang dianggap menerima hasil musyawarah.”
“Benar, biasa hal itu terjadi di lapangan, jadi anggota-anggota kelompok ini sering
membahas di luar forum, nanti saat ada forum resmi dilemparkan ke forum.”
Sejauh mana partisipasi wanita, pemuda yang kurang mampu terlibat dalam
jabatan?
“Sangat sedikit bahkan hampir tidak ada, biasa pendidikan personal itu mendukung
keaktifan anggota dalam organisasi.”
Kelompok mana saja yang dianggap pihak luar dari lembaga? Mereka dari
kelompok mana?
“Yang tidak bergabung dalam asosiasi ini, biasanya mereka bukan nelayan atau bukan
pedagang ikan.”
“Semua sama saja, kita tidak membeda-bedakan hal ini. Belum pernah ada yang
mengeluarkan dana-dana pribadi.”
“Tidak, semuanya sama dalam ASPI, tapi secara pribadi mereka sering membantu
sesama.”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 12
Apakah ada mekanisme resolusi konflik, baik dalam lembaga maupun dengan
masyarakat?
“Apabila ada masalah yang terjadi kita carikan solusi yang bisa mendamaikan atau
mencari jalan tengah, biasanya masalah-masalah yang terjadi seputaran tentang
pedagang, tidak pernah kita bermasalah dengan masyarakat. Kalaupun ada
biasanya itu bukan organisasi yang menanganinya, karena itu sudah urusan
antarindividu.”
4. Apakah ada kerja sama dengan lembaga lain untuk kepentingan bersama?
“Kerja sama dengan Caritas Jerman dalam penyaluran bantuan untuk para nelayan korban
tsunami di Lampulo dan sekitarnya, kerja sama dengan dinas perikanan dalam hal-hal
penyuluhan. Kalau dengan desa kita tidak sering ada hubungan. Karena ASPI ini cakupannya
luas.”
6. Apakah ASPI ada hubungan dengan NGO dan pemerintah dalam program pemulihan
Tsunami?
“ASPI dipercaya oleh Caritas Jerman untuk menyalurkan bantuan –bantuan untuk korban
tsunami dalam hal perbaikan ekonomi khusus bagi para nelayan, dan yang paling banyak
adalan nelayan Lampulo,”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 13
“Perencanaan dan implementasi, kalau pengawasan kita sama-sama dengan NGO nya.”
10. Secara umum bagaimana Anda menilai lembaga Anda dalam mempengaruhi
pengambilan keputusan pemerintah dan NGO dalam program pemulihan pasca bencana
untuk desa Lampulo?
“ASPI tidak banyak berpengaruh dalam pengambilan keputusan, apalagi untuk desa
Lampulo. Tapi sebagian besar bantuan yang masuk melalui ASPI kami peruntukkan untuk
masyarakat nelayan di Lampulo, karena mereka komunitas terbesar dalam ASPI, dan korban
terbanyak dari mereka. Bukan hanya itu banyak anak-anak nelayan Lampulo yang
diusahakan oleh ASPI untuk dapat beasiswa.”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 14
Wawancara
Fungsi Kapital Sosial dalam Program Pemulihan Pasca Bencana
Profil Lembaga Sosial
2. Identitas lembaga
Nama Lembaga : PANGLIMA LAOT
Jenis Lembaga : LEMBAGA ADAT
Keanggotaan : Masyarakat Nelayan
Lokasi : Lampulo
Nama pemimpin dan struktur lembaga :
Ketua Panglima Laot : Pawang M. Yacob Ismail
Wakil Panglima Laot : Pawang Ruslan
Sekretaris : Sulaiman, S. Sos
Bendahara : Zainun Arsyad
2.Wawancara Pemimpin:
Apa keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh lembaga berkaitan dengan hal ini?
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 15
“ kalau dari segi kerugian tidak ada menurut saya, karena kami bergerak berdasarkan
keputusan bersama, Keuntungan yang kami peroleh bisa membantu nelayan yang
membutuhkannya”
Keanggotaan
5. Apa anggota aktif dilembaga ini juga jadi anggota dilembaga lain?
“ kalau mengenai hal itu tergantung dan terserah kepada pribadi. Kita tidak pernah membatasi
hal-hal demikian.”
Kapasitas Kelembagaan
5. Bagaimana bapak menjabarkan kualitas kepemimpinan lembaga ini dalam hal stabilitas,
kualitas dan ketrampilan kepemimpinan?
“ Hari ini yang, yang menjadi pemimpin adalah orang yang dihormati dan cara beliau
memimpin juga sangat bagus, apalagi dalam hal penyelesaian sengketa-sengketa dalam
masyarakat nelayan, keputusan yang beliau berikan selalu di patuhi oleh para pihak. Dari
pertama terbentuk pemilihan pemimpin memang selalu atas kesepakatan bersama.”
“kalau dalam urusan rapat-rapat, biasanya hanya pengurus saja. Sementara nanti
hasilnya akan diberitahukan dalam bentuk pengumuman”
Sejauhmana partisipasi wanita, pemuda yang kurang mampu terlibat dalam jabatan?
“sangat sedikit bahkan hampir tidak ada, hanya masyarakat yang profesi nelayan.”
Kelompok mana saja yang dianggap pihak luar dari lembaga? Mereka dari
kelompok mana?
“ yang tidak bergabung dalam lembaga ini, biasanya mereka bukan nelayan atau
bukan pedagang ikan.”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 16
Apakah ada mekanisme resolusi konflik, baik dalam lembaga maupun dengan
masyarakat?
“ apabila ada masalah yang terjadi kita carikan solusi yang bisa mendamaikan atau
mencari jalan tengah, biasanya masalah2 yang terjadi seputaran tentang Boat Luar,
daerah penangkapan ikan, pedagang Ikan dengan nelayan, tidak pernah kita
bermasalah dengan masyarakat.”
Jaringan Kelembagaan
13. Apakah Panglima Laot memahami program dan kegiatan lembaga lain?
“ hanya untuk lembaga-lembaga yang ada hubungan saja.”
14. Apakah ada kerjasama dengan lembaga lain untuk kepentingan bersama?
“ kerjasama dengan Instansi terkait dan NGO dalam penyaluran bantuan untuk para
nelayan korban tsunami di lampulo dan sekitarnya, kerjasama dengan dinas perikanan
dalam hal-hal penyuluhan.”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 17
“untuk menyalurkan bantuan –bantuan untuk korban tsunami dalam hal perbaikan ekonomi
khusus bagi para nelayan, dan yang paling banyak adalah dalam hal pendataan nelayan
Lampulo,”
20. Secara umum bagaimana anda menilai lembaga anda dalam mempengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah dan NGO dalam program pemuihan pasca bencana untuk desa
lampulo?
“ sebenarnya sangat berpengaruh karena kami lembaga tempat nelayan berlindung,
bermusyawarah dan sebagainya dalam pengambilan keputusan, apalagi untuk desa
lampulo. Tapi sebagian besar keputusan tidak di tanggap”dan harapan kami ada pihak
akademisi yang idealis datang untuk membantu dalam hal peningkatan SDM ataupun
yang lainnya, jangan Cuma mencari data dan keuntungan lainnya sehingga lupa dengan
kondisi yang sebenarnya.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 18
Wawancara
Fungsi Kapital Sosial dalam Program Pemulihan Pasca Bencana
Profil Lembaga Sosial
3. Identitas lembaga
Nama Lembaga : GAMPONG
Jenis Lembaga : PERANGKAT DESA
Keanggotaan : Masyarakat
Lokasi : Lampulo
Nama pemimpin dan struktur lembaga :
Geucik Lampulo : M. Yusuf Zakaria
Apa keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh lembaga berkaitan dengan hal ini?
“ kalau dari segi kerugian yaitu tadi banyak yang tidak iklas, ada WC tidak ada air menurut
saya tolong yang mau bantu lihat dulu apa yang harus dibuat, karena kami bergerak
berdasarkan keputusan bersama, Keuntungan yang kami peroleh bisa membantu masyarakat
korban tsunami yang membutuhkannya”
Keanggotaan
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 19
“ Masyarakat yang bergabung dalam Lambaga ini adalah masyarakat yang dipilih
berdasarkan keputusan bersama. Karena bergerak melayani publik biasanya anggota dari
masyarakat yang berpotensi.”
7. Apa anggota aktif dilembaga ini juga jadi anggota dilembaga lain?
“ kalau mengenai hal itu tergantung dan terserah kepada pribadi. Kita tidak pernah
membatasi hal-hal demikian.”
Kapasitas Kelembagaan
9. Bagaimana bapak menjabarkan kualitas kepemimpinan lembaga ini dalam hal stabilitas,
kualitas dan ketrampilan kepemimpinan?
“yang menjadi pemimpin adalah orang yang dihormati dan karismatik cara beliau
memimpin juga sangat bagus, apalagi dalam hal penyelesaian sengketa-sengketa dalam
masyarakat, keputusan yang beliau berikan selalu di patuhi oleh para pihak. Dari pertama
terbentuk pemilihan pemimpin memang selalu atas kesepakatan bersama.”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 20
kita rumuskan untuk kepentingan dan keteraturan bersama serta atas kebijakan
pemerintah.”
Apakah ada mekanisme resolusi konflik, baik dalam lembaga maupun dengan
masyarakat?
“ apabila ada masalah yang terjadi kita carikan solusi yang bisa mendamaikan atau
mencari jalan tengah, biasanya masalah2 yang terjadi seputaran masyarakat, kalau
tidak dapat kita selesaikan kita bawa ke polisi.”
Jaringan Kelembagaan
25. Apakah ada hubungan dengan NGO dan pemerintah dalam program pemulihan Tsunami?
“untuk menyalurkan bantuan –bantuan untuk korban tsunami dalam hal perbaikan
ekonomi dan yang paling banyak adalah dalam hal pendataan di desa Lampulo,”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 21
“ perencanaannya bagus-bagus tapi pada saat pelaksanaan banyak yang tidak sesuai karena
dari tangan ke tangan, dan pada saat sudah dijalankan biasanya pengelolaannya tidak
berkelanjutan”.
29. Secara umum bagaimana anda menilai lembaga anda dalam mempengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah dan NGO dalam program pemuihan pasca bencana untuk desa
lampulo?
“ sebenarnya sangat berpengaruh karena kami lembaga pelayanan publik untuk desa
lampulo. Dan harapan kami bantuan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat”
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 22
Sebelum tsunami pekerjaan saya sebagai petugas yang melakukan pengutipan biaya masuk orang-
orang yang mau masuk ke pelabuhan dan tempat pelelangan ikan. Saya melakukan tugas ini,
karena ditunjuk oleh geuchik desa Lampulo. Pada masa konflik saya harus pandai-pandai
membawa diri, karena bila tidak saya akan mengalami tindakan kekerasan dari pihak-pihak yang
terlibat dalam konflik tersebut. Oleh karena itu, saya selalu menyisihkan sebagian pendapatan dari
biaya masuk untuk berbagai pihak, baik untuk desa, polisi, TNI, GAM, maupun untuk dinas
perikanan. Pemberian biasanya untuk uang rokok atau langsung memberikannya berupa rokok.
Tsunami telah mengambil semua anak saya, saat ini saya hanya hidup dengan istri saya saja.
Setelah terjadi tsunami, kami mengungsi ke keluarga adik mamak di Batoh, dan tinggal di sana
selama 2 minggu. 3 hari setelah tsunami, adik saya membuatkan rumah sementara di tanah bekas
rumah adik ipar saya yang meninggal karena tsunami. Sehingga setelah 2 minggu di rumah adik
mamak, saya pulang kembali ke gampong untuk tinggal di rumah tersebut. Pada waktu saya
ketemu pak geuchik di kantor kecamatan, saya diminta untuk menjadi koordinator posko
pengungsi Lampulo. Saya menjadi koordinator posko selama 1,5 tahun, dan berhenti dengan
sendirinya karena sudah tidak ada yang mau menggantikan. Selama menjadi koordinator posko,
saya sempat dikontrak oleh NGO Care untuk menjadi staf lapangan selama 3 bulan. Pada awalnya
saya dimasukan dalam daftar penerima rumah dari NGO Care, namun karena lebih dari 2 tahun
setelah tsunami rumah saya belum dibangun hal ini menjadikan saya kecewa, maka ketika ada
tawaran dari ADB untuk membangun rumah saya, maka saya menyetujuinya. Dari pihak staf
lapangan ADB menyarankan agar permohonan saya dapat diproses, maka saya harus mencabut
berkas permohonan saya ke Care. Setelah saya mencabut berkas permohonan ke Care, maka saya
mengajukan permohonan rumah ke ADB. Namun permohonan saya ini akhirnya ditolak oleh
ADB, tanpa penjelasan yang jelas dari staf mereka. Jadi pada saat ini saya tidak tahu lagi siapa
yang akan membantu membangun rumah, padahal ada beberapa warga Lampulo lain, ada yang
sampai mempunyai rumah lebih dari satu, sedangkan saya masih tinggal di rumah sementara. Ya,
saya kecewa mengapa yang lain dapat sampai lebih dari satu sedangkan saya masih tinggal di
rumah sementara, gabung dengan kios jualan saya ini. (Wawancara Sabar)
Dahulu saya pernah menjadi tentara dan ditugaskan ke Timor-Timur, namun karena saya tidak
puas dengan kondisi yang ada di Aceh, akhirnya saya desersi sampai akhirnya saya diberhentikan
dari tentara. Oleh karena itu, saya diam-diam menjadi simpatisan GAM. Setelah berhenti dari
tentara, saya bekerja sebagai penjual ikan di tempat pelelangan Lampulo. Pada waktu tsunami,
saya dengan keluarga saya mengungsi ke Lampisang, dan pada akhirnya bergabung dengan para
pengungsi dari lorong tiga yang lain ke Lam Permai dan ke barak Bakoy. Beberapa hari setelah
tsunami saya ikut gabung dengan relawan untuk mengkoordinir teman-teman di lorong 3
membersihkan puing-puing akibat tsunami, dan ditunjuk warga sebagai koordinator posko di
lorong 3. Posko lorong 3 terletak di bantaran krueng Aceh di Lorong 3. Beberapa hari setelah
tsunami, Lampulo sudah ramai dengan berbagai kegiatan NGO dari luar yang ingin membantu
warga yang terkena tsunami. Saya mengkoordinir orang-orang di lorong 3 untuk terlibat dalam
program cash for work yang dilakukan oleh beberapa NGO dalam membagikan logistik bantuan
dan membersihkan puing-puing akibat tsunami. Setiap orang yang terlibat cash for work
mendapatkan uang sebesar 40 ribu rupiah. (Wawancara Checky)
1
Menurut informasi staf lapangan BRR, kualifikasi peserta tender pada awalnya yang memenuhi
persyaratan hanya 300 kontraktor (yang pada umumnya kontraktor dari luar Aceh). Namun karena
tekanan dari berbagai pihak terutama dari pemerintah dan penguasaha lokal Aceh sehingga pada
akhirnya yang dapat mengikuti tender pembangunan di BRR mencapai 6.000 kontraktor.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 23
memenangi tender akan melakukan pembangunan rumah dengan pengawasan konsultan pengawas
yang ditunjuk oleh BRR. Setelah selesai dan diserahterimakan pada BRR, rumah diserahkan
kepada penerima bantuan.
Di gampong Lampulo jumlah rumah yang dibangun oleh BRR pada tahap pertama tahun
2005 dan tahap kedua tahun 2006 sebanyak 309 rumah. Namun setelah selesai dibangun mulai
muncul berbagai keluhan dari para penerima bantuan mengenai kualitas rumah, maupun
ketidaktepatan pemberian bantuan. Ada beberapa penerima bantuan rumah menerima lebih dari
satu rumah, atau penerima yang belum berkeluarga. Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh BRR
menunjukkan beberapa kelemahan dalam mekanisme penyelenggaraan program rumah yang
dilakukan oleh BRR.
Program pembangunan perumahan oleh BRR, setelah dilakukan evaluasi menunjukkan beberapa
kelemahan yang terjadi karena kurangnya pengawasan, lambannya menangani masalah dan tidak
adanya verifikasi dan evaluasi program. Berdasarkan evaluasi tersebut dan upaya untuk
mempercepat program pembangunan rumah, maka mulai tahun 2007 berdasarkan keputusan
Kepala BRR no 3/PER/BP-BRR/I/2007, mulai diterapkan program pembangunan perumahan yang
berbasis masyarakat.
Pembangunan berbasis kemufakatan masyarakat merupakan pembangunan yang
dilakukan berdasarkan konsensus atau ksepakatan bersama dengan masyarakat penerima bantuan
dalam rangka melakukan embangunan rumah baru dan lingkungan permukimannya. Untuk
membantu menerapkan program tersebut BRR melalui fasilitator lapangan dibentuklah Komite
percepatan pembangunan perumahan dan permukiman Desa (KP4D), yaitu perhimpunan
masyarakat penerima bantuan yang dibentuk pada tingkat desa sesuai dengan kebutuhan dengan
pendekatan berbasis masyarakat. KP4D yang terbentuk mendapatkan biaya operasional dari BRR.
Di gampong Lampulo, yang terlibat dalam komite ini sejumlah 30 orang.
Hasil pendataan ulang yang dilakukan oleh KP4D bersama-sama dengan fasilitator
lapangan BRR, rumah yang belum dibangun di Lampulo sejumlah 450 unit 2 dan diajukan untuk
dibangun oleh BRR. Dari sejumlah permintaan tersebut, setelah dilakukan pemeriksaan dan
disahkan oleh tim BRR hanya 60 unit yang memenuhi persyaratan. Hasil verifikasi ini ditolak oleh
warga dan mereka meminta untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Bila BRR tidak melakukan
verifikasi lagi dan membangun semua rumah yang diajukan oleh KP4D, mereka memutuskan
menolak sama sekali rumah yang akan dibangun oleh BRR di Lampulo.
Strategi P2KP adalah berdasarkan kebutuhan yang riil dari masyarakat, mereka melakukan
pemetaan yang arahnya adalah kepada perubahan warna pemikiran masyarakat dulu melalui
pertemuan-pertemuan yang dibangun. Jika pemikiran bisa dipahami bersama maka hal-hal
yang bersifat bantuan baru bisa diberikan kepada warga. Artinya, proses pembelajaran lebih
diutamakan P2KP untuk penguatan masyarakat. Penguatan struktur masyarakat desa juga
dibangun ke tingkat yang lebih kuat dengan indikatornya, antara lain: jumlah pertemuan, hasil
yang sudah dibuat dalam bentuk proposal, refleksi kemiskinan yang akan mendapatkan data
tentang adanya kelompok marjinal, dan lain-lain.
Strategi untuk membangun struktur masyarakat dilakukan oleh P2KP dengan cara merekrut
relawan dari warga setempat. Relawan ini bisa siapa saja dan sebanyak-banyaknya. Mereka
ini tidak mendapat bayaran sama sekali.
Struktur P2KP sendiri di dalam menjalankan programnya adalah dengan kekuatan tim
Fasilitator dimana ada senior fasilitator, fasilitator teknik,dan fasilitator community
development. Di bawah fasilitator ini ada BKM yang terdiri dari 9 orang, 7 orang perempuan
dan 2 laki-laki. Di dalam BKM ada tenaga sekretaris yang memang mendapat honor
sebagaimana orang bekerja seperti biasa di sekretariat. Di bawah BKM ada Unit Pengelola
(UP) yang terbagi atas 3 unit yaitu: Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan.
Meskipun kebanyakan dari peserta tender ini tidak memenuhi kualifikasi, oleh karena itu tidak
mengherankan bila berbagai proyek perumahan yang diselenggarakan oleh BRR banyak yang
terbengkelai atau banyak mendapat keluhan penerima program.
2
Menurut fasilitator lapangan BRR, banyak terjadi tekanan dan permintaan dari warga pada KP4D
maupun pada staff lapangan BRR agar dapat dimasukkan sebagai penerima.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia
L 3. 24
Pagu pemberian dana bantuan P2KP untuk Perkim sebesar Rp. 300,000,000,- (tiga ratus juta
rupiah) per desa dan ini sudah selesai dan dilanjutkan kembali dengan tridaya dengan pagu
pemberian dana bantuan yang besarnya sama. Tridaya ini sudah berjalan dimana RAPnya
sudah diselesaikan pada tanggal 24 Mei 2007 yang lalu dan akan dicairkan dana pada bulan
Agustus 2007 nanti. Pemberian akan dilakukan dengan 3 tahap dimana tahap pertama akan
diberikan senilai Rp. 60.000.000,- (enam puluh juta rupiah).
Nilai-nilai yang dibangun oleh P2KP adalah menumbuhkan nilai-nilai universal seperti adil,
kasih sayang, kepedulian, dan lain-lain. Nilai-nilai itu dikembangkan dalam bentuk pelatihan-
pelatihan yang diadakan di dalam pertemuan-pertemuan.
Hubungan dengan organisasi lain juga dibuat dan dijalin, istilahnya adalah channeling.
P2KP masuk ke Lampulo pada bulan April 2005 dan mulai menjalankan programnya. Setelah
berjalan kurang lebih 3 bulan mereka ditolak oleh masyarakat dikarenakan adanya provokasi
dari pihak tertentu yang membuat masyarakat menolak. Penolakan itu disampaikan kepada
struktur pimpinan P2KP yang lebih tinggi yaitu Kepala Camat. Pak Camat membicarakan
keberadaan P2KP kepada masyarakat sehingga terjadi perubahan pemikiran dari masyarakat.
Masyarakat akhirnya menerima kembali P2KP dan P2KP mulai melanjutkan programnya
pada bulan September 2005.
Keterlibatan masyarakat di desa Lampulo didominasi oleh kaum perempuan dan orang-orang
tua.
Tanggapan masyarakat yang diamati oleh P2KP adalah pemerintah berbelit-belit di dalam
menyalurkan bantuan dan uangnya sedikit. P2KP memang hanya memberikan fasilitas konsumsi
di dalam setiap pertemuan, bukan honor bagi peserta pertemuan. Hal ini berbeda dengan NGO
lainnya yang pernah masyarakat dapat. Kondisi ini membuat masyarakat segan karena tidak ada
uangnya dan waktunya yang terbuang.
Fungsi kapital ...., Rudy Pramono, FISIP UI, 2008 Universitas Indonesia